MAKALAH MAKNA SIMBOL IHRAM
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Haji dalam arti yaitu ziarah atau berkunjung kesuatu
tempat tertentu untuk tujuan ibadah, dikenal oleh umat muslim melalui tuntunan
agama-agama. Ibadah ini diharapkan agar dapat mengantarkan manusia kepada
pengenalan jati diri, membersihkan dan menyucikan jiwa. Ibadah haji merupakan
simbol dan makna yang harus diketahui oleh calon jamaah yang akan melaksanakan
ibadah haji. Salah satunya adalah haji sebagai simbol perrjuangan kemanusiaan.
Ritual ibadah haji dimaknai dengan pengertian-pengertian
realistis yang semakin memperkuat keyakinan umat islam. Salah satu ritual yang
dilakukan pada saat haji yaitu melakukan ihram, thawaf, sa’i, melontar jumrah,
tahallul, dan haji mabrur. Dari beberapa ritual ibadah haji tersebut memiliki
maknanya masing-masing yang mampu mendekatkan diri para jamaah haji kepada allah swt. Makna-makna tersebut mempunyai
arti yang berbeda-beda dan dapat diterapkan pada saat kepulangan para jamaah
ditanah air.
Dengan
berbagai simbol didalam ibadah haji ini diharapkan ritual haji yang dilakukan
menjadi mujahadah baik secara lahiriyah maupun batiniyahsehingga mampu
menghantarkan pada kesempurnaan islam dengan predikat haji yang mabrur.
- Rumusan
Masalah
1. Apa Makna Simbol Ihram?
2. Apa Makna Simbol Thawaf?
3. Apa Makna Simbol sa’i?
4. Apa Makna Simbol Melontar Jumrah?
5. Apa Makna Simbol Tahallul?
6. Apa Makna dan implementasi Haji Mabrur?
- Tujuan
Masalah
1. Untuk Mengetahui makna dari Simbol Ihram.
2. Untuk Mengetahui makna dari Simbol Thawaf.
3. Untuk Mengetahui makna dari Simbol Sa’i.
4. Untuk Mengetahui makna dari Simbol Melontar Jumrah.
5. Untuk Mengetahui makna dari Simbol Tahallul.
6. Untuk Mengetahui makna dan Implementasi Haji Mabrur.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Makna
Simbol Ihram
Kata ihram diambil dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-haram
yang berarti terlarang. Dinamakan dengan ihram, karena seseorang yang dengan
niatnya masuk pada ibadah haji atau umrah, maka ia dilarang dari hal-hal tertentu seperti jima’, menikah,
ucapan kotor, dan lain-sebagainya. Ihram merupakan niat masuk ke dalam ibadah
Haji atau Umrah. Sedangkan berpakaian dengan kain ihram merupakan satu
keharusan bagi seseorang yang telah berihram.
Pakaian Ihram yakni pakaian yang terdiri dari selembar kain putih yang
tidak berjahit, tanpa sepatu dan tutup kepala. ketika seseorang telah
melepaskan pakaiannya kemudian berganti dengan pakaian ihram, seharusnya mereka
juga melepaskan seluruh atribut keduniaan untuk mengabdi diri hanya kepada
Allah. Mereka harus tunduk pada aturan yang telah diputuskan. Ihram dalam
simbol dimaknai persamaan derajat manusia dalam menghadap Allah SWT. [1]
Pakaian
seperti itulah yang akan dikenakan setiap Muslim dalam menghadap Allah sesudah
kematiannya. Meninggalkan pakaian
yang berjahit dan mengenakan pakaian ihram diyakini sebagai sebuah simbol peninggalan
pakaian maksiat, kemunafikan dan riya'. sementara pengenaan dua potong pakaian adalah
simbol dari ketaatan dan kehambaan kepada Allah Swt. Hikmah anjuran
mengenakan pakaian ihram yang sederhana dan seragam ialah hendak menghilangkan
keistimewaan-keistimewaan lahiriyah dan hilangnya kesenjangan
sosial dan juga untuk mengingatkan kepada kematian dan hari kiamat yaitu hari dimana semua manusia dikenakan
pakaian sederhana di atas tanah, dan hari dimana semua mereka dibangkitkan
dengan pakaian yang sederhana.[2]
B.
Makna
Simbol Thawaf
Thawaf adalah salah satu rangkaian ibadah haji yang hanya
bisa dilakukan di Baitullah, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 putaran yang
diawali dan diakhiri tepat pada garis Hajar Aswad. Dalam pemahaman sains, putaran tawaf
sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap
matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, yang
menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun.
Gerakan berjalan berputar mengelilingi
Ka’bah pada thawaf memberi pesan maknawi sebagai gerakan berputar pada poros
bumi yang paling awal dan paling dasar. [3]
Tawaf
melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam tawaf, manusia diarahkan agar selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tawaf tersebut dilakukan dengan penuh
penghayatan akan kehadiran Allah SWT, berzikir , berdoa dan memohon ampun
kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada
Allah SWT dengan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap hari, mengingat
kepada-Nya, berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya.
Lingkaran
perputaran di Ka’bah merupakan arena pertemuan dengan Allah yang dikemukakan
dengan do’a dan dzikir, yang selalu dikumandangkan selama mengelilingi Ka’bah. Inti perputaran thawaf merupakan acuan dalam kehidupan kita setiap
hari yang diwakilkan dalam bentuk dzikir, do’a, dan tashbih yang harus
dilakukan manusia setiap hari dan setiap minggu, berulang terus, bagaikan
putaran thawaf.[4]
C.
Makna
Simbol Sa’i
Sa’i dilakukan dengan berjalan kaki (berlari-lari kecil)
bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya. Jarak Bukit
Shafa ke Bukit Marwah sekitar 400 meter. Setiap kali mencapai bukit shafa,
menghadapkan wajah ke Ka’bah disunnahkan membaca do’a. Sa’i mengisyaratkan
makna perjuangan hidup pantang menyerah. Hidup harus dihadapi dengan usaha keras
dalam menghadapi berbagai tantangan dan menghadapinya dengan penuh kesabaran,
keuletan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Inilah sebagian makna yang
digambarkan sa’i dengan mendaki dan menuruni bukit Shafa dan Marwa.[5]
Terkadang
diperlukan kegigihan untuk meraih sesuatu yang sulit dan terkadang mengalir
begitu saja untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau terkadang naik
mencapai puncak kesuksesan dalam berusaha dan terkadang meluncur turun
mengalami kegagalan. Inilah realitas kehidupan yang digambarkan dengan naik-
turun bukit Shafa dan Marwa. Juga terkadang harus bertidak cepat dalam meraih
sesuatu, sebagaimana digambarkan dalam syariat sa’i ketika sampai di antara
‘dua pilar hijau’disunnahkan berlari-lari kecil.
Ditengah
usaha yang dilakukan, sangat penting adalah tidak melupakan Allah SWT. Berada
di puncak Shafa dan Marwa memberikan makna bahwa bagaimanapun tingginya puncak
kesuksesan yang diperoleh, tetaplah hadapkan wajah kita kepada Allah SWT yang
disimbolkan dengan menghadapkan wajah ke Ka’bah ketika berada di Shafa dan
Marwa. Demikian pula betapapun derita dan kegagalan yang dialami hendaknya
jangan lupa berserah diri kepada Allah SWT. Inilah makna mendaki dan menuruni
bukit Shafa dan Marwa.
D.
Makna
Simbol melontar Jumrah
makna yang terkandung
dalam melempar jumroh, yakni melempar jumrah menunjukkan secara simbolik
perlawanan dan permusuhan kita kepada setan.
Allah SWT berfirman :
Artiny: Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia
musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya
supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Fathir 6).
Namun pada umumnya bukan
hanya untuk memberikan perlawanan kepada setan, tetapi juga memberikan
makna bahwa setiap manusia itu harus lebih taat kepada allah swt agar tehindar
dari godaan-godaan setan yang terkutuk. Agar orang-orang mukmin selalu mengingat dan taat untuk
menjalankan perintah dari Allah. [6]
E.
Makna
Simbol Tahallul
Tahallul memiliki makna sebagai penghalalan, atau sebuah
proses akhir sesudah seseorang berihram, yang mengharamkan segala urusan yang
mendahulukan keduniawian. Tahallul adalah mencukur
rambut. Hal ini dilakukan sebagai simbol untuk melepaskan diri dari segala
larangan ihram. Bercukur mengandung makna membersihkan diri dari semua hal yang
kotor, membersihkan hati, dan pikiran yang tidak bermanfaat. Bercukur
melambangkan membuang hal-hal yang buruk menjadi hal-hal yang baik. Setelah semua
pelaksaan haji selesai, Maka diharapkan seseorang sudah memiliki
pencerahaan dalam kesadaran ukhuwah dan melakukan amal perbuatan yang baik, dan
kembali menjadi manusia yang fitrah. [7]
F.
Makna
dan Implementasi Haji Makbur
Orang
yang bergelar haji mabrur akan malu kepada Allah SWT untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang-Nya. Ia terlihat semangat dan sungguh-sungguh
dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam.
Orang yang hajinya mabrur akan cepat melakukan tobat apabila telanjur melakukan
kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri dengan perbuatan dosa, tidak
mempertontonkan dosa, dan tidak betah dalam setiap aktivitas yang berbau
berdosa. Mengenai makna dari “Haji Mabrur”, hadis-hadis dalam Sahih Bukhari, mengungkapkan makna
haji mabrur, diantaranya: haji yang
diterima, tindakan haji yang tidak dimasuki perilaku dosa, dan haji yang tidak
dimasuki sifat riya’.[8]
Makna
yang pertama lebih melihat
hubungan antara Allah SWT serta pelaksana haji. Haji mabrur dengan makna
ini merupakan ungkapan tentang suatu ibadah yang dapat diterima Allah SWT.
Dapat diterima entah dengan bentuk ibadah ataupun rupanya. Melihat dari sudut
pandang ibadah haji yang dilakukan dapat diterima Allah dalam artian
menggugurkan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh seseorang. Makna yang kedua lebih melihat pada
kesempurnaan ibadah haji tersebut. Ungkapan tidak dimasuki dosa mengindikasikan
adanya harapan bahwa ibadah hajinya tidak sekedar diterima dengan apa adanya,
tapi juga dapat sempurna dengan tidak dimasuki dengan hal-hal yang merusak kesempurnaan
haji. Makna yang ketiga
lebih melihat salah satu unsur kesempurnaan haji, yaitu terhindar dari sifat
riya’. Riya adalah ungkapan lain dari pamer, yang merupakan sikap ingin agar
orang lain tahu tentang hal yang dicapai si pelaku. [9]
Haji mabrur
dimaksudkan sebagai harapan bahwa haji yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan
diterima oleh Allah swt.
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya, “Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga,” (HR Bukhari).
Salah satu pahala yang sudah Allah SWT janjikan bagi mereka yang ibadah
hajinya mabrur yaitu surga. Ibadah haji yang dilakukan seseorang dapat dikatakan sah menurut
syara’ namun belum bisa diterima Allah dan tergolong haji yang mabrur.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata ihram diambil dari bahasa Arab,
yaitu dari kata al-haram yang berarti terlarang. Dinamakan dengan ihram, karena
seseorang yang dengan niatnya masuk pada ibadah haji atau umrah, maka ia
dilarang dari hal-hal tertentu seperti
jima’, menikah, ucapan kotor, dan lain-sebagainya. Pakaian Ihram yakni pakaian yang terdiri dari selembar kain putih yang
tidak berjahit, tanpa sepatu dan tutup kepala. Ihram dalam simbol dimaknai
persamaan derajat manusia dalam menghadap Allah SWT. Tawaf melambangkan
nilai-nilai tauhid. Dalam tawaf, manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Tawaf tersebut dilakukan dengan penuh penghayatan akan
kehadiran Allah SWT, berzikir , berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Sa’i mengisyaratkan makna
perjuangan hidup pantang menyerah. Hidup harus dihadapi dengan usaha keras
dalam menghadapi berbagai tantangan dan menghadapinya dengan penuh kesabaran,
keuletan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Melontar jumrah memberikan makna bahwa setiap manusia itu harus lebih taat kepada
allah swt agar tehindar dari godaan-godaan setan yang terkutuk. Agar
orang-orang mukmin selalu
mengingat dan taat untuk menjalankan perintah dari Allah. Tahallul memiliki makna sebagai penghalalan, atau sebuah proses akhir
sesudah seseorang berihram, yang mengharamkan segala urusan yang
mendahulukan keduniawian. Orang yang hajinya mabrur akan cepat
melakukan tobat apabila telanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak
membiasakan diri dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa, dan tidak
betah dalam setiap aktivitas yang berbau berdosa.
B.
Saran
Kami menyakini bahwa dalam penulisan
dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan karena murni
berasal dari kelemahan, kekurangan, serta keterbatasan kami dalam mencari
sumber referensi dan menyajikan kepada pembaca semua. Maka dari itu kritik dan
saran dari saudara/i pembaca yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan
untuk bahan koreksi dan pembenahan kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hadlratus
Syaikh KH, Hasyim
Asy'ari. 2013. Inti
Fiqih Haji dan Umrah. Genius
Media Malang
Al. Ghazali. 1997. Rahasia
Haji dan Umrah. Bandung: Karisma
Zaki rakhmawan, Abu Kayyisa. 2016. Panduan Haji
dan Umrah. Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa
Noor M, Matdawan. 1986. Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah. Yogyakarta: Yayasan Bina Karier
Syaikh Muhammad Zakariyya. 2007. Hajinya Para Kekasih Allah menjadi Haji Mabrur. Yogyakarta:Citra
Media
[1] Hadlratus
Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, Inti Fiqih
Haji dan Umrah, (Genius Media Malang, 2013), hal… 65
[5] Abu Kayyisa Zaki rakhmawan, Panduan
Haji dan Umrah, (Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa,, 2016), hal…34
[6] Noor.M.Matdawan, Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah,
(Yogyakarta: Yayasan Bina Karier, 1986), hal...80
[7] Syaikh Muhammad Zakariyya, Hajinya
Para Kekasih Allah menjadi Haji Mabrur (Yogyakarta:Citra Media, 2007),,
hal...86
[8]Syaikh Muhammad
Zakariyya, Hajinya Para Kekasih Allah
menjadi Haji Mabrur, hal...94
No comments:
Post a Comment