MAKALAH ETIKA HEDONISME
BAB I
LATAR BELAKANG
A.latar belakang
Hedonisme
bertolak dari pendrian bahwa menurut kodratnya, manusia mengusahakan
kenikmatan, yang dalam bahasa yunaninya di sebut “hedone” dari ata inilah
timbul istilah “hedonisme” secara ini
usaha negatif terungkap dalam sikap menghindari rasa sakit, dan secara positif
terungkap dalam sikap mengejar apa saja yang dapat menimulkan rasa nikmat.
Kenikmatan
benar-benar merupakan kebaikan yang paling berharga atau yang tertinggi bagi
manusia, sehingga dengan demikian perilakunya baik pula. Sehingga manusia itu
tidak menjalankan hidupnya dengan kodratnya, melainkan juga memenuhi tujuan
hidupnya.
Hedonisme
itu luas;hedonisme juga muncul dalam bentuk sebuah teori etika. Paham ini
tampil sanggat mencolok dalam jaman kuno, yaitu pada Aristippus, pendirian
mazhab Cyrene (+ 400 seb. M.), dan juga pada epicurus (341-271 seb. M.)tetapi
dalm jaman yang lebih baru, yaitu apa yang dinamakan para penganut paham utilisme yang masih akan kita bicarakan
secarah tersendiri.
B.RUMUSAN MASALAH
1.apa itu
hedonisme?
2.apa itu
eudemonisme?
3.apa itu
stoisisme?
4.apa itu
utilisme?
Bab II
Pembahasan
A.
Hedonisme
Hedonisme
bertolak dari pendrian bahwa menurut kodratnya, manusia mengusahakan
kenikmatan, yang dalam bahasa yunaninya di sebut “hedone” dari ata inilah
timbul istilah “hedonisme” secara ini
usaha negatif terungkap dalam sikap menghindari rasa sakit, dan secara positif
terungkap dalam sikap mengejar apa saja yang dapat menimulkan rasa nikmat.
Kenikmatan
benar-benar merupakan kebaikan yang paling berharga atau yang tertinggi bagi
manusia, sehingga dengan demikian perilakunya baik pula. Sehingga manusia itu tidak
menjalankan hidupnya dengan kodratnya, melainkan juga memenuhi tujuan hidupnya.
Hedonisme
itu luas;hedonisme juga muncul dalam bentuk sebuah teori etika. Paham ini
tampil sanggat mencolok dalam jaman kuno, yaitu pada Aristippus, pendirian
mazhab Cyrene (+ 400 seb. M.), dan juga pada epicurus (341-271 seb. M.)tetapi
dalm jaman yang lebih baru, yaitu apa yang dinamakan para penganut paham utilisme yang masih akan kita bicarakan
secarah tersendiri.
PERTIMBANGAN :
pada pandangan akan menyinggung perasaan
seseorng ang sangat peka di bidang kesusilaan. Manusia seakan-akan menjadi
binatang sebagai idaman hatinya.dan bagi manusia hedonisme biantang dan seorang
bayi memang menjadi idaman. Menurut kodratnya manusia cenderung mengingkari
rasa sakit dan memandang rasa nikmat sebagai sesuatu yang berharga. Itulah
sebabnya mengapa hedonisme teoretik dan terutama hedonisme praktik tersebar
luas.
Kehidupan
seperti ini dapat menimbulkan iri hati pada manusiayang sarat dengan
masalah-masalah yang di sadarimya secara berlebihan,yang senantiasa
terombang-ambing kian kemari antara harapan dengan ketakutan,yang terus menerus
di kejar-kejar di dalam perjuangan untuk memperoleh kehidupan yang bertambah
baik dan yang tidak lagi menemukan ketenraman, sementara itu kebebasan bergeraknya
sangat di batasi oleh amar serta larangan yang banyak jumlanya.
B.
Eudonisme
Bearasal
dari kata yunani ingin “ eudaimcnia” yang secara halafiya berati
mempunyai roh yang baik, artinya beruntung. Dengan
demikian mengacuh kepada keadaan lahiran. Kemudian lebih di titik beratkan pada
suasana batiniyah dan dengan demikian mempunyai arti bahagia dalah arti hidup
bahagia kata ini mengambarkan perasaan senang terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan sebagai akibat pengetahuan mengenai penyelarasan diri orang
yang telah mencapai sifat eudeonisme mempunnyai ke isyafan akan kepuasan yang
sempurna tidak hanya jasmani melainkan secara rohhaning membedakan eudemonisme
dari hedonisme daro antaran kedua macam sistem ini saling bertindian. Meskipun
kata ini dalam berbagai peristiwa bersifat dangkal, namun lebih tepat
menterjemahkan dengan memakai kata kebahagiaan sperti hal nya hedonisme
sesungguhnya audonisme hendak berolak dari pengalaman
PERTIMBANGAN :
Audonisme dapat di ajuhkan berbagai
keberatan. Keberatan ini praktik berhubungan dengan keadaan bermakna ganda yang
di punyai oleh kata bahgia. Seperti yang telah di ktakan, kata ini dapat di
gambarkan keadaan objektif dalam arti keuntungan yang di peroleh dari keadaan,
dari nasib. : dalam hal ini kita menyatakan beruntung. Tapi kata tersebut dapat
juga mengacuh pada keadaan subjektif yaitu merasa suatu keuntungan dari nasib
dan ambil bagian di dalamnya seraya menghargainya : dalam hal ini kita
menyebutnya berbahagia dalam arti merasa bahagia” dan biasanya yang di
maksudkan oleh eudonisme “.
Keadaan
ini sering tidak menguntungkan, dan seandaynya menguntungkn pun, keberuntungan
yang berubah-ubah ini dapat segera berbalik. Seorang yang mempunyai pandangan
yang tajam dalam hal ini bawaan, yaitu : bahwa manusia ada untuk berbahagia.
C. Stoistisme
Salah satu bentuk dari
audeonisme ialah stoisisme. Dalam hal ini yang di maksud bukan semata-mata
etika kaum stoa, melainkan juga suatu sikap hidup tertentu yang memang
terungkap secara sangat menonjol pada sejumlah toko yang mewakili kaum stoa
namun yang senan tiasa tampil dalam salah satu bentuk, kadang-kadang di
kembangkan serta di beri dasar kefilsafatan, kadang-kadang di kemukakan secara
populer,kadang-kadang di terima secara agak naif serta wajar. Dalam sikap ini
sekali lagi tujuan hifup di pandang terletak pada kebahagiaan :tulisan yang
terkenal dari kaum stoa ialah “ de vita beata “ (mengenai hidup dalam
kebahagiaan surgawi )
PERTIMBANGAN :
Meskipun demikian
keberatan-keberatan muncul juga di samping keberatan-keberatan terhadap
eudounisme pada umumnya : yang penting bagi kit ialah penolakan terhadap
pendirian – pendirian khusus yang di anut stoistisme.
Salah satu di antaranya
tampak pada idaman yang di gambarkan, yang mustahil dapat di capai. Tidak
mungkin ada manusia yang demikian tinggi tingkatnya sehingga sama sekali tidak
terpengaruh oleh apapun, seperti yang
di kehendaki oleh faham ini. Kaum stoas sendiri telah menginsapinya : mereka
mengakui bahwa hanya sedikit manusia bijaksana yang pernah ada, dan bukan
mungkin tidak pernah ada seorang pun.
Di dalam hal yang lain
stoistisme juga merupakan bahagia bagi kepribadian karena mengajarkan agar
mansusia bersifat pasrah. Sikap pasrah
lebih berbahaya di banding sikap membanggakan,
karna dalam hal yang terakhir ini manusia dengan sendirinya dapat menadari
batasan- batasan kemampuan. Tetapi terutama karna manusia merupakan makhluk
yang secara azasi mengatakan “tidak”
terhadap kehidupan yang ingin mengubahnya.
D.
Utilisme
Sebuah bentuk lain lagi dari audemonisme ialah utilisme
atau dalam bahasa inggrisnya di sebut “ utilitarianism “ nama ini di jabarkan
dari kata latin “ utilis” Yng berarti bermanfaat utilisme mengatakan bahwa ciri
pengenal kesusilaan ialah manfaat suatu perbuatan : suatu perbuatan dikatakan
baik, jika membawa manfaat, di katakan buruk jika menimbulkan mudorat. Utilisme
tampil sebagai sistem etika yang telah berkembang, bahkan juga sebagai
pendirian yang agak bersahaja mengenai hidup. Paham ini mengatakan bahwa orang
baik iyalah orang yang membawa manfaat, dan yang di maksudkan nya iyalah agar
setiap orang menjadikan dirinya membawa manfaat yang sebesar-besarnya. Tetapi
dalam kenyataannnya suatu yang bermanfaat
tidak pernah berdiri sendiri :seusatu hal yang seantiasa bermanfaat bagi
suatu hal yang lain.
Umpamanya, suatu obat bermanfaat untuk
memulihkan kesehatan, sebuah kitab bermanfaaat untuk di baca, sejumlah barang
tertentu bermanfaaat bagi pertanian dan sebagiannya.
PERTIMBANGAN
:
Keberatan-keberatan
terhadap eudonisme dan hedonisme di
atas sudah tentu berlaku juga terhadap utilisme :dan hal ini tidak perlu di
sebutkan kali. Tetapi ada dua hal yang harus
mendapaat perhatian.
Yang perama
menyangkut perbedaan kualitas, yang
menurut lim melekat pada kenikmatan. Telah di katakan bahwa mil tidak
mengatakan ukuran apa yang di pakai untuk membedakan kualitas tadi jika
kenikmatan merupakan perasaan puas maka dapat dikatakan ahwa kenikmatan yang
memuaskan perasaan secara lebh dalam seta lebih muia di bandingkan dengan
kenikmatan yang lain, yaitu perasaan yang banyak hubungannya pokok eksistensis
kita sebagai manusia.
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Hedonisme
bertolak dari pendrian bahwa menurut kodratnya, manusia mengusahakan kenikmatan,
yang dalam bahasa yunaninya di sebut “hedone” dari ata inilah timbul
istilah “hedonisme” secara ini usaha
negatif terungkap dalam sikap menghindari rasa sakit, dan secara positif
terungkap dalam sikap mengejar apa saja yang dapat menimulkan rasa nikmat.
Bearasal
dari kata yunani ingin “ eudaimcnia” yang secara halafiya berati
mempunyai roh yang baik, artinya beruntung. Dengan
demikian mengacuh kepada keadaan lahiran. Kemudian lebih di titik beratkan pada
suasana batiniyah dan dengan demikian mempunyai arti bahagia dalah arti hidup
bahagia kata ini mengambarkan perasaan senang terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan sebagai akibat pengetahuan mengenai penyelarasan diri orang
yang telah mencapai sifat eudeonisme mempunnyai ke isyafan akan kepuasan yang
sempurna tidak hanya jasmani melainkan secara rohhani juga.
Salah satu bentuk dari
audeonisme ialah stoisisme. Dalam hal ini yang di maksud bukan semata-mata
etika kaum stoa, melainkan juga suatu sikap hidup tertentu yang memang
terungkap secara sangat menonjol pada sejumlah toko yang mewakili kaum stoa
namun yang senan tiasa tampil dalam salah satu bentuk, kadang-kadang di
kembangkan serta di beri dasar kefilsafatan, kadang-kadang di kemukakan secara
populer,kadang-kadang di terima secara agak naif serta wajar. Dalam sikap ini
sekali lagi tujuan hifup di pandang terletak pada kebahagiaan :tulisan yang
terkenal dari kaum stoa ialah “ de vita beata “ (mengenai hidup dalam
kebahagiaan surgawi )
Sebuah
bentuk lain lagi dari audemonisme ialah
utilisme atau dalam bahasa inggrisnya di sebut “ utilitarianism “ nama ini di
jabarkan dari kata latin “ utilis” Yng berarti bermanfaat utilisme mengatakan
bahwa ciri pengenal kesusilaan ialah manfaat suatu perbuatan : suatu perbuatan
dikatakan baik, jika membawa manfaat, di katakan buruk jika menimbulkan mudorat
B.SARAN
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua. Dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, maka
dari itu kami mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan makalah selanjutnya.
No comments:
Post a Comment