MAKALAH Sistem JIT (Just-In-Time)
BAB.I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penerapan
sistem JIT (Just In Time) pertama kali diterapkan di Jepang oleh perusahaan
motor terbesar Toyota. Sistem ini dipakai untuk menghemat biaya
persediaan.Persediaan akan disupply pada saat dibutuhkan, sehingga tidak ada
persediaan di dalam gudang. Di Jepang sendiri, penerapan sistem JIT ini
didukung dengan adanya komunikasi (hubungan baik) dengan vendor, umumnya yang
dipegang adalah satu vendor yang utama, tetapi hubungan dengan vendor-vendor
pengganti juga tetap dijalin, sehingga manakala vendor pertama berhalangan,
maka supply persediaan dan proses produksi tidak akan terganggu.
Dengan
menggunakan metode JIT, selain menghemat biaya persediaan, juga memperkecil
kemungkinan adanya persediaan yang tersisa dan memperbaiki kualitas.Dengan
metode ini juga dapat diterima respon yang cepat mengenai kerusakan produk baik
dari pelanggan maupun karyawan.Sebelum menentukan manakah metode yang akan
diimplementasikan apakah JIT dan lainnya, harus ada justifikasi (penilaian)
akan perubahan ekonomi.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas mendasari pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1.
Apa pengertian sistem just in
time?
2.
Apa saja sistem-sistem yang
terdapat dalam just in time?
BAB.II
PEMBAHASAN
A.
Sistem JIT (Just-In-Time)
Sistem
Materials Requirements Planning (MRP) memperkenalkan informasi baru dan
koordinasi manajemen yang lebih efisien, namun tekhnik ini tidaklah
mempresentasikan perubahan radikal dalam filosofi pabrikasi. Perusahaan
pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan : bahan baku, barang dalam proses,
dan barang jadi. Ketiga persediaan tersebut dirancang untuk bertindak sebagai
penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap tetap berjalan mulus
sekalipun pemasok terlambat melakuakn pengiriman.
Perusahaan
yang mengadopsi Just In Time(JIT) system ke proses pabrikasinya harus merancang
kembali fasilitas pabrikasinya dan kejadian yang memicu proses produksi.
Just-In-Time System adalah sistem manajemen pabrikasi dan persediaan
komprehensif dimana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan diproduksi
pada saat diproduksi dan pada saat (Just-In-Time)akan digunakan dalam setiap
tahap proses produksi/pabrikasi. JIT merupakan suatu filosofi yang dapat
diterapkan pada semua aspek bisnis, termasuk pembelian/pengadaan, produksi, dan
pengiriman.
Tujuan
JIT adalah untuk menghasilkan dan mengirimkan produk pada saat akan dijual
secara menguntungkan, dan untuk membeli bahan baku dan suku cadang pada saat
akan ditempatkan ke dalam proses pabrikasi. JIT tidak hanya memprodusen barang
saja. JIT dapat diterapkan juga kepada perusahaan jasa dan eceran, seperti
bank, perusahaan asuransi, rumah sakit, toko serba ada, dan kantor akuntan
publik. Dalam aplikasi nonpabrikasi, JIT memusatkan perhatian manajemen pada
proses bukan nilai tambah (non-value-added processes) dan layanan dan
penyerahan yang tepat waktu.[1]
B.
Konsep Sistem JIT (Just-In-Time)
Konsep
dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan
cara membuat semua proses dapat menghasilkan produk ynag diperlukan, pada waktu
yang diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam
sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan
mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses
manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku
cadang menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan
sistem dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses
berikutnya.
Terdapat
empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
1. Produksi Just In Time (JIT), adalah
memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam
jumlah yang diperlukan.
2.
Autonomasi merupaka suatu unit pengendalian cacat secara
otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3.
Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah
jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
4.
Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan.
Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan
metode sebagai berikut:
1.
Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time
(JIT).
2.
Metode pelancaran produksi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan permintaan.
3.
Penyingkatan waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan
produksi.
4.
Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep
tenaga kerja yang fleksibel.
5.
Aktivitas perbaikan lewat kelompok kecil dan sistem saran
untuk meningkatkan moril tenaga kerja.
6.
Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian
mutu ke seluruh bagian perusahaan.
C.
Sistem-sistem pada JIT
(Just-In-Time)
1.
Sistem JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.\
Pemanufakturan
JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull).Tujuan pemanufakturan
JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya
sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan
pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:
a. Persediaan Rendah
b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga
Kerja Interdisipliner
c. Filosofi TQC (Total Quality
Control)
2.
Sistem JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
Dalam lingkungan JIT, beberapa
aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk lebih dari satu lini
produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk
tunggal.Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang
terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah
karakteristik utama JIT.
Biaya Pabrikasi
|
Lingkungan Tradisional
|
Lingkungan JIT
|
Tenaga kerja langsung
Bahan Baku Langsung
Penanganan
Bahan Baku
Reparasi dan Pemeliharaan
Listrik
Keperluan
Operasi
Supervisi
Pajak
dan Asuransi
Penyusutan
Bangunan
Penyusutan
perlengkapan
Jasa
Penjagaan
Jasa
Kafetaria
|
Langsung
Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
|
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Tidak Langsung
Tiidak Langsung
Langsung
Tidak Langsung
Tidak Langsung
|
3.
Sistem JIT dan Keakuratan Penentuan Biaya Produk
Salah
satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok
Produk).Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan
mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun
sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
4. Sistem JIT dan Alokasi Biaya Pusat
Jasa
Dalam
manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada
berbagai departemen produksi.Dalam lingkungan JIT, banyak jasa
didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian
khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang
ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh
tenaga kerja tidak langsung.
5. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja
Langsung
6. Sebagai perusahaan yang menerapkan
JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara
signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
a.
ersentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total
biaya produksi menjadi berkurang
b.
Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel
menjadi biaya tetap.
c.
Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah
satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka
penilaian persediaan.Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus
dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan
pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling
tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan
menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan
penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer
memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan
misalnya:
a.
penetapan harga jual berdasar cost-plus,
b.
analisis trend biaya,
c.
analisis profitabilitas lini produk,
d.
perbandingan dengan biaya para pesaing,
e.
keputusan membeli atau membuat sendiri,
7. Pengaruh JIT pada Harga Pokok
Pesanan
Dalam
penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus
memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya,
sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan
mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian
yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi.Hal ini karena biaya dapat
dikelompokkan pada level selular.lagi pula, karena ukuran lot sekarang
lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan
untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem
harga pokok proses.
- Penentuan Harga Pokok Proses
dan JIT
Dalam
metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena
adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan
persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan,
dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya.JIT secara signifikan
mengarah pada penyederhanaan.[2]
D.
ELEMEN-ELEMEN KUNCI SISTEM JIT
(Just-In-Time)
Lima Elemen kunci demi keberhasilan JIT :
1.
Jumlah Pemasok yang terbatas
Tingkat persediaan yang
minimalSistem JIT memotong biaya dengan mengurangi :
a.
Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku
b. Jumlah penanganan bahan baku
c. Jumlah persediaan yang usang.
2. Pembenahan Tata Letak
Pabrik Arus Lini adalah jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada
saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai
ke pengiriman barang jadi.Manfaat Arus Lini Ganda:
a.
Meminimalkan biaya penanganan bahan baku
b.
Meniadakan penyimpanan unit produk dalam proses pada saat
unit tersebutmenunggu proses berikutnya.
3.
Pengurangan Setup TimeMasa pengesetan mesin (setup
time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubahperlengkapan, memindahkan
bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak cepat untuk
mengakomodasikan produk unsure yang berbeda.
4. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality
Control)TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan
penerimaankomponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp maupun
pada barang jadi.
5. Tenaga kerja yang fleksibel
E.
LIMITASI SISTEM PENENTUAN BIAYA
POKOK TRADISIONAL
Sistem
penentuan biaya pokok dasar volume tradisional (volume-based costing systems)
bermanfaat manakala biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku langsung
merupakan faktor produksi yang dominan, ketika tekhnologi stabil, dan pada saat
terdapat kisaran produk yang terbatas.
Limitasi
sistem penentuan biaya pokok tradisional adalah penggunaan tarif volume seluruh
pabrik dan tarif departemental.Tarif tersebut membuahkan biaya biaya produk yang
tidak akurat tatkala sebagian besar biaya overhead pabrikasi tidak berdasar
volume dan ketika perusahaan menghasilkan beragam bauran produk dengan volume,
ukuran, dan kompleksitas yang berbeda.
Didalam
limitasi terdapat :
Tarif
Overhead Dasar Volume seluruh Pabrik.Perusahaan dapat memakai tarif overhead
ditentukan dimuka untuk membebankan atau mengalokasikan biaya overhead
pabrikasi ke produk. Dengan rumus :Tarif Overhead ditentukan dimuka seluruh
pabrik = Overhead pabrikasi dianggarkanDasar aktivitas diseluruh pabrik.
F.
KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN SISTEM
JIT(Just-In-Time)
Keuntungan
JIT- seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien-
Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para
staffnya.- Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur
kembali.- kertas kerja dapat lebih simple- Penghematan yang telah di lakukan
dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebihtinggi misalnya, dengan
mengadakan promosi tambahan.
Kelemahan
JITSatu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data
permintaan
historis.
Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka
inventoriakan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen. [3]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki
impilkasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu
produksi hanya apabila ada permintaan(pull system) atau dengan kata lain hanya
memproduksi sesuatu yang diminta dan hanyasebesar kuatitas yang diminta.
Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudiandiadopsi oleh
banyak perusahaan manufaktur dijepang.Bila JIT merupakan suatau filosofi
manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek
dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan.Sasaran utama JIT adalah menngkatkan
produktivitas system produksi atau opersi dengan caranenghilangkan semua macam
kegiatan yang tidak menembah nilai bagi suatui produk.
B.
Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pada
mahasiswa agar lebih muda memahami secara mendalam tentang hal-hal yang
berkaitan dengan “ ”. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan
para pakar utama, penulis mengharapkan saran dan kritik ataupun teguran yang
sifatnya membangun, akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.
Kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan
saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Eddy Herjanto,
Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbi.
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999.
Herry P. Chandra cs. 2001.Material Requirement
Planning.Jakarta. PT. Raja Grafindo.
Zulian Yamit,
Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.
[1]Eddy Herjanto,
Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbi.
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999.hal 67.
[2]Zulian Yamit, Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonesia Kampus
Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.hal.13.
No comments:
Post a Comment