MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM " ISLAM DI SPANYOL"
MAKALAH
SPI
Islam di Spanyol
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang mudah oleh karena itu tidak
diragukan bila perkembangan Islam begitu cepat tidak terbatas hanya di Asia
saja namun merata ke seluruh dunia. Salah satunya yaitu Spanyol. Spanyol adalah jazirah Iberia yang oleh orang Arab diberi
nama Andalusia.
Awalnya sebelum Islam memasuki Spanyol, bangsa Yunani dan
Romawi telah mendiami Spanyol.[1]
Mereka menempatkan ibukotanya di kota Toledo, disebabkan kota ini terletak di
jantung Andalusia. Mereka memperkuat usaha penjagaan kota ini untuk
mempertahankan kepemilikan mereka atas kota ini.
Pemerintahan Islam pada saat Islam masuk ke Spanyol ialah
masa kekuasaan khalifah Umayyah, yaitu
pada masa khalifah al-Walid
bin Abd Malik. Beliau adalah salah seorang Khalifah besar dari dinasti ini. Dengan masuknya Islam ke Spanyol membuktikan bahwa Islam
mengalami kemajuan.
Kemajuan Islam bagian barat yaitu Spanyol, memasuki masa
yang gemilang. Sejarah telah mencatat bahwa peradaban Islam mencapai puncak
kejayaannya berkat adanya ketekunan pemeluk Islam dalam mencari dan menyebarkan
ilmu pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan adanya dorongan yang kuat dari
ajaran Islam itu sendiri, yang dapat membuat pemeluknya lebih giat dalam
menggai dan menemukan sesuatau yang baru dan berguna bagi umat manusia.[2]
Untuk mengetahui lebih lanjut, penulis membahas tentang
masuknya Islam ke Spanyol serta perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masuknya Islam ke Spanyol
?
2. Bagaimana perkembangan Islam di
Spanyol ?
3. Bagaimana kemajuan peradaban Islam
di Spanyol ?
4. Apa penyebab kemunduran Islam di
Spanyol ?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan masuknya Islam ke
Spanyol.
2. Untuk menjelaskan perkembangan Islam
di Spanyol.
3. Untuk menjelaskan kemajuan peradaban
Islam di Spanyol.
4. Untuk menjelaskan penyebab
kemunduran Islam di Spanyol.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam ke Spanyol
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani
Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man
al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan
bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa
bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan
Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan.[3]
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama
kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah
memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan
Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan
dan kemudian dikuasai Islam,
dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan
Romawi, yaitu kerajaan Gothik.
Spanyol diduduki Islam pada masa khalifah al-Walid, yang
merupakan salah satu dari khalifah Bani Umayyah pada tahun 711 M. Dalam proses
penaklukan Spanyol, terdapat tiga pahlawan Islam yang berjasa memimpin
satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin
Ziyad, dan Musa bin Nushair.
1. Tharif bin Malik. Tharif dapat
disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di
antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500 orang
diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
2. Thariq bin Ziyad lebih banyak
dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya
lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung
oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah
al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq bin
Ziyad. Ia menyiapkan pasukannya di sebuah gunung yang dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Thariq). Dari situ Thariq dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota
kerajaan Gothik saat itu).[4]
3. Musa bin Nushair. Beliau
merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud
membantu perjuangan Thariq. Dan akhirnya beliau berdua memenangkan daerah
Spanyol.
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Perkembangan Islam di Spanyol melalui beberapa periode
yaitu sebagai berikut :
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan
para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus.
Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara
sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar.
Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa,
terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat
perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak
menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali
pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Perbedaan pandangan itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara.
2. Periode Kedua (755-912
M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan
seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur). Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar
Ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah
di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman
ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad bin abdurrahman,
Munzir bin Muhammad, dan Abdullah bin Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan bidang peradaban. Abdurahman ad-Dakhil mendirikan masjid
Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai
pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di
Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta
ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman
Abdurrahman al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu
dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan
(Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang
dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M. Di
samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang
terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan
anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan
antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan
Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”
yang dikenal dengan sebutan al-Mulukuth Thawaif. Pada periode ini Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut
bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir,
Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya
sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang
berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat
untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama
150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu
Abdurrahman an-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009
M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak
kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad.
Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri
yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah
terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi beberapa
negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif
yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya.
Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat
Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara,
ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik
Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai
mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun
kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah
dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu
kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235
M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan
oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil
mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti
Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad bin Tumazi
(1128). Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las
Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan
penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235
M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh
tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini yaitu antara tahun (1232-1492) ketika
umat islam spanyol bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa dinasti bani Ahmar
pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar
An-Nasr, oleh karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah.
Periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di
bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan
seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan
pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang
istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi
raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan
itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah
kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya.
Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah
naik tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan kedua
kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin
merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa
menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku
kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah
ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun
1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen
atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada
lagi umat Islam didaerah ini.
C. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Pada masa kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah
mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, di antaranya
yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan
a. Filsafat
b. Sains
c. Fiqih
d. Musik dan Kesenian
e. Bahasa dan Sastra
2. Pembangunan[5]
Aspek-aspek pembangunan fisik yang dapat perhatian umat
Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun.
Dalam bidang pertanian demikian juga, sistem irigasi baru di perkenalkan kepada
masyarakat Spanyol yang tidak mengenal hal tersebut sebelumnya.[6]
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang demikianyang paling menonjol
adalah pembanguan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana , mesjid,
pemukimandan taman-taman. Diantara pembangunan yang paling megah adalah
mesjidCordova, kota Zahra, Ja’fariyah di saragosa, tembok Toledo, isatan
Al-Makmun, mesjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
a. Cordova adalah ibu kota Spanyol
sebelum islam, yang kemudian diambil alih oleh bani Umayyah. Oleh penguasa
muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun diatas sungai
yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibukota
Spanyol. Pohon-pohon dan bunga diimpor dari timur. Diseputar ibukota berdiri
istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana
dan taman di beri nama tersendiri dan puncaknya terpancang istana Damsik. Di
antara kebanggaaan kota Cordova lainnya adalahmesjid Cordova.
b. Granadaadalah tempat pertahan
terakhir umat islam di Spanyol, disana berkumpul sisa-sisa kekuatan arab dan
pemikir islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granadadi masa-masa akhir
kekuasaan islam diSpanyol Arsitektur-arsitekur dibangunannya terkenal diseluruh
Eropa.istana al- Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan ketinggian
arsitektur SpanyolIslam. Istana itu dikelilingi taman- taman yang tidak kalah
indahnya. Selain itu, ada juga istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara
Girilda, dan lain-lain.
D. Penyebab Kemunduran Islam di Spanyol
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara
sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari
kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan
hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada
perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat
rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam
dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat,
sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Di Spanyol, orang-orang Arab memberi istilah 'ibad
dan muwalladun kepada para muallaf, setidaknya sampai abad ke-10 M,
suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak
perdamaian. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna
persatuan.
3. Kesulitan Ekonomi
Pada paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa
membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat
"serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul
kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan
militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan
Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli
waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif
muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh
ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang
lain. Ia selalu berjuang sendiri, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika
Utara. Dengandemikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung
kebangkitan Kristen di sana.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Spanyol diduduki Islam pada masa
khalifah al-Walid, yang merupakan salah satu dari khalifah Bani Umayyah pada
tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara.
2. Perkembangan Islam Di Spanyol
terbagi atas enam periode yaitu periode
pertama (711-755 M), periode kedua (755-912 M), periode ketiga (912-1013 M), periode keempat (1013-1086 M),
periode kelima (1086-1248 M), periode keenam (1248-1492 M).
3. Kemajuan peradaban Islam di Spanyol
meliputi dalam bidang pengetahuan yang terdiri dari filsafat, sains, fiqih,
musik dan kesenian, serta bahasa dan sastra. Sedangkan dalam bidang pembangunan
dibangunnya mesjid dan istana yang megah.
4. Penyebab kemunduran Islam di Spanyol
yaitu konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan
ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
B. Kririk
dan Saran
Sebagai manusia biasa yang
memiliki keterbatasan, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun
dari semua pihak, termasuk dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan
tulisan dan pengetahuan penulis. Apalagi penulis yakin bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari standar sebuah karya ilmiah.
Inilah usaha dan kerja keras
penulis dalam mencari, mempelajari, dan menulis tentang PerkembanganIslam di Spanyol. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat
bermanfaat kepada para pembaca terlebih lagi bagi pribadi penulis dan mendapat
kebaikan serta petunjuk dari Allah
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah.
2013.
Nicolle, David. Runtuhnya Islam Spanyol. Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia. 2009.
Sulasaman dan Suparman. Sejarah Islam di Asia & Eropa. Bandung
: CV. Pustaka Setia. 2013.
Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka
Rizki Utama. 2012.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.
Jakarta : Rajawali Pers. 2009.
Thomson, Ahmad dan Muhammad ‘ata’ Ur Rahim. Islam Andalusia : Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan. Jakarta : Gaya
Media Pratama. 2004.
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta : Rajawali Pers. 2014.
[1] Ahmad Thomson Dan
Muhammad ‘Ata’ Ur Rahim, Islam Andalusia :Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan
(Jakarta : Gaya Media Pratama, 2004), h. 4.
[7] Sulasman dan Suparman, Sejarah
Islam di Asia & Eropa : Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern (Bandung :
CV. Pustaka Setia, 2013), h. 259.
No comments:
Post a Comment