1

loading...

Thursday, November 1, 2018

MAKALAH FILSAFAT "METODE ILMIAH"

MAKALAH FILSAFAT "METODE ILMIAH"


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.
Kita ketahui bersama, bahwa diera post-modern saat ini telah begitu banyak ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan dimana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu teknologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini semakin pesatnya penemuan-penemuan baru merupkan suatu yang tidak dapat terelakkan lag, karena ia merupakan  tuntutan  dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya.
Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode ilmiah terentu. Seperti halnya dalam memperolh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbaga metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode. Untuk  memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak semua pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah. Tetapi agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi, maka digunakan metode ilmiah ini. Metode ilmiah atau scientific method yang dikembangkan oleh Francis Bacon yang sering disebut sebagai metode induktif telah digunakan oleh para peneliti untuk memecahkan masalah masalah yang ada.
Sederhananya, Metode ilmiah adalah cara para saintis untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui tahapan tahapan tertentu, antara lain meliputi melakukan pengamatan, penyusun hipotesis, melakukan percobaan, dan menarik kesimpulan. Saintis atau para peneliti bekerja dengan mengembangkan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah tersebut antara lain rasa ingin tahu dan mengembangkan keingintahuan, terbuka, jujur terhadap fakta serta bersifat terbuka.
B. Rumusan Masalah.
1.      Apa pengertian metode ilmiah?
2.      Apa pengertian metode prediksi?
3.      Apa pengertian metode konfirmasi?
4.      Bagaimana perkembangan metode ilmiah ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Ilmiah Discoveri.
1.      Pengertian Metode Ilmiah Discoveri.
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental dimana kemampuan mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penemuan adalah model pembelajaran yang dimana berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.
Ciri utama menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada objek penelitian; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari penemuan, yakni sebagai berikut:
a.              Dalam penemuan memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
b.             Melalui pembelajaran dengan penemuan, menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak.
c.              Merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d.             Membantu membentuk cara kerja yang efektif, membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e.              Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f.              Keterampilan yang dipelajari dalam penemuan pada beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi yang baru.

2.      Macam-macam (discovery).
Model penemuan dibagi 3 jenis, yaitu:
1.    Penemuan Murni.
Pada penemuan murni terpusat pada penentuan pengalaman yang diinginkan, masalah dan situasi dikaji sesuai fakta dan relasi untuk menarik kesimpulan sesuai apa yang ditemukan.

2.    Penemuan Terbimbing.
Pada penemuan terbimbing mengarahkan tentang materi penemuan. Bentuk bimbingan yang diberikan berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga kesimpulan sesuai dengan rancangan.

3.    Penemuan Laboratory.
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan.


B. Metode Ilmiah Prediksi.
1.      Pengertian Metode Ilmiah Prediksi.
Prediksi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki, agar kesalahannya (selisih antara sesuatu yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil. Prediksi tidak harus memberikan jawaban secara pasti kejadian yang akan terjadi, melainkan berusaha untuk mencari jawaban sedekat mungkin yang akan terjadi. Prediksi juga berdasarkan metode ilmiah ataupun subjektif belaka.[1]
Dari penjelasan diatas, sudah dapat menjelaskan apa itu arti dari kata prediksi atau pengertian prediksi. Kesimpulannya pengertian prediksi secara istilah akan sangat tergantung pada konteks atau permasalahannya. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diobservasi, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang.
2.      Teknik Prediksi.
Berdasarkan teknik yang digunakan untuk memprediksi maka prediksi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu prediksi kualitatif dan prediksi kuantitatif .

a.         Prediksi Kualitatif.
Prediksi kualitatif didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Metoda kualitatif digunakan jika data masa lalu dari variabel yang akan diprediksi tidak ada, tidak cukup atau kurang dipercaya. Hasil prediksi yang dibuat sangat tergantung pada individu yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil prediksi tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat judgement atau opini, pengetahuan dan pengalaman dari penyusunnya. Oleh karena itu metode kualitatif ini disebut juga judgemental, sudjective, intuitive.
b.        Prediksi Kuantitatif.
Prediksi kuantitatif didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil prediksi yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam prediksi tersebut. Dengan metoda yang berbeda akan diperoleh hasil prediksi yang berbeda. Hal yang perlu diperhatikan dari penggunaan metoda tersebut adalah baik tidaknya metoda yang digunakan dan sangat ditentukan dari penyimpangan antara hasil prediksi dengan kenyataan yang terjadi. Metoda yang baik adalah metoda yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Prediksi kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut:
·           Adanya informasi tentang keadaan yang lain.
·           Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.
·           Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.
C. Metode Ilmiah Konfirmasi.
1.      Pengertian Metode Konfirmasi.
Konfirmasi berasal dari bahasa Inggris “Confirmation” yang berarti penegasan, pengesahan. Konfirmasi apabila dikaitkan dengan ilmu, maka fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi, dan menghasilkan. Menjelaskan ataupun memprediksi, tersebut lebih bersifat interpretasi untuk memberikan makna tentang sesuatu. Point penting dalam konfirmasi adalah berupaya mencari hubungan yg normatif antara hipotesis (kesimpulan sementara) yg sudah diambil dengan fakta-fakta (evidensi). Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axsioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.[2] Ada dua aspek konfirmasi, antara lain:
Kualitatif, yaitu informasi untuk konfirmasi didapat dalam bentuk narasi atau deskripsi (gambaran seluruhnya). Contohnya, dalam sebuah penelitian, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data ilmiah.
Kuantitatif, yaitu informasi untuk konfirmasi yang didapat dalam bentuk angka. Konfirmasi kuantitatif membutuhkan sampel-sampel yang bisa mewakili keseluruhan bahan penelitian sehingga bisa dilakukan generalisasi kesimpulan. Contoh penerapan konfirmasi kuantitatif dalam penelitian adalah penggunaan angket.[3]
2.      Teori Konfirmasi.
Teori kepastian atau Confirmation Theory berupaya mencari deskripsi hubungan normatif antara hipotesis dengan evidensi, hubungan tersebut berupaya mengukur atau mengindikasikan apakah dan bagaimana suatu evidensi menjamin percaya kita pada hipotesis. Sampai sekarang setidaknya ada tiga teori konfirmasi, yaitu: Decision Theory, Estimation Theory, dan Reliability Analisys.
a.         Decision Theory
Menerapkan kepastian berdasar keputusan “apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat actual”.
b.        Estimation Theory.
Kepastian dengan memberi peluang benar-salah denngan menggunakan konsep probabilitas.
c.         Reliability Analysis
Menetapkan kepastian dengan mencermati stbilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis.[4]
D. Perkembangan Metode Ilmiah.
Ilmuwan muslim menekankan jauh lebih besar pada eksperimen dari pada orang-orang Yunani. Ini membawa kepada suatu metode ilmiah awal yang dikembangkan di dunia Islam, yang membuat kemajuan dalam metodologi, yang diawali dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Ibn al-Haitham tentang optik dari circa 1000, dalam karyanya Book of Optics. Yang paling penting dari perkembangan metode ilmiah adalah penggunaan eksperimen-eksperimen untuk membedakan antara teori-teori ilmiah yang bersaing yang dilakukan dalam suatu orientasi empirikal secara umum, yang telah dimulai di antara ilmuwan-ilmuwan muslim. Ibn al-Haitham juga dianggap sebagai bapak optik, terutama untuk pembuktian empirikalnya mengenai teori intromission tentang cahaya. Sebagian orang juga telah menggambarkan Ibn al-Haitham sebagai “ilmuwan pertama” untuk pengembangannya mengenai metode ilmiah modern. Rossanna Gorini menulis:“Menurut mayoritas sejarawan, al-Haitham adalah pioner metode ilmiah modern. Berdasarkan perkembangan metode ilmiah modern, Robert Briffault menulis dalam karyanya The Making of Humanity: “Apa yang kita sebut ilmu muncul sebagai hasil metode baru mengenai eksperimen, observasi, dan pengukuran baru.[5]
Permasalahan yang memicu lahir dan berkembangnya metode ilmiah ditentukan oleh keyakinan epistimologis komunitas masyarakat ilmiah yang hidup pada zamannya. Masing-masing zaman memberikan nuansa epistimologis dalam mencari metode yang tepat untuk memunculkan kebenaran pengetahuan manusia. Pada periode Yunani Aristoteles bercorak menata tata pikir logis-sistematis (rasional) empiris guna mendapatkan pengetahuan praktis seperti astronomi, kimia, medias, optik, matematik. Zaman pencerahan meneruskan tradisi eksperimen dar ilmua muslim. Masuk Abad ke-18, ilmu dan filsafat alam tidak sama, tetapi hanya dikenal yang secara formal disebut metode ilmiah, yang awalnya berkembang selama Abad Pertengahan dan awal periode modern di Eropa dan Timur Tengah. Abad  modern metode ilmiah mencapai taraf terpercaya dengan memadukan validitas logis rasional dengan evidensi empiris guna memecahkan persoalan alam dan kemasayarakatan. Istilah metode ilmiah, yang sangat populer di telinga orang sekarang, yang dulunya berupa tindakan-tindakan pendeskripsian dari penemuan-penemuan pengetahuan yang selalu diidentikkan dengan filsafat alam, mulai paruh awal Abad ke-19 hampir tidak digunakan lagi istilah metode ilmiah yang asosiasinya ke filsafat alam, melainkan asosiasi metode ilmiah sudah bergeser ke science atau ilmu alam. Gerakan ini semakin menguat dan masuk paruh terakhir dari Abad ke-19, penyebutan scientist yang awalnya konotasinya ke filosof alam bergeser dan berubah konotasinya ke ilmuwan alam.[6] Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur.Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam. Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic.Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi.  Apapun yang dimaksudkan dengan istilah science pada awalnya, mereka yang terlibat dalam wacana ini telah berupaya melukiskan tentang science dalam pengertian yang lebih sempit dari penggunaan metode ilmiah dan pengetahuan yang diderivasi darinya, sebagai sesuatu yang secara mendalam dibedakan dari semua bentuk lain dari usaha manusia mengetahui sesuatu. Zaman kontemporer metode ilmiah bercorak plural, yaitu suatu metode disesuaikan dengan jenis ilmu. Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama. Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan.Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjkan.Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas mengenai metode ilmiah dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah salah satu metode yang dapat membantu untuk berfikir dan menganalisis  masalah yang akan dipecahkan. Metode discovery merupakan salah satu metode yang spesifikasinya adalah sistematis terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain dalam penelitian Sedangkan metode prediksi adalah suatu proses memperkirakan atau meramalkan seseuatu sistematis. Dengan teknik kualitatif dan kuantitatif. Konfirmasi adalah penegasan, pengesahan. Yang berfungsi untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Terdiri dari dua aspek, yaitu, aspek kuantitatif, dan aspek kualitatif. Serta memiliki tiga teori konfirmasi, yaitu: Decision Theory, Estimation Theory, dan Reliability Analisys.
Perkembangan metode ilmiah Permasalahan yang memicu lahir dan berkembangnya metode ilmiah ditentukan oleh keyakinan epistimologis. Pada periode Yunani Aristoteles bercorak menata tata pikir logis-sistematis (rasional). Masuk Abad ke-18, ilmu dan filsafat alam tidak sama, tetapi hanya dikenal yang secara formal disebut metode ilmiah. Abad  modern metode ilmiah mencapai taraf terpercaya dengan memadukan validitas logis rasional dengan evidensi empiris. Mulai paruh awal Abad ke-19 hampir tidak digunakan lagi istilah metode ilmiah yang asosiasinya ke filsafat alam, melainkan asosiasi metode ilmiah sudah bergeser ke science atau ilmu alam. Sedangkan  pada zaman kontemporer metode ilmiah bercorak plural.

DAFTAR PUSTAKA

Aried, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2002)
Jalaludin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1997), Cet, 2
M, Basyruddin Usman, Metodologi Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002)
Muhadijr, Neong,  Filsafat Ilmu,  (Yogyakarta: Rakesarasin: 1998), h. 20-22.
Riadi, Dayun, Metode Pembelajaran Pendidikan Islam, (STAIN CURUP:LP2, 2012)
Jamaludin   Assalam, “Makalah Sejarah    Perkebangan    Ilmu”,dalam
diakses. 28/10/16
http:///www.en.wikipedia. Org/wiki/science/26/5/2008. Diakses 28/10/16
Http://Syaifullaheducationinformationcenter. Blogspot.com/metode-pengajaran-pendidi
an-agama, html/ diakses 28/10/16
Http://www. prediksi.web.id/2015/4/25, pengertian-prediksi/ html, Diakses 28/10/16
dalam_1399.html. Diakses 28/10/16.



[1] Http://www. prediksi.web.id/2015/4/25, pengertian-prediksi/ html, Diakses 28/10/16
[4]Neong Muhadjir,  Filsafat Ilmu,  (Yogyakarta: Rakesarasin: 1998), h. 20-22.
[5]Jamaludin     Assalam, “Makalah Sejarah             Perkebangan        Ilmu”,dalam http://jamaludinassalam.wordpress.com/2011/03/30/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses. 28/10/16
[6]Http:///www.en.wikipedia.org/wiki/Science./26/5/2008. Diakses28/10/16.


No comments:

Post a Comment