PERBANDINGAN PENDIDIKAN“Sistem Pendidikan Islam Dan Sistem Pendidikan Barat’’
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dikalangan mayarakat manusia yang berbudaya masyarakat
modern, sistem dan metode pendidikan yang digunakan setaraf dengan kebutuhan
atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas
dan efesiensi. Pada masyarakat primitive mempergunakan sistem dan cara
sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik
beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi
orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan efesiensi.
Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup post-industrial,
seperti masyarakat di beberapa Negara Barat atau di Negara Timur seperti
Jepang. Proses pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem organisasi
kelembagaan yang dikelola secara efektif dan efesien kearah tujuan yang
ditetapkan. Orientasinya diarahkan kepada pengembangan ilmu dan teknologi
canggih.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari
bahasa Arab yaitu tarbiyah yang berbeda dengan kata ta’lîm yang berarti
pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan
ta’lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan tindakan
atau tatakrama yang sasarannya manusia.
Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang
dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah.
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang
berakal sehat walafiat untuk berusaha keras mendapatkan kesehteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama
islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai
kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah SWT
sebagai landasan kehidupan umat manusia.Salah satu sarana yang efektif untuk
membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang
teratur, berdaya guna dan berhasil guna.
Pendidikan islam di negeri kita perlu diorganisasikan atau dikelola
secara rapi, efektif, dan efesien melalui sistem dan metode yang tepat.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Pendidikan Islam..?
2. Bagaimana Konsep Sistem Pendidikan Islam?
3. Bagaimana
Sistem Pendidikan Barat?
4. Bagaimana
Konsep Sistem Pendidikan Barat?
5. Bagaimana
Perbandingan
Sistem Pendidikan Islam Dan Barat
C.
Tujuan
1. Mengetahui
Pendidikan Islam..?
2. Mengetahui Konsep Sistem Pendidikan Islam?
3. Mengetahui
Sistem Pendidikan Barat?
4. Mengetahui
Konsep Sistem Pendidikan Barat?
5. Mengetahui
Perbandingan Sistem Pendidikan Islam Dan Barat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem
Pendidikan Islam
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema”
yang artinya: suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole
compounded of several parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan
yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas
Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut
“Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau
terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks.” Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu
merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama
berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem adalah suatu keseluruhan yang
terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam
fungsinya. Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu
bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan
yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan. Faktor atau
unsur yang disistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya
mencapai tujuannya.
Sistem pendidikan Islam merupakan usaha
pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam.
Ajaran yang berdasarkan atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan
operasionalnya terdiri dari berbagai sub-subsistem dari jenjang pendidikan dasar,
menengah, dan perguruan tinggi yang harus memiliki vertikalitas dalam kualitas
keilmuan-pengetahuan dan teknologinya.
Jadi, bisa
disimpulkan bahwa Sistem pendidikan Islam berasal dari tiga kata yaitu :
sistem, pendidikan dan Islam. Sistem berasal dari bahasa inggris yaitu dari
kata system yang berarti susunan suatu cara atau pola yang berurutan
tentang suatu hal. Dan pendidikan adalah suatu proses pemberian ajaran, bimbingan
yang bereupa keilmuan. Sedangkan islam adalah agama yang di turunkan kepada
Nabi Muhammad. Dari definisi-definisi di atas bisa kita rangkai bahwa sistem
pendidikan Islam merupakan suatu cara dalam pemberian ilmu kepada murid tentang
ilmu-ilmu Islam. Jadi di sini di tegaskan bahwa dalam sistem pendidikan Islam
hanya membahas tentang tata cara pengajaran yang di ajarkan oleh Islam. Dari
cara yang klasik hingga cara modern.
Sebagai landasan
untuk tujuan yang benar-benar atas dasar keimanan dan ketakwaan, sudah
selayaknya pendidikan Islam diupayakan dan diselenggarakan dengan maksud lillahi
Ta’ala, karena dalam rangka mencari Ridlo Allah, sehingga banyak yang
mengatakan bahwa mencari ilmu atau yang berjuang dalam keilmuan merupakan “jihad
fi sabilillah,” jadi para penyelenggara pendidikan harus mempunyai
pilar kuat tentang keyakinan ini. Dengan demikian dibutuhkan landasan ideologis
dan filosofis untuk membangun pendidikan Islam, dengan merujuk kepada
Al-Qur’an sebagaiman Abdurahman Mas’ud menyampaikan gagasanya “Ajaran
Iqra adalah satu seruan pencerahan intelektual yang telah terbukti dalam
sejarah mampu mengubah peradaban manusia dari masa
kegelapan.
Memahami pada
dataran prakteknya memang sering dijumpai hambatan dan rintangan,
tapi jika niat lurus dan niat beribadah itu telah tertanam maka hal
sesulit apapun akan terasa mudah, sebagaimana para guru ngaji yang masih kental
dengan tradisi-tradisi demikian, sehingga tak heran jika mereka mengajar
santri-santrinya tanpa dibayar materi sedikitpun mereka tetap istiqamah,
filsafat ikhlas seperti ini merupakan ke-khasan dan kekayaan pendidikan
Islam yang tidak terdapat pada gaya dan sistem pendidikan manapun didunia. yang
mana dari dulu sistem pendidikan ini dilestarikan oleh para ulama dan cendekia
muslim dalam mengajarkan Ilmunya dengan niat lillahi Ta’ala.
Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak
yang kuat, begitu juga dengan Pendidikan Islam, sebagai usaha untuk membentuk
manusia yang berkepribadian baik harus mempunyai dasar sistemik yang baik dan
benar-benar tepat sesuai asas-asas Islam. Dalam aktivitas Pendidikan Islam yang
baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya
harus memiliki dasar kokoh berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hal ini dimaksudkan
agar yang terlingkupi dalam pendidikan Islam mempunyai keteguhan dan keyakinan
yang tegas sehingga prakteknya tidak kehilangan arah dan mudah dalam menanamkan
visi dan misinya.
Pendidikan Islam merupakan media untuk mempengaruhi orang lain ke
arah kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan mentaati
semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah,
dengan kesadaran insani yang tertanam kuat dengan aspek keilmuan, sehingga
hasilnya bukan sekedar taat buta, tapi penghambaan yang berdasarkan keilmuan,
semua yang dilakukan dalam ruang lingkup peraturan Allah, sehingga dasar
dari pendidikan Islam itu sendiri tiada lain ialah sumber ajaran Islam
yaitu Al-Qur’an dan Hadits, hal ini sejalan dengan ungkapan yang dipaparkan
oleh Ahmad Tafsir, beliau memberikan komentar tentang dasar pendidikan Islam
dengan ungkapan “Karena pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan
manusia maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-Qur’an, Hadist dan akal sebagi
dasarnya.” Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat logis, karena
falsafah dan dasar dari pendidikan Islam, tiada lain Islam itu sendiri, untuk
sedikit menggambarkan alasan kenapa Al-Qur’an dan Hadist menjadi landasan utama
pendidikan Islam, dengan pertimbangan sebagai berikut:
a.
Al-Quran
Dikarenakan landasan utama dan holistik ajaran Islam yaitu Al-Qur’an,
maka dalam mengembangkan sayap pendidikan Islam harus bisa menerjemahkan wahyu
Tuhan tersebut secara cerdas ke dalam bahasa manusia, agar Al-Qur’an bisa lebih
kontekstual dengan keadaan zaman, karena Al-Qur’an memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek. Sebagaimana para mufassir mengemukakan bahwa Al-Qur’an
merupakan sumber ajaran yang tak lekang oleh waktu maka, dengan kata lain bahwa
ajaran-ajaran yang termaktub didalamnya sudah dipastikan memuat ajaran
yang universal, kalaupun ada ayat-ayat yang sifatnya temporal itu harus bisa
diterjemahkan secara subtantif. Sehingga pendidikan Islam seharusnya ketika
mengalami kemunduran dan pudarnya sinergitas dalam dataran praktis harus
dikembalikan kepada dasar pendidikan Islam yaitu asas-asas Islam sebagaimana
yang digariskan Al-Qur’an, sebagaimana ungkapan HM.Arifin mengenai Al-Qur’an
bahwa Al-Qur’an mengandung dan membawa nilai-nilai yang membudayakan
manusia,hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan
bagi umat manusia.
b.
Al-Hadits
Selain Al-Qur’an dalam Islam untuk menentukan hukum
dan rujukan pola kehidupan juga menggunakan hadits nabi, karena hadits
dalam posisinya sebagai sumber kedua sekaligus bentuk tafsir dan
penjelasan terhadap Al-Qur’an. Terlebih dalam dataran praktek hadits
lebih mempunyai kecenderungan aplikatif, karena unsur dalam hadits selain
merupakan bagian dari wahyu juga bentuk responsibilitas terhadap persoalan yang
muncul,karena hadist merupakan interpretasi dan rangkuman dari sosok agung
dalam Islam, Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam konsep pendidikan Islam, hadits
merupakan landasan filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam,
terlebih dalam Hadits banyak sekali menekankan tentang akhlak dan
pendidikan.
Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis
merupakan harapan mendasar untuk memperbaiki sistem pendidikan Islam saat ini.
Jadi dengan pengembangan sistem pendidikan yang mengadopsi dari hal-hal baru
yang baik merupakan suatu keharusan, dengan catatan sesuai dengan konsep dasar
landasan pendidikan islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis,karena dengan membuka
diri kepada sesuatu yang baru yang baik, sejalan dengan dialektika pendidikan.
Karena pendidikan tidak hanya mengajarkan sejumlah pengetahuan, namun justru
mengajarkan bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan ditemukan.
B.
Konsep Sistem Pendidikan Islam
Pembicaraan tentang konsep dasar
pendidikan islam ini mencakup pengertian istilah tarbiyah,ta’lim,
ta’dib, dan pendidikan islam.
1.Pengertian
Tarbiyah
Abdurrahman An-nahlawi mengemukakan bahwa
menurut kamus Bahasa Arab, lafal At-Tarbiyah berasal dari tiga
kata.
Pertama ,
raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh.
Makna ini
dapat dilihat dalam firman Allah : Dan suatu riba (tambahan) yang kalian
berikan agar dia menambah pada harta manusia ,maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah.(QS.Ar-Rum(30):39).
Kedua,
rabiya-yarba dengan wazan (bentuk) khafiya-yakhfa, yang berarti menjadi besar. Atas
dasar makna inilah Ibnu AI-Arabi mengatakan. Jika orang
bertanya tentang diriku, maka mekah adalah tempat tinggalku dan di
situlah aku dibesarkan.
Ketiga, rabba-
yarubbu dengan wazan (bentuk) madda-yamuddu yang berarti memperbaiki, menguasai
urusan, menuntun, menjaga ,dan memelahara. Makna ini antara lain ditunjukkan
oleh perkataan Hasan bin Tsabit ,
sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Al-Manzhur dalam Lisan Al-Arab : Sesungguhnya ketika
engkau tampak pada hari ke luar di halaman istana,engkau lebih baik dari pada
sebutir mutiara putih bersih yang dipelihara oleh kumpulan air di
laut .
Dari ketiga asal katadi atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri dari empat unsur, yaitu :
1.
Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh.
2.
Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang
bermacam-macam.
3.
Mengarahkan deluruh fitrah dan potensi anak menuju
kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya.
4.
Proses ini di laksanakan secara bertahap .
2. Pengertian
Ta’lim
At-ta’lim merupakan bagian kecil dari
at-tarbiyah ai-aqliyah yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian
berfikir ,yang sifatnya mengacu pada domain kognitif . Hal ini dapat dipahami
dari pemakaian kata ‘allama’ dikaitkan dengan kata ‘aradha’ yang
mengimplikasikan bahwa proses pengajaran adam tersebut pada akhirnya diakhiri
dengan tahap evaluasi . konotasi konteks kalimat itu mengacu pada evaluasi
domain kognitif ,yaitu penyebutan nama-nama benda yang diajarkan ,belum pada
tingkat domain yang lain .Hal ini memberi isyarat bahwa dibanding dengan
at-tarbiyah.
3. Pengertian
Ta’dib
Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di
dalam tatanan wujud dan keberadaanya .(Al-Attas :60).
4. Pengertian
Pendidikan Islam
Pendidikan islam adalah proses
tranformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak
didik melalui penumbuhan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya . Pengertian
tersebut mempunyai lima prinsip pokok, yaitu :
a.
Proses tranformasi dan internalisasi
b.
Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai.
c.
Pada diri anak didik
d.
Melaluipenumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya .
e.
Guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam
segala aspeknya .
Dari keterangan-keterngan di atas sudah
mulai terlihat perbedaan antara pendidikan Islam dan Barat dalam konsep dasar
pendidikannya .
C.
Sistem
Pendidikan Barat
Dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir
dari pandangan hidup agama tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas
nilai. Namun sebenarnya tidak benar-benar bebas nilai tapi hanya bebas dari
nilai-nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Menurut Naquib al-Attas, ilmu dalam
peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun
dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang
terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk
rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang
diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga dari cara pandang
yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular.
Masih menurut al-Attas, ada lima faktor
yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, yaitu:
pertama, menggunakan
akal untuk membimbing kehidupan manusia;
kedua, bersikap
dualitas terhadap realitas dan kebenaran;
ketiga, menegaskan
aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular;
kempat,
menggunakan doktrin humanism.
kelima, menjadikan
drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi
kemanusiaan.
Kelima faktor ini amat berpengaruh
dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada
di Barat.
Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat, dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran berciri materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. Rene Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini menjadikan rasio lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya.
Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat, dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran berciri materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. Rene Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini menjadikan rasio lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya.
D.
Konsep
pendidikan Barat
Ada 4 konsep yang di pegang oleh
prespektif barat. Mulai dari Sekuler, Liberal, Pragmatis, dan Materialis. Dari
4 konsep ini, dapat diartikan bahwa konsep pendidikan prespektif barat sangat
berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
1. Sekuler
Memisahkan
antara ilmu dengan agama. Maksudnya, pendidikan barat lebih mementingkan ilmu
daripada agama yang di dapat dari ilmu itu, mereka hanya mementingkan Jasmani
dan tidak memikirkan akan rohani.
2. Liberal
Bebas. Maksudnya, pendidikan barat itu
bebas melakukan segala hal yang di suka, tetapi tetap mengarah akan ilmu yang
dipelajarinya itu.
3.
Pragmatis
Praktis atau bersifat sementara.
Mereka menganggap bahwa ilmu itu dipelajari agar seseorang dapat menggapai
cita-citanya. Mereka hanya fokus akan satu titik berat yang dituju oleh
pemikirannya. Proses penggapaian cita-cita itulah yang membuat seseorang
menjadi lebih terstruktur untuk menggapainya secara maksimal. Mereka tidak
mempelajari akan hal-hal yang seharusnya mereka pelajari disekitarnya seperti
pendidikan sosial dan sebagainya.
4.
Materialis
Sebatas "materi" saja.
Jadi, pendidikan itu hanyalah sebatas materi. Mereka tak memikirkan kedepan
akan apa yang mereka sedang pelajari itu. Mereka hanya tertuju pada satu tujuan
yaitu hasil nilai pelajaran yang baik.
E. Perbandingan Sistem Pendidikan Islam Dan Barat
Ilmu yang
dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah
mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme,
sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran,
dan makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal
Prancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur
kebenaran.
Kebanyakan dari tujuan pendidikan barat
mengacu kepada unsur materialisme sehingga banyak yang beranggapan bahwa hidup
hanyalah untuk mencari kesenangan saja atau belajar hanya untuk bekerja ,hal
itu di sebabkan oleh para pemikir barat yang hanya bersandar pada rasionalisme
saja.
1.
Pendidikan Barat memiliki perbedaan yang jauh dengan
Islam
a.
Pendidikan Islam dan Barat berbeda dalam segi konsep
dan tujuan
b.
Tujuan pendidikan Islam selain unsur materialis
yaitu yang terpenting adalah Ibadah
c.
Pendidikan barat hanya bersandar pada rasionalisme
dll.
d.
Pendidikan Islam berpatokan pada wahyu.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan metodologi Barat dan Islam
dari sudut keilmuan terletak pada peletakan status ontologi dan epistimologi
pengetahuan. Kalau Barat akhirnya cenderung menolak status ontologis
objek-objek metafisika dan lebih memusatkanperhatiannya pada objek-objek
fisik (positivistik), epistimologi Islam masih mempertahankan statusontologis
yang tidak hanya objek-objek fisika, tetapi juga objek-objek metafisika.
Perbedaan carapandang serta keyakinan terhadap status ontologis ini telah
menimbukan perbedaan yang cukupsignifikan di antara kedua sistem epistimologi
tersebut dalam masalah-masalah yang menyangkutsoal klasifikasi ilmu dan metode-metode
ilmiah.
Perbedaan
pada sisi lain, seperti dari sudut pendidikan ternyata Barat melihat anak didik
sebagai manusia yang merdeka dan memiliki kebebasan dan sementara Islam
memandangmanusiasebagai makhluk Tuhan dan sosial yang memiliki potensi sesuai
dengan fitrahnya.
Akan
tetapi, Baratlebih mengedepankan akal dengan mengenyamping kalbu. Artinya ilmu
pengetahuan hanyamerupakan teori-teori inderawi yang dapat diamati, diteliti
serta dibuktikan saja. Oleh karena itu,tugas utama sebuah epistimologi adalah
menunjukkan bagaimana ilmu itu mungkin secara filosofis.
Dan,
merupakan tugas filsafat ilmu pengetahuan untuk menuntun bahwa pengetahuan itu
mungkinsecara filosofis. Untuk islamisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan
sangat perlu kembalimengintegrasikan antara al-kitab, al-huda,
dan al-‘ilma atau agama-etika-teknologi, sebagai yangtelah
dilakukan para ilmuan muslim pada abad pertengahan.
Menurut seorang ilmuwan muslim Bangladesh, DR.
Muhammad S.A Ibrahimy, napas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan
elan vitale yang menggerakan perilaku yang diperkokoh dengan ilmu pengetahuan
yang luas. Sehingga ia mampu memberikan jawaban yang tepat guna terhadap
tantangan perkembangan ilmu dan teknologi.
Sedangkan DR.
Yusuf Qaradhawi memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai pendidikan
manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan
keterampilannya. Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam
perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis dan pahitnya. Menurut DR. Mohammad Natsir, maksud ‘didikan’
di sini ialah satu pimpinan jasmani dan ruhani yang menuju kepada kesempurnaan
dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan sesungguhnya.
Pada intinya
adalah, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tiga unsur dimana hal ini juga
sebagai asal muasal manusia dan ketiganya tidak dapat dipisahkan:
1.
Jasad.
2.
Ruh.
3.
Intelektualitas.
Semua manusia
adalah sama dalam komposisi ini. Mereka semua tercipta dan dilahirkan ke alam
dunia ini dengan dasar penciptaan dan kehidupan yang tidak berbeda.
Berdasarkan
hal-hal di atas, Islam memandang pendidikan sebagai sesuatu yang identik dan
tidak terpisahkan. Dengan demikian, pendidikan dalam pandangan Islam meliputi
tiga aspek yang tidak dapat dipilah-pilah:
·
Pendidikan jasad (tarbiyah
jasadiyah),
·
Pendidikan Ruh (tarbiyah
ruhiyah),
·
Pendidikan intelektualitas
(tarbiyah 'aqliyah).
Pemahaman tentang
pendidikan menurut Islam sebagaimana yang telah dijelaskan memiliki
perbedaan-perbedaan yang sangat mencolok dengan bagaimana dunia barat memahami
pendidikan. Jika dalam Islam pendidikan harus meliputi tiga aspek seperti di
atas, maka dalam pandangan barat semua aspek itu tidak perlu selalu
diidentikkan. Dalam pendidikan barat juga lebih ditekankan pada rasionalitas
semata.
Di Barat, pendidikan menjadi ajang pertarungan
ideologis dimana apa yang menjadi tujuan pendidikan –secara tidak langsung
merupakan tujuan hidup – berbenturan dengan kepentingan-kepentingan lain. Di
sinilah perbedaan pendapat para filosof Barat dalam menetapkan tujuan hidup.
Orang-orang Sparta salah satu kerajaan Yunani lama dahulu berpendapat bahwa
tujuan hidup adalah untuk berbakti kepada negara, untuk memperkuat negara. Dan
pengertian kuat menurut orang-orang Sparta adalah kekuatan fisik. Oleh sebab
itu tujuan pendidikan Sparta adalah sejajar dengan tujuan hidup mereka, yaitu
memperkuat, memperindah dan mempertegus jasmani.
Sebaliknya orang Athena, juga salah satu kerajaan
Yunani lama, berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencari kebenaran (truth),
dan kalau bisa menyirnakan diri pada kebenaran itu. Dan Plato menjelaskan bahwa
benda, konsep-konsep dan lainnya bukanlah benda sebenarnya. Dia sekedar
bayangan dari benda hakiki yang wujud di alam utopia. Manusia terdiri dari roh
dan jasad. Roh itulah hakikat manusia, maka segala usaha untuk membersihkan,
memelihara, menjaga dan lain-lain roh itu disebut pendidikan.
Madzhab-madzhab pendidikan eropa Barat dan
Amerika sesuah Decartes (1596-1650) mengambil dari kedua madzhab Yunani lama
tersebut, dan semua madzhab beranggapan bahwa dunia inilah tujuan hidup sehingga
ada yang mengingkari sama sekali wujud Tuhan dan hari akhir. Ada madzhab
rasionalisme yang berpangkal pada Plato, Aristoteles, Descartes, Kant, dan
lainnya; ada madzhab impirisme yang dipelopori oleh John Locke yang terkenal
dengan kerta putih (tabu rasa); ada madzhab progressivisme yang dipelopori oleh
John Dewey yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah lebih banyak
pendidikan; ada madzhab yang berasal dari sosiolog, yaitu sosiologi pengetahuan
yang menitik beratkan budaya; selanjutnya ada madzhab fenomenologi atau
eksistensialisme yang beranggapan bahwa pendidikan seharusnya bersifat
personal, oleh sebab itu sekolah tidak ada gunannya dan harus dibubarkan. Hal
ini tercermin dalam firman Allah SWT yang menggambarkan orang-orang Dahriyyun
(Naturalist), “Mereka berkata tidak ada hidup kecuali hidup kita di dunia ini.
Kita mati kita hidup, tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa. Sedangkan
mereka dalam hal ini tidak tahu apa-apa. Mereka hanyalah menyangka-nyangka”
(QS.45:23).
Dari segi karakteristik,
terdapat perbedaan antara pendidikan Islam dan Barat. Menurut Prof. Dr.
Azyumardi Azra, Dalam Islam pendidikan memiliki karakteristik, yaitu pertama,
Penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu
pengetahuan bagi setiap Muslim dan muslimat.
Dalam pendidikan
Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama tertentu dan diklaim sebagai
sesuatu yang bebas nilai. Namun sebenarnya tidak benar-benar bebas nilai tapi
hanya bebas dari nilai-nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Menurut Naquib
al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan
kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan
spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan
manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai
etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah .
Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan
ilmu-ilmu sekular.
Masih menurut
al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, pertama,
menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia; kedua, bersikap dualitas
terhadap realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang
memproyeksikan pandangan hidup sekular; empat, menggunakan doktrin humanisme;
dan kelima, menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam
fitrah dan eksistensi kemanusiaan . Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam
pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di
Barat.
Ilmu yang
dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah
mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme,
sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran,
dan makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal
Perancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur
kebenaran. Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant,
Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga
menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga
melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme,
kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut
mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains,
sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya .
Perbandingan
Karakteristik Pendidikan Islam dan Barat Menurut Pervez Hoodbhoy, perbedaan
pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah pendidikan keagamaan tradisional
dan pendidikan sekular modern, karena kedua jenis pendidikan tersebut
menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang sama sekali berbeda dan
mempunyai dua perangkat tujuan dan metode yang juga berbeda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu yang
dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah
mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme,
sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran,
dan makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal
Perancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur
kebenaran. Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant,
Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga
menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga
melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme,
kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut
mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains,
sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya .
Perbandingan
Karakteristik Pendidikan Islam dan Barat Menurut Pervez Hoodbhoy, perbedaan
pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah pendidikan keagamaan tradisional
dan pendidikan sekular modern, karena kedua jenis pendidikan tersebut
menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang sama sekali berbeda dan
mempunyai dua perangkat tujuan dan metode yang juga berbeda.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan diatas,
penulis merumuskan saran sebagai berikut: kita harus belajar dari sejarah
masa lalu, bahwa sejarah pergerakan bangsa bukan semata-mata harus dikenang
saja naumn, harus bisa dihayati dan dimaknai oleh seluruh umat manusia.
No comments:
Post a Comment