MAKALAH FILSAFAT "METODE ILMIAH"
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang
saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu
tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa
Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris.
Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan
ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana
perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun
mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya
berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.
Kita ketahui bersama, bahwa
diera post-modern saat ini telah begitu banyak ditemukan penemuan-penemuan baru
dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir
dalam segala bidang dan lingkungan dimana kita berada. Misalnya, keberadaan
ilmu teknologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut
tentunya melalui sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal
ini semakin pesatnya penemuan-penemuan baru merupkan suatu yang tidak dapat
terelakkan lag, karena ia merupakan
tuntutan dari keberadaan manusia
itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin
tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan yang
namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan
keilmuannya.
Pada dasarnya setiap objek yang
ada di dunia, pastilah menuntut metode ilmiah terentu. Seperti halnya dalam
memperolh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode
ataupun dapat diselesaikan menurut berbaga metode. Akhirnya suatu pendapat
mengatakan, bahwa suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan
berbagai metode. Untuk memperoleh
pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak semua
pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah. Tetapi agar ilmu berkembang dan
tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi, maka digunakan
metode ilmiah ini. Metode ilmiah atau scientific
method yang dikembangkan oleh Francis Bacon
yang sering disebut sebagai metode induktif telah digunakan oleh para peneliti
untuk memecahkan masalah masalah yang ada.
Sederhananya, Metode ilmiah adalah cara
para saintis untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui tahapan tahapan
tertentu, antara lain meliputi melakukan pengamatan, penyusun hipotesis,
melakukan percobaan, dan menarik kesimpulan. Saintis atau para
peneliti bekerja dengan mengembangkan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sikap
ilmiah tersebut antara lain rasa ingin tahu dan mengembangkan keingintahuan,
terbuka, jujur terhadap fakta serta bersifat terbuka.
B. Rumusan
Masalah.
1.
Apa pengertian metode ilmiah?
2.
Apa pengertian metode prediksi?
3.
Apa pengertian metode konfirmasi?
4.
Bagaimana perkembangan metode ilmiah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Ilmiah Discoveri.
1.
Pengertian Metode Ilmiah Discoveri.
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund
”discovery adalah proses mental dimana kemampuan mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna,
mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu
proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk
atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner,
penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang dihadapkan dengan suatu
masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga dapat mencari jalan
pemecahan (Markaban, 2006:9).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penemuan
adalah model pembelajaran yang dimana berpikir sendiri sehingga dapat
”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk berupa
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.
Ciri utama menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada objek penelitian; (3) kegiatan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari penemuan, yakni
sebagai berikut:
a.
Dalam penemuan memiliki kesempatan
untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
b.
Melalui pembelajaran dengan penemuan,
menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak.
c.
Merumuskan strategi tanya jawab yang
tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d.
Membantu membentuk cara kerja yang
efektif, membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e.
Terdapat beberapa fakta yang menunjukan
bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f.
Keterampilan yang dipelajari dalam
penemuan pada
beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi
yang baru.
2.
Macam-macam (discovery).
Model penemuan dibagi 3
jenis, yaitu:
1.
Penemuan Murni.
Pada penemuan murni
terpusat pada penentuan pengalaman yang
diinginkan, masalah dan situasi dikaji sesuai fakta dan
relasi untuk menarik kesimpulan sesuai apa yang ditemukan.
2.
Penemuan Terbimbing.
Pada penemuan terbimbing
mengarahkan tentang materi penemuan. Bentuk bimbingan yang
diberikan berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga kesimpulan sesuai dengan rancangan.
3.
Penemuan Laboratory.
Penemuan laboratory adalah
penemuan yang menggunakan objek langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji,
menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan.
B. Metode Ilmiah Prediksi.
1.
Pengertian Metode Ilmiah Prediksi.
Prediksi adalah suatu proses memperkirakan secara
sistematis tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi di masa depan
berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki, agar kesalahannya
(selisih antara sesuatu yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil.
Prediksi tidak harus memberikan jawaban secara pasti kejadian yang akan
terjadi, melainkan berusaha untuk mencari jawaban sedekat mungkin yang akan
terjadi. Prediksi juga berdasarkan metode ilmiah ataupun
subjektif belaka.[1]
Dari penjelasan diatas, sudah dapat menjelaskan apa
itu arti dari kata prediksi atau pengertian prediksi. Kesimpulannya pengertian
prediksi secara istilah akan sangat tergantung pada konteks atau
permasalahannya. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya
berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah
belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak).
Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas
bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan
sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah
diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat
diobservasi, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi
metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang.
2.
Teknik Prediksi.
Berdasarkan teknik yang digunakan untuk memprediksi maka
prediksi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu prediksi kualitatif dan prediksi
kuantitatif .
a.
Prediksi Kualitatif.
Prediksi kualitatif
didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Metoda kualitatif digunakan
jika data masa lalu dari variabel yang akan diprediksi tidak ada, tidak cukup
atau kurang dipercaya. Hasil prediksi yang dibuat sangat tergantung pada
individu yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil prediksi tersebut
ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat judgement atau opini,
pengetahuan dan pengalaman dari penyusunnya. Oleh karena itu metode kualitatif
ini disebut juga judgemental, sudjective, intuitive.
b.
Prediksi Kuantitatif.
Prediksi
kuantitatif didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil prediksi
yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam prediksi
tersebut. Dengan metoda yang berbeda akan diperoleh hasil prediksi yang
berbeda. Hal yang perlu diperhatikan dari penggunaan metoda tersebut adalah
baik tidaknya metoda yang digunakan dan sangat ditentukan dari penyimpangan
antara hasil prediksi dengan kenyataan yang terjadi. Metoda yang baik adalah
metoda yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin.
Prediksi kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi
sebagai berikut:
·
Adanya informasi tentang keadaan yang lain.
·
Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.
·
Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang
akan datang.
C. Metode Ilmiah Konfirmasi.
1.
Pengertian Metode Konfirmasi.
Konfirmasi berasal dari bahasa Inggris “Confirmation” yang berarti penegasan,
pengesahan. Konfirmasi apabila dikaitkan dengan ilmu, maka fungsi ilmu adalah
menjelaskan, memprediksi, dan menghasilkan. Menjelaskan ataupun memprediksi,
tersebut lebih bersifat interpretasi untuk memberikan makna tentang sesuatu. Point penting dalam konfirmasi adalah berupaya
mencari hubungan yg normatif antara hipotesis (kesimpulan sementara) yg sudah
diambil dengan
fakta-fakta (evidensi). Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan
produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat
ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi
absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axsioma yang sudah
dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan
postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk
mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif,
ataupun reflektif.[2]
Ada dua aspek konfirmasi, antara lain:
Kualitatif, yaitu
informasi untuk konfirmasi didapat dalam bentuk narasi atau deskripsi (gambaran
seluruhnya). Contohnya, dalam sebuah penelitian, peneliti menggunakan teknik
wawancara untuk mendapatkan data ilmiah.
Kuantitatif, yaitu
informasi untuk konfirmasi yang didapat dalam bentuk angka. Konfirmasi
kuantitatif membutuhkan sampel-sampel yang bisa mewakili keseluruhan bahan
penelitian sehingga bisa dilakukan generalisasi kesimpulan. Contoh penerapan
konfirmasi kuantitatif dalam penelitian adalah penggunaan angket.[3]
2.
Teori Konfirmasi.
Teori kepastian atau Confirmation
Theory berupaya mencari deskripsi hubungan normatif antara hipotesis dengan
evidensi, hubungan tersebut berupaya mengukur atau mengindikasikan apakah dan
bagaimana suatu evidensi menjamin percaya kita pada hipotesis. Sampai sekarang
setidaknya ada tiga teori konfirmasi, yaitu: Decision Theory, Estimation Theory, dan Reliability Analisys.
a.
Decision Theory
Menerapkan
kepastian berdasar keputusan “apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi
memang memiliki manfaat actual”.
b.
Estimation Theory.
Kepastian
dengan memberi peluang benar-salah denngan menggunakan konsep probabilitas.
c.
Reliability Analysis
Menetapkan
kepastian dengan mencermati stbilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah
karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis.[4]
D. Perkembangan Metode Ilmiah.
Ilmuwan muslim menekankan jauh lebih besar pada
eksperimen dari pada
orang-orang Yunani. Ini membawa
kepada suatu metode ilmiah awal yang dikembangkan di dunia Islam, yang membuat kemajuan dalam metodologi, yang diawali
dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Ibn al-Haitham tentang optik dari circa
1000, dalam karyanya Book of Optics. Yang paling
penting dari perkembangan metode ilmiah adalah penggunaan eksperimen-eksperimen
untuk membedakan antara teori-teori ilmiah yang bersaing yang dilakukan dalam
suatu orientasi empirikal secara umum, yang telah dimulai di antara
ilmuwan-ilmuwan muslim. Ibn al-Haitham juga dianggap sebagai bapak optik,
terutama untuk pembuktian empirikalnya mengenai teori intromission tentang
cahaya. Sebagian orang juga telah menggambarkan Ibn al-Haitham sebagai “ilmuwan
pertama” untuk pengembangannya mengenai metode ilmiah modern. Rossanna
Gorini menulis:“Menurut mayoritas sejarawan, al-Haitham adalah pioner metode
ilmiah modern. Berdasarkan perkembangan metode
ilmiah modern, Robert Briffault menulis dalam karyanya The Making of
Humanity: “Apa yang kita sebut ilmu muncul sebagai hasil metode baru
mengenai eksperimen, observasi, dan pengukuran baru.[5]
Permasalahan yang memicu lahir dan berkembangnya
metode ilmiah ditentukan oleh keyakinan epistimologis komunitas masyarakat
ilmiah yang hidup pada zamannya. Masing-masing zaman memberikan nuansa
epistimologis dalam mencari metode yang tepat untuk memunculkan kebenaran
pengetahuan manusia. Pada periode Yunani Aristoteles bercorak menata tata pikir
logis-sistematis (rasional) empiris guna mendapatkan pengetahuan praktis
seperti astronomi, kimia, medias, optik, matematik. Zaman pencerahan meneruskan
tradisi eksperimen dar ilmua muslim. Masuk Abad ke-18, ilmu dan filsafat
alam tidak sama, tetapi hanya dikenal yang secara formal disebut metode ilmiah,
yang awalnya berkembang selama Abad Pertengahan dan awal periode modern di
Eropa dan Timur Tengah. Abad modern metode ilmiah mencapai taraf
terpercaya dengan memadukan validitas logis rasional dengan evidensi empiris
guna memecahkan persoalan alam dan kemasayarakatan. Istilah
metode ilmiah, yang sangat populer di telinga orang sekarang, yang dulunya
berupa tindakan-tindakan pendeskripsian dari penemuan-penemuan pengetahuan yang
selalu diidentikkan dengan filsafat alam, mulai paruh awal Abad ke-19 hampir
tidak digunakan lagi istilah metode ilmiah yang asosiasinya ke filsafat alam,
melainkan asosiasi metode ilmiah sudah bergeser ke science atau ilmu
alam. Gerakan ini semakin menguat dan masuk paruh terakhir dari Abad ke-19,
penyebutan scientist yang awalnya konotasinya ke filosof alam bergeser
dan berubah konotasinya ke ilmuwan alam.[6] Metode
ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan
teratur.Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari
alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu
sebab adanya ketertiban alam. Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan
sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang
sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah
meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic.Ilmu
selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan pendekatan
serta eksperimen dan observasi. Apapun yang dimaksudkan dengan istilah
science pada awalnya, mereka yang terlibat dalam wacana ini telah berupaya
melukiskan tentang science dalam pengertian yang lebih sempit dari
penggunaan metode ilmiah dan pengetahuan yang diderivasi darinya, sebagai
sesuatu yang secara mendalam dibedakan dari semua bentuk lain dari usaha
manusia mengetahui sesuatu. Zaman kontemporer metode ilmiah
bercorak plural, yaitu suatu metode disesuaikan dengan jenis ilmu. Dalam perkembangan selanjutnya model
dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu
dapat didekati dengan model yang sama. Dengan
ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terdinya
kemajuan dalam ilmu pengetahuan.Manusia bukan saja hidup dalam ritmis
modernisasi yang serba mudah dan menjanjkan.Lebih dari itu semua, manusia dapat
menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan,
terhadap apa yang menjadi kehendak alam.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan
diatas mengenai metode ilmiah dapat disimpulkan bahwa metode
discovery adalah salah satu metode yang dapat membantu untuk berfikir dan
menganalisis masalah yang akan
dipecahkan. Metode discovery merupakan salah satu metode yang spesifikasinya
adalah sistematis terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga
pembuatan desain dalam penelitian Sedangkan metode prediksi adalah suatu proses memperkirakan atau meramalkan
seseuatu sistematis. Dengan teknik kualitatif dan kuantitatif. Konfirmasi adalah penegasan,
pengesahan. Yang berfungsi untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan
pemaknaan. Terdiri dari dua aspek, yaitu, aspek kuantitatif, dan aspek kualitatif. Serta memiliki tiga teori
konfirmasi, yaitu: Decision Theory,
Estimation Theory, dan Reliability
Analisys.
Perkembangan metode ilmiah
Permasalahan yang memicu lahir dan berkembangnya metode ilmiah ditentukan oleh
keyakinan epistimologis. Pada periode Yunani Aristoteles bercorak menata tata
pikir logis-sistematis (rasional). Masuk Abad ke-18, ilmu dan filsafat
alam tidak sama, tetapi hanya dikenal yang secara formal disebut metode ilmiah. Abad modern metode ilmiah mencapai
taraf terpercaya dengan memadukan validitas logis rasional dengan evidensi
empiris. Mulai paruh awal Abad ke-19 hampir tidak digunakan lagi
istilah metode ilmiah yang asosiasinya ke filsafat alam, melainkan asosiasi
metode ilmiah sudah bergeser ke science atau ilmu alam. Sedangkan pada zaman kontemporer
metode ilmiah bercorak plural.
DAFTAR PUSTAKA
Aried, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002)
Jalaludin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya
Media Pertama, 1997), Cet, 2
M, Basyruddin Usman,
Metodologi Pembelajaran, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002)
Muhadijr, Neong, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:
Rakesarasin: 1998), h. 20-22.
Riadi, Dayun, Metode Pembelajaran Pendidikan Islam, (STAIN
CURUP:LP2, 2012)
Jamaludin Assalam,
“Makalah Sejarah Perkebangan Ilmu”,dalam
diakses. 28/10/16
http:///www.en.wikipedia. Org/wiki/science/26/5/2008. Diakses 28/10/16
Http://mazjun.student.fkip.uns.ac.id/2009/10/16/macam-macam
metode/ diakses 28/10/16
Http://Syaifullaheducationinformationcenter. Blogspot.com/metode-pengajaran-pendidi
an-agama, html/
diakses 28/10/16
http://wiwidmanga.blogspot.com/2012/10/substansi-filsafat-ilmu.html. Diakses 28/10/16
Http://www. prediksi.web.id/2015/4/25, pengertian-prediksi/ html,
Diakses 28/10/16
dalam_1399.html. Diakses 28/10/16.
[3]http://yuliabenny1180.blogspot.com/2013/11/resume-filsafat-ilmu-suatu-kajian-dalam_1399.html. Diakses 28/10/16.
[5]Jamaludin Assalam, “Makalah Sejarah Perkebangan Ilmu”,dalam http://jamaludinassalam.wordpress.com/2011/03/30/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses. 28/10/16
No comments:
Post a Comment