MAKALAH ILMU TAUHID MENGAPA MANUSIA ISLAM HARUS BERTAUHID
MENGAPA MANUSIA ISLAM
HARUS BERTAUHID
Tauhid
adalah inti dari ajaran islam. Berasal dari kata wahdah yang berarti tunggal,
satu. Tauhid berarti menganggap satu, mengesakan, menunggalkan, menganggap
tunggal. Bahwasanya Tuhan itu hanya ada satu dan tidak ada yang lain. Tidak ada
pencipta, penguasa, pemelihara, pengatur kecuali hanya Dia, yang Maha Tunggal.
Tidak ada yang layak disembah, dipuja-puja, diidolakan, diharapkan
pertolongannya, ditakuti ancamannya kecuali hanya Dia, yang Maha segala-galanya.
Niat lillahi
ta'alaa harus dimantapkan. Karena dalam perjalanan rohaninya pasti akan
menemui berbagai godaan yang biasanya sangatlah menarik hati yang kalau
dituruti maka akan bisa membawa pada penyesatan yang sangat buruk. Dalam
kenyataan sering kali kita dengar bahkan saat sekarang ini, para pelaku
spiritual ada yang merasa bertemu jibril yang mengajarkan halalnya meninggalkan
shalat, mengaku sebagai jelmaan Nabi Isa, merasa sudah mencapai tingkatan
tertinggi dalam kedekatan dengan Allah hingga tidak apa-apa melakukan dosa,
tidak merasa perlu menjalankan syariat lagi. Ini
semua akibat niat yang salah karena pondasi tauhid yang rapuh. Padahal
setinggi-tingginya pencapaian seseorang akan tingkatan rohani pasti tidak akan
mengalahkan apa yang sudah dicapai generasi terdahulu yakni para shahabat Nabi.
Namun begitu mereka tetap kokoh dalam berpegangan kepada syariat.
Setiap bangunan memiliki
pondasi, dan pondasi agama ini adalah aqidah tauhid yang murni. Bila aqidah
sudah benar, maka yang lainnya hanya mengikuti saja. Sebaliknya, bila rusak,
maka rusaklah seluruh amalan.Pembicaraan tentang aqidah dan urgensinya adalah
sesuatu yang lebih penting dari setiap yang terpenting.
Hal ini karena beberapa sebab:
1.Karena Tauhid Adalah Tugas Pertama Setiap Nabi dan
Rasul
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ،Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Taghut.،¨
(QS.an-Nahl:36). Ia juga adalah Dien yang Allah subhanahu wata‘ala ridhai
bagi para hamba-Nya sebagai mana firman-Nya, artinya,“Dan bahwa (yang Kami
perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia.” (QS.al-
An‘am:153)
2. Karena Tauhid Merupakan
Hak Allah subhanahu wata’ala Yang Diwajibkan-Nya Atas Para Hamba-Nya.
Hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hak Allah atas para hamba adalah
bahwa hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu
pun.” (HR.al-Bukhari).
3. Karena Tauhid Merupakan Jalan Keselamatan Dari Neraka.
Hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya Allah mengharamkan
neraka atas orang yang mengucapkan, La ilaha illallah, yang ia hanya berharap
keridhaan Allah.” (HR.Muslim).
4. Karena Tauhid Merupakan Hal Pertama Yang Wajib
Didakwahkan.
Hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hendaklah hal pertama yang kamu
dakwahkan kepada mereka, persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah
selain Allah.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Hingga mereka mentauhidkan
Allah.” (HR. al-Bukhari).
Tauhid adalah agama Nabi
Ibrahim alaihissalam yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam firman-Nya,
artinya,“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), Ikutilah agama Ibrahim
seorang yang hanif.،¨ Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang memper sekutukan
Tuhan.،¨ (QS. an-Nahl:123).
5. Karena Allah subhanahu wata’ala Mengharamkan Siapa
Saja Yang Menentang Tauhid.
Hal ini sebagaimana dalam
firman-Nya, artinya, “Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Tuhanmu, yaitu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia.”
(QS. al-An،¦am:151)
6. Tidak Ada Keshalihan Kebaikan Bagi Umat Ini Kecuali
Dengan Apa Yang Dulu Membuat Generasi Pertama Baik.
Generasi
pertama dulu baik karena kejernihan aqidah dan keikhlasan hati mereka terhadap
Allah subhanahu wata’ala Yang Maha mengetahui hal-hal yang ghaib. Inilah
satu-satunya solusi bagi keshalihan (baiknya) umat ini di setiap masa dan
tempat. Aqidah bukan masalah akal semata, tetapi ia adalah kekuatan yang
bekerja dan bergerak. Bila mencampuri keceriaan hati, ia akan mengubahnya dalam
setiap urusannya, baik dari sisi pandangan dan Talaqqi (pengambilan dari sumber
asli); dari sisi amal dan pengarahan atau pun dari sisi kesesuaian prilaku
terhadap apa yang ada di dalam hati.
Aqidah ini adalah aqidah para pendahulu umat
ini yang telah mengubah para penggembala
onta, penggembala kambing, dan penyembah batu dan berhala menjadi para pemimpin
yang beriman, yang mengisi dunia dengan keshalihan dan kesuksesan, menyelamatkan umat manusia
dari penyembahan terhadap manusia, membawa mereka beribadah kepada Allah Yang
Maha Esa dan melepaskan mereka dari kelaliman agama-agama kepada keadilan
Islam, dari sempitnya dunia kepada luasnya dunia dan akhirat. Allah subhanahu
wata’ala berfirman, artinya,“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana
Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa
seperti) demikian benar-benar (kuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati.
Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.ar-Rum:50).
Inilah
aqidah yang haq, yang karenanya para Rasul diutus, kitab-kitab diturunkan,
surga dan neraka berdiri, khalifah terbagi kepada orang-orang Mukmin dan kafir,
baik dan keji. Karenanya pula, terjadi bencana dan petaka, didirikannya Millah
(agama) dan dilepaskannya pedang dari sarung nya untuk berjihad. Ia adalah hak
Allah subhanahu wata’ala atas semua hamba dan karena nya pula, cahaya-cahaya
dibagi-bagikan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,“(Dan) barangsiapa
yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya
sedikitpun.” (QS.an-Nur:40). Orang yang memperhatikan perjalanan hidup
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pasti mengetahui secara jelas dan
terang bahwa yang pertama kali beliau shallallahu ‘alaihi wasallam serukan
adalah dakwah tauhid kepada Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.”
(QS.al-A’raf:59). Hal pertama yang dituntut dari manusia agar diucapkan adalah
kalimat tauhid, La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah.
Sungguh kalimat ini merupakan kunci
surga, yang dengannya terjaga nya darah dan harta dapat terealisasi. Ia-lah
rukun pertama dari rukun-rukun Islam, sedangkan selainnya hanya mengikutinya
saja.
Lantas,
apa makna kalimat ini? Maknanya yaitu tiada sesembahan yang haq selain Allah.
Dengan begitu, semua sesembahan yang batil tidak termasuk di dalamnya.!! Makna
inilah yang dipahami oleh para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sebab mereka adalah orang-orang Arab paling fasih, manusia-manusia yang paling
mengetahui arah-arah (maksud-maksud) ucapan orang-orang Arab.
Namun
sangat disayangkan, sebagian Muta’akhkhirin (generasi yang datang belakangan)
memahami bahwa makna La ilaha illallaah hanya bermakna ‘Tiada Khaliq (Pencipta)
selain Allah, atau ‘Tiada Maujud selain Allah.!?’
Tidak diragukan lagi, bahwa pemahaman seperti ini adalah
keliru. Di dalam al-Qu’an terdapat indikasi bahwa orang-orang kafir Quraisy dan
sebagian bangsa Arab dulu mengakui bahwa tiada Khaliq selain Allah subhanahu
wata’ala dan tiada Pemberi rizki selain Dia. Allah subhanahu wata’ala
berfirman,
“Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi,’ tentu mereka akan menjawab, ‘Allah.،¨
(QS.Luqman:25). Sungguh aneh prilaku manusia-manusia sekarang ini! Mereka
mengaku berafiliasi kepada Islam padahal orang-orang kafir Quraisy dulu justeru
lebih paham dari mereka mengenai makna La ilaha illallah.!?. Dien Allah
subhanahu wata’ala yang haq ini berlepas diri dari pemahaman yang keliru
seperti ini, sebab ia adalah dien yang agung, mengandung penetapan terhadap
ke-uluhiyah-an Allah semata. Hal ini karena tidak ada yang patut disembah
selain-Nya, tidak ada tempat bertawakkal kecuali kepada-Nya, tidak ada yang pantas
diberikan loyalitas selain-Nya, tidak boleh memusuhi kecuali karena-Nya,
tidaklah dijalankan suatu amalan kecuali karena-Nya, tidak ada yang dapat
dijadikan hukum kecuali dengan hukum-Nya, tidak boleh ada yang disembelih dan
dinadzarkan kecuali untuk-Nya, tidak ada tempat sujud dan berendah diri selain
terhadap-Nya. Disertai dengan sikap menetapkan apa yang ditetapkan Allah
subhanahu wata’ala untuk diri-Nya berupa asma-asma dan sifat-sifat-Nya,
menafikan apa yang dinafikan-Nya dari diri-Nya sesuai dengan hal yang layak
bagi-Nya. Kemudian beriman kepada para malaikat, kitab-kitab, para Rasul, Hari
Akhir dan takdir dari Allah subhanahu wata’ala, baik mau pun buruk.
Oleh karena itu, kalimat tauhid ini
memiliki keutamaan yang agung, yang tidak akan dapat diketahui kecuali oleh
orang-orang yang memahaminya dengan sebaik-baiknya, di antaranya, ia adalah
simbol iman dan sebab terjaganya jiwa dan harta; ia adalah amalan paling utama,
paling berlipat pahalanya, senilai pahala membebaskan budak dan ia adalah
penjaga dari setan; ia adalah pemberi rasa aman dari keangkeran kubur dan
kengerian Mahsyar; dan kepada orang yang mengatakannya pulalah kelak, Allah
subhanahu wata’ala akan melihatnya dan mengabulkan doanya. Semoga kita memahami
benar perbendaharaan yang kita miliki dan kebaikan yang sangat besar, yang
dianugerahkan Allah kepada kita ini.
Sedangkan
tauhid itu sendiri dibagi menjadi tiga macam :
1. Tauhid Rububiyyah, yang menjadi subjek (pelaku) adalah
Allah maksudnya tauhid yang berhubungan dengan segala perbuatan Allah seperti
Mencipta, Memelihara, Mneghidupkan, Mematikan, dsb.
2. Tauhid Uluhiyyah, manusia menjadi subjeknya, maksudnya
segala perbuatan manusia tidak diperkenankan keluar dari ketauhidannya kepada
Allah atau tidak menyelutukan Allah dalam setiap perbuatannya.
3. Tauhid Asma’ Wash Shifat, yaitu meyakini sifat-sifat
dan nama-nama Allah yang telah Allah tetapkan dalan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan
menetapkan bahwa sifat-sifat dan nama-nama Allah berbeda dengan mahluk-Nya.
Untuk pembagian
tauhid sendiri butuh perlu dijabarkan dalam artikel tersendiri mengingat
pembahasannya yang kompleks.Tauhid itu sendiri adalah tujuan penciptaan mahluk
(manusia dan jin) sebagaimana firman Allah :
“Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia melainkan
hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Kemudian muncul pertanyaan kapan kita diperintahkan untuk
bertauhid?
Dalam ayat
di atas dapat kita dapati bahwa sebelum kita diciptakan saja Allah telah
memiliki tujuan penciptaan kita yaitu ibadah kepada-Nya dan inti dari ibadah
itu sendiri adalah tauhid. Jadi setiap mahluk (Jin dan manusia) diciptakan
untuk bertauhid. Dengan kata lain, bersamaan dengan penciptaan beban tauhid
telah melekat pada kita. Dan tauhid itu sendiri adalah fitrah manusia. Dan
setiap jiwa yang terlahir ke dunia ini memiliki fitrah Tauhid, kemudian
tergantung orang disekitarnya yang akan menjadikan dirinya seorang yahudi,
nasrani, atau majusi.
Alasan mengapa kita harus bertauhid tidak akan mampu
dituliskan seluruhnya oleh ulama manapun. Mengapa saya mengatakan seperti itu,
karena sangalah besar rahmat dan nikmat Allah sedangkan manusia mahluk yang
sering tidak bersyukur. Mari kita ambil contoh pada penciptaan sehelai rambut,
bila kita mampu mengurai hikmah penciptaan sehelai rambut itu dan
mensyukurinya, maka di dalam penciptaannya terdapat jutaan alasan atau bahkan
lebih yang bisa kita jadikan alasan untukl bertauhid kepada Allah. Sebagaimana
firman Allah :
“ Dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, Niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya…”
(QS. An-Nahl : 18). Allah memberitahukan kepada kita bahwa nikmat-Nya tak
terhingga jumlahnya. Dan apabila kita lebih arif dalam mentadzaburi ayat
tersebut, maka kita akan mendapati bahwa satu nikmat dario Allahsudah cukup
menjadi satu alasan untuk bertauhid. Dengan kata lain, konsekuensi dari
nikmat-nikmat Allah adalah tauhid kepada –Nya. Maka dari itu, sesungguhnya kita
memiliki alasan yang tidak terbatas jumlahnya untuk mentauhidkan Allah. Saya
ambilkan contoh, bila saja ada satu nikmat Allah yang tiba-tiba diambil dari
kita semisal penglihatan kita. Subhanallah, kita akan merasakan betapa sungguh
sangat berartinya penglihatan itu bagi kita. Apakah ada alasan lagi bagi kita
untuk tidak mentauhidkan-Nya? Karena tak terhingganya nikmat Allah kepada kita,
secara implisit(tersirat) Allah menutup seluruh alasan bagi kita untuk tidak
mentauhidkan-Nya.
Beberapa orang terlalu sempit
mendefinisikan tauhid itu sendiri. Seolah-olah tauhid itu hanya ada dalam
aspek-aspek ibadah. Demi Allah wahai saudaraku, Allah menuntut kita untuk
mentauhidkannya di seluruh aspek kehidupan. Mari kita urai satu per satu.
Ambilah contoh seorang penuntut ilmu (pelajar/santri) ketika dia paham tentang
konsep tauhid, dia akan semangat dan bersabar dalam menuntut ilmu.
Kita wajib bertauhid karena Alloh SWT menciptakan jin dan
manusia hanyalah untuk bertauhid, yaitu mengesakan ibadah untuk Alloh SWT.
Alloh berfirman dalam Surat Adz-Dzariyat 56:
"dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku"
Alloh SWT telah mengutus para Rosul untuk umatnya dengan
tujuan mengajak mereka kepada tauhid.
Alloh SWT berfirman dalam Surat An-Nahl 36:
"dan
sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)."
Toghut adalah segala sesembahan selain
Alloh SWT. Seorang muslim yang tidak memahami tauhid yang merupakan ajaran inti
agama islam sebenarnya tidak memahami agamanya, meskipun dia mengaku telah
mempelajari ilmu-ilmu yang banyak.
Tauhid adalah sesuatu yang
sudah akrab di telinga kita. Namun tidak ada salahnya kita mengingat beberapa
keutamaannya. Karena dengan begitu bisa menambah keyakinan kita atau meluruskan
tujuan sepak terjang kita yang selama ini yang mungkin keliru. Karena
melalaikan masalah tauhid akan berujung pada kehancuran dunia dan akhirat.
Tujuan Diciptakannya Makhluk Adalah untuk Bertauhid
Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyaat: 56). Imam Ibnu
Katsir rohimahulloh berkata, yaitu tujuan mereka Kuciptakan adalah
untuk Aku perintah agar beribadah kepada-Ku, bukan karena Aku membutuhkan
mereka (Tafsir Al Qur’anul ‘Adzhim, Tafsir surat Adz Dzariyaat). Makna
menyembah-Ku dalam ayat ini adalah mentauhidkan Aku, sebagaimana ditafsirkan
oleh para ulama salaf.
Tujuan Diutusnya Para
Rasul Adalah untuk Mendakwahkan Tauhid
Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat
seorang Rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan tinggalkanlah thoghut.” (An
Nahl: 36). Thoghut adalah sesembahan selain Allah. Syaikh As
Sa’di berkata, Allah Ta’ala memberitakan bahwa hujjah-Nya telah tegak kepada
semua umat, dan tidak ada satu umatpun yang dahulu maupun yang belakangan,
kecuali Allah telah mengutus dalam umat tersebut seorang Rasul. Dan seluruh
Rasul itu sepakat dalam menyerukan dakwah dan agama yang satu yaitu beribadah
kepada Allah saja yang tidak boleh ada satupun sekutu bagi-Nya (Taisir Karimirrohman,
Tafsir surat An Nahl). Beribadah kepada Allah dan mengingkari thoghut itulah
hakekat makna tauhid.
Tauhid Adalah Kewajiban
Pertama dan Terakhir
Rasul memerintahkan para utusan dakwahnya agar menyampaikan tauhid terlebih
dulu sebelum yang lainnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ta’ala ‘anhu, “Jadikanlah
perkara yang pertama kali kamu dakwahkan ialah agar mereka mentauhidkan Allah.” (Riwayat
Bukhori dan Muslim). Nabi juga bersabda, “Barang siapa yang perkataan
terakhirnya Laa ilaaha illalloh niscaya masuk surga.” (Riwayat Abu Dawud,
Ahmad dan Hakim dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Gholil).
Tauhid Adalah Kewajiban yang Paling Wajib
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan
Allah mengampuni dosa selain itu bagi orang-orang yang Dia kehendaki.” (An
Nisaa’: 116). Sehingga syirik menjadi larangan yang terbesar. Sebagaimana
syirik adalah larangan terbesar maka lawannya yaitu tauhid menjadi kewajiban
yang terbesar pula. Allah menyebutkan kewajiban ini sebelum kewajiban lainnya
yang harus ditunaikan oleh hamba. Allah Ta’ala berfirman, “Sembahlah Allah
dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah
pada kedua orang tua.” (An Nisaa’: 36)
Kewajiban ini lebih wajib daripada semua kewajiban, bahkan lebih wajib
daripada berbakti kepada orang tua. Sehingga seandainya orang tua memaksa
anaknya untuk berbuat syirik maka tidak boleh ditaati. Allah berfirman, “Dan
jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya…” (Luqman: 15)
Hati yang Saliim Adalah
Hati yang Bertauhid
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah
di dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh
tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Allah Ta’ala berfirman, “Hari dimana harta dan keturunan tidak bermanfaat
lagi, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang saliim (selamat).” (Asy
Syu’araa’: 88-89). Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata, yaitu hati
yang selamat dari dosa dan kesyirikan (Tafsir Al Qur’anul ‘Adzhim, Tafsir surat
Asy Syu’araa’). Maka orang yang ingin hatinya bening hendaklah ia memahami
tauhid dengan benar.
Tauhid Adalah Hak Allah
yang Harus Ditunaikan Hamba
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak
Allah yang harus ditunaikan hamba yaitu mereka menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun…” (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya artinya mentauhidkan Allah dalam
beribadah. Tidak boleh menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dalam
beribadah, sehingga wajib membersihkan diri dari syirik dalam ibadah. Orang yang
tidak membersihkan diri dari syirik maka belumlah dia dikatakan sebagai orang
yang beribadah kepada Allah saja (diringkas dari Fathul Majid).
Ibadah adalah hak Allah semata, maka barangsiapa menyerahkan ibadah kepada
selain Allah maka dia telah berbuat syirik. Maka orang yang ingin menegakkan
keadilan dengan menunaikan hak kepada pemiliknya sudah semestinya menjadikan
tauhid sebagai ruh perjuangan mereka.
Tauhid Adalah Sebab Kemenangan di Dunia dan di Akhirat
Para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshor radhiyallahu ta’ala
‘anhum adalah bukti sejarah atas hal ini. Keteguhan para sahabat dalam
mewujudkan tauhid sebagai ruh kehidupan mereka adalah contoh sebuah generasi yang telah
mendapatkan jaminan surga dari Allah serta telah meraih kemenangan dalam
berbagai medan pertempuran, sehingga banyak negeri takluk dan ingin hidup di
bawah naungan Islam. Inilah generasi teladan yang dianugerahi kemenangan oleh
Allah di dunia dan di akhirat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Orang-orang yang terdahulu (masuk
Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah telah ridho kepada mereka dan mereka pun telah ridho kepada
Allah. Allah telah menyiapkan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.” (At Taubah: 100)
Namun sangat disayangkan, kenyataan umat Islam di zaman ini yang diliputi
kebodohan bahkan dalam masalah tauhid! Maka pantaslah kalau kekalahan demi
kekalahan menimpa pasukan Islam di masa ini. Ini menunjukkan bahwa ada yang
salah dalam akidah. Wallahu A’lam bish showaab.
No comments:
Post a Comment