1

loading...

Wednesday, May 29, 2019

MAKALAH POPULASI


MAKALAH POPULASI 

A.         Populasi
1.             Defenisi populasi
Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian.Populasi adalah merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Itulah definisi populasi dalam penelitian.
Populasi di sini maksudnya bukan hanya orang atau makhluk hidup, akan tetapi juga benda-benda alam yang lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi semua karakteristik, sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu orangpun bisa digunakan sebagai populasi, karena satu orang tersebut memiliki berbagai karakteristik, misalnya seperti gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh suatu populasi:
a.       Populasi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad).
b.      Populasi Mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta).
c.       Populasi Mahasiswa Agroteknologi, Faperta, Unpad.
d.      Populasi Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta, Unpad.
e.       Populasi Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad.
f.       Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut.
g.      Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan “X” tersebut.
h.      Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen“A”.
2.      Jenis Jenis populasi
Ada dua macam jenis populasi, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga).
a.     Populasi Terbatas
Populasi terbatas mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Contoh :
a. Jumlah penduduk kota Bandung 2.500.000 jiwa.
b.    Populasi Tak Terbatas
Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Contoh :
Suatu percobaan seorang bandar akan melemparkan sepasang dadu sampai tak terhingga kali lemparannya. Maka setiap kali mencatat sepasang bilangan yang muncul akan mendapatkan sepasang nilai yang tak terhingga pula.
Berdasarkan sifatnya populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen.
a)     Populasi homogen
Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang sama sehingga tidak perlu mempermasalahkan jumlahnya secara kuantitatif.
b)    Populasi heterogen
Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
c.       Populasi berdasarkan keadaannya
Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009 (berarti rata-rata dari semua Fakultas).
d.      Populasi berdasarkan ukurannya
Populasi terhingga: populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:
    1)      Banyaknya Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad
    2)      Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
     3)      Panjang ikan di sebuah danau
Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota populasinya tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya:
    1)      Air di lautan
    2)      Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
    3)      Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
     4)      Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
3.             Cara menentukan populasi
Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
1.      Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya adalah 10% dari populasi
2.      Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek
3.      Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group
4.      Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group
Tidak jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga memberikan beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu :
1.       Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
2.      Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3.      Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
4.      Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula
N = n/N(d)+ 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum untuk :
1.      Penelitian deskriptif sebanyak 100
2.      Penelitian korelasional sebanyak 50
3.      Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group
4.      Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group
Malhotra (1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel. Dengan demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100
Arikunto Suharsimi (2005) memberikan pendapat sebagai berikut : “..jika peneliti memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka dapat menentukan kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 – 150 orang, dan dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun apabila peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan, jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti.
B.          Sampel
1.             Defenisi Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau dapat mewakili.
Dari definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk menggambarkan karakteristik suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel digunakan untuk menggeneralisasi suatu populasi.  Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil.
Seorang peneliti jarang mengamati keseluruhan populasi karena:
a.       Biaya terlalu tinggi
b.      Populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti
c.       Keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia
d.      Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu ke waktu
Ada tiga keuntungan utama pengambilan sampel, yaitu:
a.       Biaya lebih rendah
b.      Pengumpulan data lebih cepat
c.       Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi dan kualitas data karena kumpulan data lebih kecil
2.             Karakteristik Sampel Yang Baik
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu representatif (dapat mewakili karakteristik populasi) dan besamya memadai (Atherton. dan Clemmack, 1982 dalam Busnawir). Dikatakan representatif apabila ciri-ciri sampel sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasi. Dengan sampel yang representatif, maka informasi yang dihasilkan relatif sama dengan informasi yang dikandung populasinya. Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian sampel dapat berlaku bagi populasi. Sebagaimana yang dikemukakan Vockel & Asher (1995) dalam Setyosari (2007:143), “the sample must be representative of the population about which we wish to make generalizations”.
Ibnu, Dasna, dan Mukhadis (2003:64) menyebutkan beberapa pertimbangan yang menentukan representatifnya suatu sampel adalah sebagai berikut.
  1. Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat menjaga kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memadai bergantung kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Penentuan jumlah sampel bergantung pada faktor variabilitas populasi. Semakin homogen karakteristik populasi, semakin sedikit ukuran sampel yang dibutuhkan, dan sebaliknya.
  2. Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya sangat akurat. Dengan hasil yang akurat dapat dirumuskan simpulan yang akurat pula. Sehingga terdapat hubungan, semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan kekeliruan dalam penarikan kesimpulan tentang populasi.
  3. Kepadanan tenaga, kecukupan waktu, sarana teknis penunjang, serta kecukupan logistik penunjang. Keterbatasan keadaan tersebut dapat mempengaruhi besarnya sampel yang digunakan.
Selain bersifat representative, sampel dipersyaratkan tidak mengandung bias. Sampel bersifat bias jika pemilihan sampel tidak didasarkan pada kriteria obyektivitas. Pemilihan sampel dengan unsur subyektivitas dapat menyebabkan sampel berkeadaan bias. Sebagai contoh: untuk meneliti tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan penghasilan rata-rata perbulan  yang hanya memberlakukan kalangan menengah ke atas dengan subyektiviatas peneliti yang ingin menunjukkan bahwa masyarakat di daerah X telah mencapai kesejahteraan yang baik. Bias juga dapat terjadi karena seleksi yang keliru.
Dengan memenuhi syarat representative dan jumlah sampel yang memadai akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi. Artinya, sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur, dengan memiliki dua sifat, yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi, Tingkat akurasi yang tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel. Sedangkan presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Kedua hal ini akan diuraikan sebagai berikut.
1.       Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan "bias" (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya "bias" atau tematic variance" yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyobabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, laiu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis.
2.       Presisi, yakni.terkait dengan persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Contoh : Dari populasi sebanyak 100 sopir taxi yang diinterview diperoleh rata-rata penghasilan mereka perhari Rp. 300.000. Kemudian diambil sampel secara acak sebanyak 30 orang (30% daripopulasi) dan diperoleh rata-rata penghasilan mereka perhari Rp. 295.000 rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada selisih antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel sebesar Rp.5,000. Selisih tersebut dapat dikatakan relatif kecil. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Semakin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (Q), makin tinggi pula tingkat presisinya.
3.             Ukuran Sampel
Besaran atau ukuran sampel  sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, acuan umum penelitian sosial memiliki maksimal tingkat kesalahan sebesar 5% (0,05).Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil ukuran sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
Beberapa formula untuk menentukan ukuran sampel seperti Tabel Isaac and Michael, Tabel Krejcie dan Morgan, Formula Slovin, Formula Lemeshow, Cohran’s Formula atau lainnya tersedia untuk menentukan besaran sampel yang dapat digunakan dalam penelitian.
Syarat Pengambilan Sampel Sampel dapat dikatakan sebagai sampel yang representatif terhadap populasi manakala sampel tersebut:
a.       Akurasi atau ketepatan Tingkat ketidakadaan bias atau kekeliruan dalam sampel. Tolak ukur adanya biasa atau kekeliruan dalam sampel adalah populasi. Oleh karena itu, agar sampel dapat memprediksi dengan baik suatu populasi maka sampel harus mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi.
b.      Presisi Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Presisi diukur oleh simpangan baku Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel dengan simpangan baku dari populasi, makin tinggi pula tingkat presisinya.
 Ukuran Sampel Ukuran sampel merupakan banyaknya sampel yang harus digunakan ketika melakukan kegiatan penelitian. Gay dan Diehl berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Hal ini mengandung maksud bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digeneralisasi. Akan tetapi, ukuran sampel bergantung dari jenis penelitian yang diterapkan. Berikut ini diberikan beberapa cara dalam menentukan ukuran sampel menurut para ahli Berdasarkan Gay dan Diehl, ukuran sampel dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut:
a.       Penelitian deskriptif, sampel minimumnya adalah 10% dari populasi
b.      Penelitian korelasi, sampel minimumnya adalah 30 subjek
c.       Penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group
d.      Penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group
Berdasarkan Frankel dan Wallen ukuran sampel minimum untuk :
a.       Penelitian deskriptif sebanyak 100
b.      Penelitian korelasional sebanyak 50
c.       Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group
d.      Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group
Berdasarkan Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu : Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, jika peneliti memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100-150 orang dan dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun apabila peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan, jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti. Sugiyono (2013:126) Berdasarkan Isaac dan Michael, ukuran sampel dapat diperoleh melalui perhitungan matematis dengan taraf signifikansi 1%, 5%, dan 10%. Rumus tersebut adalah sebagi berikut: Keterangan: Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan rumus :       
keterangan : Menurut Kretije dan Morgan, ukuran suatu sampel ditentukan berdasarkan tabel pada lampiran 2. Dengan demikian, ukuran sampel tidak dapat disamaratakan dalam setiap jenis penelitian. Ukuran sampel suatu penelitian bergantung pada jenis penelitian yang digunakan.
4.             Teknik sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Sedangkan Margono menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Dengan demikian, sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan suatu teknik atau metodologi yang dipergunakan untuk memilih dan mengambil unsur-unsur atau anggota-anggota populasi untuk digunakan sebagai sampel yang representatif. Oleh karena itu, terdapat berbagai teknik pengambilan sampel yang digunakan. Dalam menentukan sampel atau ukuran sampel dalam penelitian. 
Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika.
Tahapan sampling adalah:
a.       Mendefinisikan populasi hendak diamati
b.      Menentukan kerangka sampel, yakni kumpulan semua item atau peristiwa yang mungkin
c.       Menentukan metode sampling yang tepat
d.      Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
e.       Melakukan pengecekan ulang proses sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Sedangkan Margono menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Dengan demikian, sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan suatu teknik atau metodologi yang dipergunakan untuk memilih dan mengambil unsur-unsur atau anggota-anggota populasi untuk digunakan sebagai sampel yang representatif. Oleh karena itu, terdapat berbagai teknik pengambilan sampel yang digunakan. Dalam menentukan sampel atau ukuran sampel dalam penelitian. 

No comments:

Post a Comment