MAKALAH PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Berbicara tentang
perkembangan studi islam di Indonesia, kita ketahui bahwa pendidikan mengenai
islam itu sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah saw. yang sudah tersebar ke
berbagai wilayah-wilayah hingga ke kerajaan-kerajaan khususnya kerajaan
Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai itu sendiri merupakan kerajan islam
yang pertama kali memasuki wilayah indonesia dan mulai menyebarkan
ajaran-ajaran agama islam serta pendidikan-pendidikan ke islaman melalui
berbagai metode khususnya melalui perdanggangan.
Perkembangan studi islam di Indonesia yang telah dimulai sejak zaman
kerajaan dari abad 13 M tersebut telah semakin berkembang dengan munculnya berbagai macam lembaga-lembaga serta tokoh-tokoh
pendidikan islam di Indoneisa. Maka dari itu, makalah ini akan membahas tentang
sejarah perkembangan studi islam di Indonesia agar pembaca dapat
mengetahui bagaimana proses perkembangan studi islam di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas
adapun rumusan masalah yang
dikemukakan penulis sebagai berikut :
1. Bagaimana proses masuknya
islam ke Indonesia?
2. Bagaimana proses penyebaran dan
perkembangan studi islam di Indonesia?
3. Siapa tokoh yang berpengaruh
terhadap penyebaran studi islam di Indonesia?
Adapun
tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses
masuknya islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui proses
penyebaran dan perkembangan islam di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui tokoh–tokoh yang berpengaruh terhadap penyebaran studi islam di
Indonesia.
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Memperluas pengetahuan tentang sejarah studi islam di I ndonesia.
2.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Studi Islam.
Metode yang digunakan dalam
makalah ini yaitu dengan Telaah Kepustakaan (Library
Research) dan Penelusuran Artikel Islam di internet sebagai referensi yang
ada kaitannya atau hubungannya dengan pembuatan makalah ini dan kami simpulkan
dalam bentuk makalah.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. Poewadarminta mengatakan
sejarah adalah kejadian dan peristiwa penting yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau
atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.
Dari pengertian demikian bahwasanya kita dapat mengatakan yg dimaksud
dengan sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang
sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Karena
agama Islam itu luas cakupannya, sejarah Islam pun menjadi luas pula
cakupannya. Diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses
pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan
pengembangan dan penyebaran agama islam.
Adapun sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat islam dalam
berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum,
kebudayaan, arsitektur, politik pemerintah, peperangan, pendidikan dan ekonomi.
Penelitian yang berkenan dengan berbagai aspek yang terdapat dalam sejarah
Islam tersebut telah banyak dilakukan baik oleh kalangan umat Islam sendiri,
maupun para sarjana dari Barat.
Pendidikan
dapat diartikan bimbingan atau pembinaan terhadap peserta didik. Pendidikan
dapat diartikan secara sempit dan dapat pula diartikan secara luas. Secara
sempit dapat diartikan: “Bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai ia
dewasa”. Pendidikan juga dapat diartikan secara luas, yakni: “Segala sesuatu
yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi peserta didik, sehingga nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari keperibadian peserta
didik yang pada gilirannya menjadi orang pandai, baik, mampu hidup, dan berguna
bagi masyarakat.
Adapun proses
masuk, berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara
bertahap dan dilakukan secara damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan
sosial. Cara penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai
macam cara, yaitu:
1.
Perdangan, yang menggunakan sarana pelayaran.
2.
Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan
bersama para pedagang. Para mubalig itu bisa jadi juga para sufi pengembara.
3.
Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim,
mubalig dengan anak bangsawan Indonesia.
4.
Pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka
menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik.
5.
Tasawuf dan tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersamaan
dengan pedagang, datang pula para ulama, da’i, dan sufi pengembara.
6.
Kesenian. Saluran yang banyak sekali dipakai untuk
penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
Berbicara
tentang sejarah studi Islam di Nusantara tentunya tidak lepas dapat terlepas
dengan Kerajaan Samudera Pasai yang berdiri pada pertengahan abad 13 M. Karena
Kerajaan Samudera Pasai merupakan Kerajaan Islam pertama di Nusantara. Sebagai
kerajaan Islam yang pertama, Samudera Pasai mempunyai peran yang sangat berarti
dalam perilaku masyarakat sehari-hari. Peran itu antara lain berupa dukungan
secara resmi oleh para sultan yang memerintah kerajaan tersebut secara
berkesinambungan, bahkan mereka turut berada di garis depan dalam menimba maupun
mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.
Sistem
pendidikan yang berlaku pada saat itu lebih bersifat informal, yang berbentuk
majlis taklim dan dilakukan di tempat-tempat seperti di rumah-rumah, masjid,
dan pendopo istana. Pendidikan itu sendiri dilakukan dalam berbagai kesempatan.
Waktu-waktu belajar yang digunakan yaitu pada saat siang hari, khususnya
setelah shalat jum’at, sore hari ba’da ashar, malam hari ba’da magrib/isya
dengan metode-metode diskusi.
Penyebaran
ajaran Islam yang tadinya lebih bersifat individual yang dilakukan dari
seseorang ke orang lain atau dari sebuah keluarga ke keluarga lain menjadi
lebih bersifat passif. Mereka memiliki jaringan dari suatu daerah ke daerah
lain. Orang-orang Islam yang sudah cukup menguasai ajaran agam Islam disebar ke
berbagai daerah untuk menjadi guru.
Berdasarkan perkembangan studi islam di Indonesia dapat digambarkan
demikian. Bahwa lembaga / system pendidikan Islam di Indonesia mulai dari
(1) system pendidikan langgar, kemudian
(2) system pesantren, kemudian berlanjut dengan (3) system pendidikan di
kerajaan-kerajaan Islam, akhirnya muncul (4) system kelas.
Maksud pendidikan dengan system langgar adalah pendidikan yang dijadikan
di langgar atau surau atau masjid atau di rumah guru. Kurikulumnyapun bersifat
elementer. Yakni mempelajari abjad huruf Arab. Dengan system ini dikelola oleh
‘Alim berfungsi sebagai guru agama atau tukang baca do’a. Pengajaran
dengan system ini dilakukan dengan 2 cara; Pertama, dengan cara sorangan, yakni seorang murid berhadapan secara
langsung dengan guru dan bersifat perorangan. Kedua, adalah dengan cara
halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid.
Adapun system pendidikan dengan pesantren atau dapat diidentikkan dengan
huttah, dimana seorang kyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai
tempat pengajaran / pendidikan dan didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal
santri. Di pesantren juga berjalan 2 cara, yakni (1) sorangan dan (2) halaqah.
Hanya saja sorangan di pesantren biasanya dengan
cara si santri yang membaca kitab, sementara kiyai mendengar, sekaligus
mengoreksi kalua ada kesalahan.
System pengajaran berikutnya adalah pendidikan di kerajaan-kerajaan
Islam, yang di mulai pertama dari kerajaan samudra pasai di Aceh.
Kerajaan yang didirikan Malik Ibrahim bin Mahhdun berdiri pada abad 13 M.
Materi yang diajarkan di majlis ta’lim dan halaqah di kerajaan pasai adalah
fiqh Mazhab al-Shafi’i. Kedua,kerajaan Perlak di selat Malaka. Di kerajaan ini ada lembaga pendidikan
berupa majlis ta’lim tinggi yang dihadiri oleh murid khusus yang sudah alim dan
mendalam ilmunya. Ketiga, kerajaan Aceh Darussalam yang berdiri 12
Dzulqo’dah 916 H (1511 M). Di kerajaan ini ada lembaga-lembaga negara yang
berfungsi di bidang
pendidikan, yakni: (1) Balai Seutia Huhama yakni Lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpul
ulama, ahli pikir dan intelektual / cendikiawan membahas ilmu
pengetahuan. (2) Balai Seutia Ulama, yaitu Jawaban Pendidikan. (3) Balai
jama’ah Himpunan Ulama. Adapun jenjangnya adalah (1) Meunasah (Madrasah), (2) Rangkang
(tsanawiyah), (3) Dayah (setingkat Aliyah), (4) Dayah Teuku cik (setara
pendidikan tinggi).keempat, kerajaan Demak, di mana di tempat-tempat
ramai (central/pusat) didirikan masjid untuk tempat belajar. Kelima, kerajaan
Islam Mataram (1575-1757), di mana hampir di setiap desa didirikan tempat
belajar al-Qur’an. Demikian pula di kabupaten didirikan pesantren. Keenam, Kerajaan
Islam di Banjarmasin (Kalimantan), lahir ulama besar dan terkenal yaitu Syeh
Muhammad Arsyad al-Banjari. Setelah pulang dari Makkah untuk belajar, al-Banjari
mendirikan pesantren di kampung Dalam Pagar. System pendidikan adalah sama
dengan system madrasah di Jawa.
Akhir abad Ke-19, perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Mulai lahir
sekolah model Belanda: sekolah Eropa, sekolah Venahuler, sekolah Eropa bagi
ningrat Belanda. Disamping itu Pribumi sama dengan sekolah-sekolah Belanda seperti sekolah taman siswa.
Kemudian dasawarsa kedua abad ke-20 muncul madrasah dan sekolah-sekolah
model Belanda oleh organisasi Islam, seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama,
jama’at al-khair, dll. Tahun 1901 orang-orang arab yang tinggal di Jakarta
mendirikan madrasah tetapi belum brhasil. Kemudian tahun 1905 dengan Jami’at
al-Khoir berhasil mendirikan madrasah dengan kurikulum mengajarkan pengetahuan
umum dan agama.
Pada level perguruan tinggi
dapat digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat
dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga
pendidikan tinggi Islam sejak zaman kolonial. Pada bulan April 1945 diadakan
pertemuan antara berbagai tokoh organisasi Islam, ulama, dan cendekiawan. Dalam
pertemuan itu dibentuk Panitia Perencana Sekolah Tinggi Islam yang diketuai
oleh Drs. Moh.
Hatta dengan anggota-anggota antara lain : K.H. Mas Mansur, K.H. A.Muzakkir,
K.H. R.F. Kafrawi dan lain-lain. Setelah
persiapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27 Rajab 1364 H
bertepatan dengan Isra Mi’raj diadakan acara pembukaan resmi Sekolah Tinggi
Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal UII, IAIN, UIN,
STAIN dan sebagainya.
D. Tokoh-Tokoh Islam Di Indonesia
1.
H. Ahmad
Dahlan (1869-1923)
K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun
1869 dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH. Abu Bakar bin Kyai
Sulaiman, khatib di masjid besar (Jami’) Kesultanan
Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu.
Pendidikan Muhammad Darwis mula-mula diberikan oleh
ayahnya, sejak usia kanak-kanak. Setelah meningkat dewasa dipelajarinya ilmu
fiqh kepada Kyai Haji Muhammad Saleh dan ilmu nahwu, sharaf kepada Kyai Haji
Muhsin. Setelah ia menamatkan pendidikan
dasarnya di suatu madrasah dalam bidang nahwu, fiqh dan tafsir di Yogyakarta,
ia pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan ia menuntut ilmu disana selama 1 tahun.
Salah seorang gurunya ia Syeikh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 ia mengunjungi
kembali ke Makkah dan kemudian menetap disana selama 2 tahun.
Sepulang dari Makkah yang pertama ia telah bertukar
nama dengan Haji Ahmad Dahlan.Tiada berapa lama kemudian ia menikah dengan Siti
Walidah putri Kyai Penghulu Haji Fadhil. Semenjak ayahnya wafat ia menggantikan
kedudukan ayah dan diangkatlah oleh Sri Sultan menjadi khatib masjid besar
Kauman Yogyakarta dan dianugrahi gelar Kathib Amin disamping jabatannya yang
resmin itu, ia juga berdagang kain batik. Sambil berdagang, ia menyebarkan
agama dengan mengajar dimana-mana. Beberapa kemudian ia naik haji untuk kedua
kalinya (1903), kembali dari haji yang kedua inilah ia mendapat sebutan Kyai
dari masyarakatnya, semenjak itu dimana-mana ia terkenal dengan nama Kyai Haji
Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1909 K.H. Ahmad Dahlan masuk Budi Utomo
dengan maksud memberikan pelajaran agama kepada anggota-anggotannya. Dengan
jalan ini ia berharap akan dapat akhirnya memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah
pemerintah, oleh sebab anggota-anggota Budi Utomo itu pada umumnya bekerja di
sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah dan juga di kantor-kantor
pemerintah.
Organisasi Budi Utomo beliau masuki dan menjabat sebagai penasehat. Juga
Partai Serikat Islam beliau masuk menjadi pengurusnya. Guru-guru pemerintah
yang mengajar di Kweekschool (Sekolah Guru) beliau kenal baik-baik sehingga
beliau dapat memberikan pelajaran agama di Kweekschool di luar jam sekolah.
Selanjutnya guru-guru Kweekschool banyak beliau tarik di sekolah yang beliau
dirikan.
2. H. Hasyim Asy’ari (1871-1947)
K.H. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14
Februari 1871 M di Jombang Jawa Timur, mula-mula ia belajar agama Islam pada
ayahnya sendiri Kyai Asy’ari. Kemudian ia belajar ke pondok pesantren di
Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan, Semarang, Madura, dan
lain-lain.
Waktu ia belajar di Siwalan Panji ( Sidoarjo) pada
tahun 1891,Kyai Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkah lakunya yang baik
dan sopan santunnya yang halus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu,
dan akhirnya ia dinikahkan kepada putrid Kyainya itu tang bernama Khadijah
(tahun 1982). Tidak lama kemudian ia pergi ke Makkah bersama istrinya untuk
menunaikan ibadah haji dan bermukim selama 1 tahun, sedang istrinya meninggal
dunia disana. Pada kunjungannya yang kedua ke Makkah ia bermukim selam 8 tahun
untuk menuntut agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah ia membuka
pesantren untuk mengamalkan dan membuka ilmu pengetahuaanya, yaitu Pesantren
Tebu Ireng di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul Awal tahun 1899 M).
Jasa-Jasa K.H. Hasyim Asy’ari
Selain daripada mengembangkan ilmu di Tebu Ireng ia
juga turut membangunkan perkumpulan Nahdlatul Ulama, bahkan ia sebagai
Syechul Akbar dalam perkumpulan itu. Selain daripada itu K.H. Hasyim
Asy’ari duduk dalam pucuk pimpinan M.I.A.I. yang kemudian menjadi Masyumi.
Begitu pula dengan gerakan pemuda dan kelasykaran,
seperti: G.P.I.I., Muslimat, Hizbullah, Sabilillah, Barisan Mujahidin dan lain-lain
ia menjadi penganjur dan penasehatnnya. mengorbankan buah Dalam gerakan
tersebut beliau bukan saja pikirannya, tetapi juga harta bendannya.
Sebagai ulama ia hidup dengan tidak mengaharapkan
sedekah dan belas kasihan orang. Tetapi beliau mempunyai sandaran hidup
sendiri, yaitu beberapa bidang sawah, hasil peniagaannya. Beliau seorah salih,
sungguh beribadat, taat dan rendah hati. Ia tidak ingin pangkat dan kursi, baik
di zaman Belanda, atau di zaman Jepang. Kerap kali beliau diberi pangkat dan kursi,
tetapi ia menolak dengan bijaksana.
3.
Muhammad Natsir
Muhammad Natsir dilahirkan pada 17
Juli 1908 dari pasangan Sutan Saripado dan Khadijah, sebagai anak ketiga dari
empat bersaudara. Ia lahir di sebuah kota sejuk Alahan Panjang, Sumatra Barat. Sebuah
kota di daerah ujung barat kepulauan Indonesia yang memiliki etnis dan budaya
yang unik dan menonjol yaitu budaya dan suku Minangkabau.
Natsir dibesarkan di tengah
lingkungan keluarga yang sangat peduli terhadap pendidikan dan taat menjalankan
ajaran agama. Ayahnya dalah seprang juru tulis konteler, kakeknya merupakan
ulam terkemuka di daerah Minang. Sedangkan kebanyakan sanak keluarganya
termasuk golongan berpendidilan yang banyak memiliki posisi jajaran aparat
pemerintahan. Sssetelah tamat dari HIS dan Madrasah Diniyah, dengan memperoleh
beasiswa, Natsir melanjutkan belajarnya ke MULO (Meer Unitgrebrig Lager
Onderwijs) di Padang sampai tahun 1927.
Disamping menekuni pelajaran umum di
sekolah ini, ia tetap memanfaatkan waktu-waktunya untuk memperdalam pengetahuan
agama, bahkan pada kesempatan itu pula Natsir mulai menyerap
pemikiran-pemikiran keagamaan para tokoh pembaharu Islam di sana. Tetapi
pengetahuan agamanya mulai terlihat berkembang setelah ia melanjutkan studi di
Bandung. Usaha menekuni pengetahuan agama semakin menemukan titik cerah ketika
Natsir bertemu dengan A. Hasan, seorang peniaga dari Pakistan yang memiliki
keluasan wawasan tentang pemikiran-pemikiran Islam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses penyebaran Islam di Indoneisa yaitu :
2. Perdangan,
yang menggunakan sarana pelayaran.
3. Dakwah, yang
dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama para pedagang. Para mubalig itu
bisa jadi juga para sufi pengembara.
4. Perkawinan,
yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig dengan anak bangsawan
Indonesia.
5. Pendidikan.
Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di
bandar-bandar seperti Gresik.
6. Tasawuf dan
tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para
ulama, da’i, dan sufi pengembara.
7. Kesenian.
Saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa
adalah seni.
Pada akhir abad ke 19
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir sekolah model Belanda:
sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Seklah khusus bagi ningrat Belanda, sekolah
Vernahuler khusus bagi warga negara Belanda. Di samping itu ada sekolah pribumi yang
mempunyai sistem yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti
sekolah Taman Siswa. Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul
madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi Islam
seperti Muhammadiyah, NU, Jama’at al-Khair, dan lain-lain.
Pada level perguruan tinggi
dapat digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat
dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga
pendidikan tinggi Islam sejak zaman kolonia.
Pada bulan April 1945
diadakan pertemuan antara berbagai tokoh organisasi Islam, ulama, dan
cendekiawan. Setelah persiapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27
Rajab 1364 H bertepatan dengan Isra Mi’raj diadakan acara pembukaan resmi
Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal UII,
IAIN, UIN, STAIN dan sebagainya.
Sebagai generasi pembaharuan umat Islam kita harus
meneruskan perjuangan para tokoh Islam tersebut demi kemajuan umat Islam di
bidang studi Islam. Kita harus mengikuti semangat para tokoh Islam tersebut
dalam mencintai Islam dan ilmu pengetahuan.
Nata, Abudiin. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Rasi’in. 2004. Perkembangan
Pendidikan Islam di Nusantara. Bandung: Angkasa.
Nasution,
Khoirudin. 2004. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta:
Academia Tazzafa.
Sunanto, Musyrifah. 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT
RajaGrafindoPersada.
No comments:
Post a Comment