1

loading...

Thursday, November 1, 2018

MAKALAH PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

MAKALAH PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA 

Berbicara tentang perkembangan studi islam di Indonesia, kita ketahui bahwa pendidikan mengenai islam itu sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah saw. yang sudah tersebar ke berbagai wilayah-wilayah hingga ke kerajaan-kerajaan khususnya kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai itu sendiri merupakan kerajan islam yang pertama kali memasuki wilayah indonesia dan mulai menyebarkan ajaran-ajaran agama islam serta pendidikan-pendidikan ke islaman melalui berbagai metode khususnya melalui perdanggangan.
Perkembangan studi islam di Indonesia yang telah dimulai sejak zaman kerajaan dari abad 13 M tersebut telah semakin berkembang dengan munculnya berbagai macam lembaga-lembaga serta tokoh-tokoh pendidikan islam di Indoneisa. Maka dari itu, makalah ini akan membahas tentang sejarah perkembangan studi islam di Indonesia agar pembaca dapat mengetahui bagaimana proses perkembangan studi islam di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dikemukakan penulis   sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses masuknya islam ke Indonesia?
2.      Bagaimana proses penyebaran dan perkembangan studi islam di Indonesia?
3.      Siapa tokoh yang berpengaruh terhadap penyebaran studi islam di Indonesia?

Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui proses masuknya islam di Indonesia.
2.      Untuk mengetahui proses penyebaran dan perkembangan islam di Indonesia.
3.      Untuk mengetahui tokoh–tokoh yang berpengaruh terhadap penyebaran studi islam di Indonesia.
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Memperluas pengetahuan tentang sejarah studi islam di I ndonesia.
2.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Islam.

Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan Telaah Kepustakaan (Library Research) dan Penelusuran Artikel Islam di internet sebagai referensi yang ada kaitannya atau hubungannya dengan pembuatan makalah ini dan kami simpulkan dalam bentuk makalah.


BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. Poewadarminta mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa penting yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.
Dari pengertian demikian bahwasanya kita dapat mengatakan yg dimaksud dengan sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Karena agama Islam itu luas cakupannya, sejarah Islam pun menjadi luas pula cakupannya. Diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama islam.
Adapun sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintah, peperangan, pendidikan dan ekonomi. Penelitian yang berkenan dengan berbagai aspek yang terdapat dalam sejarah Islam tersebut telah banyak dilakukan baik oleh kalangan umat Islam sendiri, maupun para sarjana dari Barat.
Pendidikan dapat diartikan bimbingan atau pembinaan terhadap peserta didik. Pendidikan dapat diartikan secara sempit dan dapat pula diartikan secara luas. Secara sempit dapat diartikan: “Bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai ia dewasa”. Pendidikan juga dapat diartikan secara luas, yakni: “Segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi peserta didik, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari keperibadian peserta didik yang pada gilirannya menjadi orang pandai, baik, mampu hidup, dan berguna bagi masyarakat.


Adapun proses masuk, berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai macam cara, yaitu:
1.      Perdangan, yang menggunakan sarana pelayaran.
2.      Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama para pedagang. Para mubalig itu bisa jadi juga para sufi pengembara.
3.      Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig dengan anak bangsawan Indonesia.
4.      Pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik.
5.      Tasawuf dan tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama, da’i, dan sufi pengembara.
6.      Kesenian. Saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.

Berbicara tentang sejarah studi Islam di Nusantara tentunya tidak lepas dapat terlepas dengan Kerajaan Samudera Pasai yang berdiri pada pertengahan abad 13 M. Karena Kerajaan Samudera Pasai merupakan Kerajaan Islam pertama di Nusantara. Sebagai kerajaan Islam yang pertama, Samudera Pasai mempunyai peran yang sangat berarti dalam perilaku masyarakat sehari-hari. Peran itu antara lain berupa dukungan secara resmi oleh para sultan yang memerintah kerajaan tersebut secara berkesinambungan, bahkan mereka turut berada di garis depan dalam menimba maupun mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.
Sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu lebih bersifat informal, yang berbentuk majlis taklim dan dilakukan di tempat-tempat seperti di rumah-rumah, masjid, dan pendopo istana. Pendidikan itu sendiri dilakukan dalam berbagai kesempatan. Waktu-waktu belajar yang digunakan yaitu pada saat siang hari, khususnya setelah shalat jum’at, sore hari ba’da ashar, malam hari ba’da magrib/isya dengan metode-metode diskusi.
Penyebaran ajaran Islam yang tadinya lebih bersifat individual yang dilakukan dari seseorang ke orang lain atau dari sebuah keluarga ke keluarga lain menjadi lebih bersifat passif. Mereka memiliki jaringan dari suatu daerah ke daerah lain. Orang-orang Islam yang sudah cukup menguasai ajaran agam Islam disebar ke berbagai daerah untuk menjadi guru.
Berdasarkan perkembangan studi islam di Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa lembaga / system pendidikan Islam di Indonesia mulai dari (1)  system pendidikan langgar, kemudian (2) system pesantren, kemudian berlanjut dengan (3) system pendidikan di kerajaan-kerajaan Islam, akhirnya muncul (4) system kelas.
Maksud pendidikan dengan system langgar adalah pendidikan yang dijadikan di langgar atau surau atau masjid atau di rumah guru. Kurikulumnyapun bersifat elementer. Yakni mempelajari abjad huruf Arab. Dengan system ini dikelola oleh ‘Alim berfungsi sebagai guru agama atau tukang baca do’a. Pengajaran dengan system ini dilakukan dengan 2 cara; Pertama, dengan cara sorangan, yakni seorang murid berhadapan secara langsung dengan guru dan bersifat perorangan. Kedua, adalah dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid.
Adapun system pendidikan dengan pesantren atau dapat diidentikkan dengan huttah, dimana seorang kyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran / pendidikan dan didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal santri. Di pesantren juga berjalan 2 cara, yakni (1) sorangan dan (2) halaqah. Hanya saja sorangan  di pesantren biasanya dengan cara si santri yang membaca kitab, sementara kiyai mendengar, sekaligus mengoreksi kalua ada kesalahan.
System pengajaran berikutnya adalah pendidikan di kerajaan-kerajaan Islam, yang di mulai pertama dari kerajaan samudra pasai di Aceh. Kerajaan yang didirikan Malik Ibrahim bin Mahhdun berdiri pada abad 13 M. Materi yang diajarkan di majlis ta’lim dan halaqah di kerajaan pasai adalah fiqh  Mazhab al-Shafi’i. Kedua,kerajaan Perlak di selat Malaka. Di kerajaan ini ada lembaga pendidikan berupa majlis ta’lim tinggi yang dihadiri oleh murid khusus yang sudah alim dan mendalam ilmunya. Ketiga, kerajaan Aceh Darussalam yang berdiri 12 Dzulqo’dah 916 H (1511 M). Di kerajaan ini ada lembaga-lembaga negara yang berfungsi di bidang pendidikan, yakni: (1) Balai Seutia Huhama yakni Lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpul ulama, ahli pikir dan intelektual / cendikiawan membahas ilmu pengetahuan. (2) Balai Seutia Ulama, yaitu Jawaban Pendidikan. (3) Balai jama’ah Himpunan Ulama. Adapun jenjangnya adalah (1) Meunasah (Madrasah), (2) Rangkang (tsanawiyah), (3) Dayah (setingkat Aliyah), (4) Dayah Teuku cik (setara pendidikan tinggi).keempat, kerajaan Demak, di mana di tempat-tempat ramai (central/pusat) didirikan masjid untuk tempat belajar. Kelima, kerajaan Islam Mataram (1575-1757), di mana hampir di setiap desa didirikan tempat belajar al-Qur’an. Demikian pula di kabupaten didirikan pesantren. Keenam, Kerajaan Islam di Banjarmasin (Kalimantan), lahir ulama besar dan terkenal yaitu Syeh Muhammad Arsyad al-Banjari. Setelah pulang dari Makkah untuk belajar, al-Banjari mendirikan pesantren di kampung Dalam Pagar. System pendidikan adalah sama dengan system madrasah di Jawa.
Akhir abad Ke-19, perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Mulai lahir sekolah model Belanda: sekolah Eropa, sekolah Venahuler, sekolah Eropa bagi ningrat Belanda. Disamping itu Pribumi sama dengan sekolah-sekolah Belanda  seperti sekolah taman siswa.
Kemudian dasawarsa kedua abad ke-20 muncul madrasah dan sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi Islam, seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, jama’at al-khair, dll. Tahun 1901 orang-orang arab yang tinggal di Jakarta mendirikan madrasah tetapi belum brhasil. Kemudian tahun 1905 dengan Jami’at al-Khoir berhasil mendirikan madrasah dengan kurikulum mengajarkan pengetahuan umum dan agama.
Pada level perguruan tinggi dapat digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak zaman kolonial. Pada bulan April 1945 diadakan pertemuan antara berbagai tokoh organisasi Islam, ulama, dan cendekiawan. Dalam pertemuan itu dibentuk Panitia Perencana Sekolah Tinggi Islam yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta dengan anggota-anggota antara lain : K.H. Mas Mansur, K.H. A.Muzakkir, K.H. R.F. Kafrawi dan lain-lain. Setelah persiapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan dengan Isra Mi’raj diadakan acara pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal UII, IAIN, UIN, STAIN dan sebagainya.

D.    Tokoh-Tokoh Islam Di Indonesia
1.          H. Ahmad Dahlan (1869-1923)
K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, khatib di masjid besar (Jami’) Kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu. 
Pendidikan Muhammad Darwis mula-mula diberikan oleh ayahnya, sejak usia kanak-kanak. Setelah meningkat dewasa dipelajarinya ilmu fiqh kepada Kyai Haji Muhammad Saleh dan ilmu nahwu, sharaf kepada Kyai Haji Muhsin.  Setelah ia menamatkan pendidikan dasarnya di suatu madrasah dalam bidang nahwu, fiqh dan tafsir di Yogyakarta, ia pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan ia menuntut ilmu disana selama 1 tahun. Salah seorang gurunya ia Syeikh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 ia mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap disana selama 2 tahun.
Sepulang dari Makkah yang pertama ia telah bertukar nama dengan Haji Ahmad Dahlan.Tiada berapa lama kemudian ia menikah dengan Siti Walidah putri Kyai Penghulu Haji Fadhil. Semenjak ayahnya wafat ia menggantikan kedudukan ayah dan diangkatlah oleh Sri Sultan menjadi khatib masjid besar Kauman Yogyakarta dan dianugrahi gelar Kathib Amin disamping jabatannya yang resmin itu, ia juga berdagang kain batik. Sambil berdagang, ia menyebarkan agama dengan mengajar dimana-mana. Beberapa kemudian ia naik haji untuk kedua kalinya (1903), kembali dari haji yang kedua inilah ia mendapat sebutan Kyai dari masyarakatnya, semenjak itu dimana-mana ia terkenal dengan nama Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1909 K.H. Ahmad Dahlan masuk Budi Utomo dengan maksud memberikan pelajaran agama kepada anggota-anggotannya. Dengan jalan ini ia berharap akan dapat akhirnya memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah pemerintah, oleh sebab anggota-anggota Budi Utomo itu pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah dan juga di kantor-kantor pemerintah.
Organisasi Budi Utomo beliau masuki dan menjabat sebagai penasehat. Juga Partai Serikat Islam beliau masuk menjadi pengurusnya. Guru-guru pemerintah yang mengajar di Kweekschool (Sekolah Guru) beliau kenal baik-baik sehingga beliau dapat memberikan pelajaran agama di Kweekschool di luar jam sekolah. Selanjutnya guru-guru Kweekschool banyak beliau tarik di sekolah yang beliau dirikan.

2.      H. Hasyim Asy’ari (1871-1947)
K.H. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1871 M di Jombang Jawa Timur, mula-mula ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri Kyai Asy’ari. Kemudian ia belajar ke pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan, Semarang, Madura, dan lain-lain.
Waktu ia belajar di Siwalan Panji ( Sidoarjo) pada tahun 1891,Kyai Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkah lakunya yang baik dan sopan santunnya yang halus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnya ia dinikahkan kepada putrid Kyainya itu tang bernama Khadijah (tahun 1982). Tidak lama kemudian ia pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim selama 1 tahun, sedang istrinya meninggal dunia disana. Pada kunjungannya yang kedua ke Makkah ia bermukim selam 8 tahun untuk menuntut agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah ia membuka pesantren untuk mengamalkan dan membuka ilmu pengetahuaanya, yaitu Pesantren Tebu Ireng di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul Awal tahun 1899 M).

Jasa-Jasa K.H. Hasyim Asy’ari
Selain daripada mengembangkan ilmu di Tebu Ireng ia juga turut membangunkan perkumpulan Nahdlatul Ulama, bahkan ia sebagai  Syechul Akbar dalam perkumpulan itu. Selain daripada itu K.H. Hasyim Asy’ari duduk dalam pucuk pimpinan M.I.A.I. yang kemudian menjadi Masyumi.
Begitu pula dengan gerakan pemuda dan kelasykaran, seperti: G.P.I.I., Muslimat, Hizbullah, Sabilillah, Barisan Mujahidin dan lain-lain ia menjadi penganjur dan penasehatnnya. mengorbankan buah Dalam gerakan tersebut beliau bukan saja pikirannya, tetapi juga harta bendannya.
Sebagai ulama ia hidup dengan tidak mengaharapkan sedekah dan belas kasihan orang. Tetapi beliau mempunyai sandaran hidup sendiri, yaitu beberapa bidang sawah, hasil peniagaannya. Beliau seorah salih, sungguh beribadat, taat dan rendah hati. Ia tidak ingin pangkat dan kursi, baik di zaman Belanda, atau di zaman Jepang. Kerap kali beliau diberi pangkat dan kursi, tetapi ia menolak dengan bijaksana.

3.    Muhammad Natsir
Muhammad Natsir dilahirkan pada 17 Juli 1908 dari pasangan Sutan Saripado dan Khadijah, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Ia lahir di sebuah kota sejuk Alahan Panjang, Sumatra Barat. Sebuah kota di daerah ujung barat kepulauan Indonesia yang memiliki etnis dan budaya yang unik dan menonjol yaitu budaya dan suku Minangkabau.
Natsir dibesarkan di tengah lingkungan keluarga yang sangat peduli terhadap pendidikan dan taat menjalankan ajaran agama. Ayahnya dalah seprang juru tulis konteler, kakeknya merupakan ulam terkemuka di daerah Minang. Sedangkan kebanyakan sanak keluarganya termasuk golongan berpendidilan yang banyak memiliki posisi jajaran aparat pemerintahan. Sssetelah tamat dari HIS dan Madrasah Diniyah, dengan memperoleh beasiswa, Natsir melanjutkan belajarnya ke MULO (Meer Unitgrebrig Lager Onderwijs) di Padang sampai tahun 1927.
Disamping menekuni pelajaran umum di sekolah ini, ia tetap memanfaatkan waktu-waktunya untuk memperdalam pengetahuan agama, bahkan pada kesempatan itu pula Natsir mulai menyerap pemikiran-pemikiran keagamaan para tokoh pembaharu Islam di sana. Tetapi pengetahuan agamanya mulai terlihat berkembang setelah ia melanjutkan studi di Bandung. Usaha menekuni pengetahuan agama semakin menemukan titik cerah ketika Natsir bertemu dengan A. Hasan, seorang peniaga dari Pakistan yang memiliki keluasan wawasan tentang pemikiran-pemikiran Islam.

BAB III
PENUTUP

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Proses penyebaran Islam di Indoneisa yaitu :
2.      Perdangan, yang menggunakan sarana pelayaran.
3.      Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama para pedagang. Para mubalig itu bisa jadi juga para sufi pengembara.
4.      Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig dengan anak bangsawan Indonesia.
5.      Pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik.
6.      Tasawuf dan tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama, da’i, dan sufi pengembara.
7.      Kesenian. Saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
Pada akhir abad ke 19 perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir sekolah model Belanda: sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Seklah khusus bagi ningrat Belanda, sekolah Vernahuler khusus bagi warga negara Belanda.  Di samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah Taman Siswa. Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, NU, Jama’at al-Khair, dan lain-lain.
Pada level perguruan tinggi dapat digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak zaman kolonia.


Pada bulan April 1945 diadakan pertemuan antara berbagai tokoh organisasi Islam, ulama, dan cendekiawan. Setelah persiapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan dengan Isra Mi’raj diadakan acara pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal UII, IAIN, UIN, STAIN dan sebagainya.

Sebagai generasi pembaharuan umat Islam kita harus meneruskan perjuangan para tokoh Islam tersebut demi kemajuan umat Islam di bidang studi Islam. Kita harus mengikuti semangat para tokoh Islam tersebut dalam mencintai Islam dan ilmu pengetahuan.


Nata, Abudiin. 2004. Metodologi Studi Islam.  Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Rasi’in. 2004.  Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara. Bandung: Angkasa.
Nasution, Khoirudin. 2004. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Academia Tazzafa.
Sunanto, Musyrifah. 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT
RajaGrafindoPersada.



No comments:

Post a Comment