1

loading...

Thursday, November 7, 2019

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TEORI PERKEMBANGAN DAN TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN DAN TEORI PERMULAAN


MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TEORI PERKEMBANGAN DAN TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN DAN TEORI PERMULAAN


BAB I
PENDAHULUAN
  A.  Latar Belakang
Usia di bawah lima tahun (balita) adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Termasuk juga pengembangan intelegensi hampir seluruhnya terjadi pada usia di bawah lima tahun. Kalau seseorang sudah terlanjur menjadi pencuri atau penjahat, maka pendidikan Universitas bagi orang tersebut boleh dikatakan tidak berarti apa-apa. Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, setelah tua susah dibengkokkan.
Anak-anak pada usia di bawah lima tahun memiliki intelegensi laten (potential intelegence) yang luar biasa. Namun pada umumnya para orangtua dan guru hanya bisa mengajarkan sedikit hal pada anak-anak. Sesungguhnya anak-anak usia muda tidak “complicated” (ruwet) dalam belajar, tetapi orangtua atau guru yang bermasalah. Pada umumnya kita selalu menyalahkan anak-anak apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan. Hal ini lebih banyak disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman kita terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga kita sering memperlakukannya dengan tidak/kurang tepat.
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa dan kemampuan untuk menyerap informasi sangat tinggi. Kebanyakan orang tidak mengenali dan memahami kemampuan 'magic' yang ada pada anak-anak. Mereka hanya bisa berkata, "Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat", tetapi mereka tidak tahu seberapa cepat anak-anak bisa belajar. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orang tua dan guru-guru maka potensi luar biasa yang ada pada setiap anak sebagian besar tersia-siakan.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
   B.  Rumusan Masalah
       1.       Teori-teori aja saja yang terdapat didalam pendidikan anak usia dini?
       2.      Apa saja konsep perkembangan yang terdapat didalam pendidikan anak usia dini?
       3.      Apa itu teori enviromental?
        4.      Apa itu teori romantic naturalism?
       5.      Apa itu metode pendidikan anak? 
      C.Tujuan Penulisan
        1.      Agar dapat mengetahui teori-teori apa saja yang terdapat didalam pendidikan anak unisa dini
      2.      Dan mengetahui apa saja konsep yang terdapat didalam perkembangan anak atau pendidikan anak uisa dini
      3.      Dapat mengetahui apa saja teori enviromental
     4.      Dapat mengetahui apa saja teori romantic naturalism
     5.      Dapat mengetahui apa saja metode pendidikan anak

BAB II
PEMBAHASAN
    A.  Perkembangan Anak Usia Dini
Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim.
Ada tahap pada perkembangan pada anak salah satunya yaitu
     1)      Metode pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka.
Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut: 
  • Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorinya. 
  • Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap). 
  • Masa usia 2 - 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam). [1]
  • Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 - 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. .
Sedangkan Menurut mereka psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari masa konsepsi sampai mati,Objek Psikologi Perkembangan dan objek setiap ilmu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal. objek material adalah objek yang bersifat umum, dilihat dari wujud bendanya.
Sedangkan objek formal adalah objek yang bersifat khusus, dari segi apa objek material ditinjau. objek material psikologi perkembangan adalah perilaku,
 Metoda Psikologi Perkembangan Metoda, tepatnya metoda ilmiah merupakan suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu diperolehnya kebenaran ilmiah tentang objek yang dipelajari oleh ilmu. Untuk mempelajari gejala kejiwaan, metoda yang dipakai dalam psikologi perkembangan adalah longitudinal method dan cross-sectional method. Longitudinal method merupakan metoda yang dilakukan dengan waktu yang relative lama, hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan dari tahun ketahun. Kelebihan metoda ini adalah bahwa suatu proses perkembangan dapat dipelajari secara teliti. Adapun kelemahan metoda longitudinal adalah lamanya waktu yang diperlukan sehingga berdampak juga pada biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan. Cross-sectional method atau sering juga disebut transversal method merupakan metoda penelitian yang dilakukan dengan mempelajari perilaku individu-individu dari tingkatan usia yang berbeda namun secara berurutan. Dengan mengambil sekelompok individu yang usianya berurutan diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai proses perkembangan yang terjadi pada setiap fase. Bisa saja apa yang diperoleh melalui metoda ini kurang.
   B.  Konsep-konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan
a)    Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses perubahan progresif yang bersifat kuantitatif dan yang terjadi pada aspek fisik. Contoh: munculnya gigi baru, semakin bertambahnya jumlah gigi, semakin bertambahnya tinggi badan, dst.
Ada beberapa persamaan dan perbedaan pertumbuhan dengan perkembangan
Persamaan pertumbuhan dengan perkembangan ialah bahwa keduanya merupakan proses perubahan progresif.
Sedangkan perbedaannya yaitu :
·         Sifat perubahan, pada pertumbuhan perubahan bersifat kuantitatif sedangkan pada perkembangan, perubahan bersifat kualitatif fungsional;
·         Aspek yang berubah, pada pertumbuhan yang berubah adalah aspek fisik, sedangkan pada perkembangan aspek fisik dan psikis.
Hubungan Pertumbuhan dengan Perkembangan Perkembangan tidak terpisahkan dengan pertumbuhan. Perkembangan individu dapat terjadi secara normal bila yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang normal. Dapat pula dinyatakan bahwa pertumbuhan merupakan prasyarat perkembangan. Perkembangan terjadi bersamaan atau setelah terjadinya proses pertumbuhan. Contoh: dalam waktu kurang lebih 12 bulan semenjak kelahirannya, ukuran kaki anak semakin bertambah besar dan panjang (pertumbuhan), kemudian kaki tersebut mulai difungsikan untuk berdiri dan berjalan (perkembangan).
Menurut Kuntjojo Pertumbuhan merupakan proses untuk menyiapkan perkembangan. Perkembangan akan berlangsung normal jika pertumbuhan juga berlangsung normal. Perkembangan bermasalah jika pertumbuhan bermasalah. Meskipun pertumbuhan berbeda dengan perkembangan tapi karena keduanya tidak terpisahkan selain itu juga karena proses pertumbuhan lebih dahulu berhenti [2]maka pembahasan mengenai pertumbuhan dan perkembangan seringkali hanya dinyatakan dengan satu istilah saja, yaitu perkembangan.

  C.  Ada Beberapa Teori Mengenai Perkembangan
A.  Teori Perkembangan
Memunculkan prinsip teoritis dalam naskah akademik ini sangat penting untuk membangun kesepaham sebagai usaha memberikan pelayanan pendidikan yang baik terhadap pendidikan anak usia dini. Berbagai teori klasik yang ada hingga teori-teori kekinian yang ada merupakan sebuah perjalanan panjang bagaimana dunia pendidikan selalu berubah memberikan solusi terbaik dalam rangka membangun manusia yang mulia cerdas dan baik (good and smart).
Ada beberapa teori yang akan diungkapkan antara lain : 
Teori Perkembangan Kognitif oleh Piaget,diteori ini terdapat beberapa tahan yaitu
    Ø  Tahap Sensomotoris ( usia 0 hingga 18 bulan )  
    Ø  Tahap Praoperasional ( usia 1 bulan hingga 6 atau 7 tahun )
    Ø  Tahap Konkrit Operasional ( usia 8 tahun hingga 12 tahun )  
    Ø  Tahap Formal Operasional ( usia 12 tahun hingga usia dewasa )
Anak usia dini yang berusia 4 hingga 6 tahun berada pada tahapan ini. Di mana anak mampu berfikir tentang obyek benda, kejadian, atau orang lain. Anak sudah mulai mengenal symbol berupa kata-kata, angka, gambar dan gerak tubuh. Namun cara berfikir ini masih tergantung pada obyek konkrit dan rentang waktu kekinian, sserta tempat di mana ia berada. Mereka belum mampu berfikir abstrak sehingga symbol-simbol yang konkrit sangat dibutuhkan untuk dapat dipahami mereka. Misalnya dalam mengenalkan angka mesti diiringi dengan obyek nyata berupa gambar atau benda-benda lainnya yang jumlahnya sesuai dengan angka tersebut. Selain itu anak juga belum mampu mengaitkan waktu sekarang dengan waktu lampau. 
Teori Perkembangan Psikososial oleh Erik Erikson 
Erikson (1902-1994) membagi tahapan perkembangan psikososial ini ke dalam delapan rentang perkembangan, yang dalam rentang usia 3 hingga 6 tahunan tengah berada dalam tahapan Inisiatif. Menurut Erikson rentang inisiatif ini berada dalam perkembangan emosi. Peran guru sebagai penidik mesti mampu menghadirkan emosi positif dalam mengringi proses pendidikan. Hal ini akan membantu anak dalam mengelola konflik-konflik yang terjadi akibat benturan emosi positif dan emosi negative dalam pergaulan sehari-hari mereka yang berhubungan antarmanusia dan lingkungannya. Seorang anak dengan perkembangan emosi yang baik pada tahap sebelumnya akan berpotensi berkembang kea rah yang positif. Mereka kreatif, antisius melakukan sesuatu, suka bereksperimen, berimajinasi, berani mengambil risiko dan senang bergaul dengan sesame teman. Namun semua ini tergantung pada kondisi yang disiapkan pendidik kepada mereka. Jika anak-anak suka dipuji dan hasil karyanya dihargai tentu saja akan menumbuhkan eosi positif yang berguna menguatkan perkembangan kepribadiannya. Sebaliknya jika ia suka dikritik, dilabel sebagai anak nakal tentu saja akan muncul emosi negative yang akan menumbuhkan rasa bersalah pada diri mereka sebagai anak. Pada saat tertentu rasa bersalah mesti dihadirkan yang membantu membangun rasa tanggung jawab yang dalam kepatutan akan mendukung tumbuhnya karakter baik pada diri anak. Semakin rasa tanggung jawab tumbuh dalam diri anak maka rasa inisiatif akan semakin berkembang dalam diri mereka.
Teori Sosio-Kultural oleh Vygotsky
Vygotsky (1896-1934) sangat setuju dengan adanya pesan budaya dalam proses pembelajaran di sekolah. Ia mengatakan bahwa kontribusi budaya, interaksi social, dan sejarah dalam pengembangan mental individual sangat berpengaruh, khususnya dalam perkembangan bahasa, membaca dan menulis pada anak. Pembelajaran yang berbasis pada budaya dan interaksi sosial mengacu pada perkembangan fungsi mental tinggi, yang terkait dengan aspek sosio-[3]historis-kultural. Ketiga hal ini akan sangat berdampak terhadap persepsi, memori dan berpikir anak. Ia menganjurkan pentingnya melakukan interaksi sosiokultural yang menjadi sarana atau tools di dalam proses pembelajaran di sekolah. Pengalaman-pengalaman anak yang mempertemukannya dengan budaya dibutuhkannya untuk dapat meraih “Zone of Proximal Development.” Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mengaitkan berbagai aspek pembelajaran yang ada dalam kurikulum dengan pengalaman nyata yang dijalani anak dalam kehidupan mereka sehari-hari. Metodologi yang efektif terkait dengan pengajaran dalam kelompok besar yang utuh, pengajaran melalui objek nyata, beragam gaya belajar, pengajaran adaptif dan individual, pembelajaran tuntas, pembelajaran kooperatif, pengajaran langsung, penemuan, konstruktif, melalui tutor sebaya sangat dibutuhkan anak agar ia dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk belajar.
Didalam teori konstruktivisme modern oleh Vygotksy dibagi dalam tiga tahap yaitu:
a.    Tahap Zona Perkembangan (Zone of Proximal Development (ZPD))
Suatu ide bahwa anak usia dini belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan terdekat mereka. Artinya, suatu jarak antara keterampilan yang sudah dimiliki oleh anak dengan keterampilan baru yang diperoleh dengan bantuan dari orang dewasa (adult/caregiver/orang tua/guru) atau orang yang terlebih dahulu menguasai keterampilan tersebut (knowledgeable person/peer/siblings). Zone of Proximal Development dihadirkan di tengah lingkungan dengan fitur yang sekaya mungkin sehingga memberikan kesempatan melimpah bagi anak untuk membangun konsep dan internalisasi pemahaman dalam dirinya tentang berbagai hal sehingga anak memperoleh rangsangan yang kuat untuk mempelajari suatu konsep bagi pemahamannya dengan cara terbaik.
b.    Tahap Pemagangan Kognitif atau cognitive apprenticeship.
Adalah suatu istilah untuk proses pembelajaran di mana guru menyediakan dukungan kepada anak usia dini dalam bentuk scaffold hingga anak usia dini berhasil membentuk pemahaman kognitifnya. Pemagangan kognitif atau cognitive apprenticeship juga merupakan suatu budaya belajar dari dan di antara teman sebaya melalui interaksi satu sama lain sehingga membentuk suatu konsep tentang sesuatu pengalaman umum dan kemudian membagikan pengalaman membentuk konsep tersebut di antara teman sebayanya (Collins, Brown, and Newman1989). Wilson and Cole (1994) mendeskripsikan ciri khas pemagangan kognitif yaitu “ heuristic content, situated learning, pemodelan, coaching, articulation, refleksi, eksplorasi, dan ”order in increasing complexity”.
c.    Scaffolding atau mediated learning,
Yaitu dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah sebagai suatu hal yang penting dalam pemikiran konstruktivis memodern. Scaffolding is adjusting the support offered during a teaching session to fit the child’s current level of performance ” .Scaffolding sebagian besar ditemukan dilakukan oleh orang dewasa (adult/care giver/parent/teacher) atau orangyang lebih dahulu tahu (knowledgeable person/siblings/peer) tentang suatu keterampilan yang seharusnya dicapai oleh anak usia dini.
Teori Perkembangan Moral oleh Kohlberg dan Thomas Lickona.
Kohlberg sebagai pakar perkembangan moral, bertumpu pada teori Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan afektif (affective development) terjadi pada anak usia 1 hingga 5 tahun. Saat itu anak berada pada ”self oriented Morality”. Sebagai tahapan awal dari perkembangan moral kondisi ini merupakan “the Golden Rule” karena pada tahapan ini mulai tumbuh “mutual respect” pada diri anak. Kepada mereka mulai dapat dikenalkan sopan santun, dan perbuatan baik lainnya, walau terkadang mendapat pertentangan karena mereka sulit diatur dan berada pada masa egosentris. Berbenturannya antara berfikir egosentris dengan mutual respek merupakan arena yang mengasyikkan bagi tumbuhnya transformasi nilai-nilai pada diri anak. Kebajikan akan tumbuh melalui serangkaian proses panjang yang melibatkan dan mengasah logika serta emosi saling berbenturan. Namun dari kondisi inilah akan muncul kecerdasan emosi yang akan menjaga pertumbuhan moral anak dapat berjalan semestinya. Thomas Lickona, bapak karakter dari Cortland University menyatakan bahwa pada usia 4 hingga 6 tahun anak tengah berada pada tahap ”PATUH TANPA SYARAT” (Authority Oriented Morality). Pada fase ini anak meperlihatkan sikap penurut, mudah diajak kerjasama, dan mau mengerjakan perintah orang tua dan guru. Namun terkadang juga muncul sifat egosentrisnya sebagai bentuk bahwa perkembangan moral pada diri mereka tengah mencari bentuk. Ada beberapa karakteristik perkembangan moral pada fase ini, yakni:
  • Menganggap orang dewasa sebagai makhluk serba tahu
  • Dapat menerima pandangan orang lain
  • Mudah terpengaruh dengan kenakalan sebayanya
  • Suka mengadu jika dinakali teman
  • Terkadang cenderung melanggar aturan
  • Menghormati kehadiran guru dan orang tua
Teori Ekologi dan Kontekstual oleh Bronfenbrenner 
Bronfenbrenner mengembangkan teori perkembangan anak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kehidupan manusia. Ringkasnya teori ini mengatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh konteks mikrosistem (keluarga, sekolah dan teman sebaya), konteks mesosistem (hubungan keluarga dan sekolah, sekolah dengan sebaya, dan sebaya dengan individu), konteks ekosistem (latar sosial orang tua dan kebijakan pemerintah), dan konteks makrosistem (pengaruh lingkungan budaya, norma, agama, dan lingkungan sosial di mana anak dibesarkan.
Teori Bronfenbrenner ini membantu memberikan penjelasan kepada para pendidik untuk memahami berbagai risiko yang dapat mempengaruhi proses perkembangan anak secara negatif misalnya masalah kemiskinan, kekerasan pada anak, dan konflik dalam keluarga. Seorang guru akan menjalin hubungan dengan anak yang memiliki latar negatif dengan memberikan perhatian khusus yang tidak didapatkan anak dari lingkungannya.
    D. Karakteristik Perkembangan
Terjadinya perkembangan pada individu dapat diketahui berdasarkan karakteristik tertentu yang dialaminya. Karakteristik-karakteristik dimaksud mudah dikenali, yaitu sebagai berikut.
Terjadinya perubahan semua aspek baik aspek fisik maupun aspek psikis.
Perubahan-perubahan yang dimaksud merupakan perubahan progresif, kearah kemajuan.
   Ø  Perubahan dalam proporsi fisik dan juga psikis. Perubahan pada proporsi fisik, tepatnya tubuh jelas sekali terlihat. Semakin bertambah usia perbandingan dalam ukuran tubuh individu semakin berubah dan pada masa remaja tubuh individu telah memiliki proporsi tubuh seperti yang dimiliki orang dewasa. Perubahan proporsi psikis dapat dikenali misalnya dalam kemampuan berimajinasi dan berpikir. Pada mulanya daya imajinasi individu lebih menonjol dari pada daya pikirnya. Seiring dengan bertambahnya usia, proporsi daya imajinasi menjadi semakin berkurang sedangkan proporsi daya pikir semakin bertambah.
   Ø   Lenyapnya tanda-tanda yang lama, baik secara fisik maupun kejiwaan. Tanda-tanda fisik yang hilang misalnya : kelenjar thymus (kelenjar anak- anak) yang terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian bawah otak, rambut-rambut halus, dan gigi susu. Tanda-tanda kejiwaan yang hilang antara lain hilangnya kebiasaan meraban dan perilaku impulsive [4](dorongan untuk bertindak yang tidak disertai dengan berpikir terlebih dahulu).
 Diperolehnya tanda-tanda yang baru. Tanda-tanda baru pada aspek fisik diantaranya adalah : pergantian gigi, munculnya ciri-ciri seks primer dan juga seks sekunder. Tanda-tanda baru pada aspek psikis yang muncul diantaranya : rasa ingin tahu akan sesuatu, kemampuan mengendalikan emosi, dll.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Beberapa individu yang usianya sama ternyata perkembngan mereka baik secara vertical maupun horizontal tidak selalu sama. Bahkan beberapa individu berasal dari orang tua yang sama dalam perkembannya.
Ada beberapa teori-teori tentang Proses Perkembangan yaitu :
1. Teori Asosiasi (tokoh : John Locke) Menurut teori asosiasi perkembangan merupakan proses asosiasi, yaitu proses penyatuan dari bagian-bagian menjadi keseluruhan. Dalam proses ini bagian bersifat primer sedangkan keseluruhan bersifat sekunder. Contoh : pengetahuan yang dimiliki oleh individu diperoleh sedikit demi sedikit sehingga terbentuk sebagai suatu kesatuan.
 2. Teori Gestalt (tokoh :Wertheimer) Menurut teori Gestalt, perkembangan adalah proses diferensiasi, yaitu proses penguraian dari keseluruhan menjadi bagian-bagian. Ini berarti bahwa keseluruhan bersifat primer, sedangkan bagian-bagian bersifat sekunder. Contoh : pertumbuhan pada masa pranatal dan perkembangan individu sebelum dan sesudah masa pubertas.
3. Teori Neo Gestalt (tokoh : Kurt Lewin) Lewin menyatakan bahwa perkembangan merupakan proses diferensiasi dan stratifikasi. Yang dimaksud dengan proses stratifikasi adalah proses pembentukan lapisan-lapisan kepribadian. Pada awal perkembangan, lapisan kepribadian anak sangat terbatas, apa yang terwujud dalam gerak-gerik dan ucapannya sama dengan apa yang ada dalam isi jiwanya. Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula jumlah lapisan kepribadian, sehingga semakin sulit untuk mengetahui isi jiwa seseorang, karena apa yang terlihat sebagai tingkah laku belum tentu sama dengan isi jiwanya.
4. Teori Sosiologis (tokoh : J.M. Baldwin dan Sigmund Freud ) Menurut Baldwin, perkembangan merupakan proses sosialisasi yang berlangsung secara imitasi, yaitu proses peniruan terhadap sikap maupun tingkah laku orang lain. Sedangkan menurut Sigmund Freud, perkembangan adalah proses sosialisasi yang berlangsung melalui identifikasi, yaitu proses menyamai orang lain.
 5. Teori Bio Sosial (tokoh : Havighurst) Menurut teori ini, perkembangan adalah proses belajar. Havighurst menyatakan living is learning and growing is learning, artinya hidup itu adalah belajar, dan berkembang juga belajar. Maksudnya adalah bahwa manusia itu untuk mempertahankan hidupnya harus belajar, dan karena
Ada Teori Empirisme Teori empirisme disebut juga teori tabularasa dan environmentalism.
1.Teori ini dipelopori oleh John Locke (1632 – 1704). Menurut teori empirisme, perkembangan individu ditentukan oleh lingkungannya. Teori ini beranggapan bahwa pembawaan itu tidak ada. John Locke menyatakan bahwa pada saat dilahirkan, jiwa individu dalam keadaan kosong (ibarat tabularasa yang belum tertulisi), dan lingkunganlah yang akan mengisi kekosongan tersebut.
 2.Teori Nativisme Teori nativisme dengan tokohnya Arthur Schopenhauer (1788 – 1880), beranggapan bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (pembawaan). Bila individu dilahirkan dengan pembawaan yang baik dengan sendirinya perkembangannya akan baik, dan sebaliknya.
3.Teori Konvergensi Teori konvergensi disebut juga teori interaksionisme. Teori ini dikemukakan oleh William Stern (1871 – 1939). Menurut Stern, perkembangan individu merupakan hasil perpaduan atau interaksi antara faktor pembawaan dengan faktor ling-kungan. Pembawaan sudah ada pada masing-masing individu sejak kelahirannya. Dan pembawaan ini tidak dapat berkembang menjadi kecakapan nyata bila tidak mendapat pengaruh dari lingkungan. Dari ketiga teori tersebut yang dapat diterima kebenarannya adalah teori kon-vergensi. Namun perlu ditambahkan bahwa masih ada satu faktor lagi yaitu usaha atau motivasi dari diri sendiri untuk berkembang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa perkembangan individu merupakan hasil perpaduan antara faktor internal (pembawaan dan motivasi dari diri sendiri) dan faktor eksternal
    A.    Teori Enviromentalisme dan Tokoh Pencetusnya

1.      Biografi tokoh
john locke lahir di sebuah desa kecil Somerset, Inggris pada tanggal 26 Agustus 1632 dari seorang ibu yang sangat sholeh dan penyayang dan seorang ayah yang keras. Locke terkenal sebagai bapak empirisme di bidang filsafat dan bapak teori belajar di bidang psikologi.
2.      Teori Enviromentalisme
Titik awal teori Locke adalah penolaknya terhadap doktrin ide bawaan yang masih meyakini kalau ide-ide tertentu merupakan ide bawaan, sudah ada di jiwa mendahului pengalaman. Locke beranggapan bahwa jiwa anak-anak merupakan tabularasa seperti kertas kosong sehingga apapun pikiran yang mucul darinya hampir-hampir sepenuhnya muncul dari pembelajaran dan pengalaman mereka. Teori Locke sangat cocok dengan pemikiran liberal dan demokratis pencerahan. Jika anak-anak pada dasarnya adalah organisme kosong, maka itu berarti mereka lahir dalam kondisi setara. Locke mengakui kalau individu memiliki tempramen yang berbeda-beda, namun secara keseluruhan lingkunganlah yang membentuk jiwa (Locke, 1693, bagian 1, h.32) jadi yang penting disini adalah pembelajaran pada masa bayi. Bagaimana lingkungan dapat membentuk jiwa anak berdasarkan dua konsep yaitu : sebagian besar pikiran dan perasaan kita berkembang lewat proses asosiasi dan kebanyakan tingkah laku kita berkembang lewat proses.
Filsafat pendidikan Locke:
1.      Pengendalian diri, yaitu untuk menanamkan disiplin diri, pertama-tama kita harus menjaga kesehatan fisik anak. Saat tubuh menjadi sakit dan lemah, kemampuan untuk mengendalikan keinginan-keinginanya jadi melemah pula.
2.      Penghargaan dan penghukuman terbaik, tidak semua bentuk penghargaan menghasilkan sesuatu yang kita inginkan. Locle menentang penggunaan uang atau manisan sebagai hadiah karena hanya akan merusak tujuan utama pendidikan yaitu mengendalikan keinginan dan tunduk kepada rasio. Penghargaan terbaik adalah pujian dan sanjungan dan penghukuman terburuk adalah ketidak setujuan. Ketika anak-anak bertindak dengan baik kita mesti memuji mereka merasa bangga, sebaliknya, waktu mereka bertindak buruk kita hanya boleh memberinya tatapan dingin dan membuat mereka merasa malu.
3.      Aturan-aturan, pada dasarnya praktik memberikan aturan yang keras lalu menghukum jika tidak menaatinya sebenarnya tidak bermanfaat, sebagai pengganti aturan-aturan semacam itu, Locke menawarkan dua prosedur berikut :
            Mengajarkan dengan memprlihatkan kepada mereka model-model tindakan yang baik karena anak-anak lebih banyak belajar dari contoh atau teladan dari pada pemahaman. Sambil tetap memberikan perintah dan aturan, kita harus mendorong anak-anak mempraktiakan tingkah perilaku yang baik.

B.     Teori Naturalisme dan Tokoh Pencetusnya
a.       Biografi Tokoh
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) lahir di Jenewa Swiss pada tanggal 28 Juni 1712, putra dari seorang ayah pembuat jam dan seorang ibu yang cantik dan sentimentil, namun meninggal dunia waktu melahirkan dia. Karena itu selama 8 tahun pertama hidupnya Rousseau di besarkan ayah dan bibinya. Menurut Rousseau, si ayah sangat menyayanginya namun ayahnya tidak pernah lupa bahwa dia adalah penyebab ibunya meninggal. Dia adalah seorang tokoh filosofi besar penulis dan komposer pada abad pencerhan. Pemikiran filosofinya mempengaruhi revolusi Perancis, perkembangan politikabmodern dan dasar pemikiran edukasi. Rousseau percaya kalau sangat vital bagi kita untuk memberikan kepada alam kesempatan menuntun pertumbuhan anak.

b. Teori Naturalisme
Rousseau setuju dengan Locke bahwa anak-anak berbeda dengan  orang dewasa, namun dia menyorot hal ini secara lebih positif. Anak-anak bukan wadah kosong ataupun kertas kosong melainkan sudah memiliki mode perasaan dan pemikirannya sendiri. Ini terjadi demikian lantaran mereka berkembang menurut rencana alam, yang mendesak mereka untuk mengembangkan kemampuan perasaan yang berbeda di tingkatan berbeda-beda pula. Sambil mengajar anak-anak berpikir dengan cara-cara yang benar kita juga harus membiarkan mereka menyempurnakan sendiri kemampuan mereka dan belajar dengan cara-cara mereka sendiri seperti yang diinginkan alam. Alam seperti guru tersembunyi yang mendorong anak mengembangkan kemampuan berbeda-beda di tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Produknya mungkin bisa menyesuaikan diri dengan suatu lingkungan sosial, namun tetap saja dia sebuah pribadi yang kuat dan utuh. Untuk membantu alam di salam proses ini, kita harus mempelajari semua hal tentang tahap perkembangan manusia. Menurut Rousseau, tahap utama perkembangan manusia terbagi menjadi 4 bagian :
·         Masa Bayi ( dari usia 0-2 tahun)
Bayi mengenali dunia langsung lewat indranya. Mereka tidak mengetahui ide atau pemikiran apapun, mereka hanya sekedar mengalami rasa enak dan rasa sakit
·         Masa Kanak-kanak ( dari usia 2-12 tahun)
Tahap ini dimulai ketika anak-anak mendapatkan sebuah indepedensi baru, mereka sekarang bisa berjalan, berbicara,makan sendiri,  dan berlari kesana kemari. Yang pasti mereka mengembangkan kemampuan-kemampuan ini dengan cara mereka sendiri juga.
·         Masa anak-anak akhir (dari usia  12-15 tahun)
Tahap ketiga adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Selama periode ini, anak-anak memperoleh sejumlah besar kekuatan fisik, mereka bisa memotong kayu, mendorong gerobak, mencangkul dan melakukan pekerjaan orang-orang dewasa.
·         Masa Dewasa
Seseorang menjadi makhluk yang sosial sepenuhnya hanya di tahap ke-4, di mulai di masa pubertas. Rousseau menyatakan bahwa peburtas di mulai pada usia 15 tahun. Tubuh mengalami perubahan dan hasrat mulai naik dalam dirinya. Perubahan tempramen yang seringkali mengkristal dalam kemarahan dan sebuah pengendakian terus menerus terhadap pikiran, membuat seorang anak hampir tidak bisa di atur lagi.

    C.     Teori Preformotionism
            Berkembang di abad pertengahan dan pandangan ini terhadap anak-anak sebagai ‘’MINIATURE ADULTS’’ tetapi pada abad ke-16, performotionism adalah teori yang dulunya populer bahwa organisme berkembang dari diri mereka sendiri.alih-alih berkumpul dari bagian-bagian, kaum performotionism meyakini bahwa bentuk makhluk hidup ada, secara nyata, sebelum perkembangannya ,munculah kepentingan mengenai anak-anak diwajibkan sekolah 12 tahun sehingga muncul harapan orang dewasa mengenai pola tingkah laku anak kecil. Dan merujuk pada aspek-aspek generasi bentuk selama ontogeni yang tidak sepenuhnya genetik atau dengan kata lain epigenetik.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perspektif enviromentalisme adalah teori yang dicetuskan oleh Locke yang menaganggap bahwa anak-anak merupakan kertas kosong, dan yang akan membentuk kepribadian mereka sepenuhnya adalah pengalaman dan lingkunagan.
Perspektif naturalisme adalah teori yang dicetuskan Rousseau yang berpandangan bahwa anak-anak tidaklah sekosong kertas putih melainkan mereka sudah memiliki mode perasaan dan pemikirannya sendiri, maka kewajiban orang tua adalah selain memberikan pengajaran terhadap anak juga harus membiarkan mereka menyempurnakan sendiri kemampuan mereka dan belajar dengan cara-cara mereka sendiri.
Perspektif performotionism adalah teori yang dulunya populer bahwa organisme berkembang dari diri mereka sendiri.alih-alih berkumpul dari bagian-bagian, kaum performotionism meyakini bahwa bentuk makhluk hidup ada, secara nyata, sebelum perkembangannya.
Metode pendidikan anak yang mempelajari psikologi perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari masa konsepsi sampai maati.

B. Saran
Setelah mengetahui teori perkembangan dari ketiga perspektif ini, hendaknya para orang tua lebih memberikan perhatian khusus kepada anak mereka masing-masing, dan memberikan pengajaran serta memberikan kepada mereka role model yang baik dengan cara memberikan contoh perilaku yang baik untuk dicontoh oleh mereka, dan menghindari metode pengasuhan dengan cara kekerasan yang akan merusak kepribadian dan mental anak.

DAFTAR PUSTAKA
 Sujiono Yuliani Nurani.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:PT Indeks
Zulkifli.1992.Psikologi Perkembangan.Bandung:PT Remaja Rosdarya.Wikipedia Free Encyclopedia.2005
Crain. William, 2014. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Terjemah. Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



[1] Sujiono Yuliani Nurani.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:PT Indeks

[2] Sujiono Yuliani Nurani.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:PT Indeks

[3] Zulkifli.1992.Psikologi Perkembangan.Bandung:PT Remaja Rosdarya.Wikipedia Free Encyclopedia.2005
                              

[4] Sujiono Yuliani Nurani.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:PT Indeks

No comments:

Post a Comment