Konsep Belajar
dan Teori Mengajar
(Teori belajar operant conditioning dan
classical conditioning)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar merupakan proses
perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu. Misalnya
seorang anak yang awalnya tidak bisa berbahasa Inggris menjadi mahir. Akan
tetapi tidak semua perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan hasil
dari proses belajar. Misalnya, kita lihat perubahan yang terjadi pada
bayi, bayi yang semula tidak bisa tengkurap lalu dapat tengkurap merupakan
perubahan karena kematangan, bukan karena proses belajar.
Pembelajaran dapat
dipandang dari dua sudut, yang pertama ialah pembelajaran dipandang sebagai
suatu system. Dari sudut pandang ini maka pembelajaran terdiri dari sejumlah
komponen yang terorganisasi, antara lain tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teori pembelajaran
dan lain sebagainya. Sedangkan sudut pandang yang kedua pembelajaran dipandang
sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan
guru dalam rangka membuat siswa belajar.
Banyak teori-teori
pembelajaran yang telah disajikan untuk persiapan mengajar. Hal ini
mengingat betapa pentingnya seorang guru dapat mengajar anak didiknya dengan
baik, dan bagaimana anak didik dapat menerima apa yang diajarkan gurunya
dengan baik pula.
Teori-teori belajar
memang banyak dan beragam, namun dalam makalah ini akan difokuskan
pembahasannya pada teori Classical Conditioning dan operant conditioning
atau sering disamakan dengan behavioral conditioning dari B.F.
Skinner. Skinner memiliki pandangan lain dalam mendefinisikan belajar,
baginya belajar ialah tingkah laku. Teori Skinner ini merupakan
salah satu teori yang paling berpengaruh di bidang pendidikan selama
bertahun-tahun.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Teori Classical Conditioning?
2. Bagaimana Teori Operant Conditioning?
3. Apasaja Kelebihan dan Kekurangan Teori Classical
Conditioning?
4. Apasaja Kelebihan dan Kekurangan dari Teori
Operant Conditioning?
C.
Tujuan
Masalah
1. Dapat mengetahui teori Classical Conditioning
2. Memahami dari teori Operant Conditioning
3. Mengerti dan memahami kelemahan dan kekurang dari
teori Classical Conditioning
4. Mengetahui kelebihan dan kekurang dari teori Operant
Conditioning
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Belajar Conditioning
a. Pengertian
Teori Belajar Conditioning
Teori ini
memperluas penemuan John B.Watson tentang belajar, yang mengemukakan
bagaimana cara atau metode untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik
berdasarkan teori conditioning ini. tingkah laku manusia secara
keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan tingkah laku yang terdiri atas
unit-unit.
Unit-unit
tingkah laku ini merupakan reaksi atau respon dari perangsang atau stimulus
sebelumnya dan kemudian unit tersebut dapat terjadi stimulus pula yang
menimbulkan respon bagi unit tingkah laku berikutnya dan seterusnya. Pada
proses conditioning ini, umumnya menjadi peroses asosiasi antara unit
tingkah laku yang berurutan. Latihan yang berkali-kali memperkuat asosiasi yang
terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang
berikutnya. Pada percobaan ivan pavlov mengenai anjing yang penting
diperhatikan adalah dapat diubahnya stimulus tertentu dengan stimulus yang
lain.
Menurut Guthrie,
untuk menggunakan kebiasaan yang tidak baik harus dilihat dalam rentetan
deretan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan unit
yang tidak baik atau menggantinya dengan yang lain atau yang seharusnya. Dalam
mengubah tingkah laku atau kebiasaan pada hewan maupun manusia ada beberapa
metode.
1.
Metode reaksi berlawanan (incompatible responsemethod). Manusia
merupakan suatu organisme yang selalu mereaksi terhadap perangsang tertentu.jika suatu reaksi
terhadap perangsang telah menjadi suatu kebiasaan, maka cara mengubahnya adalah
menghubungkan stimulus dengan respons yang berlawanan dengan reaksi buruk yang
hendak dihilangkan. Ada dua contoh untuk hal ini, mengubah perilaku anak takut
pada kelinci menjadi tidak takut lagi, dengan memberikan makanan yang disukai
berkali-kali sampai anak tidak takut pada kelinci. Kemudian mengubah perilaku
seorang pemabuk menjadi tidak pemabuk, dengan memberinya suntikan yang
menyebabkan muntah sebelum disodori minuman dan dilakukan berkali-kali sehingga
orang tersebut ingin muntah jika melihat minuman.
2.
Metode membosankan (exhaustive method). Tingkah laku yang
buruk itu dibiarkan saja sampai lama, sehingga makhluk itu menjadi bosan.
Melalui metode ini dapat menggunakan contoh sebagai berikut. Menjinakkan kuda
liar menjadi kuda tunggangan, dengan menggunakan coboy secara bergantian yang
melatih menunggangi kuda itu dalam waktu berturut-turut sehingga akhirnya kuda
liar itu jinak.
3.
Metode mengubah lingkungan (Change of andvironment medhod).
Dengan jalan memisahkan hubungan antara S dan R yang buruk, yang akan
dihilangkan, yaitu menghilangkan kebiasaan buruk yang disebabkan oleh suatu
perangsang (S) dengan mengubah perangsangnya sendiri.
B.
Pembagian Teori conditioning
1. Teori Classical
Conditioning
a.
Ivan Pavlov
Ivan Pavlov
adalah seorang ahli psikologi refleksologi dari Rusia yang mengadakan percobaan
denagn anjing. Moncong anjing dibedah sehingga kelenjar ludanya berada diluar
pipinya dan dimasukan dikamar gelap serta ada sebuah lubang didepan moncong
tempat menyodorkan makanan atau menyemprotkan cahaya. Pada moncong yang dibedah
dipasang selang yang dihubungkan dengan tabung diluar kamar sehingga dapat
diketahui keluar atau tidak nya air liur pada waktu percobaan. Hasil percobaan mengatakan bahwa gerakan
refleks itu dapat dipelajari dan dapar berubah karena mendapat latihan, sehingga
dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks bersyarat atau refleks yang
dipelajari, yaitu keluar nya air liur karena menerima atau bereaksi terhadap
warna sinar tertentu atau terhadap bunyi tertentu.
Teori diatas
juga disebut dengan teori classical, yang merupakan sebuah prosedur penciptaan
refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks
tersebut. Disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk
menghargai karya Ivan Pavlov yng paling pertama dibidang conditioning (upaya
pembiasan), serta untuk membedakan dari teori lainnya. Teori ini disebut juga respondent
conditioning (pembiasaan yang dituntut). Teori ini sering disebut juga
contemporari behaviorists atau juga disebut S-R psichologists yang berpendapat
bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (rewarde) atau
penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi, tingkah laku belajar terdapat
jaringan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru yang
menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan pada masa sekarang dan segenap
tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka merupakan hasil
belajar. Teori ini menganalisis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar
belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
b.
John B.watson
Ia merupakan
orang pertama diamerika serikat yang mengembangkan teori belajar berdasarkan
hasil penelitian ivan pavlov. Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses
terjadi refleks atau respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Manusia
dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi emosional berupa takut, cinta,
dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan stimulus respons
baru melalui conditioning. Ia mengadakan eksperimen tentang perasaan takut pada
anak dengan menggunakan tikus atau kelinci. Dari hasil percobaannya dapat
ditarik kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah atau dilatih.
Anak-anak pada mulanya tidak takut kepada kelinci dibuat menjadi takut pada
kelinci. Kemudian anak tersebut dilatih pula sehingga tidak menjadi takut lagi kepada
kelinci.
Menurut teori conditioning,
belajar itu merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat (conditioning) yang kemudian menimbulkan reaksi. Untuk
menjadikan orang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu.
Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning adalah latihan
yang kontinyu. Yang dituamakan dalam teori ini adalah belajar yang terjadi
secara otomatis. Teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga
merupakan hasil conditioning yaitu hasil latihan atau kebiasaan
berreaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam
kehidupannya. Kelemahan teori ini adalah bahwa belajar itu hanyalah terjadi
secara otomatis dan keaktifan serta penentuan pribadi dalam belajar tertentu
saja seperti belajar tentang keterampilan tertentu dan pembiasaan pada
anak-anak kecil.
c.
Kelebihan Dan Kekurangan Classical Conditioning
1.
Kelebihan
Ø Cocok
diterapkan ubruk pembelajaran yang menghendaki penguasaan keterampilan dengan
latihan. Kerena dalam teori ini menghadirkan stimulasi yang dikondisikan untuk
merubah tingkah laku pembelajar.
Ø Memudahkan
pendidik dalammengontrol pembelajaran, sebab individu tidak menyadari bahwa dia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2.
Kekurangan
Ø Teori ini
menganggap bahwa belajar hanyalah terjadi secara otomatis (ketika ia diberi
stimulus yang sudah ditentukan pembelajar langsung memberikan respons)
keaktifan pembelajar dan kehendak pribadi tidak dihiraukan.
Ø Teori ini juga
terlalu menonjolkan peranan latihan/kebiasaan padahal individu tidak
semata-mata tergantung dari pengaruh luar yang menyebabkan individu cenderung
pasif karena akan tergantung pada stimulus yang diberikan.
Ø Teori conditioning
memang tepat kalu kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Dalam teori
ini, proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima,
mengingat perbedaan karakter fisik dan pisikis yang berbeda antara keduanya.
Karena manusia memiliki kemampuan yang lebih untuk mendapatkan informasi. Oleh
karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu
saja; umpamanya dalam belajar yang
mengenai skil (keterampilan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak
kecil.
2.
Teori Operent Conditioning (Skinner)
Teori Operent Conditioning dari Burrhus Frederic Skinner penganut Behaviorisme yang
dianggap kontroversial, dengan teori pembiasaan perilaku responnya, merupakan
teori belajar yang paling mudah daan masih sangat berpengaruh dikalangan
pisikologi belajar masa kini. Karya tulisnya yang terbaru berjudul About
Behaviorism. Didalam karyanya, tingkah lakunya terbentuk oleh konsekuensi
yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Seperti pavlov dan Waston,
skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons.
Perbedaannya, skinner mambantu perincian lebih jauh, yang membedakan dua
macam respons, yaitu respondent response dan operent response.
a.
Respondent Response (Reflexive Response)
Respondent response
merupakan respons yang ditimbulkan oleh perangsang tertentu, misalnya keluarnya
air liur setelah melihat makanan tertentu, dan umumnya perangsang yang demikian
itu mendahului respons yang ditimbulkannya.
b.
Operant Response (Instrumental Response)
Operant response
yaitu resppons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.
Perangsang yang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforce,
karena pengarang itu memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.
Jadi, respons yang demikian itu mengikuti tingkah laku tertentu yang telah
dilakukan. Misalnya, seseorang anak yang sedang belajar melakukan perbuatan
lalu mendapat hadiah, maka ia menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi
lebih intensif atau kuat).
Kenyataan bahwa jenis respons pertama (reflexive response) sangat
terbatas pada manusia dan jenis respons kedua (operant response) merupakan
bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya
hampir tidak terbatas. Oleh karena itu, skinner lebih memfokuskan pada jenis
tingkah laku yang kedua, yang penting bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan
memodifikasi tingkah laku.
a.
Prosedur pembentukan tingkah laku Operant Conditioning
adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer (hadiah)
bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
2.
Menganalisis dan mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk
tingkah laku yang dimaksud, kemudian komponentersebut disusun dalam urutan yang
tepat untuk menuju pembentukan tingkah laku yang dimaksud.
3.
Urutan komponen tersebut sebagai tujuan sementara, sengan
mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing-masing komponen itu.
4.
Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan
komponen yang telah disusun.
Jadi, skinner menganggap reward atau reinforcement
sebagai faktor terpenting dalam proses belajar, serta tujuan psikologi adalah
meramal dan mengontrol tingkah laku. Perbedaan penting antara pavlov
classical conditioning dan skinner operant conditioning adalah dalam
classical conditioning, ada akibat-akibat suatu tingkah laku itu. Reinforcement
tidak diperlukan karena stimulasinya menimbulkan respons yang diinginkan.
Jadi, operant conditioning merupakan situasi belajar dimana suatu respons
dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung. Percobaannya adalah
dengan menggunakan tikus dalam sangkar, dengan menggunakan suatau
discriminative stimulus (tanda untuk memperkuat respons), seperti tombol,
lampu, dan pemindah makanan. Disamping itu, menggunakan pula suatu
reinforcement stimulus berupa makanan.
Dalam pendidikan, operant conditioning menjamin respons terhadap
stimulus. Apabila murid tidak mengajukan reaksi terhadap stimulus, guru tidak
mungkin dapat membimbing tingkah lakunya kearah tujuan perubahan tingkah laku.
b.
Jenis stimulus dibagi
menjadi 6 bagian, yaitu:
1. Positive
Reinforcement; penyajian
stimulus dengan meningkatkan probalitas suatu respons. Contoh : jika guru memberi reward setiap anda menyelesaikan PR,
anda mungkin akan mengulangi perilaku itu dimasa yang akan datang, sehingga
membuat anda unutk eajin menyelesaikan PR.
2. Negative
Reinforcement; pembatasan
stimulus yang tidak menyenangkan, yang jika dihentikan akan mengakibatkan
probalitas respons. Contoh : jika kita tidak mengerjakan
PR maka nilai kita akan rendah. Ibu kita secara terus menerus (mengomel)
mengingatkan kita agar mengerjakan PR, sehingga akhirnya kita pun akan
mengerjakan PR agar terhindar dari omelan orangtua.
3. Hukuman;
pemberian stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh : Agus mengendarai motor dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya menabrak
seorang anak kecil. Agus kemudian dibawa ke kantor polisi dan mendapat hukuman
tiga tahun penjara.
4. Primary
Reinforcement; stimulus
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
5. Secondary or
learned reinforcement.
6. Modifikasi
tingkah laku guru; perlakuan guru terhadap murid sesuai minat kesenangan
mereka.
c.
Penjadwalan reinforcement
Adapun penjadwalan reinforcement terdiri atas empat cara
penjadwalan reinforcement yang menguraikan kapan dan bagaimana suatu respons
dibuat.
1.
Fixed raito sehedule:
didasarkan pada penyajian bahan pelajaran yang mana pemberi reinforcement baru
memberikanpenguat respons setelah terjadi jumlah tertentu dari respons.
2.
Variable raito schedule:
yang didasarkan atas penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah
rata-rata respons.
3.
Fixed internal schedule:
yang didasarkan atas satuan waktu.
4.
Tetap diantara reinforcement.
5.
Variable interval schedule: pemberian reinforcement menurut respons yang pertama setelah
terjadi kesalahan respons.
d.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Operant Conditioning
Dalam sebuah teori
tentunya tentunya ada kelebihan dan kelemahannya, begitu juga di dalam teori
operant conditioning. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori
operant conditioning
1.
Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai
setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman.
Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya
penguatan, menjadikan motivasi bagi organisme untuk berperilaku yang benar
sesuai dengan keinginan
2. Kekurangan
a. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal
pelajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar,
kecuali sebagai gejalanya.
b. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga
terkesan seperti gerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki
self-direction (kemampuan mengarahkan diri) dan sellf-control
(pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak jika ia
tidak menghendaki.
c. Proses belajar
manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit diterima, mengingat mencoloknya
perbedaan karakter fisik maupun psikis antara mannusia dan hewan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori
Pavlov ini merupakan kegiatan yang sangat jenuius sekali ketika di zamannya,
akan tetapi disaat memasuki dinamisasi interaksi manusia dengan berbagai latar
belakang; budaya, pendidikan (pesatnya ilmu pengetahuan), agama (berbagai
keyakinan). Maka teori Pavlov hanya dapat dikonsumsi dalam ukuran yang sangat
sederhana. Saat ini kita yang bergumul dengan berbagai paradigma keilmuan
Islam, dan meletakkan falsafah pendidikan Islam dengan adanya konsep fitrah.
Maka ketika kita memahami dan berinteraksi terhadap teori Pavlov berkesimpulan
manusia tidaklah sama dengan binatang. Sebab Pavlov menerapakan hewan sebagai
dasar analisanya dan meletakkan Insting sebagai hasil substansi eksperimennya.
Kondisi ini sangat berbeda pada manusia yang memiliki konsep fitrah28, adanya;
ketauhidan, keimanan, pikiran, perasaan, dan hal lainnya yang membedakan pada
binatang. Akan tetapi marilah kita ambil hikmah pembelajaran darinya sebab
pertama sekali manusia belajar bagaimana menyembunyikan orang yang sudah mati
dengan model menanam. Kita belajar dari “burung”. Sebagaimana peristiwa
anak-anak Adam yang berselisih paham sehingga mengakibatkan kematian.
Operant Concitioning
atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan
(penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Perilaku operan
adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan
perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya
stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak
kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya,
maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak
disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan
permen adalah penguat positifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.
Dr. H. Djaali, Pisikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Prof.
Drs. Agues Suejanto, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
1996
No comments:
Post a Comment