1

loading...

Friday, October 25, 2019

MAKALAH INTELEGENSI DAN KREATIVITAS EMOSI, FRUSTASI DAN DEFENCE MECHANISME


MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG INTELEGENSI DAN KREATIVITAS
EMOSI, FRUSTASI DAN DEFENCE MECHANISME



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakan
Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan. Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan.
Dalam kehidupan sehari hari, kita sering bertemu dengan istilah emosi, misalnya ketika kita sedang dibuat marah oleh seseorang yang katakanlah si-A dengan melakukan hal hal yang mengganggu ketenangan kita, pada awalnya kita masih bisa sabar menghadapinya, namun lama kelamaan kesabaran itu mulai habis dan rasa marah terpancing untuk keluar. Kemudian teman kita mengatakan “ sudah sudah, jangan dibawaemosi, nggak ada gunanya ngladenin dia”.
Dari ilustrasi singkat diatas, kita dapat sedikit menggambarkan bahwa pengertian emosi dalam perkataan seorang teman tersebut identik dengan istilah amarah atau kemarahan. Tetapi apakah benar bahwa emosi itu adalah kemarahan, apakah emosi merupakan kata lain dari marah?.
Ada juga yang mengatakan bahwa emosi itu bukan hanya marah saja, akan tetapi bahagia juga merupakan bagian dari emosi. Emosi terbagi menjadi emosi positif dan negatif. Marah merupakan salah satu contoh dari emosi negatif, sedangkan bahagia merupakan salah satu contoh dari emosi positif.
Berdasarkan keragu raguan yang timbul dalam uraian diatas tentang apa itu emosi, penulis ingin mengulas dan mengetahui lebih lanjut dan mendalam tentang maksud dari emosi itu sendiri. Sehingga dalam makalah ini akan tersaji ulasan ulasan tentang emosi yang dijelaskan dengan bahasa penulis sendiri.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian dari Intelegensi dan Kreativitas ?
2.      Apa Pengertian Emosi,frustasi dan defence mechanisme ?
C.      Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Intelegensi dan Kreativitas
2.      Untuk Mengetahui Emosi,frustasi dan defence mechanisme 

BAB II
 PEMBAHASAN
A.  Intelegensi dna Kreativitas
1.    Intelegensi (kecerdasaan)[1]
Perkatan berasal dari bahasa latin intellgere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain(to intelegensi organize,to relate,to bind,together).
Menurut panitia istilah pedagogik yang di maksud dengan intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berpkir menurut tujuannya ( stren kamus pedagogik,1953)
Menurut thorndike sebagai seorang tokoh psikolog koneksionisme menyatakan bahwa: “intelegence is demonstrable in ability of individual to make good responses from the stand point of truth or fact”.(skinner,1995).
Jadi,individu itu dikatakan intelegen kalau respons yang di berikan itu sesuai dengan stimulus yang di terimanya. Untuk memberikan respons yang tepat, orgnisme haru memiliki lebih banyak hubungan stimulus dan respons, dan hal tersebut dapata di perolah dari hasil pengalaman yang di perolehnya dan hasil respon yang telah lalu.
Sedangkan lewis Hedison terman memberikan pendapatnya mengenai intelegensi sebagai “.............the ability to carry on abstract thingking” .(Herrimam,1998). Terman membedakan adanya “ability” yang berhubungan dengan hal-hal yang konkret,dan “ability”yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak.
Menurut spearman intelegensi mengandung dua macam faktor, yaitu:
1)      General ability (faktor G)
2)      Special ability (faktor S)
Teori dari spearman ini di kenal dengan teori dwi faktor (twofactors theory) menurut spearman”general ability” atau “general faktor”terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lain. Faktor G selalu didapati dalam semua “perrformance”.
Sedangkan “ spesial ability” adalah merupakan faktor yang bersifat khusus, yaitu mengenai bidang tertentu. Dengan demikian maka jumlah faktor itubanyak, misalnya ada S1,S2,S3, dan sebagainya. Jadi, kalau pada seseorang faktor Sdalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut. Menurut spearman tiap-tiap “performance” terdapat faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan:[2]
P+G=S
oleh karena itu S itu bersifat khusus maka bila individu menghadapi persoalan yang berbeda, faktor S-nya juga berbeda-beda. Misalnya orang menghadapi 5 problem yang berbeda beda maka secara skematis dapat dikemukakan:
P1=  G +S1
P2=  G + S2
P3= C + S3
P4=  G + S4
P5= G + S5
Burt mempunyai pandangan yang dekat dengan pandangan dari spearman. Tetapi menurut burt, disamping G ability dan S ability masih terdapat faktor lain lagi yaitu “common ability” atau “common factor” atau di sebut juga ”group factor”. “common factor” adalah merupakan “ability” suatu kelompok kemampuan tertentu, misalnya “common ability” dalam hal bahasa, dalam berhitung, dan sebagainya. Jadi, menurut pandangan burt dalam inteligasi ada 3 macam faktor, yaitu faktor G, faktor S, dan faktorC, dan faktor faktor ini akan menyertai dalam individu mengadakan “perfomance”.

            Jadi, perfomance individu dapat digambarkan:
                        P1 = G+S 1+CX                            CX= Common factor berhitung
                        P2= G+S2+SX
                        P3=G+S3+CY               CY= Common factor  mengenai bahasa
                        P4=G+S4+CY
                        P5= G+S5+CY
Dengan demikian maka akan di dapat bermacam-macam “ hormmon factor” sesuai dengan kelompok-kelompok materi atau  persoalan yang di hadapi.
Seperti yang telah di kemukakan di atas,  masing-masing individu berbeda segi inteligensinya. Karna berbeda segi inteligensinya maka individu satu dengan yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan suatu persoalan yang di hadapi. Mengenai soal perbedaan inteligensi  ini ada pandangan yang  menekankan perbedaan kualitatif dan pandangan yang menekankan perbedaan kuantitatif. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan inteligensi individu satu dengan yang lain itu memang secara kualitatif  berbeda, jadi pada dasarnya  memang berbeda.sedangkan yang menitik-beratkan pada panangan yang kualitatif  berpendapat bahwa perbedaan inteligensi satu dengan yang lain hanyala bersifat kuantitatif, jadi  semata-mata kerena perbedaan materi yang di terima atau karena perbedaan dalam proses belajarnya.[3]
Persoalan yang timbul ialah bagaimana dapat mengetahui taraf inteligensi itu. Mengenai ini menggunakan tes inteligensi. Dengan tes inteligensi di maksudkan untuk mengungkapkan taraf inteligensi individu yang dites. Binet adalah orang yang di pandang sebagai orang pertama yang menciptakan tes inteligensi. Tes inteligensi dari binet mula-mula di susun pada tahun 1905,yang kemudian mendapatkan bermacam-macam revisi bain dari binet sendiri maupun dari para ahli lain. Tes yang telah di susun dalam tahun 1905 itu kemudian di revisi oleh binet pada tahun 1908 (revisi pertama) dan pada tahun 1911 diadakan revisi ke dua.
Dalam tahun 1916 tes benit di revisi,dan di adap tasi yang terkenal dengan revisi terman dari standford university dan di kenal dengan “standford revision”, atau “standford binet”. Revisi ini diadakan untuk menyesuankan tes itu dengan keadaan di Amerika,dan di pergunakan pengertian:[4]
IQ= MA/CA (Anastasi, 1976)
Untuk menghindari adanya angka pecahan maka rumus tersebut dikalikan 100 sehingga rumus berbentuk:
IQ=MA/CA X 100
            Menurut kekuatannya, kecerdasan ada dua macam:
1.      Kecerdasaan kreatif : ialah kecerdasan yang berkekuatan untuk menciptakan sesuatu.
Misalnya, menciptan kreta api, listrik,atom dan sebagainya.
2.      Kecerdasan eksekutif : ialah kecerdasan yang berkekuatan untuk mengikuti pikiran orang lain. Misalnya, mempelajari mencetak , membuat rumah, dan sebagainya
Menurut kegunaanya, kecerdasan dapat di bagi menjadi dua macam
1.      Kecerdasan teoretis : ialah kecerdasan untuk memecahkan soal-soal yang bersifat teori.
Misalnya, bekerja di laboratorium
2.      Kecerdasaan praktis : ialah kecerdasaan untuk mengambil tindakan atau untuk berbuat.  Misalnya,  mengemudikan mobil,sirkus,dan sebagainya
Macam-macam tes kecerdasan
1.      Intelegensi-tes Binet-Simon
Binet dan simon keduanya bangsa prancis, menyelidiki intelegensi anak-anak berumur antara 3-15 tahun, untuk hubungan dengan pengetahuan sekolah. Isinya antara lain menirukan kalimat-kalimat, membuat kalimat dengan tiga perkataan  dan sebagainya. Dengan tes ini kita mendapatkan Perbandingan Kecerdasaan  disingkat PK atau intelegensi Quotient disingkat IQ.  Iqterbut kita dapatkan dengan cara membagi umur kecerdasaan (MA=Mental Age) ialah jumlah nilai jawaban yang betul dibagi umur kalender (CA=Chronological Age) ialah umur anak yang di selidiki, kemudian di kalikan 100.
Jalanya percobaan: mula-mula kita ajukan 5 pertanyaan yang sesuai dengan umur anak misalnya, anak berumur 6 tahun kita ajukan pertanyaan yang sesuai dangan pelajaran anak 56 tahun. Kalau pertanyaan tersebut terjawab semua,lalu diajukan pertanyaan-pertanyaan diatasnya (untuk umur 7 tahun,8 tahun,10 tahun dan selanjutnya) sampai sama sekali tidak ada pelajaran yang terjawab.
2.      Tes tentara (Army Mental Test) di amerika
Pada tahun 1917 di Amerika Serikat terpaksa ikut dalam dunia I melawan Jerman karena itu, Amerika terpaksa membentuk tentara secara besar-besaran dalam waktu singkat dalam tes tersebut di gunakan psikoteknik, ialah ilmu jiwa yang mempelajari kesanggupan seseorang untuk memegang suatu jabatan yang sesuai dengan kecerdasan masing-masing . karena itu, tes meliputi senegara, tes ini kemudian disebut   National intelligence Test.
3.      Mental Test
Ialah tes untuk mengetahui segala kemampuan jiwa seseorang yang meliputi fantasi,  ingatan, pikiran , kecerdasan, prasaan. Jadi, intelejensi test hanya merupakan bagian dari mental test.
4.      Scholastic Test
Ialah test mengetahui tingkat pengajar pada tiap-tiap mata pelajaran, pada tiap-tiap kelas. Yang dipentingkan ialah bekerja dengan cepat dan baik.Test ini berguna untuk mengganti ulangan umum atau ujian.
2.    Kreativitas
a)        Pengertian Kreativitas[5]
Menurut Juan Huarte, seorang ahli filsafat dari Spanyol, tingkat kecerdasan paling tinggi yang dimiliki manusia adalah True creativity. Dengan kreativitas, manusia mampu menciptakan karya yang tidak pernah dilihat, didengar, diraba, dan dicium sebelumnya.
Kreativitas berasal dari kata to create yang artinya membuat. Dengan kata lain, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu, apakah itu dalam bentuk ide, langkah, atau produk. Tetapi devinisi kreatif yang dibakukan akan membekukan kreativitas itu sendiri. Oleh karena itu, dihadapan orang kreatif devinisi atau makna apapun akan dengan mudahnya dimaknainya kembali secara kreatif. Kendati demikian, demi kebutuhan kita memahami pengantar atau makna-makna dasar dari kreativitas, kita dapat melihat, membaca, memerhatikan, atau merujuk pada pemahaman yang sudah ada pada saat ini. Tanpa harus terpaku dengan devinisi yang ada, kita dapat memahami devinisi-devinisi dari para ahli bidang apapun, untuk dijadikan landasan dalam merumuskan pemaknaan dari kreativitas itu sendiri.
Berdasarkan pertimbangan itu, kita dapat melihat kreativitas ke dalam empat aspek.
1.    Kreativitas itu dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energi yang ada dalam diri individu. Energi ini menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
        Menurut Robert Franken, ada tiga dorongan yang menyebabkan orang bisa kreatif, yaitu (a). Kebutuhan untuk memiliki sesuatu yang baru, bervariasi dan lebih baik, (b). dorongan untuk mengomunikasi nilai dan ide, (c). keinginan untuk memecahkan masalah. Ketiga dorongan itulah yang kemudian membuat seseorang untuk berkreasi. Dengan kata lain, masalah kreativitas ini dapat dimaknai sebagai sebuah energi atau dorongan dalam diri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu.
2.     Kreativitas dimaknai sebagai sebuah proses, yaitu proses mengelola informasi, melakukan sesuatu, membuat sesuatu, atau proses yang tercermin dalam kelancaran, dan kelenturan dalam berpikir.
3.    Kreativitas adalah sebuah produk. Penilaian orang lain terhadap kreativitas seseorang akan dikaitkan dengan produknya. Maksud dari produk ini bisa dalam pengertian produk pikiran (ide), karya tulis, atau produk dalam pengertian barang.
4.    Kreativitas dimaknai sebagai person. Kreatif ini tidak dialamatkan pada produknya atau pada prosesnya. Tetapi kreativitas disini ditujukan pada individunya. Menurut Sternberg (dalam Sfifa 2007) seseorang yang kreatif adalah seseorang  yang  dapat berpikir secara sintesis, artinya dapat melihat  hubugan-hubungan di mana orang lain tidak dapat melihatnya, dan mempunyai kemampuan untuk menganalisis ide-idenya sendiri serta mengevaluasi nilai ataupun kualitas karya pribadinya, mampu menerjemahkan teori dan hal-hal yang abstrak ke dalam ide-ide praktis sehingga mampu meyakinkan orang lain mengenai ide-ide yang akan dikerjakannya.
b)       Ciri-ciri orang Kreatif     
1.         Berfikir di luar kotak, itu yang sering dikemukakan oleh orang-orang kreatif. Orang kreatif selalu berfikir "di luar kotak", mereka membuat sesuatu yang tak biasa dan yang bukan lazimnya. Apabila kebanyakan orang berjalan di jalur biasa, orang kreatif bisa saja mengambil jalan yang tidak biasa. Apabila orang lain berjalan di satu arah, orang kreatif berjalan ke segala arah. Orang yang berpikir di luar kotak selalu mengemukakan sesuatu yang tak dipikirkan orang lain.
2.         Tidak pernah takut dengan adanya saingan, bagi seseorang yang kreatif, bersaing adalah hal yang menyenangkan karena dengan adanya saingan berarti bisa berfikir dengan lebih keras lagi dan tidak mau tersaingi, dan apabila tidak ada saingan maka tidak akan pernah ada perbandingan. Orang yang takut bersaing berarti bukan orang yang kreatif.
3.         Selalu berfikir menggunakan otak kanan, dengan kita menjalankan otak kanan maka keberanianlah yang akan muncul dalam diri kita.
4.         Memiliki pandangan pibadi, orang-orang kreatif memiliki pandangan pribadi mereka sendiri untuk dunia yang diperhatikannya. Mereka cenderung melihat dan bereaksi terhadap hal-hal yang berbeda dan mereka bahkan cenderung untuk mendapatkan semangat atas hal-hal yang menurut orang lain belum tentu berharga.
5.         Suka tantangan, orang-orang kreatif selalu suka dengan tantangan. Mereka dapat dengan mudah memikirkan cara-cara untuk memecahkan situasi yang sulit, karena kesulitan yang
6.         ketidakseriusan sedang mereka hadapi itu akan merangsang pikiran artistik mereka.
Pada umumnya kegagalan menjadi orang kreatif dan inovatif disebabkan oleh kita untuk menjadi yang lebih baik, kekuatan seseorang yang kreatif dan inovatif datangnya dari diri sendiri, serta ide yang realitis itu bukan dari orang lain.

c)        Memupuk Kreativitas
Menurut Teresa Amabile, ada tiga bahan dasar untuk memupuk kreatvitas. Bahan pertama dan terpenting adalah Keahlian dalam bidang khusus, atau keterampilan dalam hal tertentu. Keterampilan ini merupakan penguasaan dasar dalam suatu bidang. Jadi, dasar utama untuk menjadi kreatif adalah bisa menguasai bidang tertentu. Banyak orang yang memiliki kecenderungan terhadap sesuatu, bakat adalah kecenderungan alamiah untuk mampu menghasilkan karya besar dalam bidang tertentu. Akan tetapi, tanpa pelatihan dalam keterampilan dalam suatu bidang, bakat yang paling menjanjikan sekalipun akan luntur. Sebaliknya, dengan pengembangan keterampilan yang layak, bakat yang biasa-biasa saja bisa menjadi basis bagi kretivitas.
Bahan kedua adalah keterampilan berpikir kreatif, yaitu cara mendekati dunia yang memungkinkan untuk menemukan kemungkinan baru dan mewujudkannya hingga pelaksanaan akhir. Keterampilan berpikir kreatif ini mencakup kemampuan untuk membayangkan tentang kemungkinan yang beragam, seperti tekun dalam menangani persoalan, dan memiliki standar kerja yang tinggi. Hal ini juga mencakup kemampuan untuk membalik sesuatu dalam pikiran.
Unsur atau bahan ketiga atau bahan terakhir yang berfungsi untuk mematangkan kreativitas adalah kecintaan. Istilah psikologisnya adalah motivasi intrinsik, yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu semata demi kesenangan melakukannya, bukan karena hadiah atau kompensasi. Motivasi ekstrinsik membuat seseorang melakukan sesuatu bukan karena dia menginginkannya, tetapi karena melihatnya sebagai sebuah keharusan. Kreativitas mulai matang ketika seseorang termotivasi murni oleh kesenangan pada apa yang mereka lakukan. Ilmuwan yang paling sukses dan inovatif tidak selalu yang paling berbakat, tetapi ilmuwan yang didorong oleh rasa ingin tahu yang besar. Sampai pada tngkat tertentu, kecintaan yang kuat bisa mengimbangi kuatnya bakat. kecintaan menjadi dasar yang kemudian memunculkan ketekunan, orang yang peduli dengan kecintaan yang dalam tentang apa yang mereka lakukan tidak akan gampang menyerah. Jika seseorang bertahan dalam inovasinya, mereka akan terus maju. Seperti kata Edison, "Kegigihan merupakan kejeniusan tersendiri".Dengan demikian, hal penting yang harus diusahakan secara terus menerus untuk memicu keberhasilan adalah membangun kreativitas diri secara maksimal. Dengan cara ini, maka bakat yang telah tergalih dapat diexplorasi dengan baik.
B.  Emosi,frustasi dan defence mechanisme
1.    Emosi
a)        Pengertian emosi
Setiap individu pasti pernah mengalami suatu pengalaman yang menyenangkan maupun menyedihkan. Sebagai contoh ( menyenangkan ) adalah pengalaman Ahfash saat menanti pengumuman kelulusan di SMP N 1 Pleret.
“Pengumuman dilakukan di dalam ruang kelas dengan pemberian amplop oleh wali kelas kepada wali siswa yang berisi hasil kelulusan dan perolehan nilai ujian nasional, sedang semua siswa menanti dari luar ruang kelas. Ketika itu detak jantung Ahfash berdebar kencang, ia merasa cemas hingga tangannya gemetar. Dari luar ruang kelas Ahfash dan semua siswa diam dan mendengarkan perbincangan wali kelas dengan wali siswa. Puncak kecemasan itu muncul saat ia mendengarkan wali kelas yang akan mengumumkan kelulusan siswa di kelas itu, sang guru berkata “ ....dan hasilnya adalah, semua siswa kelas IX G lulus 100%”. Ketika itu sungguh kegembiraan muncul dalam benak Ahfash yang mengetahui bahwa semua siswa kelas IX G lulus termasuk dirinya. Tetapi masih ada secerca kecemasan dalam dirinya yang ingin mengetahui hasil perolehan nilai ujian nasionalnya. Kegelisahan itu kembali memuncak ketika walinya keluar dari kelas dan memberikan amplop itu. Tangannya gemetar saat memegang dan akan membuka amplop itu, ia gelisah dan dalam hatinya ia senantiasa membaca lafadz basmalah. Dan saat ia membukanya untuk melihat perolehan nilainya, ia kembali merasa sangat gembira, dan seketika itu perasaan gelisah itu berubah menjadi rasa kegembiraan yang amat sangat”.
Di waktu waktu tertentu terkadang kita menjumpai suatu pengalaman yang menimbulkan suatu perasaan yang kuat, baik itu rasa gembira, sedih, gelisah atau cemas maupun perasaan perasaan yang lain, misalnya adalah contoh diatas tentang pengalaman Ahfash ketika pengumuman kelulusan di sekolahnya. Perasaan perasaan yang muncul itu pasti membawa gejala gejala yang dapat dirasakan oleh tubuh kita, seperti detak jantung yang bertambah cepat, tangan yang gemetar seperti dalam contoh pengalaman Ahfash. Sulit bagi kita untuk mendefinisikan apa itu emosi karena semua akan memberikan pengertian yang berbeda beda menurut apa yang dirasakan. Disini kita akan menggunakan definisi umum : emosi adalah perasaan yang secara umum memiliki elemen fisiologis dan kognitif serta mempengaruhi perilaku.
Misalnya adalah kita merasakan perasan bahagia, kita dapat membedakan emosi ini dengan emosi yang lain, seperti takut, gelisah, atau yang lainnya. Kemudian tanpa sadar kita melakukan eleman fisiologis dari emosi tersebut, misalnya adalah senyum atau tertawa lepas. Dan secara kognitif kita dapat mengetahui atau memahami apa yang menyebabkan kita merasa bahagia.
Terdapat perdebatan yang muncul dari para teoritikus tentang emosi dan aspek kognitif. Ada yang mengatakan bahwa emosi merupakan tindakan yang muncul setelah aspek kognitif ( pemahaman kita tentang suatu pengalaman yang sedang kita jalani ). Dan ada yang mengatakan berkebalikan dari pernyataan yang pertama, bahwa aspek kognitif merupakan pemahaman tentang emosi yang sedang kita rasakan. Karena para pengikut dari kedua belah pihak yang terlibat perdebatan tersebut dapat menunjukkan penelitian yang mendukung sudut pandang mereka, pertanyaan ini masih jauh dari terselesaikan.
 Kemudian yang masih membingungkan adalah perbedaan antara emosi dengan perasaan yang tidak dapat kita temukan dengan jelas. Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kwalitatif yang tidak jelas batasnya.[3] Akan tetapi ada yang dapat mengemukakan perbedaan antara perasaan dan emosi yaitu Paul Ekman dalam bukunya yang berjudul “Pedoman Membaca Emosi Orang”.( Sebuah episode emosional bisa menjadi singkat, kadang berlangsung hanya beberapa detik, kadang menjadi sangat lama. Jika episode tersebut berlangsung berjam jam, maka itu adalah suasana hati, bukan sebuah emosi.
b)       Pembagian emosi
Menurut beberapa sumber yang penulis baca, banyak darinya yang membagi emosi menjadi dua bagian, yaitu emosi positif dan emosi negatif.
1)   Emosi Positif
Emosi positif adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya. Diantara yang termasuk emosi positif adalah bahagia, cinta, harapan, romansa, keyakinan, seks, dll. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang keterkaitan emosi positif ini dengan kesehatan.
2)   Emosi Negatif
Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya.  Diantara yang termasuk emosi negatif adalah takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah, dll. Banyak dari ahli yang berpendapat bahwa emosi negatif yang terlalu diluap luapkan akan berdampak negatif pada kesehatan, juga dapat menghentikan aktivitas aktivitas positif. Meskipun emosi negative banyak membawa dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain, bukan berarti “kodrat alami manusia” ini tidak membawa manfaat. Jika kita mau , kita dapat mengalihkan energi negatif ( yang banyak membawa kerugian ) menjadi energi positif ( yang banyak membawa manfaat ). Misalnya, emosi marah apabila dikelola dengan benar bisa menjadi kekuatan dalam bentuk semangat kerja, belajar, dan untuk berprestasi.

Emosi selalu hadir dalam keseharian kita ketika menjumpai suatu pengalaman atau peristiwa. Kita akan merasa senang mendapat bantuan dari orang lain saat mengerjakan tugas yang banyak sedang kita tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri. Juga akan merasa bersalah ketika tidak mampu menepati janji yang telah dibuat bersama sang kekasih. Maka dari itu, kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi dalam keseharian kita tanpa hadirnya emosi, hidup akan terasa hampa ibaratkan sayur tanpa garam. Kita tidak akan pernah merasakan yang namanya marah, gelisah, cemas, jijik, takut, hingga mungkin bahagia, nyaman, bangga, dan cinta. Psikolog telah mendefinisikan beberapa fungsi penting dari emosi bagi kehidupan kita sehari hari ( Frederickson & Branigan, 2005; Fridja, 2005; Gross, 2006; Siemer, Mauss, & Gross, 2007 ).[8] Diantaranya yang penting adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk bertindak. Emosi berperan sebagai penghubung antara sensasi dengan persepsi. Contohnya bila kita bertemu melihat seekor anjing penjaga yang lari ke arah kita, kemudian pesan sensorik dikirimkan dari mata ke sistem saraf pusat, emosi “takut” yang kita rasakan akan memberi pesan untuk “lari”, sebagai respon atau persepsi atas pesan sensoris dari mata tersebut. Kedua, emosi membentuk perilaku kita di masa depan. Suatu emosi yang kita rasakan dimasa lampau semisal perasaan tidak nyaman makan di “angkringan”, akan merangsang kita untuk menghindarinya ( makan di angkringan ) dimasa yang akan datang. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain secara lebih efektif. Emosi memiliki elemen fisiologis yang dapat membantu kita mengetahui suasana hati atauperasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain, sehingga kita tahu bagaimana cara yang sesuai untuk berinteraksi dengan orang tersebut.
Dalam susunan system rumit yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dalam diri setiap manusia, terdapat salah satunya adalah system syaraf otonom. System syaraf ini berguna untuk mengawasi proses proses dalam diri setiap manusia tanpa disadari oleh manusia tersebut, misalnya adalah proses bernafas, perncernaan, dan denyut jantung. System syaraf otonom ini dibagi menjadi dua bagian menurut fungsinya, yaitu system syaraf simpatetis dan parasimpatetis.
System syaraf simpatetis adalah system syaraf yang bekerja merangsang tubuh, dengan meningkatkan denyut jantung, aliran darah ke otak, dan pernafasan. Semua perubahan ini menyiapkan kita untuk suatu tindakan.  Namun, system syaraf simpatetis ini melambatkan proses pencernaan, karena memang bukan suatu tindakan yang diperlukan pada saat itu.
System syaraf parasimpatetis adalah system syaraf yang berkebalikan dari system syaraf parasimpatetis, yaitu menenangkan tubuh dengan melambatkan ( merelaksasi ) denyut jantung, aliran darah ke otak, dan pernafasan, serta meningkatkan lagi kerja system pencernaan.
Emosi seperti marah dan rasa takut diasosiasikan dengan meningkatnya aktivitas saraf simpatetis seperti yang terjadi pada peningkatan tekanan darah dan denyut jantung yang semakin cepat.  Sedangkan perasaan bahagia dan puas diasosiasikan dengan meningkatnya aktivitas system syaraf parasimpatetis seperti memperlambat denyut jantung, dan pernafasan yang kembali normal.
Perbedaan fungsi dari kedua system syaraf ini dapat dilihat dalam tabel  berikut :

Saraf simpatetis
Yang dipengaruhi
Saraf parasimpatetis
Meningkatkan
Aliran darah ke otak
Menurunkan
Melakukan dilasi/ pembesaran
Pupil mata
Membatasi/
 memperkecil
Lebih cepat
Kecepatan bernafas
Lebih lambat
Lebih cepat
Denyut jantung
Lebih lambat
Meningkat
Jumlah keringat di kulit
Menurun
Berkurang
Aktivitas pencernaan
Meningkat
Meningkat; hormon homon stres dikeluarkan
Aktivitas kelenjar adrenal
Menurun; hormon hormone stres dihambat
Beberapa perubahan perubahan pada tubuh pada saat emosi dapat kita rasakan. Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan perubahan pada tubuh kita antara lain:
1)      Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.
2)      Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3)      Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut.
4)      Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa.
5)      Pupil mata : membesar bila sakit atau marah
6)      Liur : mongering kalau takut atau tegang.
7)       Buluroma : berdiri kalau takut.
8)      Pencernaan : mencret mencret kalau tegang.
9)      Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan menegang atau bergetar (tremor ).
10)  Kompisi darah : komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosionil karena kelenjar kelenjar lebih aktif.


Emosi mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Pada saat bayi lahir,satu satunya emosi yang nampak adalah kegelisahan yang di tunjukkan dengan menangis bahkan sampai meronta ronta. Pada keadaan tenang, sang bayi tidak menunjukkan emosi apa apa.
Tiga bulan kemudian baru nampak pembedaan. Sekarang terdapat dua ekstrimitas, yaitu rasa tertekan atau terganggu dan rasa senang atau gembira. Semakin sang bayi bertambah besar, emoi ikut melakukan perkembangan. Di usia lima bulan, marah dan benci mulai dipisahkan dari perasaan tertekan dan terganggu. Usia 7 bulanmulai nampak perasaan takut.[14] Kemudian dilanjutkan pada usia sekitar 10 – 12 bulan perasaan bersemangat mulai berdpisah dari perasaan senang..
Setelah itu emosi bayi tersebut akan berkembang dari proses belajarnya. Faktor kebudayaan dilingkungannya akan sangat berpengaruh pada proses belajar bayi ini tentang emosi dan cara menyatakannya. Sehingga ekspresi tersebut dapat dipahami oleh orang orang yang berada dalam satu kebudayaan.
2.    Frustasi 
Frustrasi dari bahasa Latin frustratio, yaitu perasaankecewa atau jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan.Frustasi dapat diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan (Markam,2003). Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian
tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh individu seperti :
·         Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.
·         Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek kehidupan.
·         Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.
Seorang psikolog biasanya menggunakan istilah ini untuk :
1)      Mengetahui keadaan yang timbul apabila terdapat halangan dalam usaha untuk memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan, harapan atau tindakan tertentu.
2)      Menyebut hambatan atau halangan itu sendiri.
Keinginan, kebutuhan, tujuan, harapan dan tindakan tiap orang berbeda-beda.Hal-hal tertentu mungkin membuat orang lai tidak demikian.Salah satu sebab yang membuat orang frustasi adalah rintangn fisik, pribadi dan sosial.Frustasi ini juga bisa menimbulkan dua kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif) dan sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak (negatif).Frustasi dengan demikian bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa negatif dan positif.
Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Positif
1)        Mobilitas dan penambahan aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy, potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua kesulitan.Frustasi tersebut dengan demikian menjadi stimulus untuk memobilisir segenap energy dan tenaga hingga mampu menmbus setiap rintangan.
2)        Besinnung (berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih)
Setiap frustasi memang memberikan masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan mengambil satu jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan atau alternative penyelesaian lain.
3)        Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan sikap yang rasional dan sikap ilmiah.Semua ini dilakukan jika kita mulai belajar menggunakan pola yang positif dalam menanggulangi setiap kesulitan sejak berusia masih sangat muda.
4)        Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap dengan sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5)        Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang di bidang lainnya.Dan semua itu adalah jalan untuk menghidupkan spirit perjuangan yang agresif dan tidak mengenal rasa menyerah.
6)        Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti keceYaitu usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat.
Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Negatif
1)      Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan.Biasanya ada pula tindakan sadistic dan membunuh orang.Agresi ini sangat mengganggu fungsi intelegensi sehingga harga dirinya merosot.
2)      Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola primitive dan kekanak-kanakan.Tingkah laku tersebut didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa ataupun tidak mampu memecahkan masalah.Tingkah laku di atas adalah ekspresi rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
3)      Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotype, yaitu selalu memakai cara yang sama. Semua itu dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun alat balas dendam.
4)      Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan adalah usaha untuk menghilangkan atau menekankan ketidak sadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat, nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif.Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak yang sering mengganggu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dll.
5)      Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasionaldengan tidak menyenangkan.
6)      Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang negatif pada orang lain.
7)      Tehnik anggur masam
Usaha memberikan atribut yang jelek atau negatif pada tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8)      Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9)      Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain. Semua itu bertujuan untuk memberikan keputusan semu pada dirinya.
10)  Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diti yang patologis dan berlebih-lebihan.Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dengan dunia luar.
11)   Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan bertumpuknya kesulitan hidup, makin bertambah konflik-konflik batin yang kronis lalu terjadilah disintregasi kepribadian.
1.        Stres
Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stres dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini maka stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stres menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stres berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stres adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stres, stres dapat diartikan sebagai:
ü  Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
ü  Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stres hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stresor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai:
ü Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stresor. 
ü Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
ü Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stres dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stres dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stres atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stres yang sedang dihadapinya.
Gejala-gejala orang yang mengalami stres :
ü Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.
ü Bertindak secara agresif dan defensif
ü Merasa selalu lelah
ü Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa
ü Palpitasi atau jantung berdebar-debar
ü Otot-otot tegang
ü Sakit kepala, perut dan diare.
Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia.Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stres.
Ada beberapa macam strategi dalam menghadapi stres, yaitu :
2.        Strategi stres dalam perilaku
a)    Memecahkan persoalan secara tenang
Yaitu mengevaluasi kekecewaan atau stres dengan cermat kemudian menentukan langkah yang tepat untuk diambil, setelah itu mereka mempersiapkan segala upaya dan daya serta menurunkan kemungkinan berbahaya.
b)   Agresi
Stres sering berpuncak pada kemarahan atau agresi.Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila terjadi hal itu hanyalah berupa respon penyesuaian diri. Contohnya adalah mencari kambing hitam, menyalahkan pihak lain dan kemudian melampiaskan agresinya kepada sasaran itu.
c)    Regresi
Yaitu kondisi ketika seseorang menghadapi stres kembali lagi pada perilaku yang mundur atau kembali ke masa yang lebih muda (memberikan respons seperti orang dengan usia yang lebih muda). Menurut penelitian klasik yang dilakukan Roger, Tamara Dembo, dan Kuret Lewin memperlihatkan bahwa regresi adalah respon umum bila menghadapi frustasi.
d)   Menarik diri
Merupakan respon yang paling umum dalam mengambil sikap.Bila seseorang menarik diri maka dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun.Respon ini biasanya disertai dengan depresi dan sikap apatis.
e)    Mengelak
Seorang yang mengalami stres terlalu lama, kuat dan terus menerus maka ia akan cenderung mengelak. Contoh mengelak adalah mereka melakukan perilaku tertentu secara berulang-ulang.Hal ini sebagai pengelakan diri dari masalah demi mengalahkan perhatian.Dalam usaha mengelakkan diri, orang Amerika biasanya menggunakan alcohol, obat penenang, heroin dan obat-obatan dari bahan kimia lainnya.
3.         Strategi mengatasi stres secara kognitif
a)      Represi
Adalah upaya seseorang untuk menyingkirkan frustasi, stres, dan semua yang menimbulkan kecemasan.
b)      Menyangkal kenyataan
Menyangkal kenyataan mengandung unsur penipuan diri. Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia menganggap tidak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
c)      Fantasi
Dengan berfantasi orang sering merasa dirinya mencapai tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stres.Orang yang sering melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik daripada kemyataan yang sesungguhnya. Bila fantasi dilakukan secara sedang-sedang dan dalam kendalian kesadaran yang baik, maka frustasi menjadi cara yang sehat untuk mengetasi stres.
d)     Rasionalisasi
Rasionalisasi ini dimaksudkan segala usaha seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara social untuk membenarkan atau mnyembunyikan perilakunya yang buruk.Rasionalisasi juga bisa muncul ketika seseorang menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggapnya buruk adalah baik atau sebaliknya.
e)      Intelektulisasi
Seseorang yang menggunakan taktik ini maka yang menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara emosional. Dengan intelektualisasi seseorang setidaknya dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalahan secara subjektif.
f)       Pembentukan reaksi
Seseorang dikatakan berhasil menggunakan metode ini apabila dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sesungguhnya baik represi atau supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan dengan kenyataan yang dihadapi.
g)      Proyeksi
Seseorang yang menggunakan tehnik ini biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain yang tidak disukai dengan sesuatu yang ia perhatikan itu akan diperbesar-besarkannya lagi. Tehnik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menghadapi kenyataan akan keburukan dirinya.
4.        Determinan strategi mengatasi stres
Menurut penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa menggunakan tehnik untuk mengatasi stres tertentu dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan cara memberi penguatan atau hubungan. Adanya tantangan, fantasi ketidak puasan dan dukungan orang tua dalam menghadapi anak stres secara pasti akan sangat berhubungan erat dengan ketakutan anak ini mengatasi stres dikemudian hari. Psikolog Keister dan Rutn Updegras memperlihatkan bahwa anak-anak dapat secara aktif untuk mengatasi stres secra konstruktif. Mereka membuat program untuk anak dan remaja yang bereaksi terhadap frustasi karena kegagalan dengan cara menangis, menyerah, bergantung kepada orang lain dan berperilaku agresif. Pada anak seperti ini diberikan serangkaian tantangan yang diawali dengan paling mudah kemudian perlahan-lahan meningkat pada yang lebih sulit.
Gaya seseorang menyelesaikan masalah tergantung pada kebiasaan standar kebudayaan dimana dia dibesarkan.Tingkatan kognitif juga mempengaruhi strategi seseorang untuk mengatasi stres.
5.        Penyesuaian Diri
Selama masa remaja orang mengalami banyak tantangan. Para remaja biasanya dihadapkan pada berbagai perubahan yang cepat dalam  hal berat badan dan perubahan bentuk tubuh, kematangan seksual, kemampuan kognitif yang baru serta berbagai tuntutan dan harapan dari keluarga, teman-teman serta masyarakat.Senada dengan itu, lingkungan menuntut serta mengharapkan yang berbeda pada remaja tersebut.Para remaja tersebut diharapkan dapat menunjukkan identitas diri dan harus dapat membentuk identitas diri.
Menurut Erikson pada setiap tahapan hidup orang terdapat empat krisis yang timbul selama masa remaja dan masa dewasa. Empat tahapan tersebut adalah :
1.      Identitas versus kekaburan peran
2.      Keintiman versus keterasingan
3.      Generativitas (keterlibatan dengan dunia dan generasi penerus) versus kepentingan diri sendiri, dan
4.      Integritas (menerima kehidupan) versus keputusasaan.
Pada awalnya perkembangan anaka laki-laki cenderung memperlihatkan perilaku yang menimbulkan kesulitan di sekolah dan di rumah dibandingkan dengan anak perempuan. Tetapi menjelang remaja, anak perempuan akan lebih banyak menghadapi kesulitan yang berhubungan dengan kematangan seksual. Dalam hal ini maka anak perempuan cenderung lebih cepat melakukan penyesuaian diri dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind dan glen Elder bahwa pengaruh orang tua mempunyai hubungan dengan strategi penyesuaian diri selama remaja, terutama pada remaja laki-laki. Orang tua yang otoritatif, biasanya akan mengajak anak-anaknya terlibat langsung dalam hal memecahkan masalah dalam keluarga. Tujuan orang tua mengajak langsung anak-anaknya dalam menyelesaikan masalah keluarga adalah agar anak-anak diberi kesempatan untuk mengalami setiap kejadian apapun secara bertahap dibawah orang tua, serta anak-anak diberi kesempatan untuk mulai bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Anak yang berasal dari keluarga ini biasanya pada masa remajanya akan memperlihatkatkan rasa percaya diri yang cukup besar, bebas dan menghargai dirinya sendiri, serta dapat berkomunikasi dengan anggota keluarga.
Sementara orang tua yang Ototarian lebih mementingkan hukuman, memaksakan taktik tertentu bila sedang terjadi suatu konflik yang sedang menimpa anaknya.Mereka mengutamakan kepatuhan total. Dipihak lain juga ekstrem adalah orang tua yang Laissez faire (segala perbuatan anaknya dibenarkan, jarang memberika tanggung jawab pada anak). Remaja yang berasal dari keluraga semacam ini biasanya akan sulit untuk menyesuaikan diri. Pada masa remaja pengaruh teman sebaya sangat kuat, yang mana pengaruh ini dapat mengalahkan pengaruh orang tua, meskipun orang tua telah bersikap mengerti dan menerima serta menolong seluruh angora keluarga.
Secara berturut-turut, langkah yang dilakukan untuk penyesuaian diri terhadap stresadalah :
1.      Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis stres (kategorisasi) dan memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres itu.
2.      Merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan tindakan yang paling mungkin untuk dilakukan
3.      Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling sungkar.
4.      Melihat feedback. Kalau langkah-langkah pertama berhasil maka diteruskan, kalau tidak segera lakukan alternatif lain.

3.    Defence Mechanisme[6]
Selain Id dan superego, menurut freud,ada mekanisme lain yang juga berpengaruh terhadap prilaku manusia terutama prilaku yang tidak sehat. Mekanisme ini dinamakan defence mechanism atau mekanisme pertahanan diri. Sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stres,ataupun konflik ialah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri, baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (Defence mechanism). Untuk menunjukan proses tak sadar yang melindungin si indi vidu dari kecemasan melalui permutar balikan kenyataan. Pada dasarnya, strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah ini jadi, mekanisme pertahanan diri merupakan bentuk penipuan diri.
Berikut ini beberapa mekanisme pertahanna  diri yang biasa terjadi dan dilakuan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang mengalami pergulatan yang dahsyat dalam perkembanganmya mengarah ke arah kedewasan.
a)      Mekanisme pertahanan diri
Dari mekanisme pertahanna diri berikut.diantaranya di kemukan oleh freud  tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.
1.      Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, krisis keuangan, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi ter jadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap prilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat di pandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karna mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya.
Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya.
Berikut bukti, misalnya:
·         Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali susuatu yang tidak menyenangkan, dibanndingkan dengan hal-hal yang menyenangkan.
·         Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada.
·         Lebih sering mengomunkasikan berita baik dari pada berita buruk
·         Lebih mudah mengingat hal-hal yang positif dari pada yang negatif
·         Lebih sering menekakan pada kejadain yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.
2.      Supresi
Merupakan suatu proses pengendalian yang terang-terangan ditunjukkan menjaga aga implus-implus dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan ini secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu-individu sewaktu-waktu menyampingkan ingantan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitikberatkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang di tindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan dorongan-doronga atau ingatan yang di tekan (represi).
3.      Reaction formation (perbentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi ialah ketika dia berusaha menyembunyikan motiv dan perasaan yang segungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini, individu ini dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri priibadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang buat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindakan kebaikan.
4.      fiksasi
Dalam menghadapi kehidupanya , individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya prustasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu ini merasa tidak sanggup lagi untuk mengdapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya.dengan kata lain , individu menjadi terpiksasi pada satu tahap perkembnagan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi , kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri pada remaja dimana terjadi prubahan yang drastis sering kali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
5.      Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi prustasi, setidaknya pada anak anak . ini dapat pula terjadi bila indivudu yang menghdapi tekanan kembali pada metode prilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih mudah . ia memberikan respon seprti individu dengan usia yang lebih mudah dalam (anak kecil). Misalnya, anak yang baru memporoleh adik, akan memperlihatkan respon mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukanya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknya dianggap sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakan nya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman , atau individu menggunakan strategi regresi ,karena belum pernah belajar respons – respons yang lebih efektif  terhadap problem ini atau iya sedang , mencoba mencari perhatian
6.      Menarik diri  
Raaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri , dia tidak memilih mengabil tindakan apapun. Biasanyarespon ini disertai dengan depresi dan apatis.
7.      Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh setres yang lama, kuat , dan terus menerus , individu cenderung untuk coba mengelak . bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan yang tidak langsung.
8.      Denial (menyangkal kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan , maka dia menggapan tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenanagkan ( mereka sadar sepenuhnya) dengan maksut untuk melindungi dirinya sendiri . penyangkalan kenyataan juga mengandung usul penipuan diri .
9.      fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang b mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya, dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan, dan mengakibatkan frustasi. Individu yang sering kali terlalu banyak melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi melamunnya ini lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara profisional dan dalam pengendalian kesadaran yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.
10.  Rasionalisme
Rasionalisme sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alsan yang dapat di terima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan prilakunya yang buruk. Rasionalisme jga muncul ketika individu menipu dirinya sendiridengan berpura-pura menganggap yang buruk ialah baik, atau yg baik baik ialah yang buruk
11.  Intelektualisasi
Apabilah individu mengggunakan teknik intelektuakisasi maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang sangat menekan dengan cara analistis, intelektual,dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan intelektualisasi manusia dapat sedikit me ngurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya. Dan memberikan kesemoatan pada dirinya untuk meninjau permasalahan objektif.
12.  Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai daa apa yang dia perhatikanini akan cenderung di besar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat di gumnakan untuk mengurangi jecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini,refresi tau supresi sering kali digunakan pula.
b)     Apakah Hati Nurani Superego????
Apa yang diuraikan diatas adaklah simflikasi dari teori psikoalnalisis yang sebenarnya jauh lebih kompleks dari sekedar uraina di atas. Berikutnya,akan di uraikan kaitannya antara superoego dan hati nurani. Apakah hati nurani merupakan bagian dari dari superego atau superego merupaka bagian dari hati nurani? Para ahli berpendapat bahwa superego tidak dapat disamakan dengan hati nurani. Alasan untuk tidak menyamakan keduanya ialah karena keduanya digunakan dalam konteks yang berbeda. Secara implisit indi dapat di peroleh bahwa superego lebig digunakan dalam konteks psikoanalitas.adapun hati nurani lebih digunakan dalam konteks etis. Kedua konteks ini memiliki frame of reference berbeda.[7]
Faktor yang tidak mengidentifikasikn superego dengan hati nurani, wilayah dalam kesadaran tempat keduanya beraktivitas. Aktivitas Superego untuk sebagian berada pada tataran tak disadari.
Pada saat seseorang merasakan perasaan bersalah ini sendiri bisa tetap tak di sadari. Sebaliknya, hati nurani hanya dapat berfungsi pada wilayah sadar.
Peranan hati nurani dalam kehidupan etis dapat fungsional hanya bila seseorang menyadari rasa bersalah dan tahu mengapa ia merasa bersala
Taraf sadar merupakan keharusan supaya hati nutanu ini dapat berfungsi dengan baik. Tanpa disadari mustahil hati nurani dapat berperan sebagai penuntun di bidang moral.  Keduanya mempuyai hubungan  yang sangat erat. Dalam paham psikoanalisis, super ego di asumsikan sebagai dasar psikologis bagi fenomena etis yang di sebut hati nurani. Hal ini karena super ego bersifat lebih luas daripada hati nurani. Ataulebih tepat dikatakan bahwa hati nurani merupakan salah satu unsur dalam super ego.dalam buku terakhirnya, introduce to psychoanaliysis (1933), frued menyatakan bahwa selain hati nurani, super ego juga meliputi self-obsevation dan ego ideal, gambaran yang di pakai seseorang untuk mengukur  dirinya dan sebagai standar yang harus di kejar.
Super ego terbentuk dari proses internalisasi printah orang tua. Fungsi pesikis manusia pada per mulaan hidupnya ialah sama dengan nol. Dari titik nol ini, selanjutnya mengalami suatu perkembangan yang kompleks sehingga akhirnya mencapai tarap dewasa. Yang harus di perhatikan ialah seseorang harus mampu membedakan rasa bersalah yang patologis dan etis sebagai fenomena dari hati nurani.
Psikoanalisis yang justru berupayah membantu kita untuk membedakan antara rasa bersalah yang kurang sehat dan autentik. Maksudnya, rasa bersalah yang terpancar dari keperaibadian yang untuh.
1.    Psikososial
Menurut erik eric son (1963), perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen yang baik(yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapakan). Perkembangan perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah-masalah pada tahap masa sebelumnya. Adapun tahap-tahap perkembangnnya, psikososial anak sebagai berikut:
·      Percaya Vs. Tidak percaya(0-10 tahun)
Komponen yang sangat penting untuk berkembang ialah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan.
·      Otonomi Vs. Rasa Malu dan Ragu(1-3 tahun)
Pada masa ini alat gerak dan rasa teah metang dan rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubih, dir, dan lingkungnnya.
·      Inisiatif Vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Pada tahap ini, anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak muali menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya,misalnya menjadi aktif di luar rumah,kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara kandung untuk menang sendiri. Peran ayah telah mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segi tiga antara ayah-ibu-anak sangat penting untuk membina kemantapan identitas diri.            
·      Induari Vs. Inferioritas(6-12 tahun)
 Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orang tua dalam waktu terbatas yaitu utuk sekolah.
BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Dalam pengertian emosi, setiap orang member definisi yang berbeda beda, namun menurut pengertian umum, emosi adalah perasaan yang secara umum memiliki elemen fisiologis dan kognitif serta mempengaruhi perilaku. Kebanyakan membagi emosi menjadi dua bagian yaitu emosi positif ( senang, bahagia, cinta, dll ) dan emosi negatif ( marah, sedih, takut, kecewa, dll ). Fungsi emosi diantaranya adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk bertindak. Kedua, emosi membentuk perilaku kita di masa depan. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain secara lebih efektif. Secara biologis emosi dekendalikan oleh system syaraf otonom yang dibagi menjadi system syaraf simpatetis dan parasimpatetis. 
Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Frustasi bisa menimbulkan dua kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif) dan sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak (negatif).
·      Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
·      Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap orang mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan, dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam emghadapi stres, seseprang dapat mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu mengarahkan tindakannya pada sasaran tertentu untuk mengatasai sebab-sebab stres. Sifat-sifat dan tidakan yang terarah pada sasaran ialah objektif, rasional dan efektif.
Secara berturut-turut,langkah yang dilakukan untuk penyesuaian diri terhadap stres adalah :
a)      Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis stres (kategorisasi), dan memperkirakana bahaya yang berkaitan dengan stres itu.
b)      Merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan  menentukan tidakan ayng paling mungkin dapat dilakukan.
c)      Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling sukar.
d)     Melihat feedback.

B.  SARAN
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun ini,masih terdapat kekurangan disana sini,  oleh karena itu penulis sangat meminta kritikan dan saran dari para pembaca agar makalah yang saya buat ini bisa menjadi lebih baik lagi dan bisa berguna bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA

Ardani,  Ardi Tristiadi, dkk. Psikologi Klinis. 2007. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Slamet, Suprapti I.S. , Sumarmo Markam. Pengantar Psikologi Klinis. 2003. UI Press : Jakarta.
Syukur, Abdul. 2011. Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi Sehari-hari. Yogyakarta: DIVA press.
Ahmadi. Abu, 2009. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta



[1] Ahmadi. Abu, 2009. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta . Hlm: 176.
[2] Ibd....Hlm :  90
[3] Ibid...Hlm 175
[4] Ibid,...hlm : 92
[5] Slamet, Suprapti I.S. , Sumarmo Markam. Pengantar Psikologi Klinis. 2003. UI Press : Jakarta.
[6] Ardani,  Ardi Tristiadi, dkk. Psikologi Klinis. 2007. Graha Ilmu : Yogyakarta.
[7] Syukur, Abdul. 2011. Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi Sehari-hari. Yogyakarta: DIVA press.

No comments:

Post a Comment