1

loading...

Tuesday, November 27, 2018

MAKALAH PERBADINGAN PENDIDIKAN


PERBANDINGAN PENDIDIKANSistem Pendidikan Islam Dan Sistem Pendidikan Barat’’



BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
         Dikalangan mayarakat manusia yang berbudaya masyarakat modern, sistem dan metode pendidikan yang digunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan efesiensi. Pada masyarakat primitive mempergunakan sistem dan cara sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan efesiensi. Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup post-industrial, seperti masyarakat di beberapa Negara Barat atau di Negara Timur seperti Jepang. Proses pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem organisasi kelembagaan yang dikelola secara efektif dan efesien kearah tujuan yang ditetapkan. Orientasinya diarahkan kepada pengembangan ilmu dan teknologi canggih.
        Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
       Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah yang berbeda dengan kata ta’lîm yang berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan ta’lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan tindakan atau tatakrama yang sasarannya manusia. Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah.
       Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat walafiat untuk berusaha keras mendapatkan kesehteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia.Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil guna.
Pendidikan islam di negeri kita perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efesien melalui sistem dan metode yang tepat.

B.        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pendidikan Islam..?
2.      Bagaimana Konsep Sistem Pendidikan Islam?
3.      Bagaimana Sistem Pendidikan Barat?
4.      Bagaimana Konsep Sistem Pendidikan Barat?
5.      Bagaimana Perbandingan Sistem Pendidikan Islam Dan Barat
C.        Tujuan
1.      Mengetahui Pendidikan Islam..?
2.      Mengetahui Konsep Sistem Pendidikan Islam?
3.      Mengetahui Sistem Pendidikan Barat?
4.      Mengetahui Konsep Sistem Pendidikan Barat?
5.      Mengetahui Perbandingan Sistem Pendidikan Islam Dan Barat










                                                                                                                 
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Sistem Pendidikan Islam
     Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya: suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks.”  Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
     Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
      Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan. Faktor atau unsur yang disistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai tujuannya.
      Sistem pendidikan Islam merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran yang berdasarkan atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya terdiri dari berbagai sub-subsistem dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang harus memiliki vertikalitas dalam kualitas keilmuan-pengetahuan dan teknologinya.
     Jadi, bisa disimpulkan bahwa Sistem pendidikan Islam  berasal dari tiga kata yaitu : sistem, pendidikan dan Islam. Sistem berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata system yang berarti  susunan suatu cara atau pola yang berurutan tentang suatu hal. Dan pendidikan adalah suatu proses pemberian ajaran, bimbingan yang bereupa keilmuan. Sedangkan islam adalah agama yang di turunkan kepada Nabi Muhammad. Dari definisi-definisi di atas bisa kita rangkai bahwa sistem pendidikan Islam merupakan suatu cara dalam pemberian ilmu kepada murid tentang ilmu-ilmu Islam. Jadi di sini di tegaskan bahwa dalam sistem pendidikan Islam hanya membahas tentang tata cara pengajaran yang di ajarkan oleh Islam. Dari cara yang klasik hingga cara modern.
     Sebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar atas dasar keimanan dan ketakwaan, sudah selayaknya pendidikan Islam diupayakan dan diselenggarakan dengan maksud lillahi Ta’ala, karena dalam rangka mencari Ridlo Allah, sehingga banyak yang mengatakan bahwa mencari ilmu atau yang berjuang dalam keilmuan merupakan “jihad fi sabilillah, jadi para penyelenggara pendidikan harus mempunyai pilar kuat tentang keyakinan ini. Dengan demikian dibutuhkan landasan ideologis dan filosofis untuk membangun  pendidikan Islam, dengan merujuk kepada Al-Qur’an sebagaiman Abdurahman Mas’ud menyampaikan gagasanya “Ajaran Iqra  adalah satu seruan pencerahan intelektual yang telah terbukti dalam sejarah mampu mengubah peradaban manusia dari masa kegelapan.
    Memahami pada dataran prakteknya memang sering dijumpai  hambatan dan rintangan, tapi  jika niat lurus dan niat beribadah itu telah tertanam maka hal sesulit apapun akan terasa mudah, sebagaimana para guru ngaji yang masih kental dengan tradisi-tradisi demikian, sehingga tak heran jika mereka mengajar santri-santrinya tanpa dibayar materi sedikitpun mereka tetap istiqamah, filsafat ikhlas seperti  ini merupakan ke-khasan dan kekayaan pendidikan Islam yang tidak terdapat pada gaya dan sistem pendidikan manapun didunia. yang mana dari dulu sistem pendidikan ini dilestarikan oleh para ulama dan cendekia muslim dalam mengajarkan Ilmunya dengan niat lillahi Ta’ala.
     Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak yang kuat, begitu juga dengan Pendidikan Islam, sebagai usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian baik harus mempunyai dasar sistemik yang baik dan benar-benar tepat sesuai asas-asas Islam. Dalam aktivitas Pendidikan Islam yang baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan Islam mempunyai keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya tidak kehilangan arah dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya.
      Pendidikan Islam merupakan media  untuk mempengaruhi orang lain ke arah kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan mentaati semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah, dengan kesadaran insani yang tertanam kuat dengan aspek keilmuan, sehingga hasilnya bukan sekedar taat buta, tapi penghambaan yang berdasarkan keilmuan, semua yang dilakukan  dalam ruang lingkup peraturan Allah, sehingga dasar dari pendidikan Islam itu sendiri  tiada lain ialah sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits, hal ini sejalan dengan ungkapan yang dipaparkan oleh Ahmad Tafsir, beliau memberikan komentar tentang dasar pendidikan Islam dengan ungkapan “Karena pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan manusia maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-Qur’an, Hadist dan akal sebagi dasarnya.” Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat logis, karena falsafah dan dasar dari pendidikan Islam, tiada lain Islam itu sendiri, untuk sedikit menggambarkan alasan kenapa Al-Qur’an dan Hadist menjadi landasan utama pendidikan Islam, dengan pertimbangan sebagai berikut:
a.       Al-Quran
      Dikarenakan landasan utama dan holistik ajaran Islam yaitu Al-Qur’an, maka dalam mengembangkan sayap pendidikan Islam harus bisa menerjemahkan wahyu Tuhan tersebut secara cerdas ke dalam bahasa manusia, agar Al-Qur’an bisa lebih kontekstual dengan keadaan zaman, karena Al-Qur’an memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek.  Sebagaimana para mufassir mengemukakan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber ajaran yang tak lekang oleh waktu maka, dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran yang termaktub  didalamnya sudah dipastikan memuat ajaran yang universal, kalaupun ada ayat-ayat yang sifatnya temporal itu harus bisa diterjemahkan secara subtantif. Sehingga pendidikan Islam seharusnya ketika mengalami kemunduran dan pudarnya sinergitas dalam dataran praktis harus dikembalikan kepada dasar pendidikan Islam yaitu asas-asas Islam sebagaimana yang digariskan Al-Qur’an, sebagaimana ungkapan HM.Arifin mengenai Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an mengandung dan membawa nilai-nilai yang membudayakan manusia,hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia.
b.      Al-Hadits
        Selain Al-Qur’an dalam Islam untuk menentukan hukum dan rujukan pola kehidupan juga menggunakan hadits  nabi, karena hadits dalam posisinya sebagai sumber kedua sekaligus bentuk tafsir dan penjelasan  terhadap Al-Qur’an. Terlebih dalam dataran praktek hadits lebih mempunyai kecenderungan aplikatif, karena unsur dalam hadits selain merupakan bagian dari wahyu juga bentuk responsibilitas terhadap persoalan yang muncul,karena hadist merupakan interpretasi dan rangkuman dari sosok agung dalam Islam, Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam konsep pendidikan  Islam, hadits merupakan landasan filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam, terlebih dalam  Hadits banyak sekali menekankan tentang akhlak dan pendidikan.
       Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis merupakan harapan mendasar untuk memperbaiki sistem pendidikan Islam saat ini. Jadi dengan pengembangan sistem pendidikan yang mengadopsi dari hal-hal baru yang baik merupakan suatu keharusan, dengan catatan sesuai dengan konsep dasar landasan pendidikan islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis,karena dengan  membuka diri kepada sesuatu yang baru yang baik, sejalan dengan dialektika pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya mengajarkan sejumlah pengetahuan, namun justru mengajarkan bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan ditemukan.

B.       Konsep Sistem Pendidikan Islam
      Pembicaraan tentang konsep dasar pendidikan islam ini mencakup pengertian istilah tarbiyah,ta’lim, ta’dib, dan pendidikan islam. 
1.Pengertian Tarbiyah
     Abdurrahman An-nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus Bahasa Arab, lafal At-Tarbiyah berasal dari tiga kata.
Pertama , raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh.
Makna ini dapat dilihat dalam firman Allah : Dan suatu riba (tambahan) yang kalian berikan agar dia menambah pada harta manusia ,maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.(QS.Ar-Rum(30):39).
Kedua, rabiya-yarba dengan wazan (bentuk) khafiya-yakhfa, yang berarti menjadi besar. Atas dasar makna inilah Ibnu AI-Arabi mengatakan. Jika orang bertanya  tentang diriku, maka mekah adalah tempat tinggalku dan di situlah aku dibesarkan.
Ketiga, rabba- yarubbu dengan wazan (bentuk) madda-yamuddu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga ,dan memelahara. Makna ini antara lain ditunjukkan oleh perkataan Hasan bin Tsabit , sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Al-Manzhur dalam Lisan Al-Arab : Sesungguhnya ketika engkau tampak pada hari ke luar di halaman istana,engkau lebih baik dari pada sebutir mutiara putih  bersih yang dipelihara oleh kumpulan air di laut .
      Dari ketiga asal katadi atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri dari empat unsur, yaitu :
1.        Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh.
2.        Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam.
3.        Mengarahkan deluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya.
4.         Proses ini di laksanakan secara bertahap .

2.      Pengertian Ta’lim
     At-ta’lim merupakan bagian kecil dari at-tarbiyah ai-aqliyah yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berfikir ,yang sifatnya mengacu pada domain kognitif . Hal ini dapat dipahami dari pemakaian kata ‘allama’ dikaitkan dengan kata ‘aradha’ yang mengimplikasikan bahwa proses pengajaran adam tersebut pada akhirnya diakhiri dengan tahap evaluasi . konotasi konteks kalimat itu mengacu pada evaluasi domain kognitif ,yaitu penyebutan nama-nama benda yang diajarkan ,belum pada tingkat domain yang lain .Hal ini memberi isyarat bahwa dibanding dengan at-tarbiyah.
3.      Pengertian Ta’dib
    Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaanya .(Al-Attas :60).
4.      Pengertian Pendidikan Islam
    Pendidikan islam adalah proses tranformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya . Pengertian tersebut  mempunyai lima prinsip pokok, yaitu :
a.              Proses tranformasi dan internalisasi
b.              Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai.
c.              Pada diri anak didik
d.             Melaluipenumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya .
e.              Guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya .
      Dari keterangan-keterngan di atas sudah mulai terlihat perbedaan antara pendidikan Islam dan Barat dalam konsep dasar pendidikannya .


C.           Sistem Pendidikan Barat
      Dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai. Namun sebenarnya tidak benar-benar bebas nilai tapi hanya bebas dari nilai-nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Menurut Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular.
      Masih menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, yaitu:
pertama, menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia; 
kedua, bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran;
ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular;
kempat, menggunakan doktrin humanism.
kelima, menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.
      Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.
      Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat, dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran berciri materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. Rene Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini menjadikan rasio lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya.

D.           Konsep pendidikan Barat
     Ada 4 konsep yang di pegang oleh prespektif barat. Mulai dari Sekuler, Liberal, Pragmatis, dan Materialis. Dari 4 konsep ini, dapat diartikan bahwa konsep pendidikan prespektif barat sangat berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
1.      Sekuler
    Memisahkan antara ilmu dengan agama. Maksudnya, pendidikan barat lebih mementingkan ilmu daripada agama yang di dapat dari ilmu itu, mereka hanya mementingkan Jasmani dan tidak memikirkan akan rohani.
2.      Liberal
    Bebas. Maksudnya, pendidikan barat itu bebas melakukan segala hal yang di suka, tetapi tetap mengarah akan ilmu yang dipelajarinya itu.
3.       Pragmatis
    Praktis atau bersifat sementara. Mereka menganggap bahwa ilmu itu dipelajari agar seseorang dapat menggapai cita-citanya. Mereka hanya fokus akan satu titik berat yang dituju oleh pemikirannya. Proses penggapaian cita-cita itulah yang membuat seseorang menjadi lebih terstruktur untuk menggapainya secara maksimal. Mereka tidak mempelajari akan hal-hal yang seharusnya mereka pelajari disekitarnya seperti pendidikan sosial dan sebagainya.
4.      Materialis
      Sebatas "materi" saja. Jadi, pendidikan itu hanyalah sebatas materi. Mereka tak memikirkan kedepan akan apa yang mereka sedang pelajari itu. Mereka hanya tertuju pada satu tujuan yaitu hasil nilai pelajaran yang baik.

E.     Perbandingan Sistem Pendidikan Islam Dan Barat
      Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Prancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur kebenaran.
       Kebanyakan dari tujuan pendidikan barat mengacu kepada unsur materialisme sehingga banyak yang beranggapan bahwa hidup hanyalah untuk mencari kesenangan saja atau belajar hanya untuk bekerja ,hal itu di sebabkan oleh para pemikir barat yang hanya bersandar pada rasionalisme saja.
1.        Pendidikan Barat memiliki perbedaan yang jauh dengan Islam
a.       Pendidikan Islam dan Barat berbeda dalam segi konsep dan tujuan
b.       Tujuan pendidikan Islam selain unsur materialis yaitu yang terpenting adalah Ibadah
c.       Pendidikan barat hanya bersandar pada rasionalisme dll.
d.      Pendidikan Islam berpatokan pada wahyu.
      Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan metodologi Barat dan Islam dari sudut keilmuan terletak pada peletakan status ontologi dan epistimologi pengetahuan. Kalau Barat akhirnya cenderung menolak status ontologis objek-objek metafisika dan lebih memusatkanperhatiannya pada objek-objek fisik (positivistik), epistimologi Islam masih mempertahankan statusontologis yang tidak hanya objek-objek fisika, tetapi juga objek-objek metafisika. Perbedaan carapandang serta keyakinan terhadap status ontologis ini telah menimbukan perbedaan yang cukupsignifikan di antara kedua sistem epistimologi tersebut dalam masalah-masalah yang menyangkutsoal klasifikasi ilmu dan metode-metode ilmiah.
     Perbedaan pada sisi lain, seperti dari sudut pendidikan ternyata Barat melihat anak didik sebagai manusia yang merdeka dan memiliki kebebasan dan sementara Islam memandangmanusiasebagai makhluk Tuhan dan sosial yang memiliki potensi sesuai dengan fitrahnya.
     Akan tetapi, Baratlebih mengedepankan akal dengan mengenyamping kalbu. Artinya ilmu pengetahuan hanyamerupakan teori-teori inderawi yang dapat diamati, diteliti serta dibuktikan saja. Oleh karena itu,tugas utama sebuah epistimologi adalah menunjukkan bagaimana ilmu itu mungkin secara filosofis.
      Dan, merupakan tugas filsafat ilmu pengetahuan untuk menuntun bahwa pengetahuan itu mungkinsecara filosofis. Untuk islamisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan sangat perlu kembalimengintegrasikan antara al-kitabal-huda, dan al-‘ilma atau agama-etika-teknologi, sebagai yangtelah dilakukan para ilmuan muslim pada abad pertengahan.
      Menurut seorang ilmuwan muslim Bangladesh, DR. Muhammad S.A Ibrahimy, napas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elan vitale yang menggerakan perilaku yang diperkokoh dengan ilmu pengetahuan yang luas. Sehingga ia mampu memberikan jawaban yang tepat guna terhadap tantangan perkembangan ilmu dan teknologi.
      Sedangkan DR. Yusuf Qaradhawi memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Menurut DR. Mohammad Natsir, maksud ‘didikan’ di sini ialah satu pimpinan jasmani dan ruhani yang menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan sesungguhnya.
     Pada intinya adalah, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tiga unsur dimana hal ini juga sebagai asal muasal manusia dan ketiganya tidak dapat dipisahkan:
1.      Jasad.
2.      Ruh.
3.      Intelektualitas.
      Semua manusia adalah sama dalam komposisi ini. Mereka semua tercipta dan dilahirkan ke alam dunia ini dengan dasar penciptaan dan kehidupan yang tidak berbeda.
     Berdasarkan hal-hal di atas, Islam memandang pendidikan sebagai sesuatu yang identik dan tidak terpisahkan. Dengan demikian, pendidikan dalam pandangan Islam meliputi tiga aspek yang tidak dapat dipilah-pilah:
·         Pendidikan jasad (tarbiyah jasadiyah),
·         Pendidikan Ruh (tarbiyah ruhiyah),
·         Pendidikan intelektualitas (tarbiyah 'aqliyah).
      Pemahaman tentang pendidikan menurut Islam sebagaimana yang telah dijelaskan memiliki perbedaan-perbedaan yang sangat mencolok dengan bagaimana dunia barat memahami pendidikan. Jika dalam Islam pendidikan harus meliputi tiga aspek seperti di atas, maka dalam pandangan barat semua aspek itu tidak perlu selalu diidentikkan. Dalam pendidikan barat juga lebih ditekankan pada rasionalitas semata.
       Di Barat, pendidikan menjadi ajang pertarungan ideologis dimana apa yang menjadi tujuan pendidikan –secara tidak langsung merupakan tujuan hidup – berbenturan dengan kepentingan-kepentingan lain. Di sinilah perbedaan pendapat para filosof Barat dalam menetapkan tujuan hidup. Orang-orang Sparta salah satu kerajaan Yunani lama dahulu berpendapat bahwa tujuan hidup adalah untuk berbakti kepada negara, untuk memperkuat negara. Dan pengertian kuat menurut orang-orang Sparta adalah kekuatan fisik. Oleh sebab itu tujuan pendidikan Sparta adalah sejajar dengan tujuan hidup mereka, yaitu memperkuat, memperindah dan mempertegus jasmani.
       Sebaliknya orang Athena, juga salah satu kerajaan Yunani lama, berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencari kebenaran (truth), dan kalau bisa menyirnakan diri pada kebenaran itu. Dan Plato menjelaskan bahwa benda, konsep-konsep dan lainnya bukanlah benda sebenarnya. Dia sekedar bayangan dari benda hakiki yang wujud di alam utopia. Manusia terdiri dari roh dan jasad. Roh itulah hakikat manusia, maka segala usaha untuk membersihkan, memelihara, menjaga dan lain-lain roh itu disebut pendidikan.
        Madzhab-madzhab pendidikan eropa Barat dan Amerika sesuah Decartes (1596-1650) mengambil dari kedua madzhab Yunani lama tersebut, dan semua madzhab beranggapan bahwa dunia inilah tujuan hidup sehingga ada yang mengingkari sama sekali wujud Tuhan dan hari akhir. Ada madzhab rasionalisme yang berpangkal pada Plato, Aristoteles, Descartes, Kant, dan lainnya; ada madzhab impirisme yang dipelopori oleh John Locke yang terkenal dengan kerta putih (tabu rasa); ada madzhab progressivisme yang dipelopori oleh John Dewey yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah lebih banyak pendidikan; ada madzhab yang berasal dari sosiolog, yaitu sosiologi pengetahuan yang menitik beratkan budaya; selanjutnya ada madzhab fenomenologi atau eksistensialisme yang beranggapan bahwa pendidikan seharusnya bersifat personal, oleh sebab itu sekolah tidak ada gunannya dan harus dibubarkan. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT yang menggambarkan orang-orang Dahriyyun (Naturalist), “Mereka berkata tidak ada hidup kecuali hidup kita di dunia ini. Kita mati kita hidup, tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa. Sedangkan mereka dalam hal ini tidak tahu apa-apa. Mereka hanyalah menyangka-nyangka” (QS.45:23).
       Dari segi karakteristik, terdapat perbedaan antara pendidikan Islam dan Barat. Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, Dalam Islam pendidikan memiliki karakteristik, yaitu pertama, Penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi setiap Muslim dan muslimat.
       Dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai. Namun sebenarnya tidak benar-benar bebas nilai tapi hanya bebas dari nilai-nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Menurut Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular.
      Masih menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, pertama, menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia; kedua, bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular; empat, menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan . Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.
      Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur kebenaran. Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya .
        Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam dan Barat Menurut Pervez Hoodbhoy, perbedaan pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah pendidikan keagamaan tradisional dan pendidikan sekular modern, karena kedua jenis pendidikan tersebut menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang sama sekali berbeda dan mempunyai dua perangkat tujuan dan metode yang juga berbeda.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur kebenaran. Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya .
        Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam dan Barat Menurut Pervez Hoodbhoy, perbedaan pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah pendidikan keagamaan tradisional dan pendidikan sekular modern, karena kedua jenis pendidikan tersebut menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang sama sekali berbeda dan mempunyai dua perangkat tujuan dan metode yang juga berbeda.

  B.  Saran
Sejalan dengan simpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut: kita harus belajar dari sejarah masa lalu, bahwa sejarah pergerakan bangsa bukan semata-mata harus dikenang saja naumn, harus bisa dihayati dan dimaknai oleh seluruh umat manusia.



No comments:

Post a Comment