1

loading...

Wednesday, November 1, 2017

MAKALAH ETIKA

MAKALAH ETIKA HEDONISME

                BAB I
LATAR BELAKANG
A.latar belakang
Hedonisme bertolak dari pendrian bahwa menurut kodratnya, manusia mengusahakan kenikmatan, yang dalam bahasa yunaninya di sebut “hedone” dari ata inilah timbul istilah  “hedonisme” secara ini usaha negatif terungkap dalam sikap menghindari rasa sakit, dan secara positif terungkap dalam sikap mengejar apa saja yang dapat menimulkan rasa nikmat.
Kenikmatan benar-benar merupakan kebaikan yang paling berharga atau yang tertinggi bagi manusia, sehingga dengan demikian perilakunya baik pula. Sehingga manusia itu tidak menjalankan hidupnya dengan kodratnya, melainkan juga memenuhi tujuan hidupnya.
Hedonisme itu luas;hedonisme juga muncul dalam bentuk sebuah teori etika. Paham ini tampil sanggat mencolok dalam jaman kuno, yaitu pada Aristippus, pendirian mazhab Cyrene (+ 400 seb. M.), dan juga pada epicurus (341-271 seb. M.)tetapi dalm jaman yang lebih baru, yaitu apa yang dinamakan para penganut paham utilisme yang masih akan kita bicarakan secarah tersendiri.
B.RUMUSAN MASALAH
1.apa itu hedonisme?
2.apa itu eudemonisme?
3.apa itu stoisisme?
4.apa itu utilisme?

Bab II
Pembahasan
A.   Hedonisme
Hedonisme bertolak dari pendrian bahwa menurut kodratnya, manusia mengusahakan kenikmatan, yang dalam bahasa yunaninya di sebut “hedone” dari ata inilah timbul istilah  “hedonisme” secara ini usaha negatif terungkap dalam sikap menghindari rasa sakit, dan secara positif terungkap dalam sikap mengejar apa saja yang dapat menimulkan rasa nikmat.
Kenikmatan benar-benar merupakan kebaikan yang paling berharga atau yang tertinggi bagi manusia, sehingga dengan demikian perilakunya baik pula. Sehingga manusia itu tidak menjalankan hidupnya dengan kodratnya, melainkan juga memenuhi tujuan hidupnya.
Hedonisme itu luas;hedonisme juga muncul dalam bentuk sebuah teori etika. Paham ini tampil sanggat mencolok dalam jaman kuno, yaitu pada Aristippus, pendirian mazhab Cyrene (+ 400 seb. M.), dan juga pada epicurus (341-271 seb. M.)tetapi dalm jaman yang lebih baru, yaitu apa yang dinamakan para penganut paham utilisme yang masih akan kita bicarakan secarah tersendiri.
PERTIMBANGAN :
 pada pandangan akan menyinggung perasaan seseorng ang sangat peka di bidang kesusilaan. Manusia seakan-akan menjadi binatang sebagai idaman hatinya.dan bagi manusia hedonisme biantang dan seorang bayi memang menjadi idaman. Menurut kodratnya manusia cenderung mengingkari rasa sakit dan memandang rasa nikmat sebagai sesuatu yang berharga. Itulah sebabnya mengapa hedonisme teoretik dan terutama hedonisme praktik tersebar luas.
Kehidupan seperti ini dapat menimbulkan iri hati pada manusiayang sarat dengan masalah-masalah yang di sadarimya secara berlebihan,yang senantiasa terombang-ambing kian kemari antara harapan dengan ketakutan,yang terus menerus di kejar-kejar di dalam perjuangan untuk memperoleh kehidupan yang bertambah baik dan yang tidak lagi menemukan ketenraman, sementara itu kebebasan bergeraknya sangat di batasi oleh amar serta larangan yang banyak jumlanya.
B.   Eudonisme
Bearasal dari kata yunani ingin “ eudaimcnia” yang secara halafiya berati
              mempunyai roh yang baik, artinya beruntung. Dengan demikian mengacuh kepada keadaan lahiran. Kemudian lebih di titik beratkan pada suasana batiniyah dan dengan demikian mempunyai arti bahagia dalah arti hidup bahagia kata ini mengambarkan perasaan senang terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sebagai akibat pengetahuan mengenai penyelarasan diri orang yang telah mencapai sifat eudeonisme mempunnyai ke isyafan akan kepuasan yang sempurna tidak hanya jasmani melainkan secara rohhaning membedakan eudemonisme dari hedonisme daro antaran kedua macam sistem ini saling bertindian. Meskipun kata ini dalam berbagai peristiwa bersifat dangkal, namun lebih tepat menterjemahkan dengan memakai kata kebahagiaan sperti hal nya hedonisme sesungguhnya audonisme hendak berolak dari pengalaman

PERTIMBANGAN :
            Audonisme dapat di ajuhkan berbagai keberatan. Keberatan ini praktik berhubungan dengan keadaan bermakna ganda yang di punyai oleh kata bahgia. Seperti yang telah di ktakan, kata ini dapat di gambarkan keadaan objektif dalam arti keuntungan yang di peroleh dari keadaan, dari nasib. : dalam hal ini kita menyatakan beruntung. Tapi kata tersebut dapat juga mengacuh pada keadaan subjektif yaitu merasa suatu keuntungan dari nasib dan ambil bagian di dalamnya seraya menghargainya : dalam hal ini kita menyebutnya berbahagia dalam arti merasa bahagia” dan biasanya yang di maksudkan oleh eudonisme “.
            Keadaan ini sering tidak menguntungkan, dan seandaynya menguntungkn pun, keberuntungan yang berubah-ubah ini dapat segera berbalik. Seorang yang mempunyai pandangan yang tajam dalam hal ini bawaan, yaitu : bahwa manusia ada untuk berbahagia.

C.     Stoistisme
Salah satu bentuk dari audeonisme ialah stoisisme. Dalam hal ini yang di maksud bukan semata-mata etika kaum stoa, melainkan juga suatu sikap hidup tertentu yang memang terungkap secara sangat menonjol pada sejumlah toko yang mewakili kaum stoa namun yang senan tiasa tampil dalam salah satu bentuk, kadang-kadang di kembangkan serta di beri dasar kefilsafatan, kadang-kadang di kemukakan secara populer,kadang-kadang di terima secara agak naif serta wajar. Dalam sikap ini sekali lagi tujuan hifup di pandang terletak pada kebahagiaan :tulisan yang terkenal dari kaum stoa ialah “ de vita beata “ (mengenai hidup dalam kebahagiaan surgawi )

PERTIMBANGAN :

Meskipun demikian keberatan-keberatan muncul juga di samping keberatan-keberatan terhadap eudounisme pada umumnya : yang penting bagi kit ialah penolakan terhadap pendirian – pendirian khusus yang di anut stoistisme.
Salah satu di antaranya tampak pada idaman yang di gambarkan, yang mustahil dapat di capai. Tidak mungkin ada manusia yang demikian tinggi tingkatnya sehingga sama sekali tidak terpengaruh oleh apapun,   seperti yang di kehendaki oleh faham ini. Kaum stoas sendiri telah menginsapinya : mereka mengakui bahwa hanya sedikit manusia bijaksana yang pernah ada, dan bukan mungkin tidak pernah ada seorang pun.
Di dalam hal yang lain stoistisme juga merupakan bahagia bagi kepribadian karena mengajarkan agar mansusia bersifat pasrah.  Sikap pasrah lebih berbahaya di banding sikap  membanggakan, karna dalam hal yang terakhir ini manusia dengan sendirinya dapat menadari batasan- batasan kemampuan. Tetapi terutama karna manusia merupakan makhluk yang secara azasi mengatakan  “tidak” terhadap kehidupan yang ingin mengubahnya.
D.    Utilisme
Sebuah bentuk  lain lagi dari audemonisme ialah utilisme atau dalam bahasa inggrisnya di sebut “ utilitarianism “ nama ini di jabarkan dari kata latin “ utilis” Yng berarti bermanfaat utilisme mengatakan bahwa ciri pengenal kesusilaan ialah manfaat suatu perbuatan : suatu perbuatan dikatakan baik, jika membawa manfaat, di katakan buruk jika menimbulkan mudorat. Utilisme tampil sebagai sistem etika yang telah berkembang, bahkan juga sebagai pendirian yang agak bersahaja mengenai hidup. Paham ini mengatakan bahwa orang baik iyalah orang yang membawa manfaat, dan yang di maksudkan nya iyalah agar setiap orang menjadikan dirinya membawa manfaat yang sebesar-besarnya. Tetapi dalam kenyataannnya suatu yang bermanfaat  tidak pernah berdiri sendiri :seusatu hal yang seantiasa bermanfaat bagi suatu hal yang lain.
Umpamanya, suatu obat bermanfaat untuk memulihkan kesehatan, sebuah kitab bermanfaaat untuk di baca, sejumlah barang tertentu bermanfaaat bagi pertanian dan sebagiannya.

PERTIMBANGAN :
Keberatan-keberatan terhadap eudonisme   dan hedonisme di atas sudah tentu berlaku juga terhadap utilisme :dan hal ini tidak perlu di sebutkan kali. Tetapi ada dua hal yang harus  mendapaat perhatian.
Yang perama menyangkut perbedaan kualitas, yang  menurut lim melekat pada kenikmatan. Telah di katakan bahwa mil tidak mengatakan ukuran apa yang di pakai untuk membedakan kualitas tadi jika kenikmatan merupakan perasaan puas maka dapat dikatakan ahwa kenikmatan yang memuaskan perasaan secara lebh dalam seta lebih muia di bandingkan dengan kenikmatan yang lain, yaitu perasaan yang banyak hubungannya pokok eksistensis kita sebagai manusia.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Hedonisme bertolak dari pendrian bahwa menurut kodratnya, manusia mengusahakan kenikmatan, yang dalam bahasa yunaninya di sebut “hedone” dari ata inilah timbul istilah  “hedonisme” secara ini usaha negatif terungkap dalam sikap menghindari rasa sakit, dan secara positif terungkap dalam sikap mengejar apa saja yang dapat menimulkan rasa nikmat.
Bearasal dari kata yunani ingin “ eudaimcnia” yang secara halafiya berati
              mempunyai roh yang baik, artinya beruntung. Dengan demikian mengacuh kepada keadaan lahiran. Kemudian lebih di titik beratkan pada suasana batiniyah dan dengan demikian mempunyai arti bahagia dalah arti hidup bahagia kata ini mengambarkan perasaan senang terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sebagai akibat pengetahuan mengenai penyelarasan diri orang yang telah mencapai sifat eudeonisme mempunnyai ke isyafan akan kepuasan yang sempurna tidak hanya jasmani melainkan secara rohhani juga.
Salah satu bentuk dari audeonisme ialah stoisisme. Dalam hal ini yang di maksud bukan semata-mata etika kaum stoa, melainkan juga suatu sikap hidup tertentu yang memang terungkap secara sangat menonjol pada sejumlah toko yang mewakili kaum stoa namun yang senan tiasa tampil dalam salah satu bentuk, kadang-kadang di kembangkan serta di beri dasar kefilsafatan, kadang-kadang di kemukakan secara populer,kadang-kadang di terima secara agak naif serta wajar. Dalam sikap ini sekali lagi tujuan hifup di pandang terletak pada kebahagiaan :tulisan yang terkenal dari kaum stoa ialah “ de vita beata “ (mengenai hidup dalam kebahagiaan surgawi )
Sebuah bentuk  lain lagi dari audemonisme ialah utilisme atau dalam bahasa inggrisnya di sebut “ utilitarianism “ nama ini di jabarkan dari kata latin “ utilis” Yng berarti bermanfaat utilisme mengatakan bahwa ciri pengenal kesusilaan ialah manfaat suatu perbuatan : suatu perbuatan dikatakan baik, jika membawa manfaat, di katakan buruk jika menimbulkan mudorat

B.SARAN
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Dalam  penyusunan makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan makalah selanjutnya.

No comments:

Post a Comment