CONTOH LAPORAN HASIL PENGAMATAN DI SMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi masa depan yang tidak
ternilai, untuk itu Kementrian Pendidikan dan Budaya telah berkomitmen bahwa
pendidikan bagi generasi emas ini harus dimulai dengan serius dan disiapkan
dengan sepenuh hati. Selain itu, bahwa penyemaian generasi emas ini harus
dibarengi dengan penyiapan guru profesional melalui suatu sistem pendidikan
guru yang bermutu dan akuntabel yaitu melalui kegiatan magang.
Berkaitan dengan usaha untuk menyiapkan calon pendidik
yang berkualitas, maka Institut Agama Islam (IAIN) Bengkulu khususnya Program
Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) telah mencanangkan suatu program dimana
Mahasiswa/I nya akan dibekali pengetahuan serta keterampilan dalam mendidik.
Selain itu, program ini merupakan ajang pembelajaran bagi Mahasiswa/I untuk
mengetahui bagaimana kelayakan menjadi seorang pendidik yang mempunyai
kompetensi pedagogik, kepribadian social dan profesional. Program studi
kependidikan mengadakan program magang secara berkala yaitu magang 1, 2, 3
untuk menyiapkan guru yang berkompetensi pedagogik, kepribadian social dan
profesional. Pada kesempatan ini praktikan telah melaksanakan program magang 1.
Magang 1 merupakan Mata Kuliah berbobot yang dapat mempersiapkan mahasiswa
untuk terjun kedunia pendidikan. Pada proses magang 1 ini mahasiswa/I
ditekankan untuk melakukan observasi sekolah. Observasi yang dilakukan yaitu
meliputi, observasi budaya sekolah, pengamatan terhadap peserta didik,
pengamatan terhadap proses pembelajaran dan pengamatan guru dalam PBM.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana budaya sekolah, peserta didik, proses
pembelajaran dan guru dalam PBM di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu?
C. Tujuan Observasi
Tujuan Observasi ini untuk mengetahui budaya sekolah,
peserta didik, proses pembelajaran dan guru dalam PBM di SMA Negeri 10 Kota
Bengkulu.
D. Manfaat
Melalui magang
1 ini saya memperoleh pengalaman nyata yang terkait dengan kondisi di SMA
NEGERI 10 Kota Bengkulu. Saya dapat
menjalin kerja sama dengan warga sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep tentang Guru
1.
Pengertian Guru
Secara umum, Pengertian guru adalah
seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu,
membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada
peserta didik.
Definisi guru adalah seseorang yang telah mengabdikan dirinya
untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya agar
memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut.[[1]]
Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal,
tapi juga pendidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para
muridnya. Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat memahami bahwa peran guru
sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik
secara intelektual maupun akhlaknya.
Guru Menurut Beberapa Ahli:
-
Dri Atmaka
Menurut Dri Atmaka (2004:17), pendidik atau guru
adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam
pengembangan baik fisik dan spiritual.
-
Husnul
Khotimah
Menurut Husnul Khotimah
(2008), pengertian guru adalah orang yang
memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta
didik.
-
Ngalim
Purwanto
menurut Ngalim Purwanto,
pengertian guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian
kepada seseorang maupun kepada sekelompok orang.
-
Mulyasa
Menurut Mulyasa,
pengertian guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mampu
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
-
Drs. M.
Uzer UsmanMenurut Drs. M. Uzer
Usman (1996:15), pengertian guru adalah setiap orang yang berwenang dan
bertugas dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal.
Menurut UU
No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas
utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
2. Tugas dan
Tanggung Jawab seorang Guru
Adapun beberapa
tugas utama guru adalah sebagai berikut:
a.
Mengajar Peserta Didik, Seorang guru bertanggungjawab
untuk mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada para murid. Dalam hal ini,
fokus utama kegiatan mengajar adalah dalam hal intelektual sehingg para murid
mengetahui tentang materi dari suatu disiplin ilmu.
b.
Mendidik
Para Murid, Mendidik murid
merupakan hal yang berbeda dengan mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Dalam hal
ini, kegiatan mendidik adalah bertujuan untuk mengubah tingkah laku murid
menjadi lebih baik. Proses mendidik murid merupakan hal yang lebih sulit untuk
dilakukan ketimbang mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Selain itu, seorang
guru harus dapat menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya sehingga para
murid dapat memiliki karakter yang baik sesuai norma dan nilai yang berlaku di
masyarakat.
c.
Melatih Peserta Didik, Seorang guru juga memiliki tugas untuk melatih para muridnya
agar memiliki keterampilan dan kecakapan dasar. Bila di sekolah umum para guru
melatih murid tentang keterampilan dan kecakapan dasar, maka di sekolah
kejuruan para guru memberikan keterampilan dan kecakapan lanjutan.
d.
Membimbing dan Mengarahkan, Para peserta didik mungkin saja mengalami kebingungan atau
keraguan dalam proses belajar-mengajar. Seorang guru bertanggungjawab untuk
membimbing dan mengarahkan anak didiknya agar tetap berada pada jalur yang
tepat, dalam hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan.
e.
Memberikan
Dorongan Pada Murid, Poin terakhir
dari tugas seorang guru adalah untuk memberikan dorongan kepada para muridnya
agar berusaha keras untuk lebih maju. Bentuk dorongan yang diberikan seorang
guru kepada muridnya bisa dengan berbagai cara, misalnya memberikan hadiah.
Adapun peran guru adalah
sebagai berikut:
-
Sebagai
pengajar, yaitu orang yang mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada para anak
didiknya.
-
Sebagai
pendidik, yaitu orang yang mendidikan muridnya agar memiliki tingkah laku yang
sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
-
Sebagai
pembimbing, yaitu orang yang mengarahkan muridnya agar tetap berada pada jalur
yang tepat sesuai tujuan pendidikan.
-
Sebagai
motivator, yaitu orang yang memberikan motivasi dan semangat kepada muridnya
dalam belajar.
-
Sebagai
teladan, yaitu orang yang memberikan contoh dan teladan yang baik kepada
murid-muridnya.
-
Sebagai
administrator, orang yang mencatat perkembangan para muridnya.
-
Sebagai evaluator,
orang yang melakukan evaluasi terhadap proses belajar anak didiknya.
-
Sebagai
inspirator, orang yang menginspirasi para muridnya sehingga memiliki suatu
tujuan di masa depan
3.
Karakteristik guru
Menurut Drs. Moh. Uzer Usman (1996) ada beberapa karakteristik
yang melekat pada profesi guru. Beberapa karakteristik dan ciri tersebut yaitu
:
a)
Guru harus memiliki
fungsi dan signifikasi sosial untuk masyarakat yang ada di sekitarnya.
b)
Guru membutuhkan
keterampilan khusus yang dapat diperoleh melalui proses pendidikan yang
bertanggung jawab dan juga dapat dipertanggung jawabkan.
c)
Guru harus memiliki
kompetensi yang ditopang oleh sebuah fokus disiplin ilmu tertentu (a systematic body of knowledge)
d)
Profesi guru harus
memiliki kode etik yang melekat dan mengikat dimana ketika kode etik ini
dilanggar, maka ada sangsi tegas terhadap pelanggarnya.
e)
Guru berhak
mendapatkan imbalan berupa kompensasi secara material ataupun finansial sebagai
balas jasa dari apa yang telah dilakukannya.
4.
Etika Guru dalam Pembelajaran
Etika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral,
yaitu mengenai nilai, ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang benar. Perilaku etika dapat meliputi:
a. Pertanggungjawaban (reponsibility)
b. Pengabdian (dedication)
c. Kesetiaan (loyalitas)
d. Kepekaan (sensitivity)
e. Persamaan (equality)
f. Kepantasan (equity)
Beberapa calon guru memiliki perasaan takut atau ragu-ragu di
dalam menghadapi tugas praktik mengajar, tetapi perasaan tersebut akan hilang
dengan sendirinya setelah terjun dan mengikuti latihan mengajar di kelas atau
di sekolah.
Cara pandangan guru yang baik adalah tidak terfokus pada sesuatu
yang menarik perhatiannya, namun harus meliputi seluruh kelas, bersikap tenang,
tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan
didengar peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi
belajar yang sehat, suara yang terang dan jelas dan diadakan variasi sehingga
suara yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak
Etika guru Indonesia
Di dalam etika guru Indonesia dituliskan dengan jelas bahwa guru
membimbing murid untuk membentuk mereka menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa
pancasila. Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya, terhadap pekerjaan
dan terhadap tempat kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru
untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang baik. Berikut beberapa etika yang
harus dimiliki oleh seorang guru:
-
Etika
guru terhadap peserta didiknya
Guru sebaiknya memberi contoh yang baik bagi muridnya. Keteladanan
seorang guru adalah perwujudan realisasi kegiatan belajar mengajar dan
menanamkan sikap kepercayaan kepada murid. Guru yang berpenampilan baik dan
sopan akan mempengaruhi sikap murid demikian juga sebaliknya. Selain itu di
dalam memberikan contoh kepada murid, guru harus bisa mencontohkan bagaimana
bersifat objektif dan terbuka pada kritikan serta menghargai pendapat orang
lain.
-
Etika
guru terhadap pekerjaan
Sebagai seorang guru adalah pekerjaan yang mulia. Guru harus
melayani masyarakat di bidang pendidikan secara profesional. Supaya bisa
memberikan layanan yang memuaskan pada masyarakat maka guru harus bisa
menyesuaikan kemampuan serta pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan
masyarakat.
-
Etika
guru terhadap tempat kerja
Suasana yang baik ditempat kerja bisa meningkatkan
produktivitas. Kinerja guru yang tidak optimal bisa disebabkan oleh lingkungan
kerja yang tidak memberi jaminan pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara
optimal.
Pendekatan pembelajaran kontekstual bisa menjadi pemikiran bagi
guru supaya lebih kreatif. Strategi belajar yang membantu guru untuk mengaitkan
materi pelajaran dengan situasi akan mendorong murid mengaitkan pengetahuan
yang sudah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
profesional guru pada tempat kerja adalah dengan cara menciptakan hubungan yang
harmonis di lingkungan tempat kerja dan lingkungan. Etika guru sangat
dibutuhkan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
B. Konsep tentang Siswa
1.
Pengertian Siswa
Pengertian Siswa di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Pengertian
siswa berarti
orang (anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah).
Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, pengertian siswa
adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa
tipe pendidikan. Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan
berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan
biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka
mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.[[2]]
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses
belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki
tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor
penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan belajarnya.
Murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai
potensi dan mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau
murid membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru
tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan
individu-individu yang lain.
Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali
adalah murid/anak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu
menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana
cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa yang cocok dan
mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik murid.
Itulah sebabnya murid atau anak didik adalah merupakan subjek belajar.
Dengan demikian, tidak tepat kalau dikatakan bahwa murid atau
anak didik itu sebagai objek (dalam proses belajar-mengajar). Memang dalam
berbagai statment dikatakan bahwa murid/anak didik dalam proses
belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian
jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, memerlukan pembinaaan, pembimbingan dan
pendidikan serta usaha orang lain yang dipandang dewasa, agar anak didik dapat
mencapai tingkat kedewasaanya. Hal ini dimaksudkan agar anak didik kelak dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, warga
negara, warga masyarakat dan pribadi yang bertanggung jawab.
Pernyataan mengenai anak didik sebagai kelompok yang belum
dewasa itu, bukan berarti bahwa anak didik itu sebagai makhluk yang lemah,
tanpa memiliki potensi dan kemampuan. Anak didik secara kodrati telah memiliki potensi
dan kemampuan-kemampuan atau talent tertentu. Hanya yang jelas murid itu belum
mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan talent atau potensi dan
kemampuannya. Oleh karena itu, lebih tepat kalau siswa dikatakan sebagai subjek
dalam proses belajar-mengajar, sehingga murid/anak didik disebut sebagai subjek
belajar.
2.
Tugas Siswa
Selain guru, murid pun mempunyai tugas
untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama temannya dan untuk
senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentingan dirinya sendiri.
Adapun tugas tersebut ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek yang berhubungan
dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang
berhubungan dengan administrasi.[[3]]
a. Aspek
yang berhubungan dengan Belajar
Kesalahan-kesalahan dalam belajar sering dilakukan murid, bukan
saja karena ketidaktahuannya, tetapi juga disebabkan oleh
kebiasaan-kebiasaannya yang salah. Adalah menjadi tugas murid untuk belajar
baik yang menghindari atau mengubah cara-cara yang salah itu agar tercapai
hasil belajar yang maksimal.
Hal-hal yang harus
diperhatikan murid agar belajar menjadi efektif dan produktif, di antaranya:
-
Murid
harus menyadari sepenuhnya akan arah dan tujuan belajarnya, sehingga ia
senantiasa siap siaga untuk menerima dan mencernakan bahan. Jadi bukan belajar
asal belajar saja.
-
Murid
harus memiliki motif yang murni (intrinsik atau niat). Niat yang benar adalah
“karena Allah”, bukan karena sesuatu yang ekstrinsik, sehingga terdapat
keikhlasan dalam belajar. Untuk itulah mengapa belajar harus dimulai dengan
mengucapkan basmalah.
-
Harus
belajar dengan “kepala penuh”, artinya murid memiliki pengetahuan dan
pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya (apersepsi), sehingga memudahkan
dirinya untuk menerima sesuatu yang baru.
b. Aspek
yang berhubungan dengan Bimbingan
Semua murid harus mendapat bimbingan, tetapi tidak semua murid
khususnya yang bermasalah, mempergunakan haknya untuk memperoleh bimbingan
khusus. Hal itu mungkin disebabkan oleh karena berbagai “perasaan” yang
menyelimuti murid, atau karena ketidaktahuannya, dan mungkin juga disebabkan
oleh karena guru/sekolah tidak membuka kesempatan untuk itu, dengan berbagai
alasan.
Guru berkewajiban memperhatikan masalah ini dan menjelaskan
serta memberi peluang kepada murid untuk memperoleh bimbingan dan penyuluhan.
Jika hal itu telah disampaikan guru dengan lurus dan benar, maka menjadi tugas
muridlah kini untuk mempergunakan hak-haknya dalam mendapatkan
bimbingan/penyuluhan.
Kesadaran murid akan guna bimbingan belajar serta bimbingan
dalam bersikap, agar dirinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta
melaksanakan sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupannya
sehari-hari, amat diharapkan. Dan untuk itu, maka menjadi tugas muridlah untuk
berpartisipasi secara aktif, sehingga bimbingan itu dapat dilaksanakan secara
efektif. Keikutsertaan itu dibuktikan, di antaranya dengan:
-
Murid
harus menyediakan dan merelakan diri untuk dibimbing, sehingga ia memahami akan
potensi dan kemampuan dirinya dalam belajar dan bersikap. Kesedian itu
dinyatakan dengan kepatuhan dan perasaan senang jika dipanggil atau memperoleh
kesempatan untuk mendapat bimbingan khusus.
-
Menaruh
kepercayaan kepada pembimbing dan menjawab setiap pertanyaan dengan sebenarnya
dan sejujurnya. Demikian pula dalam mengisi “lembaran isian” untuk data
bimbingan.
-
Secara
jujur dan ikhlas mau menyampaikan dan menjelaskan berbagai masalah yang
diderita atau dialaminya, baik ketika ia ditanya maupun atas kemauannya
sendiri, dalam rangka mencari pemecahan atau memilih jalan keluar untuk
mengatasinya.
-
Berani
dan berkemauan untuk mengekspresikan atau mengungkapkan segala perasaan dan
latar belakang masalah yang dihadapinya, sehingga memudahkan dan memperlancar
proses penyuluhan.
c. Aspek
yang berhubungan dengan Administrasi
Aspek ini berkenaan dengan keturutsertaan murid dalam
pengelolaan ketertiban, keamanan dan pemenuhan kewajiban administratif,
sehingga memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pengajaran serta
keberhasilan belajar itu sendiri. Tugas murid sehubungan dengan aspek
administrasi, meliputi:
·
Tugas
dan kewajiban terhadap sekolah, yaitu:
-
Menaati
tata tertib sekolah.
-
Membayar
SPP dan segala sesuatu yang dibebankan sekolah kepadanya, sepanjang sesuai
dengan peraturan yang berlaku
-
Turut
membina suasana sekolah yang aman, tertib dan tenteram, di mana suasana
keagamaan menjadi dominan.
-
Menjaga
nama baik sekolah di manapun ia berada dan menjadi “kebanggaan” baginya mendapat
kesempatan belajar pada sekolah yang bersangkutan.
·
Tugas
dan kewajiban terhadap kelas, yaitu:
-
Senantiasa
menjaga kebersihan kelas dan lingkungannya.
-
Memelihara
keamanan dan ketertiban kelas sehingga suasana belajar menjadi aman, tenteram
dan nyaman.
-
Melakukan
kerja sama yang baik dengan teman sekelasnya dalam berbagai urusan dan
kepentingan kelas serta segala sesuatunya dilakukan dengan cara musyawarah dan
mufakat.
-
Memelihara
dan mengembangkan semangat dan solidaritas, kesatuan dan kebanggaan, suasana keagamaan
dalam kelas, sehingga memberi peluang untuk mengaktualisasikan ajaran-ajaran
Islam dan berlomba-lomba untuk kebaikan.
·
Tugas
dan kewajiban terhadap kelompok, yaitu:
-
Membentuk
kelompok belajar bersama untuk memperoleh berbagai pemahaman dan pengalaman
dalam mempelajari bahan pelajaran melalui penelaahan dan diskusi kelompok.
-
Mengembangkan
pola sikap keagamaan dan mempergunakan waktu senggang untuk belajar bersama,
bersilaturrahmi dengan keluarga dan anggota kelompoknya dan saling membantu,
serta melakukan berbagai kegiatan yang bersifat rekreatif, sehingga terwujud
rasa ukhwah Islamiah di antara mereka.
-
Memelihara
semangat dan soladaritas kelompok, saling mempercayai dan saling menghargai
akan kemampuan masing-masing anggota kelompok, sehingga belajar menjadi lebih
terarah dan bermakna bagi diri masing-masing.
C. Tradisi
Sekolah (Budaya Sekolah)
1.
Pengertian Budaya
Pengertian
Budaya Zamroni mengatakan bahwa budaya merupakan pandangan hidup yang diakui
bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berfikir, perilaku,
sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak.[[4]]
Budaya
dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup
untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus cara untuk
memandang persoalan dan memecahkannya.
Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik
dalam keluarga, organisasi, sekolah, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan
masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak
menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat
menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau
bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
lingkungan masyarakat, organisasi dan sekolah dapat pula dirasakan manfaatnya
dalam memberi kontribusi bagi efektivitas kelompok secara keseluruhan.
2.
Pengertian Budaya Sekolah
Pengertian
Budaya Sekolah Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “
budaya “ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Kebudayaan sendiri adalah
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan,
kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan
keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dan lain-lain)
Terdapat
beberapa definisi mengenai pengertian budaya sekolah menurut pendapat beberapa
pakar. Short dan Greer mendefinisikan bahwa budaya sekolah merupakan keyakinan,
kebijakan, norma, dan kebiasaan dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat,
dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah.
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan
sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesama, guru dengan guru,
konselor dengan peserta didik, antar tenaga kependidikan, antara tenaga
kependidikan dengan pendidik dan peserta didik, dan antar anggota kelompok
masyarakat dengan warga sekolah. Zamroni memberikan batasan bahwa budaya
sekolah adalah pola nilai- nilai, prinsi-prinsip, tradisi-tradisi dan
kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, budaya
sekolah dikembangkan dalam jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta
diyakini oleh seluruh warga sekolah Warga sekolah menurut UU nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional terdiri dari peserta didik, pendidik,
kepala sekolah, tenaga pendidik serta komite sekolah. Salah satu subyek yang
diambil dalam penelitian budaya sekolah ini yaitu peserta didik (siswa).
Zamroni mengemukakan penting sebuah sekolah
memiliki budaya atau kultur. Sekolah sebagai suatu organisasi harus memiliki:
a.
Kemampuan untuk hidup, tumbuh berkembang
dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada, dan
b.
Integrasi internal yang memungkinkan
sekolah untuk menghasilkan individu atau kelompok yang memiliki sifat positif.
Suatu organisasi termasuk sekolah harus memiliki pola asumsi-asumsi dasar yang
dipegang bersama seluruh warga sekolah.
Memperhatikan
konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan pola-pola
yang mendalam, kepercayaan nilai, dan tradisi yang terbentuk dari rangkaian,
kebiasaan dan sejarah sekolah, serta cara pandang dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang ada di sekolah. Sehingga dapat dikemukakan bahwa
budaya sekolah merupakan nilai-nilai penting yang diyakini dan dipercaya
sebagai suatau system yang terbangun melalui waktu yang panjang, nilai-nilai
dalam budaya sekolah tersebut menjadi pendorong kesadaran bagi warga sekolah
sehingga tercipta sikap-sikap positif dan perilaku harmonis di lingkungan
sekolah.
D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1.
Pengertian Pembelajaran Agama Islam (PAI)
Pengertian
Pembelajaran PAI Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang
dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere”yang berarti menyampaikan
pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau
ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.1 Kegiatan belajar
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi
dasar.
Pembelajaran
adalah kegiatan dimana guru melakukan perananperanan tertentu agar siswa dapat
belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Strategi pengajaran
merupakan keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan
peserta didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.2
Pembelajaran dalam konteks pendidikan merupakan aktivitas pendidikan berupa
pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan.
Selain
itu, pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat
mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka, disamping itu,
juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana peserta didik dapat secara
aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh.
Pendidikan
agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, mengayati, hingga mengimani ajaran agama Islam,
dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.[[5]]
Dan
untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada serangkaian yang saling
mendukung antara lain:
a.
Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni
suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara
berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.
b.
Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai
tujuan, dalam arti yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
c.
Pendidik/ Guru (GBPAI) yang melakukan kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya
untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut beberapa
ahli:
-
Menurut Zakiyah Darajdat (1989; 87) yang dikutip oleh
Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.
-
Tayar Yusuf (1986; 35) mengartikan pendidikan agama Islam
sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa
kepada Allah.[[6]]
Dari
pengertian diatas dapat diketahui bahwasannya dalam penyampaian PAI maupun
menerima PAI adalah dua hal yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh
peserta didik dan guru untuk untuk meyakini akan adanya suatu ajaran kemudian
ajaran tersebut difahami, dihayati dan setelah itu diamalkan atau
diaplikasikan, akan tetapi disitu juga dituntut untuk menghormati agama lain.
Sedangkan
dalam buku “Ilmu pendidikan Islam” yang ditulis H.M. Arifin dikatakan
Pendidikan agama Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena
nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Dengan
istilah lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu harus mampu
hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita Islam.
Pengertian pendidikan agama Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem
pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hambah
Allah. Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai tersebut
juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan. Sejalan dengan nilai-nilai
Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara
pedagogis kematangan yang mengutungkan.
Sedangkan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar,
terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari
agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang
benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan yang mengakibatkan beberapa
perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang yang baik dalam
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.
Fungsi Pembelajaran PAI
Fungsi
Pembelajaran PAI Dalam sebuah usaha sadar yang dilakukan pasti mempunyai tujuan
yang ingin dicapai dari sebuah usaha tersebut. Begitu juga dengan Pembelajaran
PAI yang dilakukan di sekolah-sekolah. Zakiyah Darajdad dalam bukunya Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama Islam
sebagai berikut:
Tujuan
Pendidikan Agma Islam yaiu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu
melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga
tercermin mana sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka
mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat, yang dapat dibina melalui
pengajaran agama yang intensif dan efekif.
Selain
itu, pembelajaran Agama Islam juga mempunyai fungsi sebagai media untuk
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Serta sebagai wahana pengembangan
sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah didapat dari proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Darajdad berpendapat bahwa sebagai sebuah
bidang studi di sekolah, pengajaran agama Islam mempunyai tiga fungsi, yaitu:
perama, menanamtumbuhkan rasa keimanan yang kuat; kedua, menanamkembangkan
kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal ibadah, amal saleh dan akhlak
yang mulia; dan ketiga, menumbuh kembangkan semangat untuk mengolah alam
sekitar sebagai anugrah Allah SWT kepada manusia. Dari pendapat diatas dapat
diambil beberapa hal tentang fungsi pembelajaran PAI yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a.
Pengembangan, yaitu
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pesera didik kepada Allah SWT yang
ditanamkan dalam lingkup pendidikan keluarga.
b.
Pengajaran, yaitu untuk
menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.
c.
Penyesuaian, yaitu
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sesuai denga
ajaran agama Islam.
d.
Pembiasaan, melatih
peserta didik untuk selalu mengamalkan ajaran Islam, menjalankan ibadah dan
berbuat baik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Observasi
Pada
pelaksanaan observasi,
dikenal beberapa jenis observasi
yang dapat digolongkan dasi segi keterlibatan peranan observer, yaitu
pengamatan partisipasi (participant abservation), pengamatan nonpartisipasi
(nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi
perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu: pengamatan sistematis atau
tersruktur (systematic or structured observation) dan pengamatan nonsistematis
atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat digolongkan dari
situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation),
situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan
percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).
1.
Observasi partisipasi
Pada
pengamatan jenis ini, pengamat (konselor)
turut mengambil bagian dari situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta didik) yang diobservasi.
Misalnya konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan
peserta didik disekolah, misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan
sebagainya sehingga konselor dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat
peserta didik yang ingin diketahui saat diamati.
2.
Observasi nonpartisipasi
Pada
pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut mengambil bagian secara
langsung didalam situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta didik)
yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi penomton. Misalnya konselor mengamati
peserta didik saat melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat
peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran
di kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat mengamati tingkah
laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamat.
3. Observasi
sistematis/terstruktur
Pengamatan
ini dilakukan dengan menggunakan
kerangka rencana terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan,
individu yang akan diamati, waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan
pengamatan, apa yang akan diamati, metode pencatatan hasil pengamatan yang akan
digunakan, siapa yang akan melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan ini gejala, perilaku,
atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati telah ditentukan kategorinya,
sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan.
4. Observasi
nonsistematis
Pada
pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau fokus apa
yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala yang
diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan,
kalau ada kategorisasi pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada
jenis nonsistematis, pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan
menonjol pada proses pengamatan.
5. Free
situation
Pengamatan
yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana jalannya pengamatan
dan dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan terhadap
berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.
6. Manipulasi
situasi
Pengamatan
yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor atau variabel
kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Biasanya
pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format eksperimen.
7. Percampuran
antara dua situasi
Merupakan percampuran antara situasi
bebas dan manipulasi situasi , Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga
sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas.
Pada
penelitian di SMAN 10 Kota Bengkulu kami menggunakan jenis Observasi nonpartisipasi dan pengamatan sistematis/terstruktur.
B. Waktu dan Tempat Penelitian (Observasi)
Waktu Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 30
Maret 2019 dan Tempat Penelitian (Observasi) di SMAN 10 Kota Bengkulu, Jalan
Padang Cengkeh, Suka Rami, Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu 38216.
C. Sumber Informasi
Yang
dimaksud dengan sumber informasi dalam
penelitian adalah subyek dari mana informasi dapat
diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber informasi yaitu :
1.
Sumber data primer
Yaitu
data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dari sumber
pertamanya. Adapun yang menjadi sumber informasi primer dalam penelitian ini
adalah guru PAI dan Siswa/I
SMAN 10 Kota Bengkulu,
2.
Sumber data skunder
Yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang
tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumentasi dan
angket merupakan sumber data sekunder.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
Pengumpulan Data penelitian
ini meliputi siswa, guru, dokumen hasil pembelajaran, dan proses pembelajaran.
Adapun teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Metode Observasi
Observasi
adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencatatan
secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Observasi dilakukan oleh
peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan
pembelajaran dikelas. Pengamatan ini dilakukan
dikelas XI IPS 2 dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMAN 10 Kota
Bengkulu.
2.
Metode Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru yang melaksanakan
pembelajaran. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dan
wawancara ini kami tujukan kepada Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMAN 10
Kota Bengkulu.
3.
Dokumentasi
Berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian
tindakan di kelas, dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
E. Teknik Analisis
Data
1. Editing
Editing
merupakan proses pengolahan data mentah yang diperoleh saat penelitian dan
dirangkum serta dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
2. Koding
Koding
adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban
dari para informan ke dalam kategori-kategori.
Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode pada masing-masing jawaban Ada dua langkah di dalam
melakukan koding,yaitu:
a.
Menentukan
kategori-kategori yang akan digunakan.
b.
mengalokasikan
jawaban-jawaban informan pada kategori-kategori
tersebut.
3. Interpretasi
Tahap
akhir dalam menganalisis data adalah kegiatan interpretasi yakni untuk arti
lebih luas dari jawaban yang diperoleh dari hasil penemuan yang sudah ada.
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1.
Mengamati Budaya Sekolah (kebiasaan, suasana dan tata
cara berperilaku atau bertindak) SMAN 10 Kota Bengkulu
a.
Guru
Guru selalu memberi salam saat memasuki kelas, guru
memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya, guru-guru
disekolah menunjukan keteladanan dan layak menjadi panutan. Untuk meningkatkan
mutu pendidikan disekolah ini, para guru selalu berusaha meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Motivasi kerja guru disekolah sudah sangat memadai.
b.
Siswa
Siswa jarang memberi salam saat memasuki kelas.
Sebelum memulai pembelajaran siswa selalu berdo’a bersama. Para siswa jarang
menyapa dan mengucapkan salam jika bertemu dengan guru. Dalam percakapan
sehari-hari dengan sesama siswa, para siswa jarang menggunakan bahasa yang
sopan dan dapat menunjukkan terpelajarnya.
c.
Tata Tertib
-
Tata tertib siswa selalu diberitahukan sejak awal
siswa memasuki sekolah ini, dengan disertai pernyataan kesanggupan siswa untuk
memetuhinya.
-
Dalam berbagai kesempat, Guru maupun Kepala Sekolah
selalu mengingatkan tentang isi dan kensekwensi dari tata tertib siswa kepada
para siswa.
2.
Pengamatan Terhadap Peserta Didik
Dalam aspek fisik, fisik siswa dalam suatu kelas bervariasi ada
yang gemuk, ada yang kurus, ada yang tinggi, ada yang pendek. Dalam aspek
intelektual juga berbeda-beda ada yang daya serapnya cepat, ada yang
sedang dan ada juga yang daya serapnya lambat. Sosial-emosional, dalam hubungan
dengan teman-teman yang lain ada siswa yang cepat marah, egonya masih ada, ada
yang sabar, rasa ingin memiliki sesuatu sangat tinggi.
Moral, tingkah laku peserta didik ada yang disiplin tepat waktu,
disiplin dalam berpakaian, disiplin dalam kebersihan lingkungan dan ada juga
yang tidak. Sikap saling menghargai dan saling tolong menolong antar sesama.
Siswa mempunyai
kemampuan dan potensi yang berbeda-beda dalam proses pembagian jurusan IPA dan
IPS setiap siswa memilih jurusan yang diminatinya apakah jurusan IPA atau IPS
tergantung dengan potensi yang dimilikinya.
3. Pengamatan terhadap Proses
Pembelajaram
Guru menjelaskan
materi pelajaran secara terpadu, terperinci, jelas dan cepat, sehingga peserta
didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal salah satu yang
efektif dalam proses pembelajaran di kelas yang dilakukan guru yang ada di SMAN 10Kota Bengkulu terutama pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
adalah konsep
pembelajara kooperatif dimana siswa guru saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran yang terpadu tersebut siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Selain metode diatas guru juga memberikan Metode pemberian tugas.
cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan
suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk
diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif. Contohnya seperti, Kuis dll.
4. Pengamatan
terhadap Guru dalam PBM
a. Kompetensi
pedagogik
-
Guru selalu memperhatikan siswa yang belum memahami materi yang
disampaikan.
Contoh nya, guru menanyakan kepada siswa
setiap setelah selasai membahas materi yang disampaikan.
-
Guru selalu menyapa siswa yang tidak memperhatikan guru menjelaskan
materi.
Contohnya, guru
menegur siswa yang ngobrol dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan
materi.
-
Dalam PMB, guru selalu menyuruh siswa secara acak untuk menjelaskan
materi yang didiskusikan dan guru selalu member penguatan pada setiap materi
yang penting.
-
Guru member penghargaan bagi siwa yang yang menyerap materi yang
disampaikan.
Contohnya,
setelah menjelaskan guru memberi pertanyaan kepada siswa secara acak, apabila
siswa tersebut bias menjajab akan diberi nilai tambah.
b. Kompetensi kepribadian
-
Guru selalu berpakaian rapi dalam mengajar
-
Guru selalu berpenampilan sebagai pendidik (Guru)
-
Guru selalu berbicara santun dengan siswa
-
Guru selalu disiplin dalam melaksanakan tugas mengajar
-
Guru selalu menjadi inspirator bagi siswa dalam belajar
c. Kompetensi sosial
-
Guru selalu menggunakan kata yang tidak menyinggung orang lain dalam
bicara.
-
Guru selalu dapat berkomunikasi baik dengan semua orang tanpa melihat
ras, suku dan agama.
-
Guru selalu berkomunikasi dengan orang secara baik, tanpa memperhatikan
status/pekerjaan orang tersebut.
-
Guru selalu berkomunikasi dengan lancar, tanpa melihat tempat/lokasi.
B. Pembahasan
1. Pengertian Budaya Sekolah/kultur
sekolah
Budaya
sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi
dengan sesama, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik, antar tenaga
kependidikan, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta didik, dan
antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah.
Faktor pembentuk kultur sekolah misalnya adalah nilai, moral, sikap dan
perilaku siswa tumbuh berkembang selama waktu di sekolah, dan perkembangan
mereka tidak dapat dihindarkan yang dipengaruhi oleh struktur dan kultur
sekolah, serta oleh interaksi mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada
di sekolah, seperti kepala sekolah, guru, materi pelajaran dan antar siswa
sendiri. Aturan sekolah yang ketat berlebihan dan ritual sekolah yang
membosankan tidak jarang menimbulkan konflik baik antar siswa maupun antara
sekolah dan siswa. Sebab aturan dan ritual sekolah tersebut tidak selamanya
dapat diterima oleh siswa. Aturan dan ritual yang oleh siswa diyakini tidak
mendatangkan kebaikan bagi mereka, tetapi tetap dipaksakan akan menjadikan
sekolah tidak memberikan tempat bagi siswa untuk menjadi dirinya.
2. Peserta Didik
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses
belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki
tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor
penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan belajarnya.
3. Proses
pembelajaran
Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan
interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Dalam
proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bias
dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling
menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Menurut pendapat Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebaga
“segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto
(2007:12) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi
yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut
tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi asli,
kematangan atau perubahan-perubahan sementara.
Pengertian proses
pembelajaran antara lain:
-
menurut Rooijakkers (1991:114):
“Proses
pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan
tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga
pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar
dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan”
-
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel (1991:200)
“proses
pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi
dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat
dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta
diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu
peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu
demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah
proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir
kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
4. Guru dalam PBM
Guru
memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta didik memerlukan
peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan diri dan
pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Tanpa adanya
seorang guru, mustahil seorang peserta didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya
secara optimal. Hal ini berdasar pada pemikiran manusia sebagai makhluk sosial
yang selalu memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi semua kebutuhannya.[[7]]
Menurut
Habel (2015: 15) Peran Guru
dalam PBM merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Apabila
seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
telah menjalankan suatu peran. Seperti halnya guru dan peserta didik, guru memiliki
peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan khususnya pada saat
kegiatan belajar mengajar, karena pada dasarnya peserta didik memerlukan peran
seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan diri dan pengoptimalan
bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Tanpa adanya bimbingan dan arahan dari
guru mustahil jika seorang peserta didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya
secara optimal.
Mulyasa
(2007: 37) mengidentifikasikan sedikitnya sembilan belas peran guru dalam
pembelajaran. Kesembilan belas peran guru dalam pembelajaran yaitu, guru
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu
(innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas,
pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,
emansivator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan Magang 1 yang di laksanakan di SMAN 10 Kota Bengkulu, dapat di simpulkan bahwa proses belajar mengajar di SMAN 10 Kota Bengkulu cukup baik. Saya dapat merasakan dan memahami betapa sulitnya
menjadi seorang Guru yang Profesional. Saya juga dapat mengenal kondisi fisik,
proses belajar mengajar, dan keadaan yang sebernarnya di SMAN 10 Kota Bengkulu. Saya dapat langsung merasakan bagaiamana berhadapan dengan
siswa dalam kelas.
Setelah melaksanakan kegiatan magang ini, Saya mendapatkan
pengetahuan yang lebih untuk situasi dan kondisi lingkungan Sekolah Menengah
atas, cara menghadapi berbagai masalah yang terjadi dalam kelas, dan lain sebagainya.
Maka dari itu saya berharap semoga hasil dari kegiatan Magang 1 ini dapat
berguna bagi saya dan teman-teman ketika berada di lingkunngan masyarakat
nantinya.
B. Saran
Dari hasil kegiatan magang yang telah dilaksanakan, beberapa
saran yang dapat saya berikan yaitu :
1. Sebagai calon guru yang profesional mahasiswa magang harus
melakukan observasi dengan serius dan bertanggungjawab agar memperoleh data
atau informasi sesuai dengan kenyataan di Sekolah yang dituju.
2. Mahasiswa Magang sebaiknya ikut terlibat dalam membangun sekolah,
misalnya: ikut berpartisipasi membantu guru atau karyawan dalam melakukan
sebuah tugas atau pekerjaan.
[2]Ali, Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan,(Bandung: Pustaka Cendikia
Utama, 2010), hlm. 268
[3]Shafique Ali Khan, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali,
(Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 62.
[4]Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural, (Yogyakarta:
Gavin Kalam Utama, 2011), hlm. 111.
[5]Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,
( Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 54.
[6]Abdul Majid &
Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130
No comments:
Post a Comment