MAKALAH
PSIKOLOGI TENTANG INTELEGENSI DAN KREATIVITAS
EMOSI, FRUSTASI DAN DEFENCE MECHANISME
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus
dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat
tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak
memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya
bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus
dipergunakan secara tepat sasaran
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun
untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas
selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa
melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk
menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah
mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan. Bakat adalah anugrah yang tidak
boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir
dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara
alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan
mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang
juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun
untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas
selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa
melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk
menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah
mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan.
Dalam kehidupan sehari hari, kita sering bertemu dengan
istilah emosi, misalnya ketika kita sedang dibuat marah oleh seseorang yang
katakanlah si-A dengan melakukan hal hal yang mengganggu ketenangan kita, pada
awalnya kita masih bisa sabar menghadapinya, namun lama kelamaan kesabaran itu
mulai habis dan rasa marah terpancing untuk keluar. Kemudian teman kita
mengatakan “ sudah sudah, jangan dibawaemosi, nggak ada gunanya
ngladenin dia”.
Dari ilustrasi singkat diatas, kita dapat sedikit
menggambarkan bahwa pengertian emosi dalam perkataan seorang teman tersebut
identik dengan istilah amarah atau kemarahan. Tetapi apakah benar bahwa emosi
itu adalah kemarahan, apakah emosi merupakan kata lain dari marah?.
Ada juga yang mengatakan bahwa emosi itu bukan hanya
marah saja, akan tetapi bahagia juga merupakan bagian dari emosi. Emosi terbagi
menjadi emosi positif dan negatif. Marah merupakan salah satu contoh dari emosi
negatif, sedangkan bahagia merupakan salah satu contoh dari emosi positif.
Berdasarkan
keragu raguan yang timbul dalam uraian diatas tentang apa itu emosi, penulis
ingin mengulas dan mengetahui lebih lanjut dan mendalam tentang maksud dari
emosi itu sendiri. Sehingga dalam makalah ini akan tersaji ulasan ulasan tentang
emosi yang dijelaskan dengan bahasa penulis sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari
Intelegensi dan Kreativitas ?
2. Apa Pengertian Emosi,frustasi dan defence mechanisme ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui
Intelegensi dan Kreativitas
2. Untuk Mengetahui Emosi,frustasi dan defence mechanisme
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Intelegensi dna Kreativitas
1. Intelegensi (kecerdasaan)[1]
Perkatan berasal dari bahasa latin intellgere yang berarti menghubungkan
atau menyatukan satu sama lain(to intelegensi
organize,to relate,to bind,together).
Menurut panitia istilah pedagogik yang di
maksud dengan intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru
dengan mempergunakan alat-alat berpkir menurut tujuannya ( stren kamus
pedagogik,1953)
Menurut thorndike sebagai seorang tokoh
psikolog koneksionisme menyatakan bahwa: “intelegence
is demonstrable in ability of individual to make good responses from the stand
point of truth or fact”.(skinner,1995).
Jadi,individu itu dikatakan intelegen kalau
respons yang di berikan itu sesuai dengan stimulus yang di terimanya. Untuk
memberikan respons yang tepat, orgnisme haru memiliki lebih banyak hubungan
stimulus dan respons, dan hal tersebut dapata di perolah dari hasil pengalaman
yang di perolehnya dan hasil respon yang telah lalu.
Sedangkan lewis Hedison terman memberikan
pendapatnya mengenai intelegensi sebagai “.............the ability to carry on abstract thingking” .(Herrimam,1998).
Terman membedakan adanya “ability”
yang berhubungan dengan hal-hal yang konkret,dan “ability”yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak.
Menurut spearman intelegensi mengandung dua
macam faktor, yaitu:
1)
General ability (faktor G)
2)
Special ability (faktor S)
Teori dari spearman ini di kenal dengan teori
dwi faktor (twofactors theory) menurut
spearman”general ability” atau “general faktor”terdapat pada semua
individu, tetapi berbeda satu dengan yang lain. Faktor G selalu didapati dalam
semua “perrformance”.
Sedangkan “
spesial ability” adalah merupakan faktor yang bersifat khusus, yaitu
mengenai bidang tertentu. Dengan demikian maka jumlah faktor itubanyak,
misalnya ada S1,S2,S3, dan sebagainya. Jadi,
kalau pada seseorang faktor Sdalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan
menonjol dalam bidang tersebut. Menurut spearman tiap-tiap “performance” terdapat faktor G dan
faktor S, atau dapat dirumuskan:[2]
P+G=S
oleh
karena itu S itu bersifat khusus maka bila individu menghadapi persoalan yang
berbeda, faktor S-nya juga berbeda-beda. Misalnya orang menghadapi 5 problem
yang berbeda beda maka secara skematis dapat dikemukakan:
P1= G +S1
P2= G + S2
P3= C + S3
P4=
G + S4
P5= G + S5
Burt
mempunyai pandangan yang dekat dengan pandangan dari spearman. Tetapi menurut
burt, disamping G ability dan S ability masih terdapat faktor lain
lagi yaitu “common ability” atau “common factor” atau di sebut juga ”group factor”. “common factor” adalah merupakan “ability” suatu kelompok kemampuan tertentu, misalnya “common ability” dalam hal bahasa, dalam berhitung, dan sebagainya. Jadi,
menurut pandangan burt dalam inteligasi ada 3 macam faktor, yaitu faktor G,
faktor S, dan faktorC, dan faktor faktor ini akan menyertai dalam individu
mengadakan “perfomance”.
Jadi,
perfomance individu dapat
digambarkan:
P1
= G+S 1+CX CX= Common factor berhitung
P2=
G+S2+SX
P3=G+S3+CY CY= Common factor mengenai bahasa
P4=G+S4+CY
P5=
G+S5+CY
Dengan
demikian maka akan di dapat
bermacam-macam “ hormmon factor” sesuai dengan kelompok-kelompok
materi atau persoalan yang di hadapi.
Seperti
yang telah di kemukakan di atas,
masing-masing individu berbeda segi inteligensinya. Karna berbeda segi
inteligensinya maka individu satu dengan yang lain tidak sama kemampuannya
dalam memecahkan suatu persoalan yang di hadapi. Mengenai soal perbedaan
inteligensi ini ada pandangan yang menekankan perbedaan kualitatif dan pandangan
yang menekankan perbedaan kuantitatif. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa
perbedaan inteligensi individu satu dengan yang lain itu memang secara
kualitatif berbeda, jadi pada
dasarnya memang berbeda.sedangkan yang
menitik-beratkan pada panangan yang kualitatif
berpendapat bahwa perbedaan inteligensi satu dengan yang lain hanyala
bersifat kuantitatif, jadi semata-mata
kerena perbedaan materi yang di terima atau karena perbedaan dalam proses
belajarnya.[3]
Persoalan
yang timbul ialah bagaimana dapat mengetahui taraf inteligensi itu. Mengenai
ini menggunakan tes inteligensi. Dengan tes inteligensi di maksudkan untuk
mengungkapkan taraf inteligensi individu yang dites. Binet adalah orang yang di
pandang sebagai orang pertama yang menciptakan tes inteligensi. Tes inteligensi
dari binet mula-mula di susun pada tahun 1905,yang kemudian mendapatkan
bermacam-macam revisi bain dari binet sendiri maupun dari para ahli lain. Tes
yang telah di susun dalam tahun 1905 itu kemudian di revisi oleh binet pada
tahun 1908 (revisi pertama) dan pada tahun 1911 diadakan revisi ke dua.
Dalam
tahun 1916 tes benit di revisi,dan di adap tasi yang terkenal dengan revisi
terman dari standford university dan di kenal dengan “standford revision”, atau “standford
binet”. Revisi ini diadakan untuk menyesuankan tes itu dengan keadaan di
Amerika,dan di pergunakan pengertian:[4]
IQ= MA/CA
(Anastasi, 1976)
Untuk
menghindari adanya angka pecahan maka rumus tersebut dikalikan 100 sehingga
rumus berbentuk:
IQ=MA/CA X 100
Menurut kekuatannya, kecerdasan ada
dua macam:
1. Kecerdasaan kreatif : ialah kecerdasan yang
berkekuatan untuk menciptakan sesuatu.
Misalnya, menciptan
kreta api, listrik,atom dan sebagainya.
2. Kecerdasan eksekutif : ialah kecerdasan yang
berkekuatan untuk mengikuti pikiran orang lain. Misalnya, mempelajari mencetak
, membuat rumah, dan sebagainya
Menurut kegunaanya, kecerdasan dapat di bagi
menjadi dua macam
1. Kecerdasan teoretis : ialah kecerdasan untuk memecahkan
soal-soal yang bersifat teori.
Misalnya, bekerja di laboratorium
2. Kecerdasaan praktis : ialah kecerdasaan untuk
mengambil tindakan atau untuk berbuat.
Misalnya, mengemudikan
mobil,sirkus,dan sebagainya
Macam-macam tes kecerdasan
1.
Intelegensi-tes Binet-Simon
Binet dan simon keduanya bangsa prancis,
menyelidiki intelegensi anak-anak berumur antara 3-15 tahun, untuk hubungan
dengan pengetahuan sekolah. Isinya antara lain menirukan kalimat-kalimat,
membuat kalimat dengan tiga perkataan
dan sebagainya. Dengan tes ini kita mendapatkan Perbandingan
Kecerdasaan disingkat PK atau intelegensi Quotient disingkat IQ. Iqterbut kita dapatkan dengan cara membagi
umur kecerdasaan (MA=Mental Age)
ialah jumlah nilai jawaban yang betul dibagi umur kalender (CA=Chronological Age) ialah umur anak yang
di selidiki, kemudian di kalikan 100.
Jalanya percobaan: mula-mula kita ajukan 5
pertanyaan yang sesuai dengan umur anak misalnya, anak berumur 6 tahun kita
ajukan pertanyaan yang sesuai dangan pelajaran anak 56 tahun. Kalau pertanyaan
tersebut terjawab semua,lalu diajukan pertanyaan-pertanyaan diatasnya (untuk
umur 7 tahun,8 tahun,10 tahun dan selanjutnya) sampai sama sekali tidak ada
pelajaran yang terjawab.
2.
Tes tentara (Army Mental Test) di amerika
Pada tahun 1917 di Amerika Serikat terpaksa
ikut dalam dunia I melawan Jerman karena itu, Amerika terpaksa membentuk
tentara secara besar-besaran dalam waktu singkat dalam tes tersebut di gunakan
psikoteknik, ialah ilmu jiwa yang mempelajari kesanggupan seseorang untuk
memegang suatu jabatan yang sesuai dengan kecerdasan masing-masing . karena
itu, tes meliputi senegara, tes ini kemudian disebut National
intelligence Test.
3.
Mental Test
Ialah tes untuk mengetahui segala kemampuan
jiwa seseorang yang meliputi fantasi,
ingatan, pikiran , kecerdasan, prasaan. Jadi, intelejensi test hanya
merupakan bagian dari mental test.
4.
Scholastic Test
Ialah
test mengetahui tingkat pengajar pada tiap-tiap mata pelajaran, pada tiap-tiap
kelas. Yang dipentingkan ialah bekerja dengan cepat dan baik.Test ini berguna
untuk mengganti ulangan umum atau ujian.
2. Kreativitas
a)
Pengertian Kreativitas[5]
Menurut Juan Huarte, seorang ahli filsafat
dari Spanyol, tingkat kecerdasan paling tinggi yang dimiliki manusia
adalah True creativity. Dengan kreativitas, manusia mampu
menciptakan karya yang tidak pernah dilihat, didengar, diraba, dan dicium
sebelumnya.
Kreativitas berasal dari kata to
create yang artinya membuat. Dengan kata lain, kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu, apakah itu dalam bentuk ide,
langkah, atau produk. Tetapi devinisi kreatif yang dibakukan akan membekukan
kreativitas itu sendiri. Oleh karena itu, dihadapan orang kreatif devinisi atau
makna apapun akan dengan mudahnya dimaknainya kembali secara kreatif. Kendati
demikian, demi kebutuhan kita memahami pengantar atau makna-makna dasar dari
kreativitas, kita dapat melihat, membaca, memerhatikan, atau merujuk pada
pemahaman yang sudah ada pada saat ini. Tanpa harus terpaku dengan devinisi yang
ada, kita dapat memahami devinisi-devinisi dari para ahli bidang apapun, untuk
dijadikan landasan dalam merumuskan pemaknaan dari kreativitas itu sendiri.
Berdasarkan pertimbangan itu, kita dapat
melihat kreativitas ke dalam empat aspek.
1.
Kreativitas itu dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau
energi yang ada dalam diri individu. Energi ini menjadi daya dorong bagi
seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
Menurut
Robert Franken, ada tiga dorongan yang menyebabkan orang bisa kreatif, yaitu
(a). Kebutuhan untuk memiliki sesuatu yang baru, bervariasi dan lebih baik,
(b). dorongan untuk mengomunikasi nilai dan ide, (c). keinginan untuk
memecahkan masalah. Ketiga dorongan itulah yang kemudian membuat seseorang untuk
berkreasi. Dengan kata lain, masalah kreativitas ini dapat dimaknai sebagai
sebuah energi atau dorongan dalam diri yang menyebabkan seseorang melakukan
tindakan tertentu.
2.
Kreativitas dimaknai sebagai sebuah proses, yaitu
proses mengelola informasi, melakukan sesuatu, membuat sesuatu, atau proses
yang tercermin dalam kelancaran, dan kelenturan dalam berpikir.
3.
Kreativitas adalah sebuah
produk. Penilaian orang lain terhadap kreativitas seseorang akan dikaitkan
dengan produknya. Maksud dari produk ini bisa dalam pengertian produk pikiran
(ide), karya tulis, atau produk dalam pengertian barang.
4.
Kreativitas dimaknai sebagai person. Kreatif ini tidak
dialamatkan pada produknya atau pada prosesnya. Tetapi kreativitas disini
ditujukan pada individunya. Menurut Sternberg (dalam Sfifa 2007) seseorang yang
kreatif adalah seseorang yang dapat berpikir secara
sintesis, artinya dapat melihat hubugan-hubungan di mana orang lain
tidak dapat melihatnya, dan mempunyai kemampuan untuk menganalisis ide-idenya
sendiri serta mengevaluasi nilai ataupun kualitas karya pribadinya, mampu
menerjemahkan teori dan hal-hal yang abstrak ke dalam ide-ide praktis sehingga
mampu meyakinkan orang lain mengenai ide-ide yang akan dikerjakannya.
b) Ciri-ciri orang Kreatif
1.
Berfikir di luar kotak, itu yang sering dikemukakan oleh
orang-orang kreatif. Orang kreatif selalu berfikir "di luar kotak",
mereka membuat sesuatu yang tak biasa dan yang bukan lazimnya. Apabila
kebanyakan orang berjalan di jalur biasa, orang kreatif bisa saja mengambil
jalan yang tidak biasa. Apabila orang lain berjalan di satu arah, orang kreatif
berjalan ke segala arah. Orang yang berpikir di luar kotak selalu mengemukakan
sesuatu yang tak dipikirkan orang lain.
2.
Tidak pernah takut dengan adanya saingan, bagi seseorang
yang kreatif, bersaing adalah hal yang menyenangkan karena dengan adanya
saingan berarti bisa berfikir dengan lebih keras lagi dan tidak mau tersaingi,
dan apabila tidak ada saingan maka tidak akan pernah ada perbandingan. Orang
yang takut bersaing berarti bukan orang yang kreatif.
3.
Selalu berfikir menggunakan otak kanan, dengan kita
menjalankan otak kanan maka keberanianlah yang akan muncul dalam diri kita.
4.
Memiliki pandangan pibadi, orang-orang kreatif memiliki
pandangan pribadi mereka sendiri untuk dunia yang diperhatikannya. Mereka
cenderung melihat dan bereaksi terhadap hal-hal yang berbeda dan mereka bahkan
cenderung untuk mendapatkan semangat atas hal-hal yang menurut orang lain belum
tentu berharga.
5.
Suka tantangan, orang-orang kreatif selalu suka dengan
tantangan. Mereka dapat dengan mudah memikirkan cara-cara untuk memecahkan
situasi yang sulit, karena kesulitan yang
6.
ketidakseriusan sedang mereka hadapi itu akan merangsang
pikiran artistik mereka.
Pada
umumnya kegagalan menjadi orang kreatif dan inovatif disebabkan oleh kita untuk
menjadi yang lebih baik, kekuatan seseorang yang kreatif dan inovatif datangnya
dari diri sendiri, serta ide yang realitis itu bukan dari orang lain.
c)
Memupuk Kreativitas
Menurut Teresa Amabile, ada tiga bahan dasar
untuk memupuk kreatvitas. Bahan pertama dan terpenting adalah
Keahlian dalam bidang khusus, atau keterampilan dalam hal tertentu.
Keterampilan ini merupakan penguasaan dasar dalam suatu bidang. Jadi, dasar
utama untuk menjadi kreatif adalah bisa menguasai bidang tertentu. Banyak orang
yang memiliki kecenderungan terhadap sesuatu, bakat adalah kecenderungan
alamiah untuk mampu menghasilkan karya besar dalam bidang tertentu. Akan
tetapi, tanpa pelatihan dalam keterampilan dalam suatu bidang, bakat yang
paling menjanjikan sekalipun akan luntur. Sebaliknya, dengan pengembangan
keterampilan yang layak, bakat yang biasa-biasa saja bisa menjadi basis bagi
kretivitas.
Bahan kedua adalah
keterampilan berpikir kreatif, yaitu cara mendekati dunia yang memungkinkan
untuk menemukan kemungkinan baru dan mewujudkannya hingga pelaksanaan akhir.
Keterampilan berpikir kreatif ini mencakup kemampuan untuk membayangkan tentang
kemungkinan yang beragam, seperti tekun dalam menangani persoalan, dan memiliki
standar kerja yang tinggi. Hal ini juga mencakup kemampuan untuk membalik
sesuatu dalam pikiran.
Unsur atau bahan ketiga atau
bahan terakhir yang berfungsi untuk mematangkan kreativitas adalah kecintaan.
Istilah psikologisnya adalah motivasi intrinsik, yaitu
dorongan untuk melakukan sesuatu semata demi kesenangan melakukannya, bukan
karena hadiah atau kompensasi. Motivasi ekstrinsik membuat seseorang melakukan
sesuatu bukan karena dia menginginkannya, tetapi karena melihatnya sebagai sebuah
keharusan. Kreativitas mulai matang ketika seseorang termotivasi murni oleh
kesenangan pada apa yang mereka lakukan. Ilmuwan yang paling sukses dan
inovatif tidak selalu yang paling berbakat, tetapi ilmuwan yang didorong oleh
rasa ingin tahu yang besar. Sampai pada tngkat tertentu, kecintaan yang kuat
bisa mengimbangi kuatnya bakat. kecintaan menjadi dasar yang kemudian
memunculkan ketekunan, orang yang peduli dengan kecintaan yang dalam tentang
apa yang mereka lakukan tidak akan gampang menyerah. Jika seseorang bertahan
dalam inovasinya, mereka akan terus maju. Seperti kata Edison, "Kegigihan
merupakan kejeniusan tersendiri".Dengan
demikian, hal penting yang harus diusahakan secara terus menerus untuk memicu
keberhasilan adalah membangun kreativitas diri secara maksimal. Dengan cara
ini, maka bakat yang telah tergalih dapat diexplorasi dengan baik.
B.
Emosi,frustasi
dan defence mechanisme
1.
Emosi
a)
Pengertian
emosi
Setiap individu pasti pernah mengalami suatu
pengalaman yang menyenangkan maupun menyedihkan. Sebagai contoh ( menyenangkan
) adalah pengalaman Ahfash saat menanti pengumuman kelulusan di SMP N 1 Pleret.
“Pengumuman dilakukan di dalam ruang kelas
dengan pemberian amplop oleh wali kelas kepada wali siswa yang berisi hasil
kelulusan dan perolehan nilai ujian nasional, sedang semua siswa menanti dari
luar ruang kelas. Ketika itu detak jantung Ahfash berdebar kencang, ia merasa
cemas hingga tangannya gemetar. Dari luar ruang kelas Ahfash dan semua siswa
diam dan mendengarkan perbincangan wali kelas dengan wali siswa. Puncak
kecemasan itu muncul saat ia mendengarkan wali kelas yang akan mengumumkan
kelulusan siswa di kelas itu, sang guru berkata “ ....dan hasilnya adalah,
semua siswa kelas IX G lulus 100%”. Ketika itu sungguh kegembiraan muncul dalam
benak Ahfash yang mengetahui bahwa semua siswa kelas IX G lulus termasuk
dirinya. Tetapi masih ada secerca kecemasan dalam dirinya yang ingin mengetahui
hasil perolehan nilai ujian nasionalnya. Kegelisahan itu kembali memuncak
ketika walinya keluar dari kelas dan memberikan amplop itu. Tangannya gemetar
saat memegang dan akan membuka amplop itu, ia gelisah dan dalam hatinya ia
senantiasa membaca lafadz basmalah. Dan saat ia membukanya untuk melihat
perolehan nilainya, ia kembali merasa sangat gembira, dan seketika itu perasaan
gelisah itu berubah menjadi rasa kegembiraan yang amat sangat”.
Di waktu waktu tertentu terkadang kita
menjumpai suatu pengalaman yang menimbulkan suatu perasaan yang kuat, baik itu
rasa gembira, sedih, gelisah atau cemas maupun perasaan perasaan yang lain,
misalnya adalah contoh diatas tentang pengalaman Ahfash ketika pengumuman
kelulusan di sekolahnya. Perasaan perasaan yang muncul itu pasti membawa gejala
gejala yang dapat dirasakan oleh tubuh kita, seperti detak jantung yang
bertambah cepat, tangan yang gemetar seperti dalam contoh pengalaman Ahfash.
Sulit bagi kita untuk mendefinisikan apa itu emosi karena semua akan memberikan
pengertian yang berbeda beda menurut apa yang dirasakan. Disini kita akan
menggunakan definisi umum : emosi adalah perasaan yang secara umum memiliki
elemen fisiologis dan kognitif serta mempengaruhi perilaku.
Misalnya adalah kita merasakan perasan
bahagia, kita dapat membedakan emosi ini dengan emosi yang lain, seperti takut,
gelisah, atau yang lainnya. Kemudian tanpa sadar kita melakukan eleman
fisiologis dari emosi tersebut, misalnya adalah senyum atau
tertawa lepas. Dan secara kognitif kita dapat mengetahui atau memahami apa yang
menyebabkan kita merasa bahagia.
Terdapat perdebatan yang muncul dari para
teoritikus tentang emosi dan aspek kognitif. Ada yang mengatakan bahwa emosi
merupakan tindakan yang muncul setelah aspek kognitif ( pemahaman kita tentang
suatu pengalaman yang sedang kita jalani ). Dan ada yang mengatakan
berkebalikan dari pernyataan yang pertama, bahwa aspek kognitif merupakan
pemahaman tentang emosi yang sedang kita rasakan. Karena para pengikut dari
kedua belah pihak yang terlibat perdebatan tersebut dapat menunjukkan
penelitian yang mendukung sudut pandang mereka, pertanyaan ini masih jauh dari
terselesaikan.
Kemudian
yang masih membingungkan adalah perbedaan antara emosi dengan perasaan yang
tidak dapat kita temukan dengan jelas. Perbedaan antara perasaan dan emosi
tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan
kwalitatif yang tidak jelas batasnya.[3] Akan tetapi ada yang
dapat mengemukakan perbedaan antara perasaan dan emosi yaitu Paul Ekman dalam
bukunya yang berjudul “Pedoman Membaca Emosi Orang”.( Sebuah episode
emosional bisa menjadi singkat, kadang berlangsung hanya beberapa detik, kadang
menjadi sangat lama. Jika episode tersebut berlangsung berjam jam, maka itu
adalah suasana hati, bukan sebuah emosi.
b)
Pembagian emosi
Menurut
beberapa sumber yang penulis baca, banyak darinya yang membagi emosi menjadi
dua bagian, yaitu emosi positif dan emosi negatif.
1) Emosi
Positif
Emosi
positif adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap
seseorang yang mengalaminya. Diantara yang termasuk emosi positif adalah
bahagia, cinta, harapan, romansa, keyakinan, seks, dll. Banyak penelitian yang
dilakukan oleh para ahli tentang keterkaitan emosi positif ini dengan
kesehatan.
2) Emosi
Negatif
Emosi
negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan
dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Diantara
yang termasuk emosi negatif adalah takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah,
dll. Banyak dari ahli yang berpendapat bahwa emosi negatif yang terlalu diluap
luapkan akan berdampak negatif pada kesehatan, juga dapat menghentikan
aktivitas aktivitas positif. Meskipun emosi negative banyak membawa dampak
buruk bagi diri sendiri maupun orang lain, bukan berarti “kodrat alami manusia”
ini tidak membawa manfaat. Jika kita mau , kita dapat mengalihkan energi
negatif ( yang banyak membawa kerugian ) menjadi energi positif ( yang banyak
membawa manfaat ). Misalnya, emosi marah apabila dikelola dengan benar bisa
menjadi kekuatan dalam bentuk semangat kerja, belajar, dan untuk berprestasi.
Emosi
selalu hadir dalam keseharian kita ketika menjumpai suatu pengalaman atau
peristiwa. Kita akan merasa senang mendapat bantuan dari orang lain saat
mengerjakan tugas yang banyak sedang kita tidak mampu untuk menyelesaikannya
sendiri. Juga akan merasa bersalah ketika tidak mampu menepati janji yang telah
dibuat bersama sang kekasih. Maka dari itu, kita dapat membayangkan apa yang
akan terjadi dalam keseharian kita tanpa hadirnya emosi, hidup akan terasa
hampa ibaratkan sayur tanpa garam. Kita tidak akan pernah merasakan yang
namanya marah, gelisah, cemas, jijik, takut, hingga mungkin bahagia, nyaman,
bangga, dan cinta. Psikolog telah mendefinisikan beberapa fungsi penting dari
emosi bagi kehidupan kita sehari hari ( Frederickson & Branigan, 2005;
Fridja, 2005; Gross, 2006; Siemer, Mauss, & Gross, 2007 ).[8] Diantaranya yang penting
adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk bertindak.
Emosi berperan sebagai penghubung antara sensasi dengan persepsi. Contohnya
bila kita bertemu melihat seekor anjing penjaga yang lari ke arah kita,
kemudian pesan sensorik dikirimkan dari mata ke sistem saraf pusat, emosi
“takut” yang kita rasakan akan memberi pesan untuk “lari”, sebagai respon atau
persepsi atas pesan sensoris dari mata tersebut. Kedua, emosi
membentuk perilaku kita di masa depan. Suatu emosi yang kita rasakan dimasa
lampau semisal perasaan tidak nyaman makan di “angkringan”, akan merangsang
kita untuk menghindarinya ( makan di angkringan ) dimasa yang akan
datang. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa berkomunikasi
dengan orang lain secara lebih efektif. Emosi memiliki elemen fisiologis yang
dapat membantu kita mengetahui suasana hati atauperasaan yang sedang
dirasakan oleh orang lain, sehingga kita tahu bagaimana cara yang sesuai untuk
berinteraksi dengan orang tersebut.
Dalam
susunan system rumit yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dalam diri
setiap manusia, terdapat salah satunya adalah system syaraf otonom. System
syaraf ini berguna untuk mengawasi proses proses dalam diri setiap manusia
tanpa disadari oleh manusia tersebut, misalnya adalah proses bernafas,
perncernaan, dan denyut jantung. System syaraf otonom ini dibagi menjadi dua
bagian menurut fungsinya, yaitu system syaraf simpatetis dan parasimpatetis.
System
syaraf simpatetis adalah system syaraf yang bekerja merangsang tubuh, dengan
meningkatkan denyut jantung, aliran darah ke otak, dan pernafasan. Semua
perubahan ini menyiapkan kita untuk suatu tindakan. Namun, system syaraf
simpatetis ini melambatkan proses pencernaan, karena memang bukan suatu
tindakan yang diperlukan pada saat itu.
System
syaraf parasimpatetis adalah system syaraf yang berkebalikan dari system syaraf
parasimpatetis, yaitu menenangkan tubuh dengan melambatkan ( merelaksasi )
denyut jantung, aliran darah ke otak, dan pernafasan, serta meningkatkan lagi
kerja system pencernaan.
Emosi
seperti marah dan rasa takut diasosiasikan dengan meningkatnya aktivitas saraf
simpatetis seperti yang terjadi pada peningkatan tekanan darah dan denyut
jantung yang semakin cepat. Sedangkan perasaan bahagia dan puas
diasosiasikan dengan meningkatnya aktivitas system syaraf parasimpatetis
seperti memperlambat denyut jantung, dan pernafasan yang kembali normal.
Perbedaan
fungsi dari kedua system syaraf ini dapat dilihat dalam tabel berikut :
Saraf simpatetis
|
Yang dipengaruhi
|
Saraf parasimpatetis
|
Meningkatkan
|
Aliran darah ke otak
|
Menurunkan
|
Melakukan dilasi/ pembesaran
|
Pupil mata
|
Membatasi/
memperkecil
|
Lebih cepat
|
Kecepatan bernafas
|
Lebih lambat
|
Lebih cepat
|
Denyut jantung
|
Lebih lambat
|
Meningkat
|
Jumlah keringat di kulit
|
Menurun
|
Berkurang
|
Aktivitas pencernaan
|
Meningkat
|
Meningkat; hormon homon stres dikeluarkan
|
Aktivitas kelenjar adrenal
|
Menurun; hormon hormone stres dihambat
|
Beberapa perubahan perubahan pada tubuh pada saat emosi
dapat kita rasakan. Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga
perubahan perubahan pada tubuh kita antara lain:
1)
Reaksi elektris pada kulit
: meningkat bila terpesona.
2)
Peredaran darah : bertambah
cepat bila marah.
3)
Denyut jantung : bertambah
cepat bila terkejut.
4)
Pernafasan : bernafas
panjang kalau kecewa.
5)
Pupil mata : membesar bila sakit
atau marah
6)
Liur : mongering kalau
takut atau tegang.
7)
Buluroma : berdiri
kalau takut.
8)
Pencernaan : mencret
mencret kalau tegang.
9)
Otot : ketegangan dan ketakutan
menyebabkan menegang atau bergetar (tremor ).
10) Kompisi
darah : komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosionil karena
kelenjar kelenjar lebih aktif.
Emosi
mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pematangan
dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi
ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat
tertawa. Pada saat bayi lahir,satu satunya emosi yang nampak adalah
kegelisahan yang di tunjukkan dengan menangis bahkan sampai meronta ronta. Pada
keadaan tenang, sang bayi tidak menunjukkan emosi apa apa.
Tiga
bulan kemudian baru nampak pembedaan. Sekarang terdapat dua ekstrimitas, yaitu
rasa tertekan atau terganggu dan rasa senang atau gembira. Semakin sang bayi
bertambah besar, emoi ikut melakukan perkembangan. Di usia lima bulan, marah
dan benci mulai dipisahkan dari perasaan tertekan dan terganggu. Usia 7
bulanmulai nampak perasaan takut.[14] Kemudian dilanjutkan pada usia
sekitar 10 – 12 bulan perasaan bersemangat mulai berdpisah dari perasaan
senang..
Setelah
itu emosi bayi tersebut akan berkembang dari proses belajarnya. Faktor
kebudayaan dilingkungannya akan sangat berpengaruh pada proses belajar bayi ini
tentang emosi dan cara menyatakannya. Sehingga ekspresi tersebut dapat dipahami
oleh orang orang yang berada dalam satu kebudayaan.
2.
Frustasi
Frustrasi dari bahasa
Latin frustratio, yaitu perasaankecewa atau jengkel akibat terhalang dalam pencapaian
tujuan.Frustasi dapat diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai
suatu tujuan (Markam,2003). Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang
tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin
meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat berasal
dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang
mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri
seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian
tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari
frustrasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi
satu sama lain. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di
luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung
mendapatkan jodoh. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang
biasanya dihadapi oleh individu seperti :
·
Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana
alam dan sebagainya.
·
Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan
hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek kehidupan.
·
Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi
individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik
bisa menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.
Seorang
psikolog biasanya menggunakan istilah ini untuk :
1) Mengetahui keadaan yang timbul apabila
terdapat halangan dalam usaha untuk memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan,
harapan atau tindakan tertentu.
2) Menyebut hambatan atau halangan itu sendiri.
Keinginan, kebutuhan, tujuan, harapan dan
tindakan tiap orang berbeda-beda.Hal-hal tertentu mungkin membuat orang lai
tidak demikian.Salah satu sebab yang membuat orang frustasi adalah rintangn
fisik, pribadi dan sosial.Frustasi ini juga bisa menimbulkan dua kelompok
diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif) dan
sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak
(negatif).Frustasi dengan demikian bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu
yang sifatnya bisa negatif dan positif.
Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Positif
1)
Mobilitas dan penambahan aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam
usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy,
potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua
kesulitan.Frustasi tersebut dengan demikian menjadi stimulus untuk memobilisir
segenap energy dan tenaga hingga mampu menmbus setiap rintangan.
2)
Besinnung (berfikir secara mendalam disertai wawasan
jernih)
Setiap frustasi memang memberikan masalah,
maka dari itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan
mengambil satu jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar
dapat mencari jalan atau alternative penyelesaian lain.
3)
Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi
dengan sikap yang rasional dan sikap ilmiah.Semua ini dilakukan jika kita mulai
belajar menggunakan pola yang positif dalam menanggulangi setiap kesulitan
sejak berusia masih sangat muda.
4)
Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap
dengan sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak
sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5)
Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi
kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang di bidang
lainnya.Dan semua itu adalah jalan untuk menghidupkan spirit perjuangan yang
agresif dan tidak mengenal rasa menyerah.
6)
Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti keceYaitu usaha
untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic,
dorongan-dorongan biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam
bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat.
Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Negatif
1) Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap dan
mengadakan penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan.Biasanya ada
pula tindakan sadistic dan membunuh orang.Agresi ini sangat mengganggu fungsi
intelegensi sehingga harga dirinya merosot.
2) Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola
primitive dan kekanak-kanakan.Tingkah laku tersebut didorong oleh adanya rasa
dongkol, kecewa ataupun tidak mampu memecahkan masalah.Tingkah laku di atas
adalah ekspresi rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
3) Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu
melakukan sesuatu yang bentuknya stereotype, yaitu selalu memakai cara yang
sama. Semua itu dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan
kedongkolan ataupun alat balas dendam.
4) Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan adalah usaha untuk menghilangkan
atau menekankan ketidak sadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat,
nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif.Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar
maka terjadilah komplek-komplek terdesak yang sering mengganggu ketenangan
batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah
baca, dll.
5) Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak
wajar atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak
rasionaldengan tidak menyenangkan.
6) Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan atau
memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang negatif pada orang lain.
7) Tehnik anggur masam
Usaha memberikan atribut yang jelek atau
negatif pada tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8) Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan atribut-atribut yang
bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9) Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan
orang lain. Semua itu bertujuan untuk memberikan keputusan semu pada dirinya.
10) Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya
penting dan disertai dengan cinta diti yang patologis dan
berlebih-lebihan.Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dengan dunia
luar.
11) Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari
dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap
kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka
bila tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan
bertumpuknya kesulitan hidup, makin bertambah konflik-konflik batin yang kronis
lalu terjadilah disintregasi kepribadian.
1.
Stres
Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik,
psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stres dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stres juga dapat
diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam
mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang. Dan apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini
maka stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik
atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979)
menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stres menyebabkan segala
peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stres
berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa
stres adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stres
adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stres,
stres dapat diartikan sebagai:
ü Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh
perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari
setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani
tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
ü Sebagai suatu tanggapan penyesuaian,
dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan
suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada
seseorang.
Menurut
Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stres hanyalah merupakan
badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung
pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres
bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap
reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai
oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian
Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap
stresor fisik yang berbeda.
Pada
penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami
kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor
dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan
dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek
yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut
Selye (Bell, 1996) stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction)
terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis,
seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan
terhadap stresor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika
individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus
(1984) menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai:
ü Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau
kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan
stresor.
ü Respon, yaitu stres merupakan suatu respon
atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang
menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut,
cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
ü Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu
proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui
strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi,
stres dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stres dapat
mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung
bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stres atau bagaimana individu
tersebut mempersepsikan stres yang sedang dihadapinya.
Gejala-gejala orang yang mengalami stres :
ü Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap
teman, keluarga dan kolega.
ü Bertindak secara agresif dan defensif
ü Merasa selalu lelah
ü Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa
ü Palpitasi atau jantung berdebar-debar
ü Otot-otot tegang
ü Sakit kepala, perut dan diare.
Stres
bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal
dari berbagai bidang kehidupan manusia.Konflik antara dua atau lebih kebutuhan
atau keinginan yang ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan juga bisa
menjadi penyebab timbulnya stres.
Ada
beberapa macam strategi dalam menghadapi stres, yaitu :
2.
Strategi stres dalam perilaku
a) Memecahkan persoalan secara tenang
Yaitu mengevaluasi kekecewaan atau stres
dengan cermat kemudian menentukan langkah yang tepat untuk diambil, setelah itu
mereka mempersiapkan segala upaya dan daya serta menurunkan kemungkinan
berbahaya.
b) Agresi
Stres sering berpuncak pada kemarahan atau
agresi.Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila terjadi hal itu hanyalah
berupa respon penyesuaian diri. Contohnya adalah mencari kambing hitam,
menyalahkan pihak lain dan kemudian melampiaskan agresinya kepada sasaran itu.
c) Regresi
Yaitu kondisi ketika seseorang menghadapi
stres kembali lagi pada perilaku yang mundur atau kembali ke masa yang lebih
muda (memberikan respons seperti orang dengan usia yang lebih muda). Menurut
penelitian klasik yang dilakukan Roger, Tamara Dembo, dan Kuret Lewin
memperlihatkan bahwa regresi adalah respon umum bila menghadapi frustasi.
d) Menarik diri
Merupakan respon yang paling umum dalam
mengambil sikap.Bila seseorang menarik diri maka dia memilih untuk tidak
mengambil tindakan apapun.Respon ini biasanya disertai dengan depresi dan sikap
apatis.
e) Mengelak
Seorang yang mengalami stres terlalu lama,
kuat dan terus menerus maka ia akan cenderung mengelak. Contoh mengelak adalah
mereka melakukan perilaku tertentu secara berulang-ulang.Hal ini sebagai
pengelakan diri dari masalah demi mengalahkan perhatian.Dalam usaha mengelakkan
diri, orang Amerika biasanya menggunakan alcohol, obat penenang, heroin dan
obat-obatan dari bahan kimia lainnya.
3.
Strategi mengatasi stres secara kognitif
a) Represi
Adalah upaya seseorang untuk menyingkirkan
frustasi, stres, dan semua yang menimbulkan kecemasan.
b) Menyangkal kenyataan
Menyangkal kenyataan mengandung unsur
penipuan diri. Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia menganggap tidak
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk melindungi
dirinya sendiri.
c) Fantasi
Dengan berfantasi orang sering merasa dirinya
mencapai tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stres.Orang yang
sering melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih
menarik daripada kemyataan yang sesungguhnya. Bila fantasi dilakukan secara
sedang-sedang dan dalam kendalian kesadaran yang baik, maka frustasi menjadi
cara yang sehat untuk mengetasi stres.
d) Rasionalisasi
Rasionalisasi ini dimaksudkan segala usaha
seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara social untuk
membenarkan atau mnyembunyikan perilakunya yang buruk.Rasionalisasi juga bisa
muncul ketika seseorang menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura
menganggapnya buruk adalah baik atau sebaliknya.
e) Intelektulisasi
Seseorang yang menggunakan taktik ini maka
yang menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan sebenarnya supaya
tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara emosional. Dengan
intelektualisasi seseorang setidaknya dapat sedikit mengurangi hal-hal yang
pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya dan memberikan kesempatan pada
dirinya untuk meninjau permasalahan secara subjektif.
f) Pembentukan reaksi
Seseorang dikatakan berhasil menggunakan
metode ini apabila dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sesungguhnya
baik represi atau supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan dengan
kenyataan yang dihadapi.
g) Proyeksi
Seseorang yang menggunakan tehnik ini
biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain yang tidak
disukai dengan sesuatu yang ia perhatikan itu akan diperbesar-besarkannya lagi.
Tehnik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus
menghadapi kenyataan akan keburukan dirinya.
4.
Determinan strategi mengatasi stres
Menurut penelitian di laboratorium
menunjukkan bahwa menggunakan tehnik untuk mengatasi stres tertentu dapat
ditingkatkan atau dikurangi dengan cara memberi penguatan atau hubungan. Adanya
tantangan, fantasi ketidak puasan dan dukungan orang tua dalam menghadapi anak
stres secara pasti akan sangat berhubungan erat dengan ketakutan anak ini
mengatasi stres dikemudian hari. Psikolog Keister dan Rutn Updegras
memperlihatkan bahwa anak-anak dapat secara aktif untuk mengatasi stres secra
konstruktif. Mereka membuat program untuk anak dan remaja yang bereaksi
terhadap frustasi karena kegagalan dengan cara menangis, menyerah, bergantung
kepada orang lain dan berperilaku agresif. Pada anak seperti ini diberikan
serangkaian tantangan yang diawali dengan paling mudah kemudian perlahan-lahan
meningkat pada yang lebih sulit.
Gaya seseorang menyelesaikan masalah tergantung
pada kebiasaan standar kebudayaan dimana dia dibesarkan.Tingkatan kognitif juga
mempengaruhi strategi seseorang untuk mengatasi stres.
5.
Penyesuaian Diri
Selama masa remaja orang mengalami banyak
tantangan. Para remaja biasanya dihadapkan pada berbagai perubahan yang
cepat dalam hal berat badan dan perubahan bentuk tubuh, kematangan
seksual, kemampuan kognitif yang baru serta berbagai tuntutan dan harapan
dari keluarga, teman-teman serta masyarakat.Senada dengan itu, lingkungan
menuntut serta mengharapkan yang berbeda pada remaja tersebut.Para remaja
tersebut diharapkan dapat menunjukkan identitas diri dan harus dapat membentuk
identitas diri.
Menurut Erikson pada setiap tahapan hidup
orang terdapat empat krisis yang timbul selama masa remaja dan masa dewasa.
Empat tahapan tersebut adalah :
1. Identitas versus kekaburan peran
2. Keintiman versus keterasingan
3. Generativitas (keterlibatan dengan dunia dan
generasi penerus) versus kepentingan diri sendiri, dan
4. Integritas (menerima kehidupan) versus
keputusasaan.
Pada awalnya perkembangan anaka laki-laki
cenderung memperlihatkan perilaku yang menimbulkan kesulitan di sekolah dan di
rumah dibandingkan dengan anak perempuan. Tetapi menjelang remaja, anak
perempuan akan lebih banyak menghadapi kesulitan yang berhubungan dengan
kematangan seksual. Dalam hal ini maka anak perempuan cenderung lebih cepat
melakukan penyesuaian diri dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Diana
Baumrind dan glen Elder bahwa pengaruh orang tua mempunyai hubungan dengan
strategi penyesuaian diri selama remaja, terutama pada remaja laki-laki. Orang
tua yang otoritatif, biasanya akan mengajak anak-anaknya terlibat langsung
dalam hal memecahkan masalah dalam keluarga. Tujuan orang tua mengajak langsung
anak-anaknya dalam menyelesaikan masalah keluarga adalah agar anak-anak diberi
kesempatan untuk mengalami setiap kejadian apapun secara bertahap dibawah orang
tua, serta anak-anak diberi kesempatan untuk mulai bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri. Anak yang berasal dari keluarga ini biasanya pada masa
remajanya akan memperlihatkatkan rasa percaya diri yang cukup besar, bebas dan
menghargai dirinya sendiri, serta dapat berkomunikasi dengan anggota keluarga.
Sementara orang tua yang Ototarian lebih
mementingkan hukuman, memaksakan taktik tertentu bila sedang terjadi suatu
konflik yang sedang menimpa anaknya.Mereka mengutamakan kepatuhan total.
Dipihak lain juga ekstrem adalah orang tua yang Laissez faire (segala perbuatan
anaknya dibenarkan, jarang memberika tanggung jawab pada anak). Remaja yang
berasal dari keluraga semacam ini biasanya akan sulit untuk menyesuaikan diri.
Pada masa remaja pengaruh teman sebaya sangat kuat, yang mana pengaruh ini
dapat mengalahkan pengaruh orang tua, meskipun orang tua telah bersikap mengerti
dan menerima serta menolong seluruh angora keluarga.
Secara berturut-turut, langkah yang dilakukan
untuk penyesuaian diri terhadap stresadalah :
1. Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan
jenis stres (kategorisasi) dan memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres
itu.
2. Merumuskan
alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan tindakan yang paling
mungkin untuk dilakukan
3. Melaksanakan
tindakan adalah langkah yang paling sungkar.
4. Melihat
feedback. Kalau langkah-langkah pertama berhasil maka diteruskan, kalau tidak
segera lakukan alternatif lain.
Selain Id dan superego, menurut freud,ada
mekanisme lain yang juga berpengaruh terhadap prilaku manusia terutama prilaku
yang tidak sehat. Mekanisme ini dinamakan defence
mechanism atau mekanisme pertahanan diri. Sebagian dari cara individu
mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stres,ataupun konflik ialah dengan
melakukan mekanisme pertahanan diri, baik yang ia lakukan secara sadar ataupun
tidak. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (Defence mechanism). Untuk menunjukan
proses tak sadar yang melindungin si indi vidu dari kecemasan melalui permutar
balikan kenyataan. Pada dasarnya, strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi
objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan
masalah ini jadi, mekanisme pertahanan diri merupakan bentuk penipuan diri.
Berikut ini beberapa mekanisme
pertahanna diri yang biasa terjadi dan
dilakuan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang mengalami
pergulatan yang dahsyat dalam perkembanganmya mengarah ke arah kedewasan.
a)
Mekanisme pertahanan diri
Dari mekanisme pertahanna diri
berikut.diantaranya di kemukan oleh freud
tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis
lainnya.
1.
Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu
untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, krisis keuangan, dan sejenisnya
yang menimbulkan kecemasan. Bila represi ter jadi, hal-hal yang mencemaskan itu
tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap
prilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat di pandang sebagai bukti akan
adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak
terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karna mereka membuat
keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya.
Sudah menjadi umum banyak individu pada
dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya.
Berikut
bukti, misalnya:
·
Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk
mengenali susuatu yang tidak menyenangkan, dibanndingkan dengan hal-hal yang
menyenangkan.
·
Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar
kejadian yang menyesakkan dada.
·
Lebih sering mengomunkasikan berita baik dari pada berita
buruk
·
Lebih mudah mengingat hal-hal yang positif dari pada yang
negatif
·
Lebih sering menekakan pada kejadain yang membahagiakan
dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.
2.
Supresi
Merupakan suatu proses pengendalian yang
terang-terangan ditunjukkan menjaga aga implus-implus dan dorongan-dorongan
yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan ini secara pribadi
tetapi mengingkarinya secara umum). Individu-individu sewaktu-waktu
menyampingkan ingantan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitikberatkan
kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang di tindas (supresi) tetapi
umumnya tidak menyadari akan dorongan dorongan-doronga atau ingatan yang di
tekan (represi).
3.
Reaction formation (perbentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan
reaksi ialah ketika dia berusaha menyembunyikan motiv dan perasaan yang segungguhnya
(mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang
berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini, individu ini dapat
menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk
menghadapi ciri-ciri priibadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak
jarang buat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang
atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan
permusuhan ditutupi dengan tindakan kebaikan.
4.
fiksasi
Dalam menghadapi kehidupanya , individu
dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya prustasi dan mengalami
kecemasan, sehingga membuat individu ini merasa tidak sanggup lagi untuk
mengdapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau
selamanya.dengan kata lain , individu menjadi terpiksasi pada satu tahap
perkembnagan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu sangat
tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri
dengan fiksasi , kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri pada remaja
dimana terjadi prubahan yang drastis sering kali dihadapkan untuk melakukan
mekanisme ini.
5.
Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi
individu bila berada dalam situasi prustasi, setidaknya pada anak anak . ini
dapat pula terjadi bila indivudu yang menghdapi tekanan kembali pada metode
prilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih mudah . ia memberikan respon
seprti individu dengan usia yang lebih mudah dalam (anak kecil). Misalnya, anak
yang baru memporoleh adik, akan memperlihatkan respon mengompol atau menghisap
jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukanya.
Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknya dianggap sebagai krisis
bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari
keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang
dirasakan nya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman , atau individu
menggunakan strategi regresi ,karena belum pernah belajar respons – respons
yang lebih efektif terhadap problem ini
atau iya sedang , mencoba mencari perhatian
6.
Menarik diri
Raaksi ini merupakan respon yang umum dalam
mengambil sikap. Bila individu menarik diri , dia tidak memilih mengabil
tindakan apapun. Biasanyarespon ini disertai dengan depresi dan apatis.
7.
Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh setres
yang lama, kuat , dan terus menerus , individu cenderung untuk coba mengelak .
bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan yang tidak
langsung.
8.
Denial (menyangkal kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan , maka dia
menggapan tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenanagkan (
mereka sadar sepenuhnya) dengan maksut untuk melindungi dirinya sendiri .
penyangkalan kenyataan juga mengandung usul penipuan diri .
9.
fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang b mungkin
menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari
dirinya, dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat
menimbulkan kecemasan, dan mengakibatkan frustasi. Individu yang sering kali
terlalu banyak melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi melamunnya ini
lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini
dilakukan secara profisional dan dalam pengendalian kesadaran yang baik, maka
fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu
berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.
10. Rasionalisme
Rasionalisme sering dimaksudkan sebagai usaha
individu untuk mencari-cari alsan yang dapat di terima secara sosial untuk
membenarkan atau menyembunyikan prilakunya yang buruk. Rasionalisme jga muncul
ketika individu menipu dirinya sendiridengan berpura-pura menganggap yang buruk
ialah baik, atau yg baik baik ialah yang buruk
11. Intelektualisasi
Apabilah individu mengggunakan teknik
intelektuakisasi maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan
perasaan yang sangat menekan dengan cara analistis, intelektual,dan sedikit
menjauh dari persoalan. Dengan intelektualisasi manusia dapat sedikit me
ngurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya. Dan
memberikan kesemoatan pada dirinya untuk meninjau permasalahan objektif.
12. Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi
ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang
tidak dia sukai daa apa yang dia perhatikanini akan cenderung di
besar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat di gumnakan untuk mengurangi jecemasan
karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal
ini,refresi tau supresi sering kali digunakan pula.
b)
Apakah Hati Nurani Superego????
Apa yang diuraikan diatas adaklah simflikasi
dari teori psikoalnalisis yang sebenarnya jauh lebih kompleks dari sekedar
uraina di atas. Berikutnya,akan di uraikan kaitannya antara superoego dan hati
nurani. Apakah hati nurani merupakan bagian dari dari superego atau superego
merupaka bagian dari hati nurani? Para ahli berpendapat bahwa superego tidak
dapat disamakan dengan hati nurani. Alasan untuk tidak menyamakan keduanya
ialah karena keduanya digunakan dalam konteks yang berbeda. Secara implisit
indi dapat di peroleh bahwa superego
lebig digunakan dalam konteks psikoanalitas.adapun hati nurani lebih digunakan dalam konteks etis. Kedua konteks ini
memiliki frame of reference berbeda.[7]
Faktor yang tidak mengidentifikasikn superego
dengan hati nurani, wilayah dalam kesadaran tempat keduanya beraktivitas.
Aktivitas Superego untuk sebagian berada pada tataran tak disadari.
Pada saat seseorang merasakan perasaan
bersalah ini sendiri bisa tetap tak di sadari. Sebaliknya, hati nurani hanya
dapat berfungsi pada wilayah sadar.
Peranan hati nurani dalam kehidupan etis
dapat fungsional hanya bila seseorang menyadari rasa bersalah dan tahu mengapa
ia merasa bersala
Taraf sadar merupakan keharusan supaya hati
nutanu ini dapat berfungsi dengan baik. Tanpa disadari mustahil hati nurani
dapat berperan sebagai penuntun di bidang moral. Keduanya mempuyai hubungan yang sangat erat. Dalam paham psikoanalisis,
super ego di asumsikan sebagai dasar psikologis bagi fenomena etis yang di sebut hati nurani. Hal ini karena super ego
bersifat lebih luas daripada hati nurani. Ataulebih tepat dikatakan bahwa hati
nurani merupakan salah satu unsur dalam super ego.dalam buku terakhirnya, introduce to psychoanaliysis (1933),
frued menyatakan bahwa selain hati nurani, super ego juga meliputi self-obsevation dan ego ideal, gambaran
yang di pakai seseorang untuk mengukur
dirinya dan sebagai standar yang harus di kejar.
Super ego terbentuk dari proses internalisasi
printah orang tua. Fungsi pesikis manusia pada per mulaan hidupnya ialah sama
dengan nol. Dari titik nol ini, selanjutnya mengalami suatu perkembangan yang
kompleks sehingga akhirnya mencapai tarap dewasa. Yang harus di perhatikan
ialah seseorang harus mampu membedakan rasa bersalah yang patologis dan etis sebagai
fenomena dari hati nurani.
Psikoanalisis yang justru berupayah membantu
kita untuk membedakan antara rasa bersalah yang kurang sehat dan autentik.
Maksudnya, rasa bersalah yang terpancar dari keperaibadian yang untuh.
1.
Psikososial
Menurut erik eric son (1963), perkembangan
psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing masing-masing tahap
psikososial memiliki dua komponen yang baik(yang diharapkan) dan yang tidak
baik (yang tidak diharapakan). Perkembangan perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah-masalah pada tahap masa sebelumnya. Adapun
tahap-tahap perkembangnnya, psikososial anak sebagai berikut:
·
Percaya Vs. Tidak percaya(0-10 tahun)
Komponen yang sangat penting untuk berkembang
ialah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama
kehidupan.
·
Otonomi Vs. Rasa Malu dan Ragu(1-3 tahun)
Pada masa ini alat gerak dan rasa teah metang
dan rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan otonomi selama periode
balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubih, dir,
dan lingkungnnya.
·
Inisiatif Vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Pada tahap ini, anak belajar mengendalikan
diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak
muali menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai memperluas ruang
lingkup pergaulannya,misalnya menjadi aktif di luar rumah,kemampuan berbahasa
semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara kandung untuk
menang sendiri. Peran ayah telah mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segi
tiga antara ayah-ibu-anak sangat penting untuk membina kemantapan identitas
diri.
·
Induari Vs. Inferioritas(6-12 tahun)
Pada
tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang
akhirnya dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau
orang tua dalam waktu terbatas yaitu utuk sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam
pengertian emosi, setiap orang member definisi yang berbeda beda, namun menurut
pengertian umum, emosi adalah perasaan yang secara umum memiliki elemen
fisiologis dan kognitif serta mempengaruhi perilaku. Kebanyakan membagi emosi
menjadi dua bagian yaitu emosi positif ( senang, bahagia, cinta, dll ) dan
emosi negatif ( marah, sedih, takut, kecewa, dll ). Fungsi emosi diantaranya
adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk
bertindak. Kedua, emosi membentuk perilaku kita di masa
depan. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa berkomunikasi
dengan orang lain secara lebih efektif. Secara biologis emosi dekendalikan
oleh system syaraf otonom yang dibagi menjadi system syaraf simpatetis dan
parasimpatetis.
Frustasi
merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan
aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan
hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri
(eksternal) seseorang yang mengalaminya. Frustasi bisa menimbulkan dua
kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif) dan sebaliknya
juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak (negatif).
·
Pada dasarnya, stres adalah
sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan
stresor dan ketegangan yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
·
Seseorang dapat melakukan
bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap
orang mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari
kemampuan-kemampuan yang dimiliki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan,
dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam emghadapi stres, seseprang dapat
mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu mengarahkan tindakannya pada
sasaran tertentu untuk mengatasai sebab-sebab stres. Sifat-sifat dan tidakan
yang terarah pada sasaran ialah objektif, rasional dan efektif.
Secara
berturut-turut,langkah yang dilakukan untuk penyesuaian diri terhadap stres
adalah :
a)
Menilai situasi stres,
yaitu menggolongkan jenis stres (kategorisasi), dan memperkirakana bahaya yang
berkaitan dengan stres itu.
b)
Merumuskan alternatif
tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan tidakan ayng paling
mungkin dapat dilakukan.
c)
Melaksanakan tindakan
adalah langkah yang paling sukar.
d)
Melihat feedback.
B. SARAN
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun ini,masih terdapat
kekurangan disana sini, oleh karena itu penulis sangat meminta
kritikan dan saran dari para pembaca agar makalah yang saya buat ini bisa
menjadi lebih baik lagi dan bisa berguna bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Ardi Tristiadi, dkk.
Psikologi Klinis. 2007. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Slamet, Suprapti I.S. , Sumarmo Markam.
Pengantar Psikologi Klinis. 2003. UI Press : Jakarta.
Syukur, Abdul. 2011. Beragam Cara
Terapi Gangguan Emosi Sehari-hari. Yogyakarta: DIVA press.
Ahmadi. Abu, 2009. Psikologi
Umum. Jakarta : Rineka Cipta
[1]
Ahmadi. Abu, 2009. Psikologi Umum.
Jakarta : Rineka Cipta . Hlm: 176.
[3]
Ibid...Hlm 175
[4]
Ibid,...hlm : 92
No comments:
Post a Comment