1

loading...

Friday, August 23, 2019

MAKALAH FUNGSI LEMBAGA PENDIDIKAN KELUARGA


MAKALAH FUNGSI LEMBAGA PENDIDIKAN KELUARGA 

BAB II
PEMBAHASAN


A.     Fungsi lembaga pendidikan keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, karena diantara kedua orang tua sebagai pendidik utama bagi anak.
pendidikan keluarga  memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial, dan pandangan hidup yang diperlukan pesertaa didik untuk dapat berperan dalam keluarga  dan dalam masyarakat (Kepmendikbud, 0184/P/1984).
Ada beberapa fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu;
a)      Merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perekembangan anak, khususnya dalam perkembangan pribadinya.
b)      Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan akhlak atau moral anak untuk tumbuh dan berkembang.
c)      Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral. Keteladanan orang tua di dalam bertutur kata dan berprilaku sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak di dalam keluarga.
d)     Di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong, sehingga tumbuh kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera.
e)      Keluarga merupakan lembaga yang memang berperan dalam meletakan dasar-dasar pendidikan agam.
f)       Di dalam konteks membangun anak sebagai makhluk individu diarahkan agar anak dapat mengembangkan dan menolong dirinya sendiri. 
     B.     Peran keluarga dalam pengasuhan anak
1.         Pola pengasuhan anak dalam keluarga
Pola pengasuhan  anak erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluaraga dalam memberikan perhatian, waktu, dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
2.         Fungsi keluarga dalam menerapkan pola pengasuhan anak
Berdasarkan pendekatan sosio-kultur keluarga memiliki fungsi sebagai berikut.
a)         Fungsi biologis
Secara biologi, keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu.
b)        Fungsi pendidikan
Keluarga diajak mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai “instusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara anggota keluarga.
c)         Fungsi religius
Para orang tua dituntut untuk mengenalkan, membimbing, memberikan teladan dan melibatkan seluruh anggota kel;uarga untuk mengenal akidah-akidah agama dan perilaku beragama.
d)        Fungsi perlindungan
Fungsi perlindungan dalam keluarga adalah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga dari tindakan negatif yang akan timbul.
e)         Fungsi sosialisai
Keluaga berperan sebagai penghubung anatara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak. 
f)         Fungsi kasih sayang
Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat anatara anggotanya, sesuai derngan status dan peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga.
g)        Fungsi rekreatif
Suasana rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga  lainnya apabila kehidupan keluarga terdapat perasaan damai, jauhg dari ketegengan batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari. (Megawangi, 2003: 12) 
      C.     Peranan keluarga terhadap pendidikan karakter anak
Pendidikan karakter yang pertama dan utama bagi anak adalah dalam lingkup keluarga. Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. (Furqon, 2010: 32).
Menurut furqon (2010) pendidikan karakter dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tahap. Pertama, tahap umur 5-6 tahun. Pada tahap ini, anak diajarkan tata krama, sopan santun, yang berkaitan dengan karakter moral. Karakter moral tersebut seperti melatih untuk bersikap jujur dan sopan. Pada fase ini anak akan mengetahui dan membedakan hal-hal yang dianggap bermanfaat, baik buruk, dan benar salah suatu tindakan.
Kedua,  tahap umur 7-8 tahun. Pada tahap ini anak sudah mulai aqil baliq maka dari itu fase ini anak akan diajarkan bagaiman untuk beribadah dan melatih dirinya bertanggung jawab. Ketiga, tahap umur 9-10 tahun. Pada fase ini seorang anak dididik untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Menghormati satu sama lain, menghormati hak orang lain, dan suka tolong menolong. Keempat, tahap umur 13 tahun keatas. Pada tahap ini anak sudah mulai memasuki remaja maka anak dipandang siap bersosialisai dengan lingkungan sekitar, dan masyarakat. Anak diharapkan dapat beradaptasi dengan baik dilingkungan masyarakat dan anak mempunyai identitas diri atau jati dirinya masing-masing.
Menurut Megawati (1003), kualitas karakter meliputi sembilan pilar antara lain: a). mencintai Allah dan semua ciptaan-Nya, b). tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, c). jujur dan amanah, d).menghormati dan sopan santun, e). Suka menolong dan gotong-royong, f). Kreatif, percaya diri, dan pekerja keras , g). Kepemimpinan dan adil, h). Baik dan rendah hati, i). Toleransi, cinta damai dan kesatuan.
     D.    Pola pengasuhan orang tua terhadap anak
Secara umum, ayah dan ibu memiliki peran yang sama dalam pengasuhan anak-anaknya. Namun ada sedikit perbedaan dalam sentuhan dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu. (Verauli, 2009).
Peran ibu, antara lain: Menumbuhkan perasaan sayang, cinta, melalui kasih sayang dan kelembutan seorang ibu, menumbuhkan kemampuan berbahasa dengan baik kepada anak, mengajarkan anak perempuan berperilaku sesuai jenis kelaminnya. Peran ayah, antara lain: menumbuhkan rasa percaya diri dan berkompeten kepada anak, agar anak mampu berprestasi, mengajarkan anak untuk bertanggung jawab.
Dikemukakan oleh palkovits (2002) membagi keterlibatan ayah dalam 3 komponen yaitu:
1.    Partenal engagement: pengasuhan yang melibatan interaksi langsung anatara ayah dan anaknya, misalnya lewat bermain, mengajari sesuatu, atau aktivitas santai.
2.    Aksesibiltas atau ketersediaan berinteraksi dengan anak pada saat dibutuhkan saja. Hal ini bersifat temporal.
3.    Tanggung jawab dan peran dalam hal menyusun rencana pengasuhan bagi anak. pada komponen ini aya tidak terlibat dalam pangasuhan (interaksi) dengan anaknya.
Palkovits (2002) menyimpulkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memiliki beberapa definisi, diantaranya:
1.      Terlibat dengan seluruh aktivitas yang dilakukan oleh anak (McBride & Mills, 1993).
2.      Melakukan kontak dengan anak
3.      Dukungan finalsial
4.      Banyaknya aktivitas bermain yang dilakukan bersama-sama.
Secara jangka panjang, anak yang dibesarkan dengan keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan memiliki prestasi akademik serta ekonomi yang baik, kesuksesan dalam karir, pencapaian pendidikan terbaik, dan kesejahteraan psikologis (Flouri,2005).
1.      Perkembangan emosi dan kesejahteraan psikologis
Keterlibatan ayah dalam kehidupan anak berkorelasi positif dengan kepuasan hidup anak, kebhagiaan (Flouri, 2005) dan rendahnya pengalaman depresi (Dubowits,dkk,2001; Formoso,dkk,2007).
2.      Perkembangan sosial
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara positif berkorelasi dengan kompetensi, insiatif, dan kematangan sosial (Stolz,dkk,2002).
3.      Kesehatan fisik
Ayah secara tidak langsung berperan terhadap kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis anak, ketika memberikan dukungan optimal terhadap pasangannya (istri).
Manfaat keterlibatan dalam pengasuhan ayah
Ayah yang terlibat dalam pengasuhan, lebih matang secara sosial (pleck,1997), merasa lebih puas dengan kehidupan mereka (Eggebean & Knoester, 2001), mampu memahami diri dan berempati dengan orang lain, serta mengelola emosi dengan baik (Heath, 1994).

No comments:

Post a Comment