MAKALAH SOSIOLOGI INTERAKSI SEBAGAI FAKTOR SOSIAL
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses sosial merupakan
aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu
proses hubungan antara manusia dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut
berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus
menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal
balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau
kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Proses sosial pada
dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan
aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.Perkembangan inilah yang merupakan
dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia yang berbeda menurut
situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam proses hubungan
sosial.
Hubungan-hubungan
sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam
kehidupan masyarakat. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak
hanya sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang
ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing
pihakdalam hubungan tersebut. Misalnya saling berbicara (komunikasi), bekerja
sama dalam memecahkan suatu masalah, atau mungkin pertemuan dalam suatu
pertikaian dan lain sebagainya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa proses
sosial itu adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam kehidupan
masyarakat
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
cara memahami Interaksi Sosial sebagai Faktor utama dalam kehidupan Sosial ?
2.
Apa
saja syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial ?
3.
Bagaimana
Kehidupan yang terasing ?
4.
Bagaimana
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
Mengetahui cara memahami Interaksi Sosial sebagai Faktor utama dalam kehidupan
Sosial.
2.
Untuk
Mengetahui syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial.
3.
Untuk
Mengetahui Kehidupan yang terasing.
4.
Untuk
Mengetahui Bentuk Interaksi Sosial.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Memahami Interaksi Sosial sebagai faktor utama dalam Kehidupan
Sosial
Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan
struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial
ini di dasarkan kepada komunikasi. Karenanya Komunikasi merupakan dasar dari
existensi suatu masyarakat. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial,
hubungan satu dengan yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk
individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok
manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan
masyarakat. Apabila kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum
mempunyai bentukbentuknya yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial
di dalam suatu masyarakat, ia mengalami suatu proses terlebih dahulu.
Proses-proses inilah yang dimaksudkan dan disebut sebagai proses sosial.
Sehingga Gillin & Gillin mengatakan bahwa: Proses-proses sosial
adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
Dilihat dari sudut inilah, komunikasi itu dapat di Pandang sebagai sistem dalam
suatu masyarakat, maupun sebagai proses sosial. Dalam komunikasi, manusia
saling pengaruh-mempengaruhi timbal balik sehingga terbentuklah pengalaman
ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang sama. Karenanya
Komunikasi menjadi dasar daripada kehidupan sosial ia, ataupun proses sosial
tersebut.
Kesadaran dalam berkomunikasi di antara warga-warga suatu
masyarakat, menyebabkan suatu masyarakat dapat dipertahankan sebagai suatu
kesatuan. Karenanya pula dalam setiap masyarakat terbentuk apa yang di namakan
suatu sistem komunikasi. Sistem ini terdiri dari lambang-lambang yang diberi arti
dan karenanya mempunyai arti-arti khusus oleh setiap masyarakat. Karena
kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap masyarakat dapat.
membentuk kebudayaannya, berdasarkan sistem komunikasinya masing-masing.
Dalam masyarakat yang modern, arti komunikasi menjadi lebih penting
lagi, karena pada umumnya masyarakat yang modern bentuknya makin bertarnbah
rasionil dan lebih di dasarkan pada lambang-lambang yang makin abstrak. Bentuk
umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial, dan karena bentuk-bentuk
lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dairi interaksi,
maka interaksi sosial yang dapat dinamakan proses sosial itu sendiri. Interaksi
sosial adalah kunci semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tak akan
mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan yang
dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia.
Gillin dan Gillin mengajukan dua syarat yang harus di penuhi agar
suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi, yaitu:
1)
Adanya
kontak sosial (social contact)
2)
Adanya
komunikasi.
Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya suatu
interaksi sosial. Dapat di katakan bahwa urituk terjadinya suatu kontak, tidak
perlu harus terjadi secara badaniah seperti arti semula kata kontak itu sendiri
yang secara harfiah berarti “bersama-sama menyentuh”. Manusia sebagai individu
dapat mengadakan kontak tanpa menyentuhnya tetapi sebagai makhluk sensoris
dapat melakukannya dengan berkomunikasi. Komunikasi sosial ataupun “face-to
face” communication, interpersonal communication, juga yang melalui media.
Apalagi kemajuan teknologi komunikasi telah demikian pesatnya.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu tidak
hanya antara individu dan individu sebagai bentuk pertamanya saja, tetapi juga
dalam bentuk kedua, antara individu dan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.
Bentuk ketiga, antara sesuatu kelompok manusia dengan kelompok manusia dengan
kelompok manusia lainnya.
Suatu kontak sosial tidak hanya tergantung Bari tindakan ataupun
kegiatan saja, tetapi juga dari tanggapan atau response reaksi, juga feedback
terhadap tindakan atau kegiatan tersebut.
Kontak sosial dapat bersifat positif, apabila mengarah kepada suatu
kerjasama (cooperation). Dan dapat bersifat negatif apabila mengarah kepada
suatu pertentangan (conflict), atau bahkan lama sekali tidak menghasilkan suatu
interaksi sosial.
B. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya
saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu
hubungan sosial. Dalam proses sosial baru dapat dikatakan terjadi interaksi
sosial, apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama,
yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
a)
Kontak
Sosial (Social Contact)
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui
percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam
kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung antara pihak satu dengan pihak lainnya. Kontak sosial tidak langsung
adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantaranya. Misalnya :
melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.
b)
Komunikasi
(Communication)
Menurut Soerjono Soekanto, komunikasi adalah bahwa seseorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan,
gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di
satu pihak orang atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami.
C. Kehidupan Yang Terasing
Seseorang dalam kehidupan terasing merupakan seseorang yang tidak
mampu berinteraksi. Proses interaksi yang dimaksud, yakni mampu melakukan
kontak dan komunikasi dengan orang lain.Kehidupan terasing dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Kehidupan terasing dapat dikarenakan seseorang sengaja
dikucilkan dari hubungan dengan orang lain. Hal ini dapat memengaruhi
perkembangan jiwa seseorang karena kepribadian seseorang salah satunya
disebabkan pergaulan dengan orang lain. Misalnya, Anna seorang anak di
Pensylvania. Ia dikucilkan untuk menutupi aib orangtuanya karena ia lahir dari
hubungan gelap. Hampir lima puluh tahun seluruh hidupnya dihabiskan di sebuah
kamar kecil di atas loteng. Anna menunjukkan sifat-sifat tidak lazim dengan
orang seusianya; ia tidak dapat berjalan, tidak dapat berbicara, dan makan
seperti manusia pada umumnya.
Contoh lain dari pengucilan yang mengakibatkan kehidupan seseorang
menjadi terasing adalah mendapat hukuman kurungan. Hal tersebut dilatarbelakangi
oleh berbagai persoalan yang umumnya masuk pada pelanggaran hukum yang berlaku
baik pidana maupun perdata. Bahkan, bagi sebagian masyarakat ada yang
menganggap bahwa orang yang dipenjara walaupun sudah keluar harus tetap
dikucilkan atau dijauhi warga masyarakat.
Kehidupan terasing dapat pula disebabkan
oleh cacat pada salah satu indranya. Misalnya, seseorang yang sejak lahir buta
dan tuli. Dari beberapa hasil penelitian ternyata kepribadian dari orang cacat
fisik tersebut mengalami banyak penderitaan sebagai akibat kehidupan terasing
oleh keterbatasan indranya. Orang cacat tersebut akan mengalami perasaan rendah
diri yang mungkin disebabkan oleh kesempatan mengembangkan dirinya terhalang
dan bahkan tertutup sama sekali.
Terasingnya seseorang dapat disebabkan
pengaruh perbedaan ras atau kebudayaan yang kemudian menimbul kan
prasangka-prasangka. Misalnya, pada masyarakat berkasta, di mana gerak sosial
vertikal hampir tidak terjadi, terasingnya seseorang dari kasta tertentu
terhadap kasta lainnya. Keadaan tersebut menghalangi terjadinya interaksi
sosial.
D. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu kerja
sama, persaingan, pertikaian atau pertentangan dan akomodasi. Bentuk-bentuk
tersebut dapat terjadi secara berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung
seperti lingkaran tanpa berujung. Misalnya suatu pertikaian untuk sementara
waktu dapat diselesaikan (akomodasi), kemudian dapat bekerja sama, berubah
menjadi persaingan dan apabila persaingan ini memuncak maka dapat terjadi
pertikaian. Proses-proses interaksi yang pokok adalah sebagai berikut :
1)
Proses-proses
yang Asosiatif
a)
Kerja
Sama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya
terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Roucek
dan Warren mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut Charles Horton Cooley, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama.
Menurut Charles Horton Cooley, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama.
Menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima)
bentuk kerja sama yaitu :
1.
Kerukunan
yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2.
Bargaining,
yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara dua organisasi atau lebih.
3.
Kooptasi
(Cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
4.
Koalisi
(Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-tujuan yang sama.
5.
Joint
Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Misalnya
pengeboran minyak, perhotelan perfilman, pengelolaan pelabuhan dan lain
sebagainya.
b)
Akomodasi
(Accomodation)
Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak
yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Soedjono, akomodasi adalah suatu
keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik mendapat penyelesaian sehingga
terjalin kerja sama yang baik. kembali.
Tujuan akomodasi (menurut Soerjono Soekanto) dapat berbeda-beda
sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu :
1)
Untuk
mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia
sebagai akibat perbedaan paham.
2)
Untuk
mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik sementara waktu maupun secara
temporer.
3)
Untuk
memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang sebagai
akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, hidupnya terpisah,
seperti misalnya yang dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem
berkasta.
4)
Mengusahakan
peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui
perkawinan campuran.
c)
Asimilasi
(Assimilation)
Menurut Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial
dalam taraf lanjut, ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap
dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan
tujuan-tujuan bersama.
Koentjaraningrat berpendapat bahwa proses asimilasi timbul bila ada
:
1)
Kelompok-kelompok
manusia yang berbeda kebudayaannya.
2)
Orang-perorangan
sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan insentif untuk
waktu yang lama.
3)
Kebudayaan-kebudayaan
dari kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan aling menyeseuaikan
diri.
2) Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional
proccesses, yang persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada
setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan
sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara
berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan
tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk
tetap hidup (struggle for existence). Untuk kepentingan analisis ilmu
pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk,
yaitu :
a)
Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian
publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe umum :
Ø
Bersifat Pribadi :
Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini
dinamakan rivalry.
Ø
Bersifat Tidak Pribadi
: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan
monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan :
·
Persaingan ekonomi :
timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen
·
Persaingan kebudayaan :
dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
·
Persaingan kedudukan
dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat
keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan
serta peranan terpandang.
·
Persaingan ras :
merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn ciri-ciri
badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
·
Persaingan dalam
batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :
Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta
nilai-nilai yang pada suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan
baik oleh mereka yang bersaing.
Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks
dan sosial. Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta
peranan yang sesuai dengan kemampuannya. Sebagai alat menyaring para warga
golongan karya (fungsional)
b)
Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi
menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 : yang umum
meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana,
yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,
memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban
pembuktian pada pihak lain, dst. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas
desus yang mengecewakan pihak lain, yang rahasia, mengumumkan rahasian orang,
berkhianat. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak
lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan,
provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum
kontravensi :
1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang
sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
2. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan
golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di
dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe Kontravensi :
Kontravensi
antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
1) Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity
struggle)
2) Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity
struggle)
3) Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam
ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan
seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang
ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Sebab musabab pertentangan adalah :
1.
Perbedaan antara
individu.
2.
Perbedaan kebudayaan.
3.
Perbedaan kepentingan.
Perubahan Sosial Pertentangan
dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi
yang sebelumnya telah tercapai. Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1) Pertentangan pribadi
2) Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya
perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3) Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan
4) Pertentangan politik : menyangkut
baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara
negara-negara yang berdaulat
5) Pertentangan yang bersifat
internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian
merembes ke kedaulatan negara
Akibat-akibat bentuk
pertentangan:
1)
Tambahnya
solidaritas in-group : Apabila pertentangan antara
golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah
sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
2)
Perubahan kepribadian para individu.
3)
Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban
manusia.
4)
Akomodasi, dominasi,
dan takluknya salah satu pihak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan dan pemaparan yang telah disebutkan
sebelumnya dapat diamati apabila sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakat, interaksi sosial akan berlangsung secara
baik. Sebaliknya, apabila interaksi sosial tidak dilakukan sesuai dengan
norma-norma dan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat maka interaksi
sosial akan berlangsung kurang baik bahkan bisa saja sangat buruk.
B.
Saran
Hendaknya masyarakat (manusia) dapat menyadari, sebagai
makhluk sosial tidak dapat untuk berdiri sendiri dalam artian perlu berhubungan
dengan individu atau pun kelompok lain yang dalam ilmu sosiologi disebut proses
sosial dan bentuk umum dari proses sosial itu adalah interaksi sosial. Maka
dari itu, terapkanlah interaksi sosial yang sesuai dengan norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat agar hubungan-hubungan sesama
makhluk sosial dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono
Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Grafindo Persada, 1990
Heri, Jauhari, Penulisan
Karya Ilmiah. CV. Pustaka Setia. Bandung
Abdullah, Drs. Aspirasi
Sosiologi. CV Pustaka Manggala. Surakarta.
Koentjaraningrat.
Pengantar Ilmu Antropologi. PT RINEKA CIPTA, JAKARTA
No comments:
Post a Comment