1

loading...

Thursday, November 7, 2019

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN


MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN 

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan dan asas tersebut sangat peting,karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
            Beberapa diantara lndasaan filosofi,sosiologis,dan kultural,yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan.kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan.dengan wawasan dan pendidikan yang tepat,serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula,akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam meranvang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
            Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan,serta beberapa hal yang yang berkitan dengan penerapannya.landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis,sosiologis,cultural,psikologis,dan iptek.sedangkan asas asas pendidikan yang dikaji adalah asas tut wuri handayani,asas belajar sepanjang hidup,dan kemandirian dalam belajar.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1.Apakah yang dimaksud Landasan Pendidikan?
2.Apa sajakah landasan pendidikan?
3.Apa sajakah asas asas pendidikan?
C.Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas  dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui pengertian dari landasan pendidikan
  2.Untuk mengetahui maacam macam landasan pendidikan
  3.Untuk mengetahui macam macam asas asas pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A.Landasan-Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah suatu yang universal dan berlangsung secara berkelanjutan dari generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Sedangkan landasan pendidikan adalah tumpuan  atau pemicu berdirinya suatu pendidikan.
Fungsi dari landasan pendidikan ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai pemicu  untuk berdirinya  suatu pendidikan tersebut.
1.Landasan Agama/RELIGIUS
 -Landasan Tauhid
            Tauhid merupakan landasan utama dalam aspek kehidupan manusia,termasuk aspek pendidikan. Menurut Muhammad Fazlul Rahman Anshari,tauhid sebagai filsafat dan pandangan hidup umat islam meliputi:
Konsep ketauhidan Allah
Konsep ketauhidan Kehidupan
Ketauhidan Natural dan Supernatural
Ketauhidan Pengetahuan
Ketauhidan Iman dan Ration
-Landasan Etik dan Moral
            Landasan tauhid akan berdiri dengan kokoh apabila diletakkan secara bersama landasan moral yang kuat. Oleh karena itu Al-Qur’an dengan tegas memerintahkan manusia supaya melaksanakan “amar ma’ruf nahi munkar” , memerintahkan manusia melaksanakan ibadah,menghormati sesama manusia,menyayangi makhluk lainnya,serta berhias diri dengan akhlaq al-mahmudah dan menghilangkan  dari diri akhlaq al-mazmumah. Manusia yang seperti itu disebut dengan “Insan Kamil” (Manusia Paripurna) dan manusia seperti inilah yang harus dihasilkan oleh lembaga pendidikan. [1]
2.Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu,mengapa pendidikan itu diperlukan,apa yang seharusnya menjadi tujuan,dan sebagainya.
Tujuan filosofis tentang kehidupan dan dunia termasuk dunia pendidikan,berarti berfikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah sampai dapat dalam dua pendekatan,yakni:
(1)   Filsafat sebagai kelanjutan dari berfikir ilmiah,yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
(2)   Filsafat sebagai kajian khusus yang formal,yang mencakup logika,epistemologi (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikiat yang”ada”,termasuk akal itu sendiri),serta sosial dan politik (filsafat pemerintahan).[2]
3. Landasan Psikologis
            Pemahaman terhadap aspek kejiwaan peserta didik merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu,hasil kajian dan penemuan psikologis sangat dibutuhkan penerapannya dalam bidang pendidikan. Diantara aspek psikologis yang perlu diketahui oleh pendidik adalah:
 -Perbedaan Indivdiu
            Perbedaan individu terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik,bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman tentang kepribadian  akan sangat bermanfaat untuk pendidikan, utamanya dalam membantu setiap peserta didik mengembangkan kepribadiannya.
-Perubahan Individu                     
            Pertumbuhan itu bersifat jasmaniah dan perkembangan bersifat kejiwaan. Sepanjang kehidupan manusia terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang terus menerus. Proses perubahan itu terjadi secara teratur dan terarah,yaitu ke arah kemajuan,bukan kemunduran. Tiap tahap kemajuan pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan meningkatnya kemampuan dan cara baru yang dimiliki. Perkembangan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan pertumbuhan bertambahnya kemampuan fisik sesuai dengan fungsinya. Terjadi perubahan tersebut agar orang dalam kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
-Kebutuhan Psikis
            Dengan adanya kebutuhn psikis manusia tentunya menuntut pendidik untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran. Diantara kebutuhan psikis yang harus dipenuhi oleh peserta didik adalah:
1)      Kebutuhan akan rasa kasih sayang
2)      Kebutuhan akan rasa aman
3)      Kebutuhan akan peghargaan
4)      Kebutuhan akan rasa bebes
5)      Kebutuhan akan rasa sukses
6)      Kebutuhan akan rasa ingin tahu[3]
4. Landasan Sosiologis dan Budaya
            Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian besar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok. Tujuan maupun teknik-teknik pendidikan, tak dapat dipahami tanpa memperhatikan konteksnya; karena secara sosial,konteks berpengaruh begitu banyak dan luas. Perhatian terhadap fakta semacam itu merupakan kontribusi pokok pendekatan sosiologis.[4]
5.Landasan Yuridis 
            Landasan yuridis atau hukum pendidikan , yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari aturan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
            Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi di indonesia. Semua peraturan harus di tunduk kepada undang-undang termasuk pendidikan. Pendidikan bangsa indonesia sendiri telah diatur dalam UUD 1945 dan hal ini dperjelas dengan dirumuskannya norma-norma pokok yang harus menjiwai usaha pendidikan dan pengembangan kebudayaan yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara negara. Norma-norma itu tersirat dan tersurat dalam Bab XIII Pasal 31 dan 32 UUD 1945.
            Pasal 31 UUD 1945 sebagai berikut:
Ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
Ayat 2: Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Ayat 3: Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur dengan undang-undang.
Ayat 4: Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyeleggaraan pendidikan nasional.
Ayat 5: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
            Pasal 32 UUD 1945 sebagai berikut:
Ayat 1: Memajukan kebudayaan nasional serta memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkanmya.
Ayat 2: Negara menghomati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian dari budaya nasional karena pendidikan dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama lain. Bila pendidikan maju, maka kebudayaan juga akan maju[5].
6. Landasan Historis
             Faktor sejarah di anggap sebagai faktor budaya yang paling penting yang telah dan tetap mempengaruhi sistem pendidikan pada masyarakat manapun juga. Kepribadian Nasional, misalnya yang menjadi dasar filsafat pendidikan di berbagai masyarakat haruslah “Berlaku  jauh ke masa lampau,walaupun sistem-sistemnya adalah hasil dari pemerintah revo;usioner,yang didirikan dengan sengaja untuk mengembangkan dan memperbaiki pola-pola warisan budaya dari umat dan rakyat. Ini adalah karena warisan budaya suatu bangsa yang sukar dikalahkan atau dihilangkan dengan segera.
            Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bukanlah muncul begitu saja tetapi ia merupakan mata rantai yang sambung menyambung dari cita-cita dan praktek-praktek pendidikan pada masa lampau baik yang tersurat maupun yang tersirat. Landasan historis tersebut dapat dibedakan dalam empat  tonggok sejarah.
1.      Penidikan Tradisional, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang dipengaruhi oleh agama-agama besar didunia, yaitu: (1) Islam ,(2) Hindu, (3) Buddha,  dan (4) Kristen (Katolik dan Protestan
2.      Pendidikan Kolonial Barat, yaitu penyelengaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh Kolonial Barat terutama Belanda.
3.      Pendidikan Kolonial Jepang, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh Pemerintah Kolonial Jepang.     
4.      Pemikiran-pemikiran Tokoh pendidikan yang hidup dalam rintangan sejarah[6]
7. Landasan Ekonomi
            Globalisasi ekonomi yang melanda dunia tentu mempengaruhi setiap negara termasuk indonesia. Setiap negara berlomba memajukan perekonomian negaranya. Pemerintah Indonesia juga memutuskan mengutamakan pembangunan ekonomi dikarenakan tidak ingin tertinggal atau ingin bersaing dari negara lainnya banyak kebijakan dan peraturan yang dibuat akibatnya banyak industri pabrik yang bermunculan. Peran ekonomi dalam pendidikan cukup menentukan tetapi bukan sebagai pemengang peranan penting sebab ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi,keahlian dan keterampilan pengelola guru-gurunya. Inilah yang merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan tinggi.
            Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal yeng dikembangkan dan juga mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kongnis,afeksi,psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi kehidupan manusia.
            Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada hal-hal:
     a.)    Untuk membeli keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat sendiri seperti prasarana dan sarana, media, alat peraga dan sebagainya.
     b.)    Membiayai semua perlengkapan gedung, seperti air, listrik telepon.
     c.)    Membayar jasa dari segala kegiatan pendidikan.
     d.)   Mengembangkan individu yang berprilaku ekonomi, seperti; belajar hidup hemat.
     e.)     Memenuhi kebutuhan dasar para personalia pendidikan
     f.)     Meningkatkan motivasi kerja
     g.)    Meningkatkan gairah kerja para personalia pendidikan.[7]
8. Landasan  Ilmiah dan Tekhnologi                 
            Tirtarahardja (2005) menyatakan bahwa pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang sangat erat. Iptek menjadi bagian utama dalam isi pembelajaran. Dengan kata lain bahwa pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pada sisi lain, pada setiap perkembangan iptek harus sering diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek itu kedalam bahan ajar.
            Dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang makin kompleks maka pendidikan dengan segala aspeknya mau tak mau mengakomodasi perkembangan itu, baik perkembangan iptek maupun perkembangan masyarakat. Konsekuensi perkembangan pendidikan itu menyebabkan penataan kelembagaan, pemantapan struktur organisasi dan mekanisme kerja serta pemantapan pengelolaan dan lain sebagainya haruslah dilakukan dengan memanfaatkan IPTEK itu. Karena kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggaraan pendidikan.
Adapun prinsip-prinsip landasan ilmiah:
1.      lingkungan yang selalu berubah,baik itu sengaja maupun alami. Keadaan itu dapat diimbangi dengan kemajuan dan perkembangan teknologi.
2.      Jumlah Penduduk yang semakin bertambah,dan semua orang perlu belajar long live dimana pun dan kapan pun.
3.      Sumber-sumber tradisi yang semakin sulitdi cari, hal ini memungkinkan adanya inovasi baru dalam pembelajaran.
4.      Hak setiap individu untuk berkembang seoptimal munkin.
5.      Masyarakat berbudaya teknologi yang memiliki kemampuan yang berbeda.
Kawasan penelitian teknologi pendidikan:
1.      Tradisi penelitian ilmu behavioural
2.      Identitas penelitian yang nirfokus
3.      Sikap terhadap penelitian Bidang Teknologi Pendidikan masih tetap didomonasi oleh penelitian eksperimental[8].
B. Pengertian Asas Pendidikan         
            Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di indonesia [9]
1.      Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani,yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa ( di dirikan 3 Juli 1922). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari Sistem Among dari perguruan itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa. (Raka Joni, et. al., 1985:38; Wawasan Kependidikan Guru, 1928: 93.)
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yakni:
-          Ing ngrasa sung tulada ( jika didepan, menjadi contoh ),
-          Ing madya mangun karsa ( jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat, atau motivasi ),
-          Tut wuri handayani ( jika di belakang, mengikuti dengan awas ).
Agar diperoleh latar keberlakuan awal asas tut wuri handayani, perlu dikemukakan ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa tersebut. Seperti diketahui Perguruan Nasional Taman Siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli 1922 berdiri di atas tujuh asas yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintahan Kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut yang secara singkat disebut “ Asas 1922 “ adalah sebagai berikut:
     a.       Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
     b.      Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
     c.       Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
     d.      Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh masyarakat.
    e.       Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat,baik berupa ikatan lahir maupun batin.
f.       Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
    g.      Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.[10
    2.      Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsip nya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat di wujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak
Mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.
            Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivato, disamping peran-peran lain: Informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehigga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan kemandirian dalam belajar ini seyogianya dimulai dalam kegiatan intrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Atau, umtuk latar perguruan tinggi: Dimulai dalam kegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar didalam bentuk-bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau kegiatan kokurikuler dan ekstrakulikuler itu[11].
C. Aliran-Aliran Pendidikan
 1. Aliran Empirisme
            Kata Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman.tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704) seorang filosof bangsa inggris. Aliran ini dinamakan juga aliran “tabula rasa”  artinya mej berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya. Ketika anak manusia dilahirkan ia laksana selembar kertas putih atau kaca yang bening.
            Teori ini mengatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan bergantung pada empiris (pengalaman) yang diperoleh peserta didik selama hidupnya. Pengalaman itu diperolehnya di dunia luar dirinya berdasarkan perangsang yang tersedia baginya. Perangsang itu dapat tersedia dengan sendirinya atu disediakan apapun dan siapapun juga.
            Aliran empirisme ini memandang bahwa pengaruh pendidikan itulah yang menentukan hidup manusia, sedangkan pengaruh internal yang berupa kemampuan dasar, bakat dan keturunan tidak berdaya sama sekali. Sehingga aliran ini sering  dipandang berat sebelah karena hanya mementingkan peran pengalman yang di bawa semenjak lahir dianggap tidak ada.[12]
 2.Aliran Nativisme       
            Nativisme berasal dari kata nativus, yang berarti pembawaan.Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer seorang filisuf Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880.Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan.
            Nativisme berpendapat jika anak memiliki bakat jahat dari lahir ia akan menjadi jahat,sebaliknya jika anak itu memiliki bakat baik ia akan menjad baik.Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
            Berdasarkan pandangan ini, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh peserta didik sendiri penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat,dia akan menjadi jahat sebaliknya kalau anak membawa pembawaan baik, dia akan menjadi orang baik,pembawaan buruk dan baik tidak akan diubah dari kekuatan luar.meskipun dalam kenyataan sehari-hari.sering ditemukan anak mirip orang tuanya(secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya,tetapi pembawaan itu bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan masih banyak faktor lagi yang bisa memengaruhi perkembangan anak dalam menuju kedewasaanya.
            Kaum nativisme mengatakan bahwa bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.Jadi,kalau benar pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi baik.[13]
3.Aliran Naturalisme        
            Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah naturalisme yang dipelopori oleh J.J Rousseau(1712-1778).Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik,namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan,sehingga naturalisme sering disebut negativisme.
            Naturalisme memiliki prinsip tentang proses pembelajaran(M.Arifin dan Amiruddin R,1992:9),bahwa peserta didik belajar melalui pengalaman sendiri.kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam diri secara alami.
            Pendidikan hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.pendidikan berperan sebagai fasilitor atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberaniaan peserta didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terahadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.tanggung jawab belajar tergantung pada diri peserta didik sendiri.Program pendidikan disekolah haurs dissuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar peserta didik.[14]
4.Aliran Konvergensi
            Tokoh aliran konvergensi adalah Willian Stren.Ia seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939.Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme.Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk,sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan.Jdi,faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.bakat yang dibawak pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan.
            Sebagai contoh,hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil konvergensi.lingkungan pun memengaruhi peserta didik dalam mengembangkan pembawaan bahsanya.Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya,misalnya bahasa Jawa,bahasa Sunda,bahasa Inggris,atau bahasa Makassar,dan lain-lain.Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungan sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama.itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan,meskipun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama.Willian Stren berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tegantung dari pembawaan dari lingkungan.Karena itu teori W.Stren disebut teori konvergensi(konvergensi artinya memusat ke satu titik).Menurut teori konvergensi ada tiga prinsi: (1) pendidikan mungkin untuk dilaksanakan,(2) pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya poteni yang kurang baik,dan(3) yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
            Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.meskipun demikian terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.
            Jadi tegasnya poses pendidikan adalah hasil kerja sama dari faktor-faktor yang dibawa ketika lahir dengan lingkungan.[15]
5.Aliran Progresivisme
            Tokoh aliran progresivisme adalah John Dewey.Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan,ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
            Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasaan.hal itu ditunjukan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makluk lain.manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasaannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah.peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik,yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
            Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani,namun juga termanifestasikan didalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamanya.Jasmani dan rohani,tertama kecerdasaan,perlu dioptimalkan.Artinya,peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitarnya,sehingga suasana belajar timbul didalam maupun diluar sekolah.[16]
6.Aliran Konstruktivisme
            Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico,seorang epistemiolog italia.Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme.Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah Pencipta alam semesta dan manuisa adalah Tuhan dari ciptaan.mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui.hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Dia pencipta segala sesuatu itu.manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan.Bagi Vico,pengetahuan dapat menunjukan pada struktur konsep yang di bentuk.Pengetahuan tidak bisa dilepas dari subjek yang mengetahui.
            Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget.melalui teori perkembangan kognitif,Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya.Pengetahuan merupakan suatu proses,bukan suatu barang.Menurut Piaget,mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliknya,sehingga dapat terbentuk pengertian baru.
            Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar,yaitu  asimilasi,akomodasi,dan ekuilibrasi.Asimilasi adalah perpaduan data baru dan struktur kognitif yang telah dimiliki.Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru,dan Ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang secara terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi.
            Aliran kontruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam  diri seorang,melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindra,yaitu penglihatan,pendegaran,praba,penciuman dan perasa.Dengan demikian,aliaran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seorang kepada orang lain,dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu,perbuatan itu akan sia-sia saja.sebaliknya,kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk penggalian pengalaman. [17]

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
            Pendidikan selaluberkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlibat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
B.Saran
            Sebagai bangsa yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi, sewajarnyalah kita sebagai penerus bangsa selalu memperjuangkan bidang pendidikan baik agama maupun umum agar lembaga pendidikan dapat mencetak bangsa yang berkualitas, karena bangsa yang berkualitas dapat ilihat dari masyarakatnya yang mempunyai keilmuan yang tinggi dan mereka gunakan untuk membangun bangsa mereka.


DAFTAR PUSTAKA
 H.Ramayulis,2015.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Kalam Mulia
Dr.Hj Binti Maunah M.pdi,2009. Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Teras
Prof.Drs. Nasution, MA,1994.Asas-Asas Kurikulum.Jakarta:Bumi Aksara
Hamzah B.Uno,Nina Lamatenggo,2016.Landasan Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara
Dr.Abd Aziz Hsb. M.pdi,2018.Landasan Pendidikan.Jakarta:Hajja Mandiri
Ramayulis,2009.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Kalam Mulia
Abdul Kadir,2012.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Kencana
Prof.Dr.UmarTirtarahardja,Drs.S.L,La Sulo,2015.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta
Rido Kurnianto,2012.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Kencana
Rosmawati Elna Wena,2014.Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT ASDI MAHASATYA
Sudarwan Danin,2010.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta

                                                           

[1] H. Ramayulis, Dasar-dasar Pendidikan ( Jakarta Kalam Mulia, 2015 ) Hal 48
[2] Dr.Hj. Binti Maunah, M.Pdi Dasar-dasar pendidikan ( TERAS, 2019) hal 35-36
[3] Prof.Drs. Nasution MA, Asas-asas Kurikulum (BUMI AKSARA,Jakarta 1994) hal 57
[4] Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo, Landasan Pendidikan (Jalan Sawo Raya Jakarta, 2016) hal 133-134
[5] Dr.Abd Aziz Hsb. M.pd, Landasan Pendidikan ( HAJJA MANDIRI,2018) hal 99-107
[6] Ramayulis, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta Kalam Mulia,2015) hal 41
[7] Abdul Khodir,Dasar-Dasar Pendidikan (KENCANA Jakarta,2012) hal 100-101
[8] Abdul kadir,Dasar-Dasar Pendidikan (Jl.Tambra No.23 Rawa Manggu Jakarta,2012) hal 102
[9] Prof.Dr.Umar Tirtarahardja dan Drs.S.L. La sulo, Pengantar Pendidikan (PT RINEKA CIPTA Jakarta,2015) hal 117
[10]Rido Kurnianto,Dasar-Dasar Pendidikan(Jl.Tambra Raya Jakarta,2012) hal 112
[11]Rosmawati Elna Wena,Pengantar Pendidikan (PT ASDI MAHASATYA Jakarta,2014) hal 122-123
[12] Sudarwan Danin, Dasar-Dasar Pendidikan(Jakarta,2010) hal 51
[13] Abdul Kadir,Dasar-Dasar Pendidikan (Jl. Tambra Raya Jakarta,2012) hal 126
[14] Prof.Dr.Umar Tirtarahardja,Pengantar Pendidikan (Jakarta,2015) hal 197
[15] Ramayulis,Dasar-Dasar Pendidikan ( KALAM MULIA Jakarta,2015) hal 38
[16] Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan(Jakarta,2012) hal 129
[17] Abdul Kadir,Dasar-Dasar Pendidikan (Jl.Tambra Raya No.23 Jakarta,2012) hal 130

No comments:

Post a Comment