1

loading...

Saturday, July 13, 2019

CONTOH LAPORAN HASIL PENGAMATAN DI SMA


CONTOH LAPORAN HASIL PENGAMATAN DI SMA 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi masa depan yang tidak ternilai, untuk itu Kementrian Pendidikan dan Budaya telah berkomitmen bahwa pendidikan bagi generasi emas ini harus dimulai dengan serius dan disiapkan dengan sepenuh hati. Selain itu, bahwa penyemaian generasi emas ini harus dibarengi dengan penyiapan guru profesional melalui suatu sistem pendidikan guru yang bermutu dan akuntabel yaitu melalui kegiatan magang.
Berkaitan dengan usaha untuk menyiapkan calon pendidik yang berkualitas, maka Institut Agama Islam (IAIN) Bengkulu khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) telah mencanangkan suatu program dimana Mahasiswa/I nya akan dibekali pengetahuan serta keterampilan dalam mendidik. Selain itu, program ini merupakan ajang pembelajaran bagi Mahasiswa/I untuk mengetahui bagaimana kelayakan menjadi seorang pendidik yang mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian social dan profesional. Program studi kependidikan mengadakan program magang secara berkala yaitu magang 1, 2, 3 untuk menyiapkan guru yang berkompetensi pedagogik, kepribadian social dan profesional. Pada kesempatan ini praktikan telah melaksanakan program magang 1. Magang 1 merupakan Mata Kuliah berbobot yang dapat mempersiapkan mahasiswa untuk terjun kedunia pendidikan. Pada proses magang 1 ini mahasiswa/I ditekankan untuk melakukan observasi sekolah. Observasi yang dilakukan yaitu meliputi, observasi budaya sekolah, pengamatan terhadap peserta didik, pengamatan terhadap proses pembelajaran dan pengamatan guru dalam PBM.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana budaya sekolah, peserta didik, proses pembelajaran dan guru dalam PBM di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu?
C.  Tujuan Observasi
Tujuan Observasi ini untuk mengetahui budaya sekolah, peserta didik, proses pembelajaran dan guru dalam PBM di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu.

D. Manfaat
Melalui magang 1 ini saya memperoleh pengalaman nyata yang terkait dengan kondisi di SMA NEGERI 10  Kota Bengkulu. Saya dapat menjalin kerja sama dengan warga sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI

A.  Konsep tentang Guru
1.    Pengertian Guru
Secara umum, Pengertian guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.
Definisi guru adalah seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut.[[1]]
Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi juga pendidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para muridnya. Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat memahami bahwa peran guru sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya.
Guru Menurut Beberapa Ahli:
-       Dri Atmaka
Menurut  Dri Atmaka (2004:17), pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual.
-       Husnul Khotimah
Menurut Husnul Khotimah (2008),  pengertian guru adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.
-       Ngalim Purwanto
menurut Ngalim Purwanto, pengertian guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang maupun kepada sekelompok orang.
-       Mulyasa
Menurut Mulyasa, pengertian guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
-       Drs. M. Uzer UsmanMenurut Drs. M. Uzer Usman (1996:15), pengertian guru adalah setiap orang yang berwenang dan bertugas dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal.
-       UU No. 14 Tahun 2005
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
2.    Tugas dan Tanggung Jawab seorang Guru
Adapun beberapa tugas utama guru adalah sebagai berikut:
a.    Mengajar Peserta Didik, Seorang guru bertanggungjawab untuk mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada para murid. Dalam hal ini, fokus utama kegiatan mengajar adalah dalam hal intelektual sehingg para murid mengetahui tentang materi dari suatu disiplin ilmu.
b.    Mendidik Para Murid, Mendidik murid merupakan hal yang berbeda dengan mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, kegiatan mendidik adalah bertujuan untuk mengubah tingkah laku murid menjadi lebih baik. Proses mendidik murid merupakan hal yang lebih sulit untuk dilakukan ketimbang mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Selain itu, seorang guru harus dapat menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya sehingga para murid dapat memiliki karakter yang baik sesuai norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
c.     Melatih Peserta Didik, Seorang guru juga memiliki tugas untuk melatih para muridnya agar memiliki keterampilan dan kecakapan dasar. Bila di sekolah umum para guru melatih murid tentang keterampilan dan kecakapan dasar, maka di sekolah kejuruan para guru memberikan keterampilan dan kecakapan lanjutan.
d.     Membimbing dan Mengarahkan, Para peserta didik mungkin saja mengalami kebingungan atau keraguan dalam proses belajar-mengajar. Seorang guru bertanggungjawab untuk membimbing dan mengarahkan anak didiknya agar tetap berada pada jalur yang tepat, dalam hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan.
e.    Memberikan Dorongan Pada Murid, Poin terakhir dari tugas seorang guru adalah untuk memberikan dorongan kepada para muridnya agar berusaha keras untuk lebih maju. Bentuk dorongan yang diberikan seorang guru kepada muridnya bisa dengan berbagai cara, misalnya memberikan hadiah.
Adapun peran guru adalah sebagai berikut:
-       Sebagai pengajar, yaitu orang yang mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada para anak didiknya.
-       Sebagai pendidik, yaitu orang yang mendidikan muridnya agar memiliki tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
-       Sebagai pembimbing, yaitu orang yang mengarahkan muridnya agar tetap berada pada jalur yang tepat sesuai tujuan pendidikan.
-       Sebagai motivator, yaitu orang yang memberikan motivasi dan semangat kepada muridnya dalam belajar.
-       Sebagai teladan, yaitu orang yang memberikan contoh dan teladan yang baik kepada murid-muridnya.
-       Sebagai administrator, orang yang mencatat perkembangan para muridnya.
-       Sebagai evaluator, orang yang melakukan evaluasi terhadap proses belajar anak didiknya.
-       Sebagai inspirator, orang yang menginspirasi para muridnya sehingga memiliki suatu tujuan di masa depan

3.    Karakteristik guru
Menurut Drs. Moh. Uzer Usman (1996) ada beberapa karakteristik yang melekat pada profesi guru. Beberapa karakteristik dan ciri tersebut yaitu :
a)    Guru harus memiliki fungsi dan signifikasi sosial untuk masyarakat yang ada di sekitarnya.
b)   Guru membutuhkan keterampilan khusus yang dapat diperoleh melalui proses pendidikan yang bertanggung jawab dan juga dapat dipertanggung jawabkan.
c)    Guru harus memiliki kompetensi yang ditopang oleh sebuah fokus disiplin ilmu tertentu (a systematic body of knowledge)
d)   Profesi guru harus memiliki kode etik yang melekat dan mengikat dimana ketika kode etik ini dilanggar, maka ada sangsi tegas terhadap pelanggarnya.
e)    Guru berhak mendapatkan imbalan berupa kompensasi secara material ataupun finansial sebagai balas jasa dari apa yang telah dilakukannya.

4.    Etika Guru dalam Pembelajaran
Etika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral, yaitu mengenai nilai, ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang benar. Perilaku etika dapat meliputi:
a.    Pertanggungjawaban (reponsibility)
b.    Pengabdian (dedication)
c.    Kesetiaan (loyalitas)
d.    Kepekaan (sensitivity)
e.    Persamaan (equality)
f.     Kepantasan (equity)
Beberapa calon guru memiliki perasaan takut atau ragu-ragu di dalam menghadapi tugas praktik mengajar, tetapi perasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah terjun dan mengikuti latihan mengajar di kelas atau di sekolah.
Cara pandangan guru yang baik adalah tidak terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya, namun harus meliputi seluruh kelas, bersikap tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar yang sehat, suara yang terang dan jelas dan diadakan variasi sehingga suara yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak
Etika guru Indonesia
Di dalam etika guru Indonesia dituliskan dengan jelas bahwa guru membimbing murid untuk membentuk mereka menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya, terhadap pekerjaan dan terhadap tempat kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang baik. Berikut beberapa etika yang harus dimiliki oleh seorang guru:
-       Etika guru terhadap peserta didiknya
Guru sebaiknya memberi contoh yang baik bagi muridnya. Keteladanan seorang guru adalah perwujudan realisasi kegiatan belajar mengajar dan menanamkan sikap kepercayaan kepada murid. Guru yang berpenampilan baik dan sopan akan mempengaruhi sikap murid demikian juga sebaliknya. Selain itu di dalam memberikan contoh kepada murid, guru harus bisa mencontohkan bagaimana bersifat objektif dan terbuka pada kritikan serta menghargai pendapat orang lain.
-       Etika guru terhadap pekerjaan
Sebagai seorang guru adalah pekerjaan yang mulia. Guru harus melayani masyarakat di bidang pendidikan secara profesional. Supaya bisa memberikan layanan yang memuaskan pada masyarakat maka guru harus bisa menyesuaikan kemampuan serta pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat.
-       Etika guru terhadap tempat kerja
Suasana yang baik ditempat kerja bisa meningkatkan produktivitas. Kinerja guru yang tidak optimal bisa disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak memberi jaminan pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.
Pendekatan pembelajaran kontekstual bisa menjadi pemikiran bagi guru supaya lebih kreatif. Strategi belajar yang membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan situasi akan mendorong murid mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap profesional guru pada tempat kerja adalah dengan cara menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan tempat kerja dan lingkungan. Etika guru sangat dibutuhkan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

B.  Konsep tentang Siswa
1.     Pengertian Siswa
Pengertian Siswa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian siswa berarti orang (anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah).
Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, pengertian siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.[[2]]
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah murid/anak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik murid. Itulah sebabnya murid atau anak didik adalah merupakan subjek belajar.
Dengan demikian, tidak tepat kalau dikatakan bahwa murid atau anak didik itu sebagai objek (dalam proses belajar-mengajar). Memang dalam berbagai statment dikatakan bahwa murid/anak didik dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, memerlukan pembinaaan, pembimbingan dan pendidikan serta usaha orang lain yang dipandang dewasa, agar anak didik dapat mencapai tingkat kedewasaanya. Hal ini dimaksudkan agar anak didik kelak dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, warga negara, warga masyarakat dan pribadi yang bertanggung jawab.
Pernyataan mengenai anak didik sebagai kelompok yang belum dewasa itu, bukan berarti bahwa anak didik itu sebagai makhluk yang lemah, tanpa memiliki potensi dan kemampuan. Anak didik secara kodrati telah memiliki potensi dan kemampuan-kemampuan atau talent tertentu. Hanya yang jelas murid itu belum mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan talent atau potensi dan kemampuannya. Oleh karena itu, lebih tepat kalau siswa dikatakan sebagai subjek dalam proses belajar-mengajar, sehingga murid/anak didik disebut sebagai subjek belajar.

2.    Tugas Siswa
Selain guru, murid pun mempunyai tugas untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentingan dirinya sendiri. Adapun tugas tersebut ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek yang berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang berhubungan dengan administrasi.[[3]]
a.    Aspek yang berhubungan dengan Belajar
Kesalahan-kesalahan dalam belajar sering dilakukan murid, bukan saja karena ketidaktahuannya, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaannya yang salah. Adalah menjadi tugas murid untuk belajar baik yang menghindari atau mengubah cara-cara yang salah itu agar tercapai hasil belajar yang maksimal.
Hal-hal yang harus diperhatikan murid agar belajar menjadi efektif dan produktif, di antaranya:
-       Murid harus menyadari sepenuhnya akan arah dan tujuan belajarnya, sehingga ia senantiasa siap siaga untuk menerima dan mencernakan bahan. Jadi bukan belajar asal belajar saja.
-       Murid harus memiliki motif yang murni (intrinsik atau niat). Niat yang benar adalah “karena Allah”, bukan karena sesuatu yang ekstrinsik, sehingga terdapat keikhlasan dalam belajar. Untuk itulah mengapa belajar harus dimulai dengan mengucapkan basmalah.
-       Harus belajar dengan “kepala penuh”, artinya murid memiliki pengetahuan dan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya (apersepsi), sehingga memudahkan dirinya untuk menerima sesuatu yang baru.
b.    Aspek yang berhubungan dengan Bimbingan
Semua murid harus mendapat bimbingan, tetapi tidak semua murid khususnya yang bermasalah, mempergunakan haknya untuk memperoleh bimbingan khusus. Hal itu mungkin disebabkan oleh karena berbagai “perasaan” yang menyelimuti murid, atau karena ketidaktahuannya, dan mungkin juga disebabkan oleh karena guru/sekolah tidak membuka kesempatan untuk itu, dengan berbagai alasan.
Guru berkewajiban memperhatikan masalah ini dan menjelaskan serta memberi peluang kepada murid untuk memperoleh bimbingan dan penyuluhan. Jika hal itu telah disampaikan guru dengan lurus dan benar, maka menjadi tugas muridlah kini untuk mempergunakan hak-haknya dalam mendapatkan bimbingan/penyuluhan.
Kesadaran murid akan guna bimbingan belajar serta bimbingan dalam bersikap, agar dirinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta melaksanakan sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari, amat diharapkan. Dan untuk itu, maka menjadi tugas muridlah untuk berpartisipasi secara aktif, sehingga bimbingan itu dapat dilaksanakan secara efektif. Keikutsertaan itu dibuktikan, di antaranya dengan:
-       Murid harus menyediakan dan merelakan diri untuk dibimbing, sehingga ia memahami akan potensi dan kemampuan dirinya dalam belajar dan bersikap. Kesedian itu dinyatakan dengan kepatuhan dan perasaan senang jika dipanggil atau memperoleh kesempatan untuk mendapat bimbingan khusus.
-       Menaruh kepercayaan kepada pembimbing dan menjawab setiap pertanyaan dengan sebenarnya dan sejujurnya. Demikian pula dalam mengisi “lembaran isian” untuk data bimbingan.
-       Secara jujur dan ikhlas mau menyampaikan dan menjelaskan berbagai masalah yang diderita atau dialaminya, baik ketika ia ditanya maupun atas kemauannya sendiri, dalam rangka mencari pemecahan atau memilih jalan keluar untuk mengatasinya.
-       Berani dan berkemauan untuk mengekspresikan atau mengungkapkan segala perasaan dan latar belakang masalah yang dihadapinya, sehingga memudahkan dan memperlancar proses penyuluhan.
c.    Aspek yang berhubungan dengan Administrasi
Aspek ini berkenaan dengan keturutsertaan murid dalam pengelolaan ketertiban, keamanan dan pemenuhan kewajiban administratif, sehingga memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pengajaran serta keberhasilan belajar itu sendiri. Tugas murid sehubungan dengan aspek administrasi, meliputi:
·      Tugas dan kewajiban terhadap sekolah, yaitu:
-       Menaati tata tertib sekolah.
-       Membayar SPP dan segala sesuatu yang dibebankan sekolah kepadanya, sepanjang sesuai dengan peraturan yang berlaku
-       Turut membina suasana sekolah yang aman, tertib dan tenteram, di mana suasana keagamaan menjadi dominan.
-       Menjaga nama baik sekolah di manapun ia berada dan menjadi “kebanggaan” baginya mendapat kesempatan belajar pada sekolah yang bersangkutan.
·      Tugas dan kewajiban terhadap kelas, yaitu:
-       Senantiasa menjaga kebersihan kelas dan lingkungannya.
-       Memelihara keamanan dan ketertiban kelas sehingga suasana belajar menjadi aman, tenteram dan nyaman.
-       Melakukan kerja sama yang baik dengan teman sekelasnya dalam berbagai urusan dan kepentingan kelas serta segala sesuatunya dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat.
-       Memelihara dan mengembangkan semangat dan solidaritas, kesatuan dan kebanggaan, suasana keagamaan dalam kelas, sehingga memberi peluang untuk mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dan berlomba-lomba untuk kebaikan.
·      Tugas dan kewajiban terhadap kelompok, yaitu:
-       Membentuk kelompok belajar bersama untuk memperoleh berbagai pemahaman dan pengalaman dalam mempelajari bahan pelajaran melalui penelaahan dan diskusi kelompok.
-       Mengembangkan pola sikap keagamaan dan mempergunakan waktu senggang untuk belajar bersama, bersilaturrahmi dengan keluarga dan anggota kelompoknya dan saling membantu, serta melakukan berbagai kegiatan yang bersifat rekreatif, sehingga terwujud rasa ukhwah Islamiah di antara mereka.
-       Memelihara semangat dan soladaritas kelompok, saling mempercayai dan saling menghargai akan kemampuan masing-masing anggota kelompok, sehingga belajar menjadi lebih terarah dan bermakna bagi diri masing-masing.
C.  Tradisi Sekolah (Budaya Sekolah)
1.    Pengertian Budaya
Pengertian Budaya Zamroni mengatakan bahwa budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak.[[4]]
Budaya dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan memecahkannya.
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, sekolah, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam lingkungan masyarakat, organisasi dan sekolah dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas kelompok secara keseluruhan.

2.    Pengertian Budaya Sekolah
Pengertian Budaya Sekolah Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “ budaya “ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Kebudayaan sendiri adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dan lain-lain)
Terdapat beberapa definisi mengenai pengertian budaya sekolah menurut pendapat beberapa pakar. Short dan Greer mendefinisikan bahwa budaya sekolah merupakan keyakinan, kebijakan, norma, dan kebiasaan dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah.
 Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesama, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik, antar tenaga kependidikan, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta didik, dan antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah. Zamroni memberikan batasan bahwa budaya sekolah adalah pola nilai- nilai, prinsi-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, budaya sekolah dikembangkan dalam jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah Warga sekolah menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terdiri dari peserta didik, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendidik serta komite sekolah. Salah satu subyek yang diambil dalam penelitian budaya sekolah ini yaitu peserta didik (siswa).
 Zamroni mengemukakan penting sebuah sekolah memiliki budaya atau kultur. Sekolah sebagai suatu organisasi harus memiliki:
a.    Kemampuan untuk hidup, tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada, dan
b.    Integrasi internal yang memungkinkan sekolah untuk menghasilkan individu atau kelompok yang memiliki sifat positif. Suatu organisasi termasuk sekolah harus memiliki pola asumsi-asumsi dasar yang dipegang bersama seluruh warga sekolah.
Memperhatikan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan pola-pola yang mendalam, kepercayaan nilai, dan tradisi yang terbentuk dari rangkaian, kebiasaan dan sejarah sekolah, serta cara pandang dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada di sekolah. Sehingga dapat dikemukakan bahwa budaya sekolah merupakan nilai-nilai penting yang diyakini dan dipercaya sebagai suatau system yang terbangun melalui waktu yang panjang, nilai-nilai dalam budaya sekolah tersebut menjadi pendorong kesadaran bagi warga sekolah sehingga tercipta sikap-sikap positif dan perilaku harmonis di lingkungan sekolah.

D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1.    Pengertian Pembelajaran Agama Islam (PAI)
Pengertian Pembelajaran PAI Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere”yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.1 Kegiatan belajar dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pembelajaran adalah kegiatan dimana guru melakukan perananperanan tertentu agar siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Strategi pengajaran merupakan keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.2 Pembelajaran dalam konteks pendidikan merupakan aktivitas pendidikan berupa pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan.
Selain itu, pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka, disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[[5]]
Dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada serangkaian yang saling mendukung antara lain:
a.    Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.
b.    Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
c.    Pendidik/ Guru (GBPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut beberapa ahli:
-       Menurut Zakiyah Darajdat (1989; 87) yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.
-       Tayar Yusuf (1986; 35) mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa kepada Allah.[[6]]
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwasannya dalam penyampaian PAI maupun menerima PAI adalah dua hal yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh peserta didik dan guru untuk untuk meyakini akan adanya suatu ajaran kemudian ajaran tersebut difahami, dihayati dan setelah itu diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi disitu juga dituntut untuk menghormati agama lain.
Sedangkan dalam buku “Ilmu pendidikan Islam” yang ditulis H.M. Arifin dikatakan Pendidikan agama Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Dengan istilah lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita Islam. Pengertian pendidikan agama Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hambah Allah. Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai tersebut juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan. Sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis kematangan yang mengutungkan.
Sedangkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang yang baik dalam kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.    Fungsi Pembelajaran PAI
Fungsi Pembelajaran PAI Dalam sebuah usaha sadar yang dilakukan pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai dari sebuah usaha tersebut. Begitu juga dengan Pembelajaran PAI yang dilakukan di sekolah-sekolah. Zakiyah Darajdad dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
Tujuan Pendidikan Agma Islam yaiu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin mana sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat, yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efekif.
Selain itu, pembelajaran Agama Islam juga mempunyai fungsi sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Serta sebagai wahana pengembangan sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah didapat dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Darajdad berpendapat bahwa sebagai sebuah bidang studi di sekolah, pengajaran agama Islam mempunyai tiga fungsi, yaitu: perama, menanamtumbuhkan rasa keimanan yang kuat; kedua, menanamkembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal ibadah, amal saleh dan akhlak yang mulia; dan ketiga, menumbuh kembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugrah Allah SWT kepada manusia. Dari pendapat diatas dapat diambil beberapa hal tentang fungsi pembelajaran PAI yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.    Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pesera didik kepada Allah SWT yang ditanamkan dalam lingkup pendidikan keluarga.
b.    Pengajaran, yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.
c.    Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sesuai denga ajaran agama Islam.
d.    Pembiasaan, melatih peserta didik untuk selalu mengamalkan ajaran Islam, menjalankan ibadah dan berbuat baik.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Jenis Observasi
Pada pelaksanaan observasi, dikenal beberapa jenis observasi yang dapat digolongkan dasi segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi (participant abservation), pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured observation) dan pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation), situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).
1.    Observasi partisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) turut mengambil bagian dari situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta didik) yang diobservasi. Misalnya konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan peserta didik disekolah, misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan sebagainya sehingga konselor dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati.
2.    Observasi nonpartisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut mengambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta didik) yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi penomton. Misalnya konselor mengamati peserta didik saat melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya.  Sehingga konselor dapat mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamat.
3.    Observasi sistematis/terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan  menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati, waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan pengamatan, apa yang akan diamati, metode pencatatan hasil pengamatan yang akan digunakan, siapa yang akan melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan ini gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati telah ditentukan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan.
4.    Observasi nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada jenis nonsistematis, pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol pada proses pengamatan.
5.    Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.
6.    Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format eksperimen.
7.    Percampuran antara dua situasi
Merupakan percampuran antara situasi bebas dan manipulasi situasi , Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas.

Pada penelitian di SMAN 10 Kota Bengkulu kami menggunakan jenis Observasi nonpartisipasi dan pengamatan sistematis/terstruktur.

B.  Waktu dan Tempat Penelitian (Observasi)
Waktu Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2019 dan Tempat Penelitian (Observasi) di SMAN 10 Kota Bengkulu, Jalan Padang Cengkeh, Suka Rami, Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu 38216.

C.  Sumber Informasi
Yang dimaksud dengan sumber informasi dalam penelitian adalah subyek dari mana informasi dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber informasi yaitu :
1.    Sumber data primer
 Yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber informasi primer dalam penelitian ini adalah guru PAI dan Siswa/I SMAN 10 Kota Bengkulu,
2.    Sumber data skunder
Yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumentasi dan angket merupakan sumber data sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data penelitian ini meliputi siswa, guru, dokumen hasil pembelajaran, dan proses pembelajaran. Adapun teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.    Metode Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran dikelas. Pengamatan ini dilakukan dikelas XI IPS 2 dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMAN 10 Kota Bengkulu.
2.    Metode Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru yang melaksanakan pembelajaran. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dan wawancara ini kami tujukan kepada Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMAN 10 Kota Bengkulu.
3.    Dokumentasi
Berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

E.  Teknik Analisis Data
1.    Editing
Editing merupakan proses pengolahan data mentah yang diperoleh saat penelitian dan dirangkum serta dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
2.    Koding
Koding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para informan ke dalam kategori-kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode pada masing-masing jawaban Ada dua langkah di dalam melakukan koding,yaitu:
a.    Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan.
b.    mengalokasikan jawaban-jawaban informan pada kategori-kategori tersebut.
3.    Interpretasi
Tahap akhir dalam menganalisis data adalah kegiatan interpretasi yakni untuk arti lebih luas dari jawaban yang diperoleh dari hasil penemuan yang sudah ada.
 BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.  Hasil Penelitian
1.    Mengamati Budaya Sekolah (kebiasaan, suasana dan tata cara berperilaku atau bertindak) SMAN 10 Kota Bengkulu
a.    Guru
Guru selalu memberi salam saat memasuki kelas, guru memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya, guru-guru disekolah menunjukan keteladanan dan layak menjadi panutan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah ini, para guru selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya. Motivasi kerja guru disekolah sudah sangat memadai.
b.    Siswa
Siswa jarang memberi salam saat memasuki kelas. Sebelum memulai pembelajaran siswa selalu berdo’a bersama. Para siswa jarang menyapa dan mengucapkan salam jika bertemu dengan guru. Dalam percakapan sehari-hari dengan sesama siswa, para siswa jarang menggunakan bahasa yang sopan dan dapat menunjukkan terpelajarnya.
c.       Tata Tertib
-       Tata tertib siswa selalu diberitahukan sejak awal siswa memasuki sekolah ini, dengan disertai pernyataan kesanggupan siswa untuk memetuhinya.
-       Dalam berbagai kesempat, Guru maupun Kepala Sekolah selalu mengingatkan tentang isi dan kensekwensi dari tata tertib siswa kepada para siswa.

2.    Pengamatan Terhadap Peserta Didik
Dalam aspek fisik, fisik siswa dalam suatu kelas bervariasi ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang tinggi, ada yang pendek. Dalam aspek intelektual juga berbeda-beda ada  yang daya serapnya cepat, ada yang sedang dan ada juga yang daya serapnya lambat. Sosial-emosional, dalam hubungan dengan teman-teman yang lain ada siswa yang cepat marah, egonya masih ada, ada yang sabar, rasa ingin memiliki sesuatu sangat tinggi.
Moral, tingkah laku peserta didik ada yang disiplin tepat waktu, disiplin dalam berpakaian, disiplin dalam kebersihan lingkungan dan ada juga yang tidak. Sikap saling menghargai dan saling tolong menolong antar sesama.
Siswa mempunyai kemampuan dan potensi yang berbeda-beda dalam proses pembagian jurusan IPA dan IPS setiap siswa memilih jurusan yang diminatinya apakah jurusan IPA atau IPS tergantung dengan potensi yang dimilikinya.

3.    Pengamatan terhadap Proses Pembelajaram
Guru menjelaskan materi pelajaran secara terpadu, terperinci, jelas dan cepat, sehingga peserta didik dapat  mencapai hasil belajar yang optimal salah satu yang efektif dalam proses pembelajaran di kelas yang dilakukan guru yang ada di SMAN 10Kota Bengkulu terutama pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah konsep pembelajara kooperatif dimana siswa guru saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran yang terpadu tersebut siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran  menjadi bermakna bagi siswa.
Selain metode diatas guru juga memberikan Metode pemberian tugas. cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif. Contohnya seperti, Kuis dll.

4.    Pengamatan terhadap Guru dalam PBM
a.    Kompetensi pedagogik
-       Guru selalu memperhatikan siswa yang belum memahami materi yang disampaikan.
 Contoh nya, guru menanyakan kepada siswa setiap setelah selasai membahas materi yang disampaikan.
-       Guru selalu menyapa siswa yang tidak memperhatikan guru menjelaskan materi.
Contohnya, guru menegur siswa yang ngobrol dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan materi.
-       Dalam PMB, guru selalu menyuruh siswa secara acak untuk menjelaskan materi yang didiskusikan dan guru selalu member penguatan pada setiap materi yang penting.
-       Guru member penghargaan bagi siwa yang yang menyerap materi yang disampaikan.
Contohnya, setelah menjelaskan guru memberi pertanyaan kepada siswa secara acak, apabila siswa tersebut bias menjajab akan diberi nilai tambah.
b.    Kompetensi kepribadian
-       Guru selalu berpakaian rapi dalam mengajar
-       Guru selalu berpenampilan sebagai pendidik (Guru)
-       Guru selalu berbicara santun dengan siswa
-       Guru selalu disiplin dalam melaksanakan tugas mengajar
-       Guru selalu menjadi inspirator bagi siswa dalam belajar
c.    Kompetensi sosial
-       Guru selalu menggunakan kata yang tidak menyinggung orang lain dalam bicara.
-       Guru selalu dapat berkomunikasi baik dengan semua orang tanpa melihat ras, suku dan agama.
-       Guru selalu berkomunikasi dengan orang secara baik, tanpa memperhatikan status/pekerjaan orang tersebut.
-       Guru selalu berkomunikasi dengan lancar, tanpa melihat tempat/lokasi.

B.  Pembahasan  
1.    Pengertian Budaya Sekolah/kultur sekolah
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesama, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik, antar tenaga kependidikan, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta didik, dan antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah.
Faktor pembentuk kultur sekolah misalnya adalah nilai, moral, sikap dan perilaku siswa tumbuh berkembang selama waktu di sekolah, dan perkembangan mereka tidak dapat dihindarkan yang dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah, serta oleh interaksi mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah, guru, materi pelajaran dan antar siswa sendiri. Aturan sekolah yang ketat berlebihan dan ritual sekolah yang membosankan tidak jarang menimbulkan konflik baik antar siswa maupun antara sekolah dan siswa. Sebab aturan dan ritual sekolah tersebut tidak selamanya dapat diterima oleh siswa. Aturan dan ritual yang oleh siswa diyakini tidak mendatangkan kebaikan bagi mereka, tetapi tetap dipaksakan akan menjadikan sekolah tidak memberikan tempat bagi siswa untuk menjadi dirinya.

2.    Peserta Didik
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

3.    Proses pembelajaran
Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bias dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Menurut pendapat Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebaga “segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007:12) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.
Pengertian proses pembelajaran antara lain:
-       menurut Rooijakkers (1991:114):
“Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan”
-       Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel (1991:200)
“proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

4.    Guru dalam PBM
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta didik memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Tanpa adanya seorang guru, mustahil seorang peserta didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini berdasar pada pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi semua kebutuhannya.[[7]]
Menurut Habel (2015: 15) Peran Guru dalam PBM merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Apabila seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan suatu peran. Seperti halnya guru dan peserta didik, guru memiliki peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan khususnya pada saat kegiatan belajar mengajar, karena pada dasarnya peserta didik memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Tanpa adanya bimbingan dan arahan dari guru mustahil jika seorang peserta didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Mulyasa (2007: 37) mengidentifikasikan sedikitnya sembilan belas peran guru dalam pembelajaran. Kesembilan belas peran guru dalam pembelajaran yaitu, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansivator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.

BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari kegiatan Magang 1 yang di laksanakan di SMAN 10 Kota Bengkulu, dapat di simpulkan bahwa proses belajar mengajar di SMAN 10 Kota Bengkulu cukup baik. Saya dapat merasakan dan memahami betapa sulitnya menjadi seorang Guru yang Profesional. Saya juga dapat mengenal kondisi fisik, proses belajar mengajar, dan keadaan yang sebernarnya di SMAN 10 Kota Bengkulu. Saya dapat langsung merasakan bagaiamana berhadapan dengan siswa dalam kelas.
Setelah melaksanakan kegiatan magang ini, Saya mendapatkan pengetahuan yang lebih untuk situasi dan kondisi lingkungan Sekolah Menengah atas, cara menghadapi berbagai masalah yang terjadi dalam kelas, dan lain sebagainya. Maka dari itu saya berharap semoga hasil dari kegiatan Magang 1 ini dapat berguna bagi saya dan teman-teman ketika berada di lingkunngan masyarakat nantinya.

B.  Saran
Dari hasil kegiatan magang yang telah dilaksanakan, beberapa saran yang dapat saya berikan yaitu :
1.    Sebagai calon guru yang profesional mahasiswa magang harus melakukan observasi dengan serius dan bertanggungjawab agar memperoleh data atau informasi sesuai dengan kenyataan di Sekolah yang dituju.
2.    Mahasiswa Magang sebaiknya ikut terlibat dalam membangun sekolah, misalnya: ikut berpartisipasi membantu guru atau karyawan dalam melakukan sebuah tugas atau pekerjaan.


[1]Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm. 33.
[2]Ali, Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan,(Bandung: Pustaka Cendikia Utama, 2010), hlm. 268
[3]Shafique Ali Khan, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 62.
[4]Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural, (Yogyakarta: Gavin Kalam Utama, 2011), hlm. 111.
[5]Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 54.
[6]Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130
[7] E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda, 2005), hlm. 37.

No comments:

Post a Comment