1

loading...

Tuesday, October 30, 2018

MAKALAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM

MAKALAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama perawatan. Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan. oleh karena itu harus ada pengetahuan khusus terhadap budidaya tersebut.
Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14 cm. Jamur ini memiliki miselium.  Tubuh buah jamur inilah yang bernilai ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman. Sehingga tidak kegagalan dalam usaha budidaya jamur ini.
Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastic. Pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kita harus mengetahui mengenai kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya sebelum kita melakukan budidaya jamur tiram.
Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Hal ini penting untuk jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur tiram dan perlu diingat Jamur Tiram ini tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak .
Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat laku di pasaran saat ini sebagai salah satu bahan makanan. Namun jamur tersebut sangatlah sulit untuk ditemukan di alam saat ini dan kemunculannya juga hanya sedikit. Dari sebab itu di perlukanlah suatu budidaya jamur tiram untuk memenuhi permintaan pasar. Dan tidak sedikit jamur yang berasal dari indonesia di impor ke luar negri.



1.2   Rumusan Masalah
  1.  Apa saja persiapan yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram?
  2.  Bagaimana proses dalam penanaman jamur tiram ?
  3.  Bagaimana cara pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram?
  4.  Bagaimana pengemasan dan transportasi  hasil panen jamur tiram?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui persiapan apa saja yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram.
2.      Untuk mengetahui proses penanaman jamur tiram.
3.      Untuk mengetahui cara pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram.
4.      Untuk mengetahui bagaimana proses pengemasan dan transportasi hasil dari jamur tiram.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.(Pleurotus ostreatus) di sebut jamur tiram sebab mempunyai tubuh yang ada tangkainya dan biasanya tumbuh di samping atau tumbuh menyamping dan bentuknya mirip sekali dengan tiram. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.(Pleurotus ostreatus) di sebut jamur tiram sebab mempunyai tubuh yang ada tangkainya dan biasanya tumbuh di samping atau tumbuh menyamping dan bentuknya mirip sekali dengan tiram.
 Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutanKing Oyster Mushroom.[1]

B.     Kandungan Gizi Jamur Tiram :
Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung : protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 %.
Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.
72% Lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.[2]

C.      Syarat Tumbuh Jamur Tiram
1.    Temperature
Serat (miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 23-28 °C, artinya kisaran temperature normal untuk pertumbuhannya.  Waluapun begitu, dengan temperature di bawah 23 °C, miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buahnya yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu antara 13-15 °C selama 2 samapai 3 hari.
Bila nilai temperature rendah tersebut tidak didapatkan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu pertumbuhan tumbuh buah jamur tidak akan terbentuk, yang berarti pemeliharaan tidak berhasil, atau walaupun terbentuk maka waktu yang diperlukan akan lama.
Tetapi walaupun demikian fase kedua jamur tiram putih tersebut masih dapat tumbuh pada rentang suhu 12-37,8 °C.
2.       Kelembapan
Kandungan air di dalam subtract sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur.
Terlalu  sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan mati. Kandungan air didalam subtract tanaman akan didapat dengan baik bila dilakukan penyiraman.
Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada subtract yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara sekitar 70-85%.

3.        Cahaya
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak dapat tumbuh pada tempat gelap. Cahaya diperlukan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah. Tangkai jamur akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal bila saat pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyiraman.
Akan tetapi, cahaya matahari yang menembus secara langsung dapat merusak dan menyebabkan kelayuan, serta ukuran tudung yang relative kecil. Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya yang bersifat menyebar. Oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon di dekat bangunan tempat pemeliharaan jamur.
4.       Udara
Jamur tiram putih adalah tanaman saprofit fakultatif aerobic yang membutuhkan oksigen sebangai senyawa untuk pertumbuhannya. Sirkulasi udara yang lancer akan menjamin pasokan oksigen. Terbatasnya pasokan oksigen udara disekitar tempat tumbuh jamur dapat mengganggu pertumbuhan tubuh buah.
Jamur tiram juga yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh buah kecil dan abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksisgen akan mudah layu  dan mati. Jamur tiram juga memerlukan sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, harus diberi ventilasi agar pertukaran udara dapat berjalan secara baik.
Pertumbuhan miselium jamur memerlukan kandungan karbon dioksida yang agak tinggi, yaitu 15%-20%. Tetapi, jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang mengandung karbo dioksida yang terlalu tinggi memiliki tubuh buah yang abnormal. Biasanya, tudung jamur tiram tumbuuh relative kecil dibandingkan tangkainya.

5.      Derajat Keasaman (pH)
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH media yang sedikit asam, yaitu antara 5,0-6,5. Nilai pH medium diperlukan untuk produksi metabolism dari jamur tiram putih, seperti produksi asam organic.
Kondisi asam dapat menyebabkan pertumbuhan miselium jamur tiram terganggu, tumbuh kontaminasi oleh jamur lain, bahkan menimbulkan kematian jamur tiram putih. Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa), dapat menyebabkan system metabolism dari jamur tiram putih tidak efektif. Bahkan, menyebabkan kematian.[3]

6.      Ketinggian Tempat
Kondisi di atas lebih mudah dicapai didaerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur didataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur.[4]

BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Pembudidayaan Jamur Tiram di riak siabun 1
Waktu penelitian pada hari Minggu 30 September 2018- Jumat 5 Oktober 2018

B.   Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah kelompok tani pembudidayaan jamur tiram

C.   Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.       Melalui wawancara dengan pemilik pabrik pembudidayaan jamur tiram
2.       Melakukan observasi melalui internet dan melihat kelapangan.

D.   Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Pergi ketempat penelitian.
2.      Wawancara dengan pemilik pembudidayaan jamur tiram.
3.      Melihat proses pembuatan jamur tiram.
4.      Melihat tanaman jamur tiram.
5.      Melihat pemanenan jamur tiram

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.    Persiapan yang dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit tanaman jamur tiram dapat dibeli di petani jamur tiram . Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram.  Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media sema adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.

B.   Proses Dalam Penanaman Jamur Tiram
Adapun proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai berikut :
1.  Serbuk gergaji dipilih dan dibersihkan. Bagian yang besar dan tajam dibuang karena dapat  merusak plastik substrat.
2. Bahan yang sudah ada dicampur sesuai komposisi takaran dalam jolang / baskom plastik. Aduk sampai merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan. Adapun bahan yang dicampurkan untuk menghasilkan 100 log adalah sebagai berikut :
·         Serbuk gergaji 40 karung
·         Tepung jagung 0,6 kg
·         Dedak halus 10 Kg
·         Kapur 3 Saset/15 Kg
3. Campuran bahan dimasukan ke dalam plastik transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,5. Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya merata. Jangan lupa, ujung plastik bagian bawah ditusuk jari telunjuk supaya masak. Hal ini dilakukan agar bahan yang dimasukkan dan dipadatkan bisa duduk posisinya (tidak miring). Pengisian dilakukan tidak terlalu penuh, tapi disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam mengikat.
4. Tiap log ditimbang beratnya, yaitu sebanyak 1,2 kg.
5. Sisa ujung plastik ke dalam cincin dilipat keluar, lalu diikat mulut plastik tersebut dengan karet tahan panas.
6.  Tutup mulut log tersebut dengan kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu diikat lagi dengan karet.
7.  Dilakukan pengukusan terhadap log media selama 12 jam.
8.  Lamanya pengukusan dihitung setelah air di dalam drum mendidih.
9.   Setelah selesai pengukusan, media di angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau       sampai dingin pada ruangan yang tertutup. Untuk selanjutnya, dilakukan penanaman bibit.
10.     Setelah media dingin, baru dilakukan penanaman bibit, caranya:
·         Penanaman bibit dilakuan di ruangan tertutup
·         Semprot isi ruangan dengan alkohol 95%
·         Gunakan sarung sarung tangan dan semprot dengan alkohol 95%
·         Untuk memudahkan penanaman bibit, media yang akan diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri. Bibit yang akan ditanamkan disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara media yang akan ditanami dan bibit, disimpan lampu spirtus.
·         Buka karet, kertas penutup, serta kapas penutup media.
·         Masukkan 3 sendok makan bibit untuk satu log media.
·         Setiap gerakan sendok yang dipakai, dipanaskan dengan api dari lampu spirtus.
·         Media yang sudah ditanami bibit tersebut ditutup kembali dengan kapas.
·         Penanaman bibit dikerjakan dengan cepat, tetapi harus teliti.
11.     Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak.
12.     Biarkan sampai seluruh media diisi miselium jamur.
13.     Miselium tumbuh memenuhi log media. Setelah seluruh log media ditumbuhi miselium,
         tutup kapas dan cincin pada bagian atas log tersebut dibuka.
14.     Kelembapan lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer.
15.     Tubuh buah yang sudah cukup mekar dapat dipanen

C. Pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
1.        Hama Penyakit Jamur Tiram
Ø  Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.
Ø  Semut, Laba-laba, dan Kleket
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
D.      Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin. Namun untuk saat ini pemasaran jamur tiram hanya di sekitar kota tasikmalaya dan pemanenan jamur tiram hanya dilakukan 3 hari sekali dan banyak masyarakat yang ada di sekitar tempat pembudidayaan yang langsung membelinya ke tempat tersebut. Jadi ada kalanya jamur tiram sudah habis di beli oleh masyarakat sekitar. Dan jika ada jamur tiram yang tidak laku petani menggolahnya menjadi makanan misalnya jamur krispy maupun pepes jamur tiram.

BAB V
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Ternyata pembudidayaan jamur itu tidaklah mudah ada beberapa tahapan yang harus dilalui dan butuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan dalam menjaga jamur tersebut supaya tidak terkena hama penyakit yang dapat menumbulkan gagal panen. Keberhasilan pembudidayaan jamur itu sendiri terletak pada kebersihan yang dilakukan pembudidaya terhadap tanaman jamur. Mulai dari persiapan penanaman jamur, sterilisasi bahan, sterilisasi bagbog hingga penanaman bibit jamur tersebut ke bablog tidak cukup sampai di sisni saja petani juga harus tetap menjaga suhu yang ada di ruangan pembudidayaan tetap stabil untuk memperoleh hasil yang maksimal atau jamur yang berukuran besar yang sangatlah laku di pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 29-30 hari setelah pembibitan dimulai. Atau setelah 2-3 minggu hingga buah berbentuk. Setelah pemanenan jamur tiram haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi hasil yang besar dan kecil bisasnya hasil yang besar oleh petani langsung di jual ke pasaran namun untuk hasil yang kecil petani pengolah kembali jamur tersebut menjadi makanan misal jamur krispy yang di jual di sekitar pembudidayaan tersebut. Pengemasan jamur tiram yang akan di jual kepasaran dengan menggunakan plastik kedap udara supaya jamur dapat bertahan lama atau jika jamur tidak laku bisa di simpan di lemari pendingan agar jamur tetap segar.

  1. SARAN
  Hendaknya kita sebagai generasi muda dan pelajar mau mengetahi proses dalam pembudidayaan jamur tiram.
 Pembudidayaan tanaman jamur harus ditingkatkan guna mengwujudkan kebutuhan pasar dan menggurangi pengangguran yang ada saat ini.
Kegiatan pembudidayaan harus di perkenalkan kepada generasi muda atau pelajar, hal ini dapat dilakukan dengan adanya campur tangan dari orang tua, pihak sekolah maupun masyarakat yang ada di sekitar lingkungan mereka.




[1] Bakrun,muchrodi Dkk,Pembibitan,Pembudidayaan dan Analisis jamur tiram (Jakarta : Penebar Swadaya, 1999) h. 5
[2] Rahmat,Dasar-dasar budidaya jamur tiram (Bandung :Majipublikasi,2000) h.9
[3] Bakrun,muchrodi Dkk,Pembibitan,Pembudidayaan dan Analisis jamur tiram (Jakarta : Penebar Swadaya, 1999) h. 11
[4] Rahmat,Dasar-dasar budidaya jamur tiram (Bandung :Majipublikasi,2000) h.13

No comments:

Post a Comment