1

loading...

Sunday, October 21, 2018

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Konsep Belajar dan Teori Mengajar
 (Teori belajar operant conditioning dan classical conditioning)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar merupakan proses perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu. Misalnya seorang anak yang awalnya tidak bisa berbahasa Inggris menjadi mahir. Akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan hasil dari proses belajar. Misalnya, kita lihat perubahan yang terjadi pada bayi, bayi yang semula tidak bisa tengkurap lalu dapat tengkurap merupakan perubahan karena kematangan, bukan karena proses belajar.
Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, yang pertama ialah pembelajaran dipandang sebagai suatu system. Dari sudut pandang ini maka pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi, antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teori pembelajaran dan lain sebagainya. Sedangkan sudut pandang yang kedua pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. 
Banyak teori-teori pembelajaran yang telah disajikan untuk persiapan mengajar. Hal ini mengingat betapa pentingnya seorang guru dapat mengajar anak didiknya dengan baik, dan bagaimana anak didik dapat menerima apa yang diajarkan gurunya dengan baik pula.
Teori-teori belajar memang banyak dan beragam, namun dalam makalah ini akan difokuskan pembahasannya pada teori Classical Conditioning dan  operant conditioning  atau sering disamakan dengan behavioral conditioning dari B.F. Skinner. Skinner memiliki pandangan lain dalam mendefinisikan belajar, baginya belajar ialah tingkah laku. Teori Skinner ini merupakan salah satu teori yang paling berpengaruh di bidang pendidikan selama bertahun-tahun.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Teori Classical Conditioning?
2.      Bagaimana Teori Operant Conditioning?
3.      Apasaja Kelebihan dan Kekurangan Teori Classical Conditioning?
4.      Apasaja Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Operant  Conditioning?

C.     Tujuan Masalah
1.      Dapat mengetahui teori Classical Conditioning
2.      Memahami dari teori Operant Conditioning
3.      Mengerti dan memahami kelemahan dan kekurang dari teori Classical Conditioning
4.      Mengetahui kelebihan dan kekurang dari teori Operant Conditioning


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Belajar Conditioning
a.       Pengertian Teori Belajar Conditioning
Teori ini memperluas penemuan John B.Watson tentang belajar, yang mengemukakan bagaimana cara atau metode untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik berdasarkan teori conditioning ini. tingkah laku manusia secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan tingkah laku yang terdiri atas unit-unit.
Unit-unit tingkah laku ini merupakan reaksi atau respon dari perangsang atau stimulus sebelumnya dan kemudian unit tersebut dapat terjadi stimulus pula yang menimbulkan respon bagi unit tingkah laku berikutnya dan seterusnya. Pada proses conditioning ini, umumnya menjadi peroses asosiasi antara unit tingkah laku yang berurutan. Latihan yang berkali-kali memperkuat asosiasi yang terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang berikutnya. Pada percobaan ivan pavlov mengenai anjing yang penting diperhatikan adalah dapat diubahnya stimulus tertentu dengan stimulus yang lain.
Menurut Guthrie, untuk menggunakan kebiasaan yang tidak baik harus dilihat dalam rentetan deretan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan unit yang tidak baik atau menggantinya dengan yang lain atau yang seharusnya. Dalam mengubah tingkah laku atau kebiasaan pada hewan maupun manusia ada beberapa metode.
1.         Metode reaksi berlawanan (incompatible responsemethod). Manusia merupakan suatu organisme yang selalu mereaksi terhadap  perangsang tertentu.jika suatu reaksi terhadap perangsang telah menjadi suatu kebiasaan, maka cara mengubahnya adalah menghubungkan stimulus dengan respons yang berlawanan dengan reaksi buruk yang hendak dihilangkan. Ada dua contoh untuk hal ini, mengubah perilaku anak takut pada kelinci menjadi tidak takut lagi, dengan memberikan makanan yang disukai berkali-kali sampai anak tidak takut pada kelinci. Kemudian mengubah perilaku seorang pemabuk menjadi tidak pemabuk, dengan memberinya suntikan yang menyebabkan muntah sebelum disodori minuman dan dilakukan berkali-kali sehingga orang tersebut ingin muntah jika melihat minuman.
2.         Metode membosankan (exhaustive method). Tingkah laku yang buruk itu dibiarkan saja sampai lama, sehingga makhluk itu menjadi bosan. Melalui metode ini dapat menggunakan contoh sebagai berikut. Menjinakkan kuda liar menjadi kuda tunggangan, dengan menggunakan coboy secara bergantian yang melatih menunggangi kuda itu dalam waktu berturut-turut sehingga akhirnya kuda liar itu jinak.
3.         Metode mengubah lingkungan (Change of andvironment medhod). Dengan jalan memisahkan hubungan antara S dan R yang buruk, yang akan dihilangkan, yaitu menghilangkan kebiasaan buruk yang disebabkan oleh suatu perangsang (S) dengan mengubah perangsangnya sendiri.

B.     Pembagian Teori  conditioning
1.      Teori Classical Conditioning
a.         Ivan Pavlov
Ivan Pavlov adalah seorang ahli psikologi refleksologi dari Rusia yang mengadakan percobaan denagn anjing. Moncong anjing dibedah sehingga kelenjar ludanya berada diluar pipinya dan dimasukan dikamar gelap serta ada sebuah lubang didepan moncong tempat menyodorkan makanan atau menyemprotkan cahaya. Pada moncong yang dibedah dipasang selang yang dihubungkan dengan tabung diluar kamar sehingga dapat diketahui keluar atau tidak nya air liur pada waktu percobaan.  Hasil percobaan mengatakan bahwa gerakan refleks itu dapat dipelajari dan dapar berubah karena mendapat latihan, sehingga dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari, yaitu keluar nya air liur karena menerima atau bereaksi terhadap warna sinar tertentu atau terhadap bunyi tertentu.
Teori diatas juga disebut dengan teori classical, yang merupakan sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya Ivan Pavlov yng paling pertama dibidang conditioning (upaya pembiasan), serta untuk membedakan dari teori lainnya. Teori ini disebut juga respondent conditioning (pembiasaan yang dituntut). Teori ini sering disebut juga contemporari behaviorists atau juga disebut S-R psichologists yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (rewarde) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi, tingkah laku belajar terdapat jaringan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru yang menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan pada masa sekarang dan segenap tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka merupakan hasil belajar. Teori ini menganalisis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
b.         John B.watson
Ia merupakan orang pertama diamerika serikat yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian ivan pavlov. Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadi refleks atau respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan stimulus respons baru melalui conditioning. Ia mengadakan eksperimen tentang perasaan takut pada anak dengan menggunakan tikus atau kelinci. Dari hasil percobaannya dapat ditarik kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah atau dilatih. Anak-anak pada mulanya tidak takut kepada kelinci dibuat menjadi takut pada kelinci. Kemudian anak tersebut dilatih pula sehingga tidak menjadi takut lagi kepada kelinci.
Menurut teori conditioning, belajar itu merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditioning) yang kemudian menimbulkan reaksi. Untuk menjadikan orang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning adalah latihan yang kontinyu. Yang dituamakan dalam teori ini adalah belajar yang terjadi secara otomatis. Teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga merupakan hasil conditioning yaitu hasil latihan atau kebiasaan berreaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam kehidupannya. Kelemahan teori ini adalah bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis dan keaktifan serta penentuan pribadi dalam belajar tertentu saja seperti belajar tentang keterampilan tertentu dan pembiasaan pada anak-anak kecil.

c.         Kelebihan Dan Kekurangan Classical Conditioning
1.       Kelebihan
Ø  Cocok diterapkan ubruk pembelajaran yang menghendaki penguasaan keterampilan dengan latihan. Kerena dalam teori ini menghadirkan stimulasi yang dikondisikan untuk merubah tingkah laku pembelajar.
Ø  Memudahkan pendidik dalammengontrol pembelajaran, sebab individu tidak menyadari bahwa dia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2.      Kekurangan
Ø  Teori ini menganggap bahwa belajar hanyalah terjadi secara otomatis (ketika ia diberi stimulus yang sudah ditentukan pembelajar langsung memberikan respons) keaktifan pembelajar dan kehendak pribadi tidak dihiraukan.
Ø  Teori ini juga terlalu menonjolkan peranan latihan/kebiasaan padahal individu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh luar yang menyebabkan individu cenderung pasif karena akan tergantung pada stimulus yang diberikan.
Ø  Teori conditioning memang tepat kalu kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Dalam teori ini, proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima, mengingat perbedaan karakter fisik dan pisikis yang berbeda antara keduanya. Karena manusia memiliki kemampuan yang lebih untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja;  umpamanya dalam belajar yang mengenai skil (keterampilan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

2.    Teori Operent Conditioning (Skinner)
Teori Operent Conditioning dari Burrhus Frederic Skinner penganut Behaviorisme yang dianggap kontroversial, dengan teori pembiasaan perilaku responnya, merupakan teori belajar yang paling mudah daan masih sangat berpengaruh dikalangan pisikologi belajar masa kini. Karya tulisnya yang terbaru berjudul About Behaviorism. Didalam karyanya, tingkah lakunya terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Seperti pavlov dan Waston, skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons. Perbedaannya, skinner mambantu perincian lebih jauh, yang membedakan dua macam respons, yaitu respondent response dan operent response.
a.      Respondent Response (Reflexive Response)
Respondent response merupakan respons yang ditimbulkan oleh perangsang tertentu, misalnya keluarnya air liur setelah melihat makanan tertentu, dan umumnya perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.
b.      Operant Response (Instrumental Response)
Operant response yaitu resppons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena pengarang itu memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, respons yang demikian itu mengikuti tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Misalnya, seseorang anak yang sedang belajar melakukan perbuatan lalu mendapat hadiah, maka ia menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif atau kuat).
Kenyataan bahwa jenis respons pertama (reflexive response) sangat terbatas pada manusia dan jenis respons kedua (operant response) merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tidak terbatas. Oleh karena itu, skinner lebih memfokuskan pada jenis tingkah laku yang kedua, yang penting bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan memodifikasi tingkah laku.
a.    Prosedur pembentukan tingkah laku Operant Conditioning adalah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
2.      Menganalisis dan mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud, kemudian komponentersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pembentukan tingkah laku yang dimaksud.
3.      Urutan komponen tersebut sebagai tujuan sementara, sengan mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing-masing komponen itu.
4.      Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun.
Jadi, skinner menganggap reward atau reinforcement sebagai faktor terpenting dalam proses belajar, serta tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Perbedaan penting antara pavlov classical conditioning dan skinner operant conditioning adalah dalam classical conditioning, ada akibat-akibat suatu tingkah laku itu. Reinforcement tidak diperlukan karena stimulasinya menimbulkan respons yang diinginkan. Jadi, operant conditioning merupakan situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung. Percobaannya adalah dengan menggunakan tikus dalam sangkar, dengan menggunakan suatau discriminative stimulus (tanda untuk memperkuat respons), seperti tombol, lampu, dan pemindah makanan. Disamping itu, menggunakan pula suatu reinforcement stimulus berupa makanan.
Dalam pendidikan, operant conditioning menjamin respons terhadap stimulus. Apabila murid tidak mengajukan reaksi terhadap stimulus, guru tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya kearah tujuan perubahan tingkah laku.

b.       Jenis stimulus dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:
1.      Positive Reinforcement; penyajian stimulus dengan meningkatkan probalitas suatu respons. Contoh : jika guru memberi reward setiap anda menyelesaikan PR, anda mungkin akan mengulangi perilaku itu dimasa yang akan datang, sehingga membuat anda unutk eajin menyelesaikan PR.
2.      Negative Reinforcement; pembatasan stimulus yang tidak menyenangkan, yang jika dihentikan akan mengakibatkan probalitas respons. Contoh : jika kita tidak mengerjakan PR maka nilai kita akan rendah. Ibu kita secara terus menerus (mengomel) mengingatkan kita agar mengerjakan PR, sehingga akhirnya kita pun akan mengerjakan PR agar terhindar dari omelan orangtua.
3.      Hukuman; pemberian stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh : Agus mengendarai motor dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya menabrak seorang anak kecil. Agus kemudian dibawa ke kantor polisi dan mendapat hukuman tiga tahun penjara.
4.      Primary Reinforcement; stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
5.      Secondary or learned reinforcement.
6.      Modifikasi tingkah laku guru; perlakuan guru terhadap murid sesuai minat kesenangan mereka.

c.       Penjadwalan reinforcement
Adapun penjadwalan reinforcement terdiri atas empat cara penjadwalan reinforcement yang menguraikan kapan dan bagaimana suatu respons dibuat.
1.    Fixed raito sehedule: didasarkan pada penyajian bahan pelajaran yang mana pemberi reinforcement baru memberikanpenguat respons setelah terjadi jumlah tertentu dari respons.
2.    Variable raito schedule: yang didasarkan atas penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah rata-rata respons.
3.    Fixed internal schedule: yang didasarkan atas satuan waktu.
4.    Tetap diantara reinforcement.
5.    Variable interval schedule: pemberian reinforcement menurut respons yang pertama setelah terjadi kesalahan respons.

d.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Operant Conditioning
Dalam sebuah teori tentunya tentunya ada kelebihan dan kelemahannya, begitu juga di dalam teori operant conditioning. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori operant conditioning
1.    Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi organisme untuk berperilaku yang benar sesuai dengan keinginan



2. Kekurangan
a. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, kecuali sebagai gejalanya.
b. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-direction (kemampuan mengarahkan diri) dan sellf-control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak jika ia tidak menghendaki.
c. Proses belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik maupun psikis antara mannusia dan hewan.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teori Pavlov ini merupakan kegiatan yang sangat jenuius sekali ketika di zamannya, akan tetapi disaat memasuki dinamisasi interaksi manusia dengan berbagai latar belakang; budaya, pendidikan (pesatnya ilmu pengetahuan), agama (berbagai keyakinan). Maka teori Pavlov hanya dapat dikonsumsi dalam ukuran yang sangat sederhana. Saat ini kita yang bergumul dengan berbagai paradigma keilmuan Islam, dan meletakkan falsafah pendidikan Islam dengan adanya konsep fitrah. Maka ketika kita memahami dan berinteraksi terhadap teori Pavlov berkesimpulan manusia tidaklah sama dengan binatang. Sebab Pavlov menerapakan hewan sebagai dasar analisanya dan meletakkan Insting sebagai hasil substansi eksperimennya. Kondisi ini sangat berbeda pada manusia yang memiliki konsep fitrah28, adanya; ketauhidan, keimanan, pikiran, perasaan, dan hal lainnya yang membedakan pada binatang. Akan tetapi marilah kita ambil hikmah pembelajaran darinya sebab pertama sekali manusia belajar bagaimana menyembunyikan orang yang sudah mati dengan model menanam. Kita belajar dari “burung”. Sebagaimana peristiwa anak-anak Adam yang berselisih paham sehingga mengakibatkan kematian.

Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Djaali, Pisikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Prof. Drs. Agues Suejanto, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996


No comments:

Post a Comment