1

loading...

Thursday, November 1, 2018

MAKALAH Sistem JIT (Just-In-Time)

MAKALAH Sistem JIT (Just-In-Time)

BAB.I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penerapan sistem JIT (Just In Time) pertama kali diterapkan di Jepang oleh perusahaan motor terbesar Toyota. Sistem ini dipakai untuk menghemat biaya persediaan.Persediaan akan disupply pada saat dibutuhkan, sehingga tidak ada persediaan di dalam gudang. Di Jepang sendiri, penerapan sistem JIT ini didukung dengan adanya komunikasi (hubungan baik) dengan vendor, umumnya yang dipegang adalah satu vendor yang utama, tetapi hubungan dengan vendor-vendor pengganti juga tetap dijalin, sehingga manakala vendor pertama berhalangan, maka supply persediaan dan proses produksi tidak akan terganggu.
Dengan menggunakan metode JIT, selain menghemat biaya persediaan, juga memperkecil kemungkinan adanya persediaan yang tersisa dan memperbaiki kualitas.Dengan metode ini juga dapat diterima respon yang cepat mengenai kerusakan produk baik dari pelanggan maupun karyawan.Sebelum menentukan manakah metode yang akan diimplementasikan apakah JIT dan lainnya, harus ada justifikasi (penilaian) akan perubahan ekonomi.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas mendasari pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1.      Apa pengertian sistem just in time?
2.      Apa saja sistem-sistem yang terdapat dalam just in time?




BAB.II
PEMBAHASAN
A.    Sistem JIT (Just-In-Time)
Sistem Materials Requirements Planning (MRP) memperkenalkan informasi baru dan koordinasi manajemen yang lebih efisien, namun tekhnik ini tidaklah mempresentasikan perubahan radikal dalam filosofi pabrikasi. Perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan : bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Ketiga persediaan tersebut dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap tetap berjalan mulus sekalipun pemasok terlambat melakuakn pengiriman.
Perusahaan yang mengadopsi Just In Time(JIT) system ke proses pabrikasinya harus merancang kembali fasilitas pabrikasinya dan kejadian yang memicu proses produksi. Just-In-Time System adalah sistem manajemen pabrikasi dan persediaan komprehensif dimana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan diproduksi pada saat diproduksi dan pada saat (Just-In-Time)akan digunakan dalam setiap tahap proses produksi/pabrikasi. JIT merupakan suatu filosofi yang dapat diterapkan pada semua aspek bisnis, termasuk pembelian/pengadaan, produksi, dan pengiriman.
Tujuan JIT adalah untuk menghasilkan dan mengirimkan produk pada saat akan dijual secara menguntungkan, dan untuk membeli bahan baku dan suku cadang pada saat akan ditempatkan ke dalam proses pabrikasi. JIT tidak hanya memprodusen barang saja. JIT dapat diterapkan juga kepada perusahaan jasa dan eceran, seperti bank, perusahaan asuransi, rumah sakit, toko serba ada, dan kantor akuntan publik. Dalam aplikasi nonpabrikasi, JIT memusatkan perhatian manajemen pada proses bukan nilai tambah (non-value-added processes) dan layanan dan penyerahan yang tepat waktu.[1]

B.     Konsep Sistem JIT (Just-In-Time)
Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara membuat semua proses dapat menghasilkan produk ynag diperlukan, pada waktu yang diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya.
Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
1.      Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan  dan dalam jumlah yang diperlukan.
2.      Autonomasi merupaka suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3.      Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
4.      Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan.
Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai berikut:
1.       Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
2.       Metode pelancaran produksi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan.
3.       Penyingkatan waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
4.       Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
5.       Aktivitas perbaikan lewat kelompok kecil dan sistem saran untuk meningkatkan moril tenaga kerja.
6.       Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh bagian perusahaan.
C.    Sistem-sistem pada JIT (Just-In-Time)
1.      Sistem JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.\
Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull).Tujuan pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:
a.       Persediaan Rendah
b.      Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c.       Filosofi TQC (Total Quality Control)
2.      Sistem JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal.Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.


Biaya Pabrikasi
Lingkungan Tradisional
Lingkungan JIT
Tenaga kerja langsung
Bahan Baku Langsung
Penanganan Bahan Baku
Reparasi dan Pemeliharaan
Listrik
Keperluan Operasi
Supervisi
Pajak dan Asuransi
Penyusutan Bangunan
Penyusutan perlengkapan
Jasa Penjagaan
Jasa Kafetaria
Langsung
Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Tidak Langsung
Tiidak Langsung
Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
3.      Sistem JIT dan Keakuratan Penentuan Biaya Produk
Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
4.      Sistem JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi.Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.
5.      Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
6.      Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
a.       ersentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang
b.      Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
c.       Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian persediaan.Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan  persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya:
a.       penetapan harga jual berdasar cost-plus,
b.      analisis trend biaya,
c.       analisis profitabilitas lini produk,
d.      perbandingan dengan biaya para pesaing,
e.       keputusan membeli atau membuat sendiri,

7.      Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi.Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular.lagi pula, karena  ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.
  1. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode  proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya.JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan.[2]
D.    ELEMEN-ELEMEN KUNCI SISTEM JIT (Just-In-Time)
Lima Elemen kunci demi keberhasilan JIT :
1.      Jumlah Pemasok yang terbatas
Tingkat persediaan yang minimalSistem JIT memotong biaya dengan mengurangi :
a.       Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku
b.      Jumlah penanganan bahan baku
c.       Jumlah persediaan yang usang.
2.      Pembenahan Tata Letak Pabrik Arus Lini adalah jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi.Manfaat Arus Lini Ganda:
a.       Meminimalkan biaya penanganan bahan baku
b.      Meniadakan penyimpanan unit produk dalam proses pada saat unit tersebutmenunggu proses berikutnya.
3.      Pengurangan Setup TimeMasa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubahperlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure yang berbeda.
4.      Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan penerimaankomponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp maupun pada barang jadi.
5.      Tenaga kerja yang fleksibel
E.     LIMITASI SISTEM PENENTUAN BIAYA POKOK TRADISIONAL
Sistem penentuan biaya pokok dasar volume tradisional (volume-based costing systems) bermanfaat manakala biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku langsung merupakan faktor produksi yang dominan, ketika tekhnologi stabil, dan pada saat terdapat kisaran produk yang terbatas.
Limitasi sistem penentuan biaya pokok tradisional adalah penggunaan tarif volume seluruh pabrik dan tarif departemental.Tarif tersebut membuahkan biaya biaya produk yang tidak akurat tatkala sebagian besar biaya overhead pabrikasi tidak berdasar volume dan ketika perusahaan menghasilkan beragam bauran produk dengan volume, ukuran, dan kompleksitas yang berbeda.
Didalam limitasi terdapat :
Tarif Overhead Dasar Volume seluruh Pabrik.Perusahaan dapat memakai tarif overhead ditentukan dimuka untuk membebankan atau mengalokasikan biaya overhead pabrikasi ke produk. Dengan rumus :Tarif Overhead ditentukan dimuka seluruh pabrik = Overhead pabrikasi dianggarkanDasar aktivitas diseluruh pabrik.

F.     KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN SISTEM JIT(Just-In-Time)
Keuntungan JIT- seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien- Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.- Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.- kertas kerja dapat lebih simple- Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebihtinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Kelemahan JITSatu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan
historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventoriakan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.          [3]





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki impilkasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan(pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanyasebesar kuatitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudiandiadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur dijepang.Bila JIT merupakan suatau filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan.Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi atau opersi dengan caranenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah nilai bagi suatui produk.

B.     Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pada mahasiswa agar lebih muda memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan “ ”. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakar utama, penulis mengharapkan saran dan kritik ataupun teguran yang sifatnya membangun, akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA
Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbi.  PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999.
Herry P. Chandra cs. 2001.Material Requirement Planning.Jakarta. PT. Raja Grafindo.
Zulian Yamit, Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.




[1]Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbi.  PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999.hal 67.
[2]Zulian Yamit, Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.hal.13.
[3]Herry P. Chandra cs. 2001.Material Requirement Planning.Jakarta. PT. Raja Grafindo.hal.34.

No comments:

Post a Comment