1

loading...

Wednesday, November 21, 2018

MAKALAH KOMUNIKASI


MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYAKOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti kita ketahui,  komunikasi manusia tidak hanya menggunakan simbol-simbol verbal melainkan juga simbol-simbol nonverbal. Begitu juga halnya dalam komunikasi antarpribadi, kita tidak hanya menyampaikan pesan secara verbal, tetapi juga secara nonverbal. Pesan-pesan nonverbal tersebut bukan hanya memperkuat pesan verbal yang disampaikan, terkadang malah menyampaikan pesan tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan untuk menafsirkan dan memahami pesan-pesan nonverbal tersebut.
Sama halnya dengan bahasa verbal, pesan-pesan nonverbal pun terikat pada lingkungan budaya tempat komunikasi berlangsung. Oleh sebab itu, dalam komunikasi antarpribadi yang banyak menggunakan pesan-pesan nonverbal, diperlukan juga pemahaman atas lingkungan budaya tempat kita berkomunikasi. Tanpa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai ada kemungkinan komunikasi nonverbal disalah artikan atau disalah tafsirkan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis komunikasi nonverbal yang biasa kita pergunakan dalam kegiatan komunikasi kita sehari-hari.

Komunikasi nonverbal ini pun sangat penting dipahami karena banyak dipergunakan dalam menampilkan atau menjaga citra seseorang. Dalam kampanye pemilihan presiden misalnya, seorang kandidat presiden harus menampilkan diri dengan sosok tertentu sebagai pesan nonverbal yang akan disampaikan pada calon pemilihnya. Dengan komunikasi nonverbal pulalah seorang guru menjelaskan materi pelajaran pada para siswanya selain menggunakan komunikasi verbal. Oleh karena komunikasi nonverbal pulalah, sinetron yang kita saksikan bisa lebih kita pahami maksudnya.

   B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penjelasan mengenai pengertian komunikasi nonverbal? 
2.      Bagaimana penjelasan tentang jenis-jenis pesan nonverbal?  
3.      Bagaimana penjelasan tentang komunikasi non verbal dalam komunikasi antar budaya ?

   C.  Tujuan Masalah
            Diharapakan pembaca mengerti tentang penjelasan dari komunikasi nonverbal yang kami buat di makalah ini. Sehingga pembaca menegetahui apa saja yang ada di pembahasan komunikasi nonverbal ini.
BAB II
PEMBAHASAN

    A.  Pengertian Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal menurut Mark L Knapp adalah Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis (Mulyana, 2009:347).[1]
Hudjana (2003:26) mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, dan sentuhan.
Lebih jauh, bahasa nonverbal tanpa kita sadari akan menggambarkan karakter kita secara kasat mata. Lewat perilaku nonverbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku nonverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh.
Meskipun berbeda, namun ada keterkaitan yang erat antara bahasa verbal yang digunakan oleh suatu masyarakat dengan bahasa nonverbalnya. Ada dugaan bahwa bahasa nonverbal sebangun dengan bahasa verbalny. Artinya, pada dasarnya suatu kelompok yang punya bahasa verbal yang khas juga dilengkapi dengan bahasa nonverbal khas yang sejajar dengan bahasa verbal tersebut.

  B.  Jenis-jenis Komunikasi Nonverbal
Sangat banyak cara untuk melakukan komunikasi verbal kepada lawan bicara, ada sembilan jenis pesan nonverbal yang dianggap penting, kesepuluh jenis itu adalah (Mulyana, 2009:353-433):
1. Bahasa tubuh
Setiap anggota tubuh seperti wajah, tangan kepala, dan kaki, secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Ada empat gerakan tubuh yang mencerminkan bahasa tubuh:
  1. Isyarat tangan. Isyarat tangan termasuk apa yang disebut emblem yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur. Contohnya untuk menunjuk diri sendiri orang Indonesia menunjuk dadanya dengan telapak tangan atau jari telunjuk. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya.
  2. Gerakan kepala. Di beberapa negara, anggukan kepala malah berarti “tidak”, seperti di Bulgaria. Sementara isyarat untuk “ya” di negara itu adalah menggelengkan kepala. Orang Indonesia, sebaliknya menganggukan kepala utuk menyatakan setuju.
  3. Postur tubuh dan posisi kaki. Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu diasosiasikan dengan status sosial dan agama tertentu.  Status seseorang memengaruhi postur tubuhnya ketika ia berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang berstatus tinggi umumnya mengatur postur tubuhnya secara lebih leluasa daripada orang yang berstatus rendah.
  4. Ekspresi wajah dan tatapan mata. Banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah meskipun mulut tidak berkata-kata. Sebagian pakar mengakui, terdapat beberapa keadaan emosional yang dikomunikasikan oleh ekspresi wajah.
  5. Kontak mata punya dua fingsi. Pertama, fungsi pengatur, untuk memberi tahu orang lain apakah Anda akan melakukan interaksi dengan orang itu atau tidak. Kedua,  fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan Anda terhadapnya.
2 Sentuhan
Sentuhan bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, jabat tangan, hingga sentuhan lembut sekilas. Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yaitu:
  1. Fungsional-profesional. Sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
  2. Sosial-sopan. Membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.
  3. Persahabatan-kehangatan. Meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi misalnya dua orang yang saling merangkul setelah lama berpisah.
  4. Cinta-keintiman. Merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orang tua.
  5. Rangsangan-seksual. Motif sentuhannya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.
3. Parabahasa
Parabahasa merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, tinggi-rendah nada, volume suara, intonasi, warna suara, dialek, suara gemetar, siulan, tangis, gumaman, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Suara yang terengah engah menandakan kelamahan.
4. Penampilan fisik
Penampilan fisik mencakup dua aspek: Busana serta karakteristik fisik. Busana misalnya orang-orang memakai pakaian serba hitam saat meninggal. Pilihan orang atas busananya juga mencerminkan kepribadian, apakah ia orang yang religius, modern, atau berjiwa muda.

Sementara daya tarik fisik merupakan ciri penting dalam banyak teori kepribadian, meskipun bersifat implisit. Orang yang menarik secara fisik dinilai lebih pandai bergaul, luwes, tenang, menarik, dan berhasil dalam karier.
5. Bau-bauan
Para ahli menganalogikan bau badan setiap orang dengan sidik jari, karena merupakan ciri khas setiap orang yang tidak sama dengan bau badan setiap orang lainnya. Kita dapat menduga bagaimana sifat seseorang dan selera masakannya atau kepercayaannya berdasarkan bau yang berasal dari tubuhnya dan dari rumahnya. Victor Hugo mengatakan, “Tidak sesuatu pun membangkitkan kenangan seperti suatu bau.” Bau parfum tertentu boleh jadi mengingatkan kita pada seseorang yang khusus.
6. Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi
Setiap orang, baik ia sadar atau tidak, memiliki ruang pribadi imajiner yang bila dilanggar, akan membuatnya tidak nyaman. Ruang pribadi kita identik dengan wilayah tubuh, satu dari empat kategori wilayah yang digunakan manusia. Ketiga wilayah lainnya adalah: wilayah pubil, yakni tempat yang secara bebas dimasuki dan ditinggalkan orang; wilayah rumah, yakni wilayah publik yang bebas dimasuki dan digunakan orang yang mengakui memilikinya; dan wilayah interaksional, yakni tempat pertemuan yang memungkinkan semua orang berkomunikasi secara informal seperti tempat pesta atau tempat cukur.
7. Konsep Waktu
Waktu menentukan hubungan antarmanusia. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan manusia. Bila kita selalu menepati waktu yang dijanjikan, maka komitmen kita pada waktu memberikan pesan tentang diri kita.
8. Diam
Dalam beberapa budaya, diam kurang disukai daripada berbicara. Kita menghargai pembicaraan untuk melepaskan ketegangan dan sebagai tanda kehidupan yang baik. Bila seorang dosen bertanya kepada mahasiswa, dan mahasiswa diam cukup lama sebelum menjawab, mahasiswa dapat dianggap berpikir lambat, mempermainkan dosen, atau abnormal. Dalam beberapa budaya lain, diam justru menyenangkan. Diam dalam budaya jepang saat mengantarai satu kalimat dengan kalimat lainnya adalah hal yang wajar. Faktor-faktor yang memengaruhi diam antara lain: durasi diam, hubungan antara orang-orang yang bersangkutan, dan situasi atau kelayakan waktu.
9. Warna
Warna sering digunakan untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, bahkan keyakinan agama. Contohnya, warna merah muda sebagai warna feminin, warna biru adalah warna maskulin, warna putih sering bermakna positif, suci, murni, atau bersih.
10. Artefak
Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Benda-benda yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sering mengandung makna tertentu. Motor Harley Davidson bila terpajang di rumah seseorang, kita tahu bahwa pemiliknya adalah orang berduit.
   C.  Komunikasi Non Verbal Dalam Komunikasi Antar Budaya
Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya namun juga melalui perilaku non verbalnya. Pentingnya perilaku non verbal ini misalnya dilukiskan dalam frase, ”bukan apa yang ia katakan tapi bagaimana ia mengatakannya”. Lewat perilaku non verbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia bahagia, bingung atau sedih.
Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (1991), komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna pada orang lain.    
Dalam proses non verbal yang relevan dengan komunikasi antar budya terdapat tiga aspek yaitu; perilaku non verbal yang berfungsi sebagai bahasa diam, konsep waktu dan penggunaan dan pengaturan ruang. Sebenarnya sangat banyak aktivitas yang merupakan perilaku non verbal ini, akan tetapi yang berhubungan dengan komunikasi antar budaya ini biasanya adalah sentuhan. Sentuhan sebagai bentuk komunikasi dapat menunjukkan bagaimana komunikasi non verbal merupakan suatu produk budaya. Di Jerman kaum wanita seperti juga kaum pria biasa berjabatan tangan dalam pergaulan sosial, di Amerika Serikat kaum wanita jarang berjabatan tangan. Di Muangthai, orang-orang tidak bersentuhan (berpegangan tangan dengan lawan jenis) di tempat umum, dan memegang kepala seseorang merupakan suatu pelanggaran sosial.
Suatu contoh lain adalah kontak mata. Di Amerika Serikat orang dianjurkan untuk mengadakan kontak mata ketika berkomunikasi. Di Jepang kontak mata seringkali tidak penting. Dan beberapa suku Indian Amerika mengajari anak-anak mereka bahwa kontak mata dengan orang yang lebih tua merupakan tanda kekurang sopanan. Seorang guru sekolah kulit putih di suatu pemukiman suku Indian tidak menyadari hal ini dan ia mengira bahwa murid-muridnya tidak berminat bersekolah karena murid-muridnya tersebut tidak pernah melihat kepadanya.
Sebagai suatau komponen budaya, ekspresi non verbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa. Keduanya merupakan sistem penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai bagian pengalaman budaya. Lambang-lambang non verbal dan respon-respon yang ditimbulkan lambang-lambang tersebut merupakan bagian dari pengalaman budaya – apa yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi lainnya. Setiap lambang memiliki makna karena orang mempunyai pengalaman lalu tentang lambang tersebut. Budaya mempengaruhi dan mengarahkan pengalaman-pengalaman itu, dan oleh karenanya budaya juga mempengaruhi dan mengarahkan kita bagaiman kita mengirim, menerima, dan merspon lambang-lambang non verbal tersebut.
Dari penjelasan diatas tentang prilaku komunikasi nonverbal diatas dapat disimpulkan beberapa hal penting yang menjadi yang menjadi ciri dari pesan yang bersifat nonverbal.
Ciri – ciri tersebut penting untuk diketahui dan dipahami terutama dalam kaitanya dengan komunikasi antar budaya. Beberapa hal tersebut adalah:
a.    Suatu pesan nonverbal yang sama akan mempunyai makna berbeda diperlihatkan pada situasi dan kondisi yang berbeda pula. Misalnya mencubit bisa berarti ungkapan rasa sayang dan berarti pula bisa sebagai ungkapan kesal dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

b.    Suatu pesan nonverbal yang sama dapat mempunyai pengertian yang berbeda pada suatu masyarakat atau bangsa yang satu dengan masyarakat dari bangsa yang lainnya. Contohnya, pada bangsa Indonesia menggelengkan kepala berarti menandakan “tidak”, sedangkan untuk bangsa India menggelengkan kepala berarti menandakan setuju “iya”.

c.    Pemahaman terhadap pesan nonverbal juga tergantung pada pesan verbal yang menyertainya. Jadi adakalanya suatu prilaku yang sama akan berbeda artinya jika pesan verbal yang dikatakanya berbeda. Misalnya, ketikan seseorang menggarukkan kepalanya disertai dengan kata “aduh gatal sekali kepala ini” berarti itu menandakan bahwa ia memang benar sedang merasakan kepalanya gatal. Akan tetapi jika disertai dengan “aduh apa ya, hmmm bingung” itu kan diartikan seperti ia sedang bingung.

d.    Dalam kegiatan komunikasi, pemahaman terhadap pesan nonverbal harus dilihat sebgai kesatuan dengan pemahaman terhadap pesan verbal yang disampaikan. Misalnya, jika seseorang mengungkapkan rasa bahagia, kita harus melihat apakah prilaku nonverbal yang diperlihatkanya mendukung pesan – pesan verbalnya atau tidak. Seperti, ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan lain – lainya.

e.    Pesan nonverbal dapat bermakna ganda biasanya bersifat bertentangan. Hal ini terjadi dalam pesan komunikasi ditemui adanya ketidak sesuaian antara pesan verbal dan pesan nonverbal. Misalnya, seseorang mengatkan bahwa dirinya sedang bahagia tetapi rasa bahagia itu tidak diekspresikan dengan prilaku nonverbal untuk mendukung apa yang dikatakan, seperti ekspresi wajah yang sendu atau gerakan tubuh yang lunglai. Ketika kita berada dalam posisi tersebut dan biasanya dalam kegiatan komunikasi, kita lebih percaya pada prilaku nonverbal yang diperlihatkan oleh lawan bicara kita.

f.     Pesan nonverbal diekspresikan secara bersama – sama oleh seluruh tubuh manusia untuk mengkomunikasikan pesan – pesan tertentu. Misalnya, rasa bahagia tidak hanya diungkapkan oleh ekspresi wajah saja tetapi juga dengan sorotan mata, gerakan tangan, dan sikap tubuh, jadi pemahaman prilaku nonverbal harus dilihat secara menyeluruh.

g.    Pemberian makna terhadap suatu pesan nonverbal didasarkan pada nilai atau norma yang berlaku pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Misalnya di Indonesia memegang kepala anak berarti sebagai tanda menyayanginya, sebaliknya di Muangthai itu dianggap sebagai pelanggaran social.[2]

Dalam proses komunikasinya, Komunikasi non verbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting, yakni :
a.    Repetisi atau mengulangi prilaku verbal
Perilaku nonverbal dapat mengulangi apa yang telah disampaikan dalam pesan verbal. Perilaku nonverbal di sini berfungsi untuk memperkuat pemaknaan dari pesan verbal. Misalnya, kepala digelengkan ketika mengatakan ”tidak” atau menganggukkan kepala berbarengan dengan mengatakan “iya”.

b.    Memperteguh, menekankan atau melengkapi prilaku verbal
Kita menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal, serta juga menggunakan nya untuk memperkuat warna atau pelengkap yang sudah dinyatakan oleh pesan verbal. Misalnya, ketika kita mendeskripsikan tinggi maka tangan kita di gerakan dengan mengangkat tangan kira-kira setinggi yang maksudkan. Atau saat kita berpidato melakukkan geraka – gerakan tangan serta bahasa tubuh lainya.

c.    Nonverbal dapat menggantikan prilaku verbal.
Menggoyangkan tangan dengan telapak tangan menghadap ke depan (sebagai pengganti kata “tidak”). Atau menunjuk dengan jari telunjuk ke arah ruang depan untuk menjawab pertanyaan  dari seorang yang bertanya “dimana si Ali?”.

d.    Regulasi (mengatur) prilaku verbal
Ketika kita berada didalam ruang kuliah lalu anda mengenakan jaket, membereskan buku, dan melihat jam tangan anda ketika waktu kuliah hampir habis, sehingga doesen segera menutup kuliahnya.

e.    Membantah atau kontradiksi dengan prilaku verbal.
Saat istri menanyakan komentar mengenai baju baru yang dibelinya ke pada suami dan si suami mengatakan “bagus!. Bagus!” tetapi seraya membaca koran. Adakalanya seseorang mengatakan suatu pesan verbal tertentu, tetapi tidak diikuti oleh perilaku nonverbal yang mendukung pesan verbalnya.[3]
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
DAFTAR PUSTAKA

            Mulyana Deddy. 2011. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya
Alex H. Rumomdor. Modul Komunikasi Antar Budaya, Universitas Mercu Buana.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi, Yogyakarta:Graha Ilmu.




















[1] Mulyana, Deddy. 2011, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

[2] Alex H. Rumomdor.Modul Komunikasi Antar Budaya.(Universitas Mercu Buana).6.8
[3] Riswandi.Ilmu Komunikasi.(Yogyakarta:Graha Ilmu.2009).70

No comments:

Post a Comment