1

loading...

Tuesday, November 26, 2019

MAKALAH MAKNA SIMBOL IHRAM


MAKALAH MAKNA SIMBOL IHRAM

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Haji dalam arti yaitu ziarah atau berkunjung kesuatu tempat tertentu untuk tujuan ibadah, dikenal oleh umat muslim melalui tuntunan agama-agama. Ibadah ini diharapkan agar dapat mengantarkan manusia kepada pengenalan jati diri, membersihkan dan menyucikan jiwa. Ibadah haji merupakan simbol dan makna yang harus diketahui oleh calon jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji. Salah satunya adalah haji sebagai simbol perrjuangan kemanusiaan.
Ritual ibadah haji dimaknai dengan pengertian-pengertian realistis yang semakin memperkuat keyakinan umat islam. Salah satu ritual yang dilakukan pada saat haji yaitu melakukan ihram, thawaf, sa’i, melontar jumrah, tahallul, dan haji mabrur. Dari beberapa ritual ibadah haji tersebut memiliki maknanya masing-masing yang mampu mendekatkan diri para jamaah haji  kepada allah swt. Makna-makna tersebut mempunyai arti yang berbeda-beda dan dapat diterapkan pada saat kepulangan para jamaah ditanah air.
Dengan berbagai simbol didalam ibadah haji ini diharapkan ritual haji yang dilakukan menjadi mujahadah baik secara lahiriyah maupun batiniyahsehingga mampu menghantarkan pada kesempurnaan islam dengan predikat haji yang mabrur.

  1. Rumusan Masalah
1.     Apa Makna Simbol Ihram?
2.    Apa Makna Simbol Thawaf?
3.    Apa Makna Simbol sa’i?
4.   Apa Makna Simbol Melontar Jumrah?
5.    Apa Makna Simbol Tahallul?
6.   Apa Makna dan implementasi Haji Mabrur?

  1. Tujuan Masalah
1.     Untuk Mengetahui makna dari Simbol Ihram.
2.    Untuk Mengetahui makna dari Simbol Thawaf.
3.    Untuk Mengetahui makna dari Simbol Sa’i.
4.   Untuk Mengetahui makna dari Simbol Melontar Jumrah.
5.    Untuk Mengetahui makna dari Simbol Tahallul.
6.   Untuk Mengetahui makna dan Implementasi Haji Mabrur.
BAB II
PEMBAHASAN
       A.    Makna Simbol Ihram
Kata ihram diambil dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-haram yang berarti terlarang. Dinamakan dengan ihram, karena seseorang yang dengan niatnya masuk pada ibadah haji atau umrah, maka ia dilarang dari  hal-hal tertentu seperti jima’, menikah, ucapan kotor, dan lain-sebagainya. Ihram merupakan niat masuk ke dalam ibadah Haji atau Umrah. Sedangkan berpakaian dengan kain ihram merupakan satu keharusan bagi seseorang yang telah berihram.
Pakaian Ihram yakni pakaian yang terdiri dari selembar kain putih yang tidak berjahit, tanpa sepatu dan tutup kepala.  ketika seseorang telah melepaskan pakaiannya kemudian berganti dengan pakaian ihram, seharusnya mereka juga melepaskan seluruh atribut keduniaan untuk mengabdi diri hanya kepada Allah. Mereka harus tunduk pada aturan yang telah diputuskan. Ihram dalam simbol dimaknai persamaan derajat manusia dalam menghadap Allah SWT. [1]
Pakaian seperti itulah yang akan dikenakan setiap Muslim dalam menghadap Allah sesudah kematiannya. Meninggalkan pakaian yang berjahit dan mengenakan pakaian ihram diyakini sebagai sebuah simbol peninggalan pakaian maksiat, kemunafikan dan riya'.  sementara pengenaan dua potong pakaian adalah simbol dari ketaatan dan kehambaan kepada Allah Swt. Hikmah anjuran mengenakan pakaian ihram yang sederhana dan seragam ialah hendak menghilangkan keistimewaan-keistimewaan lahiriyah dan hilangnya kesenjangan sosial  dan juga untuk mengingatkan kepada kematian dan hari kiamat yaitu hari dimana semua manusia dikenakan pakaian sederhana di atas tanah, dan hari dimana semua mereka dibangkitkan dengan pakaian yang sederhana.[2]

        B.    Makna Simbol Thawaf
  Thawaf adalah salah satu rangkaian ibadah haji yang hanya bisa dilakukan di Baitullah, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 putaran yang diawali dan diakhiri tepat pada garis Hajar Aswad. Dalam pemahaman sains,  putaran tawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun.  Gerakan berjalan berputar mengelilingi Ka’bah pada thawaf memberi pesan maknawi sebagai gerakan berputar pada poros bumi yang paling awal dan paling dasar. [3]
Tawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam tawaf, manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tawaf tersebut dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah SWT, berzikir , berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada Allah SWT dengan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap hari, mengingat kepada-Nya, berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya.
Lingkaran perputaran di Ka’bah merupakan arena pertemuan dengan Allah yang dikemukakan dengan do’a dan dzikir, yang selalu dikumandangkan selama mengelilingi Ka’bah. Inti perputaran thawaf merupakan acuan dalam kehidupan kita setiap hari yang diwakilkan dalam bentuk dzikir, do’a, dan tashbih yang harus dilakukan manusia setiap hari dan setiap minggu, berulang terus, bagaikan putaran thawaf.[4]

    C.    Makna Simbol Sa’i
Sa’i dilakukan dengan berjalan kaki (berlari-lari kecil) bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya. Jarak Bukit Shafa ke Bukit Marwah sekitar 400 meter. Setiap kali mencapai bukit shafa, menghadapkan wajah ke Ka’bah disunnahkan membaca do’a. Sa’i mengisyaratkan makna perjuangan hidup pantang menyerah. Hidup harus dihadapi dengan usaha keras dalam menghadapi berbagai tantangan dan menghadapinya dengan penuh kesabaran, keuletan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Inilah sebagian makna yang digambarkan sa’i dengan mendaki dan menuruni bukit Shafa dan Marwa.[5]
Terkadang diperlukan kegigihan untuk meraih sesuatu yang sulit dan terkadang mengalir begitu saja untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau terkadang naik mencapai puncak kesuksesan dalam berusaha dan terkadang meluncur turun mengalami kegagalan. Inilah realitas kehidupan yang digambarkan dengan naik- turun bukit Shafa dan Marwa. Juga terkadang harus bertidak cepat dalam meraih sesuatu, sebagaimana digambarkan dalam syariat sa’i ketika sampai di antara ‘dua pilar hijau’disunnahkan berlari-lari kecil.
Ditengah usaha yang dilakukan, sangat penting adalah tidak melupakan Allah SWT. Berada di puncak Shafa dan Marwa memberikan makna bahwa bagaimanapun tingginya puncak kesuksesan yang diperoleh, tetaplah hadapkan wajah kita kepada Allah SWT yang disimbolkan dengan menghadapkan wajah ke Ka’bah ketika berada di Shafa dan Marwa. Demikian pula betapapun derita dan kegagalan yang dialami hendaknya jangan lupa berserah diri kepada Allah SWT. Inilah makna mendaki dan menuruni bukit Shafa dan Marwa.

     D.   Makna Simbol melontar Jumrah
makna yang terkandung dalam melempar jumroh, yakni melempar jumrah menunjukkan secara simbolik perlawanan dan permusuhan kita kepada setan.
Allah SWT berfirman :

Artiny:  Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Fathir 6).
Namun pada umumnya bukan  hanya untuk memberikan perlawanan kepada setan, tetapi juga memberikan makna bahwa setiap manusia itu harus lebih taat kepada allah swt agar tehindar dari godaan-godaan setan yang terkutuk. Agar orang-orang mukmin selalu mengingat dan taat untuk menjalankan perintah dari Allah. [6]

      E.    Makna Simbol Tahallul
            Tahallul memiliki makna sebagai penghalalan, atau sebuah proses akhir sesudah seseorang berihram, yang mengharamkan segala urusan yang mendahulukan  keduniawian. Tahallul adalah mencukur rambut. Hal ini dilakukan sebagai simbol untuk melepaskan diri dari segala larangan ihram. Bercukur mengandung makna membersihkan diri dari semua hal yang kotor, membersihkan hati, dan pikiran yang tidak bermanfaat. Bercukur melambangkan membuang hal-hal yang buruk menjadi hal-hal yang baik. Setelah semua pelaksaan haji selesai, Maka diharapkan  seseorang sudah memiliki pencerahaan dalam kesadaran ukhuwah dan melakukan amal perbuatan yang baik, dan kembali menjadi manusia yang  fitrah. [7]

       F.     Makna dan Implementasi Haji Makbur
Orang yang bergelar haji mabrur akan malu kepada Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang-Nya. Ia terlihat semangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam. Orang yang hajinya mabrur akan cepat melakukan tobat apabila telanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa, dan tidak betah dalam setiap aktivitas yang berbau berdosa. Mengenai makna dari “Haji Mabrur”, hadis-hadis dalam Sahih Bukhari, mengungkapkan makna haji mabrur, diantaranya:  haji yang diterima, tindakan haji yang tidak dimasuki perilaku dosa, dan haji yang tidak dimasuki sifat riya’.[8]
Makna yang pertama lebih melihat hubungan antara Allah SWT serta pelaksana haji. Haji mabrur dengan makna ini merupakan ungkapan tentang suatu ibadah yang dapat diterima Allah SWT. Dapat diterima entah dengan bentuk ibadah ataupun rupanya. Melihat dari sudut pandang ibadah haji yang dilakukan dapat diterima Allah dalam artian menggugurkan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh seseorang. Makna yang kedua lebih melihat pada kesempurnaan ibadah haji tersebut. Ungkapan tidak dimasuki dosa mengindikasikan adanya harapan bahwa ibadah hajinya tidak sekedar diterima dengan apa adanya, tapi juga dapat sempurna dengan tidak dimasuki dengan hal-hal yang merusak kesempurnaan haji. Makna yang ketiga  lebih melihat salah satu unsur kesempurnaan haji, yaitu terhindar dari sifat riya’. Riya adalah ungkapan lain dari pamer, yang merupakan sikap ingin agar orang lain tahu tentang hal yang dicapai si pelaku. [9]
Haji mabrur dimaksudkan sebagai harapan bahwa haji yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan diterima oleh Allah swt.
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Artinya, “Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga,” (HR Bukhari).
Salah satu pahala yang sudah Allah SWT janjikan bagi mereka yang ibadah hajinya mabrur yaitu surga. Ibadah haji yang dilakukan seseorang dapat dikatakan sah menurut syara’ namun belum bisa diterima Allah dan tergolong haji yang mabrur.

 BAB III
PENUTUP
      A.    Kesimpulan
Kata ihram diambil dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-haram yang berarti terlarang. Dinamakan dengan ihram, karena seseorang yang dengan niatnya masuk pada ibadah haji atau umrah, maka ia dilarang dari  hal-hal tertentu seperti jima’, menikah, ucapan kotor, dan lain-sebagainya. Pakaian Ihram yakni pakaian yang terdiri dari selembar kain putih yang tidak berjahit, tanpa sepatu dan tutup kepala. Ihram dalam simbol dimaknai persamaan derajat manusia dalam menghadap Allah SWT. Tawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam tawaf, manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tawaf tersebut dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah SWT, berzikir , berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Sa’i mengisyaratkan makna perjuangan hidup pantang menyerah. Hidup harus dihadapi dengan usaha keras dalam menghadapi berbagai tantangan dan menghadapinya dengan penuh kesabaran, keuletan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Melontar jumrah memberikan makna bahwa setiap manusia itu harus lebih taat kepada allah swt agar tehindar dari godaan-godaan setan yang terkutuk. Agar orang-orang mukmin selalu mengingat dan taat untuk menjalankan perintah dari Allah. Tahallul memiliki makna sebagai penghalalan, atau sebuah proses akhir sesudah seseorang berihram, yang mengharamkan segala urusan yang mendahulukan  keduniawian. Orang yang hajinya mabrur akan cepat melakukan tobat apabila telanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa, dan tidak betah dalam setiap aktivitas yang berbau berdosa.

       B.    Saran
Kami menyakini bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan karena murni berasal dari kelemahan, kekurangan, serta keterbatasan kami dalam mencari sumber referensi dan menyajikan kepada pembaca semua. Maka dari itu kritik dan saran dari saudara/i pembaca yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan untuk bahan koreksi dan pembenahan kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hadlratus Syaikh KH, Hasyim Asy'ari. 2013. Inti Fiqih Haji dan Umrah. Genius Media Malang
Al. Ghazali. 1997. Rahasia Haji dan Umrah. Bandung: Karisma

Zaki rakhmawan, Abu Kayyisa. 2016. Panduan Haji dan Umrah. Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa
Noor M, Matdawan. 1986. Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah. Yogyakarta: Yayasan Bina Karier
Syaikh Muhammad Zakariyya. 2007. Hajinya Para Kekasih Allah menjadi Haji Mabrur. Yogyakarta:Citra Media



[1] Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, Inti Fiqih Haji dan Umrah, (Genius Media Malang, 2013), hal… 65
[2] Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, Inti Fiqih Haji dan Umrah, hal…66
[3] Al. Ghazali, Rahasia Haji dan Umrah, (Bandung: Karisma, 1997), hal...26
[4] Al. Ghazali, Rahasia Haji dan Umrah, hal...27
[5] Abu Kayyisa Zaki rakhmawan, Panduan Haji dan Umrah, (Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa,, 2016), hal…34
[6] Noor.M.Matdawan, Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah, (Yogyakarta: Yayasan Bina Karier, 1986), hal...80
[7] Syaikh Muhammad Zakariyya, Hajinya Para Kekasih Allah menjadi Haji Mabrur (Yogyakarta:Citra Media, 2007),, hal...86
[8]Syaikh Muhammad Zakariyya, Hajinya Para Kekasih Allah menjadi Haji Mabrur, hal...94
[9]Syaikh Muhammad Zakariyya, Hajinya Para Kekasih Allah menjadi Haji Mabrur, hal...95

No comments:

Post a Comment