1

loading...

Tuesday, July 2, 2019

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN "KONSENTRASI BELAJAR"


MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN "KONSENTRASI BELAJAR"

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar  Belakang
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian yang erat kaitannya dengan memori (ingatan). Konsentrasi memegang peranan penting bagi seorang anak untuk mengingat, merekam, melanjutkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah. Kemampuan untuk mengingat, merekam, dan mengembangkan materi pelajaran yang baik memungkinkan anak memperoleh prestasi yang optimal. Pada masa ini, konsep pemikiran siswa sangat mudah dipengaruhi lingkungan sekitar. Konsentrasi belajar siswa dengan mudah terganggu. Banyak faktor yang menyebabkan siswa kehilangan konsentrasi, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan gangguan itu kinerja gelombang otak yang hanya mampu berkonsentrasi selama lima belas menit menurun. Faktor-faktor tersebut sangat erat dan merupakan rutinitas dari semua orang didalam lingkungan sekolah, baik itu pendidik maupun peserta didik.
Karena hal yang demikian kenyataannya bahwa “belajar” dan “mengajar” adalah masalah setiap orang, maka jelaslah kiranya peril dan pentingnya menjelaskan dan merumuskan masalah belajar itu terlebih bagi kita calon pendidik professional kita harus melakukan metode dan cara yang pas agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa itu konsentrasi?
2.    Faktor apa saja yang mempengaruhi belajar?
3.    Apa itu faktor internal? Dan apa saja faktor internal itu?
4.    Apa itu faktor eksternal? Dan apa saja faktor eksternal itu?

C.    Tujuan dan Manfaat
1.    Mahasiswa dapat mengetahui apa itu konsentrasi
2.    Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal apa saja yang berpengaruh dalam proses belajar.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor internal dan komponen-komponen dalam faktor internal itu.
4.    Mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor eksternal dan komponen-komponen dalam faktor eksternal itu.

BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar” ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru seara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semau kecakapan, keterampilan, pengetahaun, kebiasaan, kegemaran dan sikap manuasia terbentuk, dimodifikasi dan dikembangkan karena belajar.[1]
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan diri seseorang merupakan perubahan dalam belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak obil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan kedalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dala aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.[2]
      B.     Pengertian Konsentrasi
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Konsentrasi adalah sebuah peusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal yang ada atau sebuah objek. Seperti halnya saat kita belajar. Tentunya kita berusaha untuk konsentrasi pada pelajaran yang menjadi objek.
Menurut asal katanya, konsentrasi atau concentrate (kata kerja) berarti memusatkan, dan dalam bentuk kata bentuk kata benda, concentration artinya pemusatan. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran pada suatu hal dengan cara menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan. Siswa yang berkonsentrasi belajar dapat diamati dari beberapa tingkah lakunya ketika proses belajar mengajar.
Menurut pendapat lain konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka malah terpecahpecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi semakin kabur dan tidak terarah.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa secara umum konsentrasi merupakan suatu proses pemusatan pikiran terhadap suatu objek tertentu. Berarti tindakan atau pekerjaan itu dilakukan dengan sungguhsungguh dengan memusatkan seluruh panca indra yang kita miliki bahkan yang bersifat abstrak sekalipun seperti perasaan. Konsentrasi ketika mendengarkan guru menyampaikan materi saat proses pembelajaran berlangsung yang harus kita lihat, dengar dan simak dengan sungguhsungguh, bertanyanya bila diperlukan, mencatat bila terdapat pembahasan yang sangat penting agar maksud maupun tujuan yang disampaikan dapat kita terima dengan baik.
      C.    Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar adalah terpusatnya perhatian siswa pada proses pembelajaran yang berlangsung tanpa melakukan hal-hal lain. Menurut Dimyati dan Mudjiono, “Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.” Jika seorang siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, bisa jadi ia tidak dapat menikmati proses belajar yang dilakukannya. Hal ini bisa saja dikarenakan mata pelajaran yang dipelajari dianggap sulit sehingga tidak dapat menyukai pelajaran tersebut, guru yang menyampaikan tidak disukai karena beberapa alasan, suasana dan tempat tidak menyenangkan, atau bahkan cara penyampaiannya membosankan. Gangguan konsentrasi pada saat belajar banyak dialami oleh para siswa terutama dalam mempelajari mata pelajaran yang mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi misalnya pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pasti dan mata pelajaran yang termasuk kelompok ilmu social.[3]
    D.    Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Konsenterasi Belajar
Faktor-faktor yang  mepengaruhi konsentrasi belajar banyak jenisnya,tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada didalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstrn adalah faktor yang ada diluar individu.
    A.    Faktor Intern
Faktor intern ialah faktor yang berasal dari dalam diri setiap individu peserta didik itu sendiri, yang dapat mempengaruhi cara dan kualitas belajarnya.[4]  Faktor-faktor tersebut antara lain:
    1.      Faktor Jasmaniah
    a)      Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan berseeta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaaan atau hal sehat. Kesehatan seseoran berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu bila kesehatannya terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rakreasi dan ibadah.[5]
Jasmani yang sehat diperoleh dari makanan yang sehat, yang mengandung: Nutrisi, karbohidrat, vitamin, protein dan sedikit lemak.[6]
     b)      Cacat Tubuh
Cacat  tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mepengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lemaga pendidikan khusus atau diusahakan alat  bantu agar dapat menghidari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
    2.      Faktor Psikologi
     a)      Inteligensi
Untuk memberikan pegertian tentang inteligensi, J. P. Chaplin  merumuskan sebagai berikut:
(1) The ability to meet and adapt to novel situations quikly and effectively.
(2) The ability to utilize abstract concepts effectively.
(3) The ability to grasp relationships and learn quickly.
     Jadi inteligensiitu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-knsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
     Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa ya ng menpunyai inteligensi yamg rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai timgkat inteligensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan faktor yang menpengaruhuinya, sedangkan inteligensi adalah salah satu faktor diantara faktor lain.
    b)      Perhatian
Perhatian menurut ghazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Intuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga dia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara meggusahakan pelajaran itu sesuai hobi dan bakatnya.
     c)      Minat
     Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: “interest is persinting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”.
     Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti degan perasaan senang dari situ diperoleh kepuasan.
     Minat besar pegaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dandisimpan, karena minat menambah daya belajar.
     Jika terdapat siswa yang kurang minat terhadap belajar, dapatlah diusahakna agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara ,menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitanya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
    d)      Bakat
            Bakat adalah aptitude menurut Hilgard adalah: “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
            Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai denganbakatnya, maka hasil belajarnya lebi baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar disekolah yang sesuai dengan bakatnya.
    e)      Motif
            James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut: motive is an effective-conantive factor which operates in determeaning the direction of an individual’s behavior to wards an and or goal, consioustly apprehended or unconsioustly”.
Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dpat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorong.
            Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motif diatas juga dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara membereikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengfaruhi oleh keadaan lingkungan. Jadi motif itu sangat perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat.
     f)       Kematangan
     kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siuap untuk berfikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pengajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belumdapat melaksanakan kecakapannyan sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baruuntuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
    g)      Kesiapan
     kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk member respons atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melakukan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
    h)     Faktor Kelelahan
     Keleahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam , kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan ingin membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadinya kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
     Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahn sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/ konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa, dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian.
                             Agar siswa dapat belajar dengan baik harusnya menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dan kelelahan.
Kelelahan baik jasmani ataupun rohani dapat dihilangkan dengan cara berikut:
1.    Tidur,
2.    Istirahat,
3.    Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam belajar,
4.    Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok,
5.    Rekreasidan ibadah yang teratur,
6.    Olahraga secara teratur, dan
7.    Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya memenuhi empat sehat lima sempurna,
8.    Jika kelelahan yang sangat serius cepat-cepat hubungi seorang ahli, misalnya dokter, bidan, dll.
    B.     Faktor-Faktor Ekstern
Faktor ekstern ialah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik itu, yang juga dapat mempengaruhi cara dan kualitas belajarnya.  Faktor-faktor tersebut antara lain.[7]
                       Faktor ekstren yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1.         Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
a)      Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh SutjiptoWirowidjojo denga  pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama,.keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil., tetapi bersifat menentukan pendidiknan dalam ukuran  yang besar yaitu pendidikan kebangsaan, negara dan dunia.
Orang  tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnay mereka acuh tah acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak bekajar atau tidak, tidak mau tau bagaimana kemajuan belajar anaknya,kesulitan-kesulitan yang dialami dalmbelajar,.
     Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah car mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tidak samapai hati utnuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan, adalah tidak benar, karena jika hal itu dibiarkan berlarut-larut anak akan menjadi anak yang nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara yang terlalu keras, adalah cara mendidik yang juga salah. Dengan demikian anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan itu semakin serius anak mengalami gangguan kejiwaan akibat dari tekanan-tekanan tersebut.
b)      Relasi Anggota Keluarga
Relasi anggota keluarga yang sangat penting adalah relasi ornag tua dengan anaknya. Selain relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya hubungan yang penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuhdan sebagainya.
Sebenarnya relasi antara anggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Uraian cara orang tua mendidik diatas menunjukkan relasi yang tak baik. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh perhatian, pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
c)      Suasana Rumah
Suasan rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berad dan belajar. Suasana rumah merupakan suatu hal yang penting yang tidak termasuk faktoryang disengaja. Suasana rumah ynag gaduh /ramai dan semrawut tidak memberikan ketenangan kepada anak yang belajar.     Suasana tersebut dapat terjadi pad keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnaya kacau.
Rumah yang sering dipakai untuk keperluan-keperluan, misalnya untuk resepsi, pertemuan, pesta-pesta, upacara keluarga, dapat menganggu belajar anak,terutama untuk berkonsentrasi.
Selanjutnya agar anak dapatbelajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Didalam suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik. 
d)      Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya denga belajar anak. Anak yang sering belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pkoknya,misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin,kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak  selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal itu pasti akan menganggu belajar anak. Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang begitu akan menganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang srrba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluargayang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk lebih giat belajar dan akhirnya sukses besar.
Sebaiknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut juga dapat menganggu belajar anak.
e)      Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu doronga dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib member pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
f)       Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. 
2.         Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa terhadap siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar belajar, kondisi gedung, metode belajar dan tugas rumah.
a)      Metode Mengajar
Metode belajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Mengajar itu sendirimenurut Ign. S. ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar dia menerima., menguasai dan mengembangkannya. Didalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut diatas disebut sebagai murid/siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebihmengembangkan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.
Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siwa dan atau terhadap pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Guru bisa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan  baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
b)      Kurikulum
            Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkang bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu yang mempengaruhi belajar siswa. Kurikulumyang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, diatas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu dingat bahwa sistem instuksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Gru perlu mendalami siwa yang baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanan yang demikian.
c)      Relasi Guru Dengan Siswa
Proses belajar menggajar terjadi antara guru dengan siswa. Prose tersebut juga dipengaruhi dengan relasi yang ada dalam prose situ sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Didalam relasi guru dengan siswa yang baik, siwa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikanya, akibatnya pelajaran tidak maju.
Guru yang berinteraksi denga  siswa secara akab, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa juga merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secar aktif dalam belajar.
d)      Relasi Siswa Dengan Siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak melihat didalm kelas bahwa ada grup yang slaing bersaing secara tidak sehat. Iwa kelas tidak terbina, bahkan hubunga msing-masing siswa tidak tampak.
Siswa yang memiliki sifat-sifat atua tingkah laku yang kurang menytenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanantekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan menganggu belaarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengn alasan-alasan yang tidak-tidak karena mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-tenannya. Jika halini terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali kedalam kelompoknya.
Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah perlu., agar siswa memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
e)      Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajian siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung,, dan halaman sekolah maupun lain-lainnya. Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta sswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siwa.
Seluruh staf staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh positif terhadap belajarnya. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siwa harus disiplin dalam belajar baik disekolah, dirumah dan diperpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
f)       Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat peelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajardipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu, alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, mak belajarnya akan lebih giat dan lebih maju.
Kenyataannya saat ini dengan banyaknya tuntunan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang pula, seperti buku-buku diperpustakaan, laboraturium atau media-media lain. Kebanyakaan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.
g)      Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah, waktu itu dapat pagi, siang, soremalam hari.waktu sekolah juag mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi terpaksa siwa harus masuk disore hari, sebenarnya kurang dpat dipertanggung jawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah., hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya siswa belajar dipagi hari, pikiran masih segar, jasmani dan kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah, misalnya siang hari, akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sulit berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar.
h)     Standar Pelajaran Diatas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajari diatas ukuran standar. Akibatnya siswa meras kurang mampu dan takut terhadap guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mata pelajarannya, guru semacam ini merasa senang.tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi, guru dalam menuntut pengguasaan materi harus sesuai kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah diruskan dapat tercapai.
i)        Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gadung dewasa ini harus memadai didalam setiap kelas. Bagaimana mungkin meraka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai, dan hal-hal yang harus diperhatikan didalam runagan belajar ialah sebagai berikut:
1.      Suara. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar ditempat ramai, dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat belajar ditempat yang tenang tanpa suara, atau ada juga yang dapat belajar ditempat dalam keadaan apapun.
2.      Pencahayaan. Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau senang belajar ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan maupun bangunan.
3.      Temperatur. Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat dingin, atau senang belajar ditempat yang hangat, dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat. 
4.      Desain Belajar. Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar, seperti halnya terdapat seseorang yang senang belajar ditempat santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet. Cara tersebut merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita lebih dapat berkonsentrasi.
j)        Metode Belajar
      Banyak siswa yang melakasanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar/ kadang-kadang siwa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkindapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k)      Tugas Rumah
      Waktu belajar terutama adalah disekolah, disamping untuk belajar waktu dirumah biarlah digunakkan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak member tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3.       Faktor Masyarakat
     Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.
a)      Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
      Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika sisa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dll, belajarnya akan terganggu, terlebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
      Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai menganggu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan itu misalnya kursus berbahasa inggris, PKK Remaja, kelompok diskusi dan lain sebagainya.
b)      Mass Media
      Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.
      Mass media yang baik member pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek bagi siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan control yang cukuop bijaksana dari orang tua atau pendidik, baik didalam keluarga dan masyarakat.
c)      Teman Bergaul
      Pengaruh-pengaruh dari teman betgaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk.
      Teman bergaul yang tidak baik misalnya suka bergadang, keluyuran, pecandu rokok, film, minum-minum, pastilah menyeret siswa keambang bahaya dan pastilah belajarnya jadi berantakan.
      Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga jangan lengah).
d)      Bentuk Kehidupan Masyarakat
      Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajara, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada disitu. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang disekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan ana/siswa kehilangan semanagat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang disekitarnya yang tidak baik. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajara yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang lihur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi. 
                        Adalah perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat member pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. [8]

BAB III
PENUTUP
    A.    Kesimpulan
“Belajar” ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru seara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
     Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semau kecakapan, keterampilan, pengetahaun, kebiasaan, kegemaran dan sikap manuasia terbentuk, dimodifikasi dan dikembangkan karena belajar
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Konsentrasi adalah sebuah peusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal yang ada atau sebuah objek. Seperti halnya saat kita belajar. Tentunya kita berusaha untuk konsentrasi pada pelajaran yang menjadi objek.
Menurut asal katanya, konsentrasi atau concentrate (kata kerja) berarti memusatkan, dan dalam bentuk kata bentuk kata benda, concentration artinya pemusatan. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran pada suatu hal dengan cara menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan. Siswa yang berkonsentrasi belajar dapat diamati dari beberapa tingkah lakunya ketika proses belajar mengajar.
Faktor-faktor yang  mepengaruhi konsentrasi belajar banyak jenisnya,tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada didalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstrn adalah faktor yang ada diluar individu.
Faktor Intern, terdiri dari Faktor Jasmani dan Faktor Psikologi. Sedangkan Faktor Ekstern, terdiri dari Faktor Keluarga, Faktor Sekolah Dan Faktor Masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.



[1] Nyanyu, Khodijah. 2014. Psikologi Pendidikan. Hal. 47
[2] Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Hal. 2-3
[3] Dimyati. 2006. Belajar dan pembelajaran. Hal. 5-7
[4] Sumadi Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan. Hal. 249
[5] Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Hal.54-55
[6] Sumadi Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan. Hal. 251-252
[7] Sumadi Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan. Hal. 249
[8] Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Hal. 56-72

No comments:

Post a Comment