MAKALAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan
karena teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu
diperhatikan faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi
selama perawatan. Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik
maka hasilnya pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi
mendatangkan kegagalan. oleh karena itu harus ada
pengetahuan khusus terhadap budidaya tersebut.
Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter
tubuh 3-14 cm. Jamur ini memiliki miselium. Tubuh buah jamur inilah yang
bernilai ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik
budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu
diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih menguasai
dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman. Sehingga tidak kegagalan
dalam usaha budidaya jamur ini.
Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media
yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastic. Pertumbuhan
jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena
itu, kita harus mengetahui mengenai kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya
sebelum kita melakukan budidaya
jamur tiram.
Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan
biasanya tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman
berkayu. Hal ini penting untuk jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur
tiram dan perlu diingat Jamur Tiram ini tidak memerlukan cahaya matahari yang
banyak .
Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat laku di
pasaran saat ini sebagai salah satu bahan makanan. Namun jamur tersebut
sangatlah sulit untuk ditemukan di alam saat ini dan kemunculannya juga hanya
sedikit. Dari sebab itu di perlukanlah suatu budidaya jamur tiram untuk
memenuhi permintaan pasar. Dan tidak sedikit jamur yang berasal dari indonesia
di impor ke luar negri.
1.2
Rumusan Masalah
- Apa
saja persiapan yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram?
- Bagaimana
proses dalam penanaman jamur tiram ?
- Bagaimana
cara pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram?
- Bagaimana
pengemasan dan transportasi hasil
panen jamur tiram?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui persiapan apa saja
yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram.
2. Untuk mengetahui proses penanaman jamur tiram.
3. Untuk mengetahui cara pengendalian hama penyakit dalam budidaya
jamur tiram.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pengemasan dan transportasi
hasil dari jamur tiram.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah
jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes
dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya
berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak
cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering
dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.(Pleurotus ostreatus) di sebut
jamur tiram sebab mempunyai tubuh yang ada tangkainya dan biasanya tumbuh di
samping atau tumbuh menyamping dan bentuknya mirip sekali dengan tiram. Jamur
tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan
sebutan King Oyster Mushroom.(Pleurotus ostreatus) di sebut jamur tiram sebab
mempunyai tubuh yang ada tangkainya dan biasanya tumbuh di samping atau tumbuh
menyamping dan bentuknya mirip sekali dengan tiram.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas
Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem
dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian
tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus
eryngii dan sering dikenal dengan sebutanKing Oyster Mushroom.[1]
B.
Kandungan Gizi Jamur Tiram :
Berdasarkan
penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical
Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung : protein, air, kalori, karbohidrat,
dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin
C.
Jamur
tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan
kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak
dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi,
kalsium, karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup
tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100
gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen
karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2
mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100
kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk
pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 %.
Kandungan
gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.
Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih
tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan
proteinnya 10,5-30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%,
dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu
lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan
fenilalanin.
72%
Lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi
baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan
metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam
polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur
tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1
(tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam
jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor,
Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe,
Mn, Mo, Co, Pb Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu
dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat
logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi
setiap hari.[2]
C.
Syarat Tumbuh Jamur Tiram
1.
Temperature
Serat (miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan
baik pada kisaran suhu antara 23-28 °C, artinya kisaran temperature normal
untuk pertumbuhannya. Waluapun begitu, dengan temperature di bawah 23 °C,
miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh
buahnya yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu antara
13-15 °C selama 2 samapai 3 hari.
Bila nilai temperature rendah
tersebut tidak didapatkan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu
pertumbuhan tumbuh buah jamur tidak akan terbentuk, yang berarti pemeliharaan
tidak berhasil, atau walaupun terbentuk maka waktu yang diperlukan akan lama.
Tetapi walaupun demikian fase kedua
jamur tiram putih tersebut masih dapat tumbuh pada rentang suhu 12-37,8 °C.
2. Kelembapan
Kandungan air di dalam subtract
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur.
Terlalu sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan akan terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila
terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan mati. Kandungan air didalam
subtract tanaman akan didapat dengan baik bila dilakukan penyiraman.
Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang
lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh
optimal pada subtract yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk
merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara
sekitar 70-85%.
3. Cahaya
Miselium jamur tiram putih tumbuh
optimal pada keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak dapat tumbuh
pada tempat gelap. Cahaya diperlukan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah.
Tangkai jamur akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal bila saat
pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyiraman.
Akan tetapi, cahaya matahari yang
menembus secara langsung dapat merusak dan menyebabkan kelayuan, serta ukuran
tudung yang relative kecil. Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya yang
bersifat menyebar. Oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon di dekat bangunan
tempat pemeliharaan jamur.
4. Udara
Jamur tiram putih adalah tanaman
saprofit fakultatif aerobic yang membutuhkan oksigen sebangai senyawa untuk
pertumbuhannya. Sirkulasi udara yang lancer akan menjamin pasokan oksigen.
Terbatasnya pasokan oksigen udara disekitar tempat tumbuh jamur dapat
mengganggu pertumbuhan tubuh buah.
Jamur
tiram juga
yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh buah kecil dan
abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksisgen
akan mudah layu dan mati. Jamur tiram juga memerlukan sirkulasi udara
segar untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, harus diberi ventilasi agar
pertukaran udara dapat berjalan secara baik.
Pertumbuhan miselium jamur
memerlukan kandungan karbon dioksida yang agak tinggi, yaitu 15%-20%. Tetapi,
jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang mengandung karbo dioksida yang terlalu
tinggi memiliki tubuh buah yang abnormal. Biasanya, tudung jamur tiram tumbuuh
relative kecil dibandingkan tangkainya.
5. Derajat
Keasaman (pH)
Miselium jamur tiram putih tumbuh
optimal pada pH media yang sedikit asam, yaitu antara 5,0-6,5. Nilai pH medium
diperlukan untuk produksi metabolism dari jamur tiram putih, seperti produksi
asam organic.
Kondisi asam dapat menyebabkan
pertumbuhan miselium jamur tiram terganggu, tumbuh kontaminasi oleh jamur lain,
bahkan menimbulkan kematian jamur tiram putih. Kondisi pH yang terlalu tinggi
(basa), dapat menyebabkan system metabolism dari jamur tiram putih tidak
efektif. Bahkan, menyebabkan kematian.[3]
6.
Ketinggian Tempat
Kondisi di atas lebih mudah dicapai
didaerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur
didataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur
dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur.[4]
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Pembudidayaan Jamur
Tiram di riak siabun 1
Waktu penelitian pada hari Minggu 30
September 2018- Jumat 5 Oktober 2018
B. Subjek
Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah kelompok
tani pembudidayaan jamur tiram
C. Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1.
Melalui wawancara dengan pemilik
pabrik pembudidayaan jamur tiram
2.
Melakukan observasi melalui internet
dan melihat kelapangan.
D. Prosedur
Penelitian
Prosedur
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pergi
ketempat penelitian.
2. Wawancara
dengan pemilik pembudidayaan jamur tiram.
3. Melihat
proses pembuatan jamur tiram.
4. Melihat
tanaman jamur tiram.
5. Melihat
pemanenan jamur tiram
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Persiapan yang dilakukan
dalam pembudidayaan jamur tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya
jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog,
bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit tanaman jamur tiram dapat
dibeli di petani jamur tiram . Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana,
harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram
di dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan
takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari
standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran
bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas.
Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu
membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan
setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya
jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan
lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi
sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras
karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan
hasil panen jamur tiram. Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa
yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai
media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni.
Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat
penggergajian kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus
dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan
dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari.
Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50
derajat C.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah
kantong plastik bening tahan panas berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi
media sema adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau
bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang
harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi
bahan dan sterilisasi baglog.
B. Proses Dalam Penanaman Jamur Tiram
Adapun proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai berikut :
1. Serbuk gergaji dipilih
dan dibersihkan. Bagian yang besar dan tajam dibuang karena dapat merusak plastik substrat.
2. Bahan yang sudah ada
dicampur sesuai komposisi takaran dalam jolang / baskom plastik. Aduk sampai
merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan. Adapun bahan yang dicampurkan
untuk menghasilkan 100 log adalah sebagai berikut :
·
Serbuk gergaji 40 karung
·
Tepung jagung 0,6 kg
·
Dedak halus 10 Kg
·
Kapur 3 Saset/15 Kg
3. Campuran bahan dimasukan ke
dalam plastik transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,5. Media harus
dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya
merata. Jangan lupa, ujung plastik bagian bawah ditusuk jari telunjuk supaya
masak. Hal ini dilakukan agar bahan yang dimasukkan dan dipadatkan bisa duduk
posisinya (tidak miring). Pengisian dilakukan tidak terlalu penuh, tapi
disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam mengikat.
4. Tiap log ditimbang beratnya,
yaitu sebanyak 1,2 kg.
5. Sisa ujung plastik ke dalam
cincin dilipat keluar, lalu diikat mulut plastik tersebut dengan karet tahan
panas.
6. Tutup mulut log
tersebut dengan kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu diikat lagi dengan
karet.
7. Dilakukan pengukusan
terhadap log media selama 12 jam.
8. Lamanya pengukusan
dihitung setelah air di dalam drum mendidih.
9. Setelah selesai
pengukusan, media di angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan yang tertutup.
Untuk selanjutnya, dilakukan penanaman bibit.
10. Setelah
media dingin, baru dilakukan penanaman bibit, caranya:
·
Penanaman bibit dilakuan di ruangan
tertutup
·
Semprot isi ruangan dengan alkohol
95%
·
Gunakan sarung sarung tangan dan
semprot dengan alkohol 95%
·
Untuk memudahkan penanaman bibit,
media yang akan diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri. Bibit yang
akan ditanamkan disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara media yang akan
ditanami dan bibit, disimpan lampu spirtus.
·
Buka karet, kertas penutup, serta
kapas penutup media.
·
Masukkan 3 sendok makan bibit untuk
satu log media.
·
Setiap gerakan sendok yang dipakai,
dipanaskan dengan api dari lampu spirtus.
·
Media yang sudah ditanami bibit
tersebut ditutup kembali dengan kapas.
·
Penanaman bibit dikerjakan dengan
cepat, tetapi harus teliti.
11. Media
yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak.
12. Biarkan
sampai seluruh media diisi miselium jamur.
13. Miselium
tumbuh memenuhi log media. Setelah seluruh log media ditumbuhi miselium,
tutup kapas dan cincin pada bagian atas log
tersebut dibuka.
14. Kelembapan
lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer.
15. Tubuh
buah yang sudah cukup mekar dapat dipanen
C. Pengendalian hama
penyakit dalam budidaya jamur tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga
perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit
yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur
tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri.
Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit
kemungkinan dapat berbeda-beda.
1. Hama
Penyakit Jamur Tiram
Ø Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam
budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor
kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang
tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh
sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi
solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara.
Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman
keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat
menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab
munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi
karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi
busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan
pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau
batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar
kumbung tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar
rumah kumbung.
Untuk
mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung
dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.
Ø Semut,
Laba-laba, dan Kleket
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan
membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara
kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara
ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan
insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk
organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara
mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah
lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk
mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan
tangan.
D.
Pengemasan dan Transportasi Hasil
Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik
kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram
semakin tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik
kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari.
Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik,
proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses
pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat
transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin. Namun untuk saat ini
pemasaran jamur tiram hanya di sekitar kota tasikmalaya dan pemanenan jamur
tiram hanya dilakukan 3 hari sekali dan banyak masyarakat yang ada di sekitar
tempat pembudidayaan yang langsung membelinya ke tempat tersebut. Jadi ada
kalanya jamur tiram sudah habis di beli oleh masyarakat sekitar. Dan jika ada
jamur tiram yang tidak laku petani menggolahnya menjadi makanan misalnya jamur
krispy maupun pepes jamur tiram.
BAB V
PENUTUP
- KESIMPULAN
Ternyata pembudidayaan jamur itu tidaklah mudah ada beberapa
tahapan yang harus dilalui dan butuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan dalam
menjaga jamur tersebut supaya tidak terkena hama penyakit yang dapat
menumbulkan gagal panen. Keberhasilan pembudidayaan jamur itu sendiri terletak
pada kebersihan yang dilakukan pembudidaya terhadap tanaman jamur. Mulai dari
persiapan penanaman jamur, sterilisasi bahan, sterilisasi bagbog hingga
penanaman bibit jamur tersebut ke bablog tidak cukup sampai di sisni saja
petani juga harus tetap menjaga suhu yang ada di ruangan pembudidayaan tetap
stabil untuk memperoleh hasil yang maksimal atau jamur yang berukuran besar
yang sangatlah laku di pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 29-30 hari setelah
pembibitan dimulai. Atau setelah 2-3 minggu hingga buah berbentuk. Setelah
pemanenan jamur tiram haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi hasil
yang besar dan kecil bisasnya hasil yang besar oleh petani langsung di jual ke
pasaran namun untuk hasil yang kecil petani pengolah kembali jamur tersebut
menjadi makanan misal jamur krispy yang di jual di sekitar pembudidayaan
tersebut. Pengemasan jamur tiram yang akan di jual kepasaran dengan menggunakan
plastik kedap udara supaya jamur dapat bertahan lama atau jika jamur tidak laku
bisa di simpan di lemari pendingan agar jamur tetap segar.
- SARAN
Hendaknya kita sebagai generasi muda dan pelajar
mau mengetahi proses dalam pembudidayaan jamur tiram.
Pembudidayaan tanaman jamur harus ditingkatkan guna
mengwujudkan kebutuhan pasar dan menggurangi pengangguran yang ada saat ini.
Kegiatan pembudidayaan harus di perkenalkan kepada generasi
muda atau pelajar, hal ini dapat dilakukan dengan adanya campur tangan dari
orang tua, pihak sekolah maupun masyarakat yang ada di sekitar lingkungan
mereka.
[1] Bakrun,muchrodi
Dkk,Pembibitan,Pembudidayaan dan Analisis jamur tiram (Jakarta : Penebar
Swadaya, 1999) h. 5
[2] Rahmat,Dasar-dasar
budidaya jamur tiram (Bandung :Majipublikasi,2000) h.9
[3] Bakrun,muchrodi
Dkk,Pembibitan,Pembudidayaan dan Analisis jamur tiram (Jakarta : Penebar
Swadaya, 1999) h. 11
[4] Rahmat,Dasar-dasar
budidaya jamur tiram (Bandung :Majipublikasi,2000) h.13
No comments:
Post a Comment