MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang
sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah
landasan dan asas tersebut sangat peting,karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara lndasaan
filosofi,sosiologis,dan kultural,yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan.selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan
mendorong pendidikan itu menjemput masa depan.kajian berbagai landasan landasan
pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan.dengan
wawasan dan pendidikan yang tepat,serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan
yang tepat pula,akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam meranvang dan
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan
dalam berbagai landasan dan asas pendidikan,serta beberapa hal yang yang
berkitan dengan penerapannya.landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis,sosiologis,cultural,psikologis,dan iptek.sedangkan asas asas
pendidikan yang dikaji adalah asas tut wuri handayani,asas belajar sepanjang
hidup,dan kemandirian dalam belajar.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas,rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1.Apakah
yang dimaksud Landasan Pendidikan?
2.Apa
sajakah landasan pendidikan?
3.Apa
sajakah asas asas pendidikan?
C.Tujuan
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat dibuat
tujuan masalah sebagai berikut :
1.Untuk
mengetahui pengertian dari landasan pendidikan
2.Untuk mengetahui maacam macam landasan
pendidikan
3.Untuk mengetahui macam macam asas asas
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.Landasan-Landasan Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu yang universal dan berlangsung secara berkelanjutan dari generasi
ke generasi dimana pun di dunia ini. Sedangkan landasan pendidikan adalah
tumpuan atau pemicu berdirinya suatu
pendidikan.
Fungsi
dari landasan pendidikan ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai
dan sekaligus sebagai pemicu untuk
berdirinya suatu pendidikan tersebut.
1.Landasan
Agama/RELIGIUS
-Landasan Tauhid
Tauhid merupakan landasan utama
dalam aspek kehidupan manusia,termasuk aspek pendidikan. Menurut Muhammad
Fazlul Rahman Anshari,tauhid sebagai filsafat dan pandangan hidup umat islam
meliputi:
Konsep
ketauhidan Allah
Konsep
ketauhidan Kehidupan
Ketauhidan
Natural dan Supernatural
Ketauhidan
Pengetahuan
Ketauhidan
Iman dan Ration
-Landasan
Etik dan Moral
Landasan tauhid akan berdiri dengan
kokoh apabila diletakkan secara bersama landasan moral yang kuat. Oleh karena
itu Al-Qur’an dengan tegas memerintahkan manusia supaya melaksanakan “amar
ma’ruf nahi munkar” , memerintahkan manusia melaksanakan ibadah,menghormati
sesama manusia,menyayangi makhluk lainnya,serta berhias diri dengan akhlaq
al-mahmudah dan menghilangkan dari diri
akhlaq al-mazmumah. Manusia yang seperti itu disebut dengan “Insan Kamil”
(Manusia Paripurna) dan manusia seperti inilah yang harus dihasilkan oleh
lembaga pendidikan. [1]
2.Landasan
Filosofis
Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan,yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pendidikan itu,mengapa pendidikan itu diperlukan,apa yang seharusnya menjadi
tujuan,dan sebagainya.
Tujuan
filosofis tentang kehidupan dan dunia termasuk dunia pendidikan,berarti
berfikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu
itu. Penggunaan istilah sampai dapat dalam dua pendekatan,yakni:
(1) Filsafat
sebagai kelanjutan dari berfikir ilmiah,yang dapat dilakukan oleh setiap orang
serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
(2) Filsafat
sebagai kajian khusus yang formal,yang mencakup logika,epistemologi (tentang
benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan
jelek), metafisika (tentang hakikiat yang”ada”,termasuk akal itu sendiri),serta
sosial dan politik (filsafat pemerintahan).[2]
3.
Landasan Psikologis
Pemahaman terhadap aspek kejiwaan
peserta didik merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu,hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat dibutuhkan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Diantara aspek psikologis yang perlu diketahui oleh pendidik adalah:
-Perbedaan Indivdiu
Perbedaan individu terjadi karena
adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik,bukan hanya yang
berkaitan dengan kecerdasan dan bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan
tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman tentang kepribadian akan sangat bermanfaat untuk pendidikan,
utamanya dalam membantu setiap peserta didik mengembangkan kepribadiannya.
-Perubahan
Individu
Pertumbuhan itu bersifat jasmaniah
dan perkembangan bersifat kejiwaan. Sepanjang kehidupan manusia terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan yang terus menerus. Proses perubahan itu terjadi
secara teratur dan terarah,yaitu ke arah kemajuan,bukan kemunduran. Tiap tahap
kemajuan pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan meningkatnya kemampuan
dan cara baru yang dimiliki. Perkembangan merupakan peralihan tingkah laku atau
fungsi kejiwaan dari yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Sedangkan pertumbuhan bertambahnya kemampuan fisik sesuai dengan fungsinya.
Terjadi perubahan tersebut agar orang dalam kehidupannya dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
-Kebutuhan
Psikis
Dengan adanya kebutuhn psikis
manusia tentunya menuntut pendidik untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar dapat
meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran. Diantara kebutuhan
psikis yang harus dipenuhi oleh peserta didik adalah:
1) Kebutuhan
akan rasa kasih sayang
2) Kebutuhan
akan rasa aman
3) Kebutuhan
akan peghargaan
4) Kebutuhan
akan rasa bebes
5) Kebutuhan
akan rasa sukses
6) Kebutuhan
akan rasa ingin tahu[3]
4.
Landasan Sosiologis dan Budaya
Sosial budaya merupakan bagian hidup
manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia
hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian besar dari
kegiatan manusia dilakukan secara kelompok. Tujuan maupun teknik-teknik
pendidikan, tak dapat dipahami tanpa memperhatikan konteksnya; karena secara
sosial,konteks berpengaruh begitu banyak dan luas. Perhatian terhadap fakta
semacam itu merupakan kontribusi pokok pendekatan sosiologis.[4]
5.Landasan
Yuridis
Landasan yuridis atau hukum
pendidikan , yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari aturan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.
Pendidikan menurut Undang-Undang
Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi di indonesia. Semua peraturan harus di
tunduk kepada undang-undang termasuk pendidikan. Pendidikan bangsa indonesia
sendiri telah diatur dalam UUD 1945 dan hal ini dperjelas dengan dirumuskannya
norma-norma pokok yang harus menjiwai usaha pendidikan dan pengembangan
kebudayaan yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara negara. Norma-norma itu
tersirat dan tersurat dalam Bab XIII Pasal 31 dan 32 UUD 1945.
Pasal 31 UUD 1945 sebagai berikut:
Ayat
1: Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
Ayat
2: Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
Ayat
3: Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur dengan undang-undang.
Ayat
4: Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyeleggaraan
pendidikan nasional.
Ayat
5: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Pasal 32 UUD 1945 sebagai berikut:
Ayat
1: Memajukan kebudayaan nasional serta memberi kebebasan kepada masyarakat
untuk mengembangkanmya.
Ayat
2: Negara menghomati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian dari budaya
nasional karena pendidikan dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling
mendukung satu sama lain. Bila pendidikan maju, maka kebudayaan juga akan maju[5].
6.
Landasan Historis
Faktor sejarah di anggap sebagai faktor budaya
yang paling penting yang telah dan tetap mempengaruhi sistem pendidikan pada
masyarakat manapun juga. Kepribadian Nasional, misalnya yang menjadi dasar
filsafat pendidikan di berbagai masyarakat haruslah “Berlaku jauh ke masa lampau,walaupun sistem-sistemnya
adalah hasil dari pemerintah revo;usioner,yang didirikan dengan sengaja untuk
mengembangkan dan memperbaiki pola-pola warisan budaya dari umat dan rakyat.
Ini adalah karena warisan budaya suatu bangsa yang sukar dikalahkan atau
dihilangkan dengan segera.
Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia bukanlah muncul begitu saja tetapi ia merupakan mata rantai yang
sambung menyambung dari cita-cita dan praktek-praktek pendidikan pada masa
lampau baik yang tersurat maupun yang tersirat. Landasan historis tersebut
dapat dibedakan dalam empat tonggok
sejarah.
1. Penidikan
Tradisional, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang dipengaruhi
oleh agama-agama besar didunia, yaitu: (1) Islam ,(2) Hindu, (3) Buddha, dan (4) Kristen (Katolik dan Protestan
2. Pendidikan
Kolonial Barat, yaitu penyelengaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh
Kolonial Barat terutama Belanda.
3. Pendidikan
Kolonial Jepang, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh
Pemerintah Kolonial Jepang.
4. Pemikiran-pemikiran
Tokoh pendidikan yang hidup dalam rintangan sejarah[6]
7.
Landasan Ekonomi
Globalisasi ekonomi yang melanda
dunia tentu mempengaruhi setiap negara termasuk indonesia. Setiap negara
berlomba memajukan perekonomian negaranya. Pemerintah Indonesia juga memutuskan
mengutamakan pembangunan ekonomi dikarenakan tidak ingin tertinggal atau ingin
bersaing dari negara lainnya banyak kebijakan dan peraturan yang dibuat
akibatnya banyak industri pabrik yang bermunculan. Peran ekonomi dalam
pendidikan cukup menentukan tetapi bukan sebagai pemengang peranan penting
sebab ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu
lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi,keahlian dan
keterampilan pengelola guru-gurunya. Inilah yang merupakan kunci keberhasilan
suatu sekolah atau perguruan tinggi.
Fungsi ekonomi dalam pendidikan
adalah menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal yeng
dikembangkan dan juga mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran
ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan
yang membuat anak mampu mengembangkan kongnis,afeksi,psikomotor untuk menjadi
tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, memiliki
etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan
ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah
ekonomi kehidupan manusia.
Dengan demikian kegunaan ekonomi
dalam pendidikan terbatas pada hal-hal:
a.) Untuk
membeli keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat sendiri seperti prasarana
dan sarana, media, alat peraga dan sebagainya.
b.) Membiayai
semua perlengkapan gedung, seperti air, listrik telepon.
c.) Membayar
jasa dari segala kegiatan pendidikan.
d.) Mengembangkan
individu yang berprilaku ekonomi, seperti; belajar hidup hemat.
e.) Memenuhi kebutuhan dasar para personalia
pendidikan
f.) Meningkatkan
motivasi kerja
g.) Meningkatkan
gairah kerja para personalia pendidikan.[7]
8.
Landasan Ilmiah dan Tekhnologi
Tirtarahardja (2005) menyatakan
bahwa pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang
sangat erat. Iptek menjadi bagian utama dalam isi pembelajaran. Dengan kata
lain bahwa pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan
iptek. Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Pada sisi lain, pada setiap perkembangan iptek harus
sering diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil
pengembangan iptek itu kedalam bahan ajar.
Dengan perkembangan IPTEK dan
kebutuhan masyarakat yang makin kompleks maka pendidikan dengan segala aspeknya
mau tak mau mengakomodasi perkembangan itu, baik perkembangan iptek maupun
perkembangan masyarakat. Konsekuensi perkembangan pendidikan itu menyebabkan
penataan kelembagaan, pemantapan struktur organisasi dan mekanisme kerja serta
pemantapan pengelolaan dan lain sebagainya haruslah dilakukan dengan
memanfaatkan IPTEK itu. Karena kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka
banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu itu segera dimanfaatkan oleh
penyelenggaraan pendidikan.
Adapun
prinsip-prinsip landasan ilmiah:
1. lingkungan
yang selalu berubah,baik itu sengaja maupun alami. Keadaan itu dapat diimbangi
dengan kemajuan dan perkembangan teknologi.
2. Jumlah
Penduduk yang semakin bertambah,dan semua orang perlu belajar long live dimana
pun dan kapan pun.
3. Sumber-sumber
tradisi yang semakin sulitdi cari, hal ini memungkinkan adanya inovasi baru
dalam pembelajaran.
4. Hak
setiap individu untuk berkembang seoptimal munkin.
5. Masyarakat
berbudaya teknologi yang memiliki kemampuan yang berbeda.
Kawasan
penelitian teknologi pendidikan:
1. Tradisi
penelitian ilmu behavioural
2. Identitas
penelitian yang nirfokus
3. Sikap
terhadap penelitian Bidang Teknologi Pendidikan masih tetap didomonasi oleh
penelitian eksperimental[8].
B. Pengertian Asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan. Terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik
dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di indonesia [9]
1. Asas
Tut Wuri Handayani
Asas
tut wuri handayani,yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya merupakan
salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman
Siswa ( di dirikan 3 Juli 1922). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani
merupakan inti dari Sistem Among dari perguruan itu. Asas ataupun semboyan tut
wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara itu mendapat
tanggapan positif dari Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa)
dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung
Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa. (Raka Joni, et. al., 1985:38; Wawasan
Kependidikan Guru, 1928: 93.)
Kini
ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yakni:
-
Ing ngrasa sung
tulada ( jika didepan, menjadi contoh ),
-
Ing madya mangun
karsa ( jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat, atau motivasi ),
-
Tut wuri
handayani ( jika di belakang, mengikuti dengan awas ).
Agar
diperoleh latar keberlakuan awal asas tut wuri handayani, perlu dikemukakan
ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa tersebut. Seperti diketahui
Perguruan Nasional Taman Siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli 1922 berdiri di
atas tujuh asas yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintahan
Kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut yang secara singkat
disebut “ Asas 1922 “ adalah sebagai berikut:
a. Bahwa
setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat
tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
b. Bahwa
pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan
batin dapat memerdekakan diri.
c. Bahwa
pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d. Bahwa
pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
masyarakat.
e. Bahwa
untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir maupun batin
hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan
dari siapapun yang mengikat,baik berupa ikatan lahir maupun batin.
f. Bahwa
sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai
sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa
dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan
anak-anak.[10
2. Asas
Kemandirian dalam Belajar
Baik
asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat
kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada
prinsip nya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk
mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin
dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan
guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya,
asas belajar sepanjang hayat hanya dapat di wujudkan apabila didasarkan pada
asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah
tidak
Mungkin
seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan
guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam
belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan
motivato, disamping peran-peran lain: Informator, organisator, dan sebagainya.
Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar sedemikian sehigga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan
sumber-sumber tersebut. Sedang sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya
prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan
kemandirian dalam belajar ini seyogianya dimulai dalam kegiatan intrakurikuler,
yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Atau, umtuk latar perguruan tinggi: Dimulai dalam kegiatan
tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan
kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi
membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber
belajar, yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar didalam
bentuk-bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau kegiatan kokurikuler dan
ekstrakulikuler itu[11].
C. Aliran-Aliran Pendidikan
1. Aliran Empirisme
Kata Empirisme berasal dari kata
empiri yang berarti pengalaman.tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704)
seorang filosof bangsa inggris. Aliran ini dinamakan juga aliran “tabula rasa” artinya mej berlapis lilin yang belum ada
tulisan di atasnya. Ketika anak manusia dilahirkan ia laksana selembar kertas
putih atau kaca yang bening.
Teori ini mengatakan bahwa hasil
pendidikan dan perkembangan bergantung pada empiris
(pengalaman) yang diperoleh peserta didik selama hidupnya. Pengalaman itu
diperolehnya di dunia luar dirinya berdasarkan perangsang yang tersedia
baginya. Perangsang itu dapat tersedia dengan sendirinya atu disediakan apapun
dan siapapun juga.
Aliran empirisme ini memandang bahwa pengaruh pendidikan itulah yang
menentukan hidup manusia, sedangkan pengaruh internal yang berupa kemampuan
dasar, bakat dan keturunan tidak berdaya sama sekali. Sehingga aliran ini
sering dipandang berat sebelah karena
hanya mementingkan peran pengalman yang di bawa semenjak lahir dianggap tidak
ada.[12]
2.Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata nativus, yang berarti pembawaan.Tokoh
aliran Nativisme adalah Schopenhauer seorang filisuf Jerman yang hidup pada
tahun 1788-1880.Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan
oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.Faktor lingkungan kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan.
Nativisme berpendapat jika anak
memiliki bakat jahat dari lahir ia akan menjadi jahat,sebaliknya jika anak itu
memiliki bakat baik ia akan menjad baik.Pendidikan anak yang tidak sesuai
dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Berdasarkan pandangan ini,
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh peserta didik sendiri penganut
pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat,dia akan
menjadi jahat sebaliknya kalau anak membawa pembawaan baik, dia akan menjadi
orang baik,pembawaan buruk dan baik tidak akan diubah dari kekuatan
luar.meskipun dalam kenyataan sehari-hari.sering ditemukan anak mirip orang
tuanya(secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang
tuanya,tetapi pembawaan itu bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
perkembangan masih banyak faktor lagi yang bisa memengaruhi perkembangan anak
dalam menuju kedewasaanya.
Kaum nativisme mengatakan bahwa
bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.Jadi,kalau benar
pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi
baik.[13]
3.Aliran
Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya
dengan nativisme adalah naturalisme yang dipelopori oleh J.J
Rousseau(1712-1778).Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang
lahir di dunia mempunyai pembawaan baik,namun pembawaan tersebut akan menjadi
rusak karena pengaruh lingkungan,sehingga naturalisme sering disebut negativisme.
Naturalisme memiliki prinsip tentang
proses pembelajaran(M.Arifin dan Amiruddin R,1992:9),bahwa peserta didik
belajar melalui pengalaman sendiri.kemudian terjadi interaksi antara pengalaman
dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam diri secara alami.
Pendidikan hanya menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan.pendidikan berperan sebagai fasilitor atau
narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberaniaan peserta
didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terahadap kebutuhan untuk
memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.tanggung jawab belajar
tergantung pada diri peserta didik sendiri.Program pendidikan disekolah haurs
dissuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang
berorientasi kepada pola belajar peserta didik.[14]
4.Aliran
Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi adalah
Willian Stren.Ia seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun
1871-1939.Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran
nativisme dan empirisme.Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini
telah memiliki bakat baik dan buruk,sedangkan perkembangan anak selanjutnya
akan dipengaruhi oleh lingkungan.Jdi,faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama
berperan penting.bakat yang dibawak pada waktu lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan.
Sebagai contoh,hakikat kemampuan
anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil
konvergensi.lingkungan pun memengaruhi peserta didik dalam mengembangkan
pembawaan bahsanya.Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa
lingkungannya,misalnya bahasa Jawa,bahasa Sunda,bahasa Inggris,atau bahasa
Makassar,dan lain-lain.Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu
lingkungan sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama.itu disebabkan
oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi
lingkungan,meskipun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang
sama.Willian Stren berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tegantung dari
pembawaan dari lingkungan.Karena itu teori W.Stren disebut teori
konvergensi(konvergensi artinya memusat ke satu titik).Menurut teori
konvergensi ada tiga prinsi: (1) pendidikan mungkin untuk dilaksanakan,(2)
pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya
poteni yang kurang baik,dan(3) yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan
dan lingkungan.
Aliran konvergensi pada umumnya
diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang
manusia.meskipun demikian terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana
yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.
Jadi tegasnya poses pendidikan
adalah hasil kerja sama dari faktor-faktor yang dibawa ketika lahir dengan
lingkungan.[15]
5.Aliran
Progresivisme
Tokoh aliran progresivisme adalah
John Dewey.Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan kemampuan
yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat
menekan,ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta
didik mempunyai akal dan kecerdasaan.hal itu ditunjukan dengan fakta bahwa
manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makluk lain.manusia memiliki sifat
dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasaannya sebagai bekal menghadapi
dan memecahkan masalah.peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik,yang
secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
Peserta didik tidak hanya dipandang
sebagai kesatuan jasmani dan rohani,namun juga termanifestasikan didalam
tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamanya.Jasmani dan
rohani,tertama kecerdasaan,perlu dioptimalkan.Artinya,peserta didik diberi
kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam
kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitarnya,sehingga suasana belajar
timbul didalam maupun diluar sekolah.[16]
6.Aliran
Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali
oleh Giambatista Vico,seorang epistemiolog italia.Ia dipandang sebagai cikal
bakal lahirnya konstruktivisme.Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah Pencipta alam
semesta dan manuisa adalah Tuhan dari ciptaan.mengerti berarti mengetahui
sesuatu jika ia mengetahui.hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu
karena Dia pencipta segala sesuatu itu.manusia hanya dapat mengetahui sesuatu
yang dikonstruksikan Tuhan.Bagi Vico,pengetahuan dapat menunjukan pada struktur
konsep yang di bentuk.Pengetahuan tidak bisa dilepas dari subjek yang
mengetahui.
Aliran ini dikembangkan oleh Jean
Piaget.melalui teori perkembangan kognitif,Piaget mengemukakan bahwa
pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan
lingkungannya.Pengetahuan merupakan suatu proses,bukan suatu barang.Menurut
Piaget,mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide
baru dengan pengetahuan yang telah dimiliknya,sehingga dapat terbentuk pengertian
baru.
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan
kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar,yaitu asimilasi,akomodasi,dan ekuilibrasi.Asimilasi
adalah perpaduan data baru dan struktur kognitif yang telah dimiliki.Akomodasi
adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru,dan Ekuilibrasi
adalah penyesuaian kembali yang secara terus menerus dilakukan antara asimilasi
dan akomodasi.
Aliran kontruktivisme ini menegaskan
bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seorang,melalui pengalaman yang diterima
lewat pancaindra,yaitu penglihatan,pendegaran,praba,penciuman dan perasa.Dengan
demikian,aliaran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari
seorang kepada orang lain,dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa
dipindahkan sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer
ilmu,perbuatan itu akan sia-sia saja.sebaliknya,kondisi ini akan berbeda jika
pembelajaran ini ditujukan untuk penggalian pengalaman. [17]
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pendidikan
selaluberkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan
satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu
apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah
terlibat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu
dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah
landasan dan asas pendidikan.
B.Saran
Sebagai bangsa yang mempunyai rasa
nasionalisme yang tinggi, sewajarnyalah kita sebagai penerus bangsa selalu
memperjuangkan bidang pendidikan baik agama maupun umum agar lembaga pendidikan
dapat mencetak bangsa yang berkualitas, karena bangsa yang berkualitas dapat
ilihat dari masyarakatnya yang mempunyai keilmuan yang tinggi dan mereka
gunakan untuk membangun bangsa mereka.
DAFTAR PUSTAKA
H.Ramayulis,2015.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Kalam
Mulia
Dr.Hj
Binti Maunah M.pdi,2009. Dasar-Dasar
Pendidikan.Jakarta:Teras
Prof.Drs.
Nasution, MA,1994.Asas-Asas Kurikulum.Jakarta:Bumi Aksara
Hamzah
B.Uno,Nina Lamatenggo,2016.Landasan
Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara
Dr.Abd
Aziz Hsb. M.pdi,2018.Landasan Pendidikan.Jakarta:Hajja Mandiri
Ramayulis,2009.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Kalam Mulia
Abdul
Kadir,2012.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Kencana
Prof.Dr.UmarTirtarahardja,Drs.S.L,La
Sulo,2015.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta
Rido
Kurnianto,2012.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta:Kencana
Rosmawati
Elna Wena,2014.Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT
ASDI MAHASATYA
Sudarwan
Danin,2010.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta
[1] H. Ramayulis, Dasar-dasar Pendidikan ( Jakarta Kalam
Mulia, 2015 ) Hal 48
[2] Dr.Hj. Binti Maunah, M.Pdi Dasar-dasar pendidikan ( TERAS, 2019)
hal 35-36
[3] Prof.Drs. Nasution MA, Asas-asas Kurikulum (BUMI AKSARA,Jakarta
1994) hal 57
[4] Hamzah B.Uno dan Nina
Lamatenggo, Landasan Pendidikan (Jalan
Sawo Raya Jakarta, 2016) hal 133-134
[5] Dr.Abd Aziz Hsb. M.pd, Landasan Pendidikan ( HAJJA
MANDIRI,2018) hal 99-107
[6] Ramayulis, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta Kalam Mulia,2015) hal 41
[7] Abdul Khodir,Dasar-Dasar Pendidikan (KENCANA
Jakarta,2012) hal 100-101
[8] Abdul kadir,Dasar-Dasar Pendidikan (Jl.Tambra No.23 Rawa Manggu Jakarta,2012)
hal 102
[9] Prof.Dr.Umar Tirtarahardja dan
Drs.S.L. La sulo, Pengantar Pendidikan
(PT RINEKA CIPTA Jakarta,2015) hal 117
[10]Rido Kurnianto,Dasar-Dasar Pendidikan(Jl.Tambra Raya
Jakarta,2012) hal 112
[11]Rosmawati Elna Wena,Pengantar Pendidikan (PT ASDI MAHASATYA
Jakarta,2014) hal 122-123
[12] Sudarwan Danin, Dasar-Dasar Pendidikan(Jakarta,2010) hal
51
[13] Abdul Kadir,Dasar-Dasar Pendidikan (Jl. Tambra Raya Jakarta,2012) hal 126
[14] Prof.Dr.Umar Tirtarahardja,Pengantar Pendidikan (Jakarta,2015) hal
197
[15] Ramayulis,Dasar-Dasar Pendidikan ( KALAM MULIA Jakarta,2015) hal 38
[16] Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan(Jakarta,2012) hal
129
[17] Abdul Kadir,Dasar-Dasar Pendidikan (Jl.Tambra Raya No.23 Jakarta,2012) hal 130
No comments:
Post a Comment