1

loading...

Thursday, August 29, 2019

MAKALAH FITRAH MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


MAKALAH FITRAH MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN

            Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Selain menyembah Allah SWT, tugas manusia adalah mengelola alam beserta isinya. Dalam menjalankan peran dan fungsinya itu, manusia diberikan bekal berupa potensi atau fitrah. Oleh karena itu manusia harus mampu menggunakan potensi itu agar pengelolaan bumi, alam, dan kekayaan yang ada di dalamnya, dapat berjalan sesuai dengan irodat Allah SWT.
            Bekal potensi yang dimiliki oleh manusia berupa kelengkapan jasmaniyah (fisiologis) dan bekal ruhaniah (psikologis). Secara fisik manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya. Firman Allah dalam Surrat At-Tiin ayat 4 yang artinya: “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.”  Jika diperbandingkan dengan makhluk-makhluk kasat mata lainnya, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, manusia memiliki bentuk yang paling baik. Keindahan itu masih dilengkapi dengan akal dan budi yang sengaja diberikan oleh Allah agar manusia bisa menjadi khalifah di muka bumi.
            Bekal akal dan budi yang dimiliki manusia, merupakan potensi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Potensi itu juga yang dapat menentukan level kualitas dan kemuliaan manusia. Secara fisik, bisa jadi tidak semua manusia memiliki bentuk yang sempurna. Tetapi, akal dan budi yang dimiliki oleh manusia dapat melengkapi sehingga ia bisa tetap menjalankan peran dan fungsinya sebagai khalifah. Sebaliknya bentuk fisik yang sempurna tidak menjamin seseorang menjadi manusia yang mulia. Apalagi jika akal dan budinya tidak baik atau tidak selaras dengan tujuan penciptaannya. Oleh karena itu, keterpaduan dalam menggunakan dua macam potensi itu sangat diperlukan, agar manusia benar-benar menjadi makhluk Allah SWT yang mulia dihadapanNya.
Apakah hakikat dari potensi atau fitrah manusia itu? Bagaimanakah seharusnya manusia menggunakan semua potensi atau fitrah yang dimilikinya?
BAB II
PEMBAHASAN

A.        Pengertian Fitrah (Potensi) Manusia
          Secara etimologi fitrah berasal dari kata fathara yang artinya ‘menjadikan’, secara terminologi fitrah adalah mencipta/menjadikan sesuatu yang sebelumnya belum ada dan merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Menurut Shanminan Zain (1986) bahwa fitrah adalah potensi laten atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia dibawah sejak lahir. Menurut Al Auzal (1976) fitrah adalah kesucian dalam jasmani dan rohani. Menurut Ramayulis : fitrah adalah : kemampuan dasar bagi perkembangan manusia yang dianugrahkan oleh Allah SWT yang tidak ternilai harganya dan harus dikembangkan agar manusia dapat mencapai tingkat kesempurnaan.
Dalam Al-Qur’an, dalam surat Ar-Rum ayat 30 dijelaskan, yaitu :
          Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan asli) itulah fitrah Allah yang Allah menciptakan manusia diatas fitrah itu tak ada perubahan atas fitrah ciptaannya. Itulah agama yang lurus namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.”
          Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa fitrah adalah suatu perangkat yang diberikan oleh Allah yaitu kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkarya yang disebut dengan potensialitas dan manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling tinggi, yaitu memiliki struktur jasmaniah dan rohaniah yang membedakannya dengan makhluk lain.
          Jadi menurut permakalah fitrah adalah suatu kemampuan dasar yang ada pada tiap-tiap diri manusia yang perlu dikembangkan untuk mencapai perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.

B.        Hakekat Fitrah (Potensi) Manusia Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam
               
                Allah SWT telah menciptakan manusia di dunia kecuali bertugas pokok untuk menyembah khaliknya, juga bertugas untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar mereka dapat hidup sejahtera dan makmur lahir batin. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Allah membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka pendidikan Islam merupakan upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal. Sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam artian berkemampuan  menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan lingkungan. Sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaannya sebagai khalifah.
                Walaupun berfikir dan bernalar diakui sebagai salah satu kemampuan dasar manusia, namun kemampuan untuk menemukan jalan kebenaran tidaklah mutlak tanpa petunjuk Ilahi, pikiran dan penalaran dalam perkembangannya memerlukan pengarahan dan latihan yang bersifat kependidikan yang sekaligus mengembangkan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya dalam pola keseimbangan dan keserasian yang ideal.
Oleh karena itu pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada pengajaran. Dimana orientasinya hanya kepada intelektualisasi penalaran, tetapi lebih menekankan pada pendidikan dimana sasarannya adalah pembentukan kepribadian yang utuh dan bulat maka pendidikan Islam pada hakekatnya adalah menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas sesuai dengan firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an yang Artinya : “Wahai orang mukmin, masuklah ke dalam Islam secara total menyeluruh dan berkebulatan. (QS. Al-Baqarah : 208)

C.        Makna Fitrah
                Makna fitrah menurut Hasan Langgulung (1986 : 5) menyatakan bahwa, ketika Allah menghembuskan/meniupkan ruh pada dirinya manusia (pada proses kejadian manusia secara fisik maupun nonfisik) maka pada saat itu pula manusia (dalam bentuk sempurna) mempunyai sebagian sifat-sifat ketuhanan yang tertuang dalam Al-Asmahusna. Hanya saja kalau Allah serba maha, sedangkan manusia hanya diberi sebagiannya, sebagian sifat-sifat ketuhanan yang menancap pada diri manusia dan dibawanya sejak lahir itulah yang disebut fitrah.
    Misalnya, Al-Alim (maha mengetahui), manusia hanya diberi kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan. Al-Rahman dan Al-Rahim (maha pengasih maha penyayang) manusia juga diberi kemampuan untuk mengasihi dan menyayangi, Al-Afuw Al-Ghafar (maha pema’af maha pengampun), manusia juga diberi kemampuan untuk mema’afkan dan mengampuni kesalahan orang lain. Al Khalik (maha pencipta) manusia juga diberi kemampuan untuk mengkrerasikan sesuatu, membudayakan alam.

D.    Macam-Macam Fitrah
A.    Potensi Fisik (Psychomotoric)
Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.
Potensi Mental Intelektual (IQ)
Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut.
Potensi Mental Spritual Question (SP)
Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia
Potensi Sosial Emosional
Yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu.

D.        Hubungan Fitrah Dengan Pendidikan
                Sebelum kita melihat hubungan fitrah dengan pendidikan maka dilihat dulu dari segi pengertian.
Fitrah adalah : kemampuan dasar yang ada pada diri seseorang yang harus dikembangkan secara optimal.
Pendidikan adalah : usaha sadar orang dewasa untuk mengembangkan kemampuan hidup secara optimal, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai religius dan sosial sebagai pengarah hidupnya.
                  Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan fitrah dengan pendidikan adalah potensi yang ada atau kemampuan jasmani dan rohaniah yang dapat dikembangkan tersebut. Pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai dimana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut untuk mencapainya.
                  Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi atau Nasrani dan Majusi”
                  Keutuhan terhadap pendidikan bukan sekedar untuk mengembangkan aspek-aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga mengarahkan perkembangan kemampuan dasar tersebut kepada pola hidup yang ukhawi. Oleh karena itu diperlukan atau keharusan pendidikan.
                  Dengan demikian proses pendidikan Islam demi mencapai tujuan yang total, menyeluruh dan meliputi segenap aspek kemampuan manusia diperlukan landasan falsafah pendidikan yang menjangkau pengembangan potensi kemanusiannya, falsafah pendidikan yang demikian itu bercorak menyeluruh dimana iman melandasarinya. Sehingga proses pendidikan yang berwatak keagamaan mampu mengarahkan kepada pembentukan manusia yang mukmin, atau dengan filsafat pendidikan Islam bisa memikirkan perkembangannya secara mendasar, sistematik, dan rasional yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits agar berkembang secara optimal dan bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.
                  Karena pendidikan yang mengarahkan ke arah perkembangan yang optimal maka pendidikan dalam mengembangkannya harus memperhatikan aspek-aspek kepentingan yang antara lain :
  • Aspek Pedagogis

Dalam hal ini manusia dipandang sebagai makhluk yang disebut ‘Homo Educondum’ yaitu makhluk yang harus didik. Inilah yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Jadi disini pendidikan berfungsi memanusiakan manusia tanpa pendidikan sama sekali, manusia tidak dapat menjadi manusia yang sebenarnya.
  •       Aspek Psikologis

      Aspek ini memandang manusia sebagai makhluk yang disebut ‘       Psychophyisk Netral’ yaitu makhluk yang memiliki kemandirian        (selftandingness) jasmaniahnya dan rohaniah. Didalam kemandirian itu       manusia mempunyai potensi dasar yang merupakan benih yang dapat      tumbuh dan berkembang.
  •       Aspek Sosiologis Dan Kultural

      Aspek ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berwatak dan             berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
  •       Aspek Filosofis

            Aspek ini manusia adalah makhluk yang disebut ‘Homo Sapiens’ yaitu       makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Fitrah (potensi) adalah : kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia dan perlu pengembangan ke arah yang lebih sempurna. Hakekat fitrah manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, manusia yang mempunyai potensi untuk berkembang, maka menghendaki pembinaan yang mengacu kearah perkembangan tersebut yang memerlukan pendidikan untuk mengembangkan yang optimal sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
            Makna fitrah, Manusia telah dianugrahkan oleh Allah yaitu memiliki potensi yaitu potensi ilmu pengetahuan, saling mengasihi dan menyayangi antara sesama. Macam-macam fitrah : Fitrah (potensi) fisik, Fitrah (potensi) IQ, Fitrah (potensi) EQ dan Fitrah (potensi) SP.
            Hubungan fitrah dengan pendidikan.Potensi adalah kemampuan dasar yang ada pada diri manusia dan memerlukan perkembangan maka alat untuk mengembangkan itu adalah pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

Langgulung, Hasan. 1988. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna. 1988.
Ramayulis. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia


No comments:

Post a Comment