1

loading...
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Maret 2019

MAKALAH PERADABAN DUNIA SEBELUM ISLAM


MAKALAH PERADABAN DUNIA SEBELUM ISLAM 


A. Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW
1. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Kehadiran Nabi Muhammad SAW
Menurut bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah gundul yang gersang yang tiada air dan tanaman. Jazirah Arab terletak di antara benua Asia dan Afrika. Sebalah barat daerah Arab dibatasi oleh teluk Persia dan laut Oman atau sungai-suangai Daljah (Tigris) dan Furrat (Euphraat). Sebelah selatan dibatasi oleh lautan Hindia dan sebelah utara oleh Sahara Tiih[1] yaitu lautan pasir yang ada di antara negeri Syam dan sungai Furrat -Sebagian besar daerah Jazirah adalah padang pasir sahara yang terletak di tengah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda, karena itu ia bisa dibagi menjadi tiga bagian , pertama.
Sahara Langit memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur ke barat, disebut juga Sahara Nufud. Oase dan mata air jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh. Kedua, Sahara Selatan yang membentang menyambung Sahara Langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan al-Rub’ al-Khali (bagiansepi).
Ketiga. Sahara Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar diseluruh Sahara ini, seluruhnya mencapai 29 buah-, Itulah sebabnya daerah Arab ini terkenal sebagai pulau dan dinamakan Jaziratul-Arabiyyah.[2]Bangsa Arab terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh
Jazirah Arabia. Mereka kebanyakan mendiami wilayah pinggir Jazirah, dan sedikit yang tinggal di pedalaman. Pada masa dahulu tanah Arab itu dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. Arab Petrix atau Petraea, yakni wilayah yang terletak di sebelah barat daya gurun Syria, dengan Petra sebagai pusatnya.
2. Arab Diserta atau gurun Syria yang kemudian dipakai untuk menyebut seluruh Jazirah Arab karena tanahnya yang subur.
3. Arab Felix, wilayah hijau (Green Land), yakni wilayah yang berbahagia (Happy Land), yakni wilayah Yaman yang memiliki kebudayaan maju dengan kerajaan Saba’ dan Ma’in. Bangsa Arab itu dibagi menjadi dua, yaitu Qahtan dan Adnan.

Qahtan semula berdiam di Yaman, namun setelah hancurnya bendungan Ma’rib sekitar tahun 120 SM, mereka bermigrasi ke utara dan mendirikan kerajaan Hirah dan Gassan. Sedangkan Adnan adalah keturunan Ismail ibn Ibarahim, yang banyak mendiami Arab dan Hijaz. Bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan, diantaranya adalah Saba’, Ma’in dan Qutban serta Himyar, semuanya di Yaman. Di utara Jazirah berdiri kerajaan Hirah (Manadirah) dan Gassan (Gassasinah). Hijaz menunjukkan wilayah yang tetap merdeka sejak dahulu karena miskin daerahnya, namun terdapat tempat suci, yakni Makkah yang didalamnya berdiri Ka’bah dan terdapat sumur Zamzam. Di kawasan itu juga terdapat Yasrib yang merupakan daerah subur sejak dahulu.[3]

Makkah - yang pada mulanya hanya sebagai persinggahan kafilahkafilah yang lewat. Nabi Ibrahim as. yang pertama kali menjadikannya sebagai tempat pemukiman istri beliau, Hajar, bersama putranya Isma’il.Qushai (kakek Nabi Muhammad saw, yang keempat) yang berjasa menjadikan kota Mekkah sebagai tempat permukiman masyarakat melalui upayanya menghimpun sukunya untuk bermukim disana tanpa menghalangi suku-suku lain untuk bermukim. Qushai menetapkan bahwa semakin tinggi kedudukan satu suku, maka semakin berhak anggotanya untuk mendiami lokasi terdekat ke Ka’bah. Karena itu, suku Quraisy menempati lokasi-lokasi tersebut. Di samping masyarakat Arab, di Mekkah ketika itu bermukim juga aneka keluarga non-Arab. Mekkah merupakan wilayah suci. Di sana ada tanda-tanda yang merupakan petunjuk tentang batas-batas suci itu. Karena kesucian dan kewajiban menghormatinya, ia dinamai Tanah Haram sehingga di wilayah itu tidak diperkenankan pertumpahan darah atau gangguan/penganiayaan, baik terhadap manusia, binatang, bahkan tumbuh-tumbuhan.
Ketetapan ini diyakini masyarakat Arab sebelum kehadiran Islam dan oleh seluruh kaum Muslim setelah kedatangan Islam berdasarkan ketetapan Allah melalui Nabi Ibrahim as yang kemudian dikukuhkan oleh Nabi Muhammad saw[4] adalah sebuah kota yang sangat penting dan
terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubungkan Yaman di sebelah selatan dan Syria di sebelah utara.
Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama Hubbal.[5] Hubbal adalah patung yang paling diagungkan selain patung-patung lainnya seperti Manah, Al Lata dan Al Uzza.Bangsa Arab sebelum Islam biasanya disebut Arab Jahiliyah, bangsa yang belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara. Sebutan itu tidak perlu menyebabkan kita berkesimpulan bahwa tidak seorang pun darimpenduduk Jazirah Arab yang mampu membaca dan menulis, karena beberapa orang sahabat Nabi Muhammad SAW diketahui sudah mampu membaca dan menulis sebelum mereka masuk Islam.
 Baca tulis waktu itu belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagai sesuatu yang penting, tidak pula menjadi ukuran kepandaian dan kecendikiaan.[6] Kaum Quraisy sendiri sebagai bangsawan di kalangan bangsa Arab hanya memiliki 17 orang yang pandai baca tulis. Suku Aus dan Khazroj penduduk Yatsrib (Madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca. Hal ini menyebabkan bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaiaan lainnya, hidup mereka mengikuti hawa nafsu, judi, berpecah belah, saling berperang, satu dengan yang lain, yang kuat menguasai yang lemah, wanita tidak ada harganya. Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair jahili yang disebarkan secara hafalan saja.[7]

2.Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada tanggal 20 April 571 M. Ketetapan ini sebagaimana dikemukakan oleh berbagai sumber berita Arab, yakni pada tahun yang dikenal dengan sebutan tahun Gajah, yakni tahun saat Abraham al-Asyram berusaha menyerang Makkah dan mnghancurkan Ka’bah. Allah lalu menggagalkannya dengan mukjizat yang mengagumkan, sebagaimana diceritakan di dalam al-Quran. Menurut riwayat yang paling kuat, kelahiran Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari senin malam, 12 Rabi’ul Awwal.[8]
Beliau lahir dari keluarga miskin secara materi namun berdarah ningrat dan terhormat. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Dikisahkan, bahwa anak-anak Hasyim ini adalah keluarga yang berkedudukan sebagaipenyedia dan pemberi air minum bagi para jamaah haji yang dikenal dengan sebutan Siqayah Al Hajj.[9] Sedangkan ibunda Nabi Muhammad Saw adalah Aminah binti Wahab, adalah keturunan Bani Zuhrah. Kemudian, nasab atau silsilah ayah dan ibunda Nabi bertemu pada Kilab ibn Murrah.[10] Pada waktu lahir Nabi Muhammad SAW dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Nabi Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyyah. Dalam
asuhannyalah Nabi Muhammad SAW dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah kurang lebih dua tahun berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika usia enam tahun Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu. Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tangguang
jawab merawat Nabi Muhammad SAW. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjudnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia juga sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Makkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin. Dalam usia muda Nabi Muhammad SAW hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini dia menemukan tempat untuk berfikir dan merenung.
Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga dia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda dia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.[11] Nabi Muhammad SAW juga seorang laki-laki yang berbakat dalam bidang keagamaan. Dalam usianya sebelum masa turun wahyu ia suka mengasingkan diri pada sebuah pegunungan di luar kota Makkah untuk berdoa dalam keheningan.[12]
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW ikut berdagang ke Syam, menjual barang milik Khadijah, seorang wanita terpandang dan kaya raya. Dia biasa menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka. Ketika Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan beliau, kredibilitas dan kemuliaan ahlak
serta keuntungan dagangannya melimpah, Khadijah tertarik untuk menikahinya. Yang ikut hadir dalam acara pernikahan itu adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar.[13]
Pada awal turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, mengingat social politik pada waktu itu belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Nabi mengajarkan kepada istrinya khadijah untuk beriman kepada Allah, kemudian di ikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemuadian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid dan bebrapa orang lainnya, mereka semua disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang pertama masuk Islam.[14] Islam lahir ditengah-tengah masyarakat dengan membawa undang-undang baru sebagai pedoman dasar tentang ketauhitan dan kemasyarakatan, bagi pengaturan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan pergaulannya. Selanjutnya pedoman dasar tersebut menjadi pijakan bagi pengembangan sistem sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Langkah dakwah seterusnya yang diambil Nabi Muhammad SAW adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula Nabi menyeru penduduk Makkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, Nabi juga menyeru
orang-orang yang datang ke Makkah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah.
Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi Muhammad SAW yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Mekipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguah membaja.[15] Ketik gerakan Nabi Muhammad SAW makin meluas, jumlah pengikutnya bertambah banyak dan seruannya semakin tegas dan lantang, bahkan secara terang-terangan mengecam agama berhala dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang memuja-muja berhala itu.
Orang-orang Quraisy terkejut dan marah. Mereka bangkit menentang dakwah Nabi Muhammad SAW dan dengan berbagai macam cara berusaha menghalanghalanginya. Kebencian musyrikin Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW makin meningkat manakala mereka menyaksikan penganut Islam terus bertambah. Tidak hanya penghinaan yang ditimpakan kepada Nabi Muhammad SAW melainkan juga rencana pembunuhan yang disusun oleh Abu Sufyan. Kegagalan musyrikin Quraisy menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW dikarenakan Nabi Muhammad SAW dilindungi oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Menyadari hal itu musyrikin Quraisy memboikot kedua keluarga besar pelindung Nabi itu. Belum sembuh kepedihan yang dirasakan Nabi Muhammad SAW akibat pemboikotan itu, Abu Thalib (paman nabi) dan Khadijah istri beliau meninggal dunia.
Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan ‘am al-huzn (tahun kesedihan). Pada saat menghadapi ujian berat, Nabi Muhammad SAW diperintahkan Allah untuk melakukan perjalanan malam dari Masjid al-Haram di Mekah ke Bait al-Maqdis di Palestina, kemudian ke sidrah al-Muntaha. Di situlah Nabi Muhammad SAW menerima syariat kewajibanmengerjakan shalat lima waktu. Peristiwa ini dikenal dengan Isra’ dan Mi’raj yang terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 sesudah kenabian. Isra dan Mi’raj di samping memperkuat iman dan memperkokoh batin Nabi Muhammad SAW menghadapi ujian berat berkaitan dengan misi risalahnya, juga sebagai batu ujian bagi kaum muslimin apakah mereka mempercayai atau mengingkarinya. Bagi kaun musyrikin Quraisy , peristiwa itu dijadikan bahan untuk mengolok-olok Nabi muhammad SAW bahkan menuduhnya sebagai manusia yang berotak tidak waras.[16]
Setelah peristiwa Isra’ dan Mikraj, suatu perkembangan besar bagi perkembangan dakwah Islam muncul, perkembangan datang dari penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj masuk Islam. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta Nabi Muhammad SAW agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan
membela Nabi Muhammad SAW dari berbagai ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian “Aqobah”. Dan kemudian Nabi Muhammad SAW pindah ke Yatsrib.[17]
3.Berdirinya Pemerintahan Madinah
Tahun Islam dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah di tahun 622 M. Umat Islam di waktu itu masih dalam kedudukan lemah, tidak sanggup menentang kekuasaan yang dipegang kaum pedagang Quraisy yang ada di Mekkah. Akhirnya Nabi bersama sahabat dan umat Islam lainnya meninggalkan kota dan pindah ke Yasrib, yang kemudian terkenal dengan nama Madinah, yaitu kota Nabi. Di kota ini keadaan Nabi dan umat Islam mengalami perubahan yang besar. Kalau di Mekkah mereka sebelumnya merupakan umat lemah yang tertindas, di Madinah mereka mempunyai kedudukan yang baik dan menjadi umat yang kuat dan dapat berdiri sendiri. Nabi sendiri menjadi kepala dalam masyarakat yang baru dibentuk itu dan yang akhirnya menjadi sebuah negara.
Dan Sebagai penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW, nama kota Yatsrib di ubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau Madinatul Munawwarah (Kota yang Bercahaya), dan kota ini cukup disebut Madinah.[18] Dengan beradanya kekuasaan di tanggan Nabi, Islam pun lebih mudah disebarkan dan sehingga akhirnya Islam dapat menguasai daerahdaerah yang dimulai dari Spanyol di sebelah barat sampai ke Filipina di sebelah timur dan Afrika Tengah di sebelah selatan sampai Danau Aral di sebelah utara.[19]
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru Nabi Muhammad SAW segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar Pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat salat, juga sebagi sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Dasar kedua,adalah ukhuwwah islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Nabi mempersaudarakan antara Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah , dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut.
 Dengan demikian diharapkan, setiap Muslim merasa terikat dalam satu persaudaraan dan
kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, mengantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak memeluk agama Islam.
Di Madinah, di samping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar.
Dalam perjanjian itu jelas disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala pemerintah karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang sosial, dia juga meletakkan dasar persamaan antara sesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang sering disebut dengan Konstitusi Madinah. Perang pertama yang sangat menentukan menentukan masa depan Islam ini adalah perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan Musyrikin Quraisy. Pada tanggal 8 Ramadhan tahun ke-2 H, Nabi Muhammad SAW bersama 305 orang Muslim bergerak keluar kota membawa perlengkapan yang sederhana.
Di daerah Badar, kurang lebih 120 km dari Madinah, pasukan Nabi bertemu dengan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 900 sampai 1000 orang. Dalam perang ini kaum Muslimin keluar sebagai pemenang. Pada tahun ke-6 H. Ketika ibadah haji sudah disyariatkan Nabi Muhammad SAW memimpin sekitar seribu kaum Muslimin berangkat ke Mekkah untuk mengerjakan Umrah namun penduduk Makkah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah yang isinya diantaranya:
1. Kaum Muslimin belom boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai tahun depan.
2. Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja.
3. Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah yang melarikan diri ke Madinah, sedangkan sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Makkah.
4. Selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan Makkah
5. Tiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum Muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintanga. Untuk menjaga keselamatan dalam
menyebarkan dakwah Islam dan mempertahankannya dari orangorang yang menghalanginya peperangan demi peperangan terus terjadi diantaranya adalah Perang Uhud, perang Ahzab atau Perang Khandaq (parit).[20] Setelah Perjanjian Hudaibiyah, situasi jauh lebih tenang dibandingkan
dengan sebelumnya, maka Nabi Muhammad SAW, menyurat kepada sekian penguasa di luar Jazirah Arab untuk mengajak mereka untuk mengajak mereka memeluk agama Islam. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW, diutus bukan saja untuk penduduk Jazirah Arab, tetapi juga untuk seluruh manusia di persada bumi ini.[21]
Melalui usaha-usaha itu Islam berkembang. Umat Islam makin banyak dan wilayah Islam meluas. Ketika Rasulullah wafat, wilayah Islam telah meliputi sebagian Jazirah Arab. Tentu bukan sebuah negara seperti zaman modern sekarang, tetapi rintisan awal telah dimulai oleh Rasul. Sebuah negara dengan persyaratan-persyaratan yang maju untuk zamannya, sebuah negara demokrasi yang berbentuk Republik. Dengan usaha itu Rasulullah telah merintis peradaban Islam. Dalam waktu 23 tahun, Rasulullah telah mengubah bangsa Arab dari bangsa Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban dengan jiwa yang Islami, bersatu, berakhlak mulia, dan berpengetahuan.[22]


Kesimpulan
Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara yang pandai dalam berpolitik. Sebagai seorang panglima perang serta seorang administrator yang cakap, hanya dalam kurun waktu singkat Rasulullah bisa menaklukkan seluruh Jazirah Arab.

Daftar Pustaka
Abdurrahman, Dudung et.al, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik
Hingga Modern. Yogyakarta: Fak. Adab, 2002.
Ahmad Mahdi Rizqullah, Biografi Rasulullah. Jakarta: Qisthi Press, 2009.
Al-Buthy Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah Analisis Ilmiah
Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW.
Jakarta: Robbani Press, 2010. Cet. 16.
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia, 2006.




[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 10.
[2] Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: UIN Press, 2007), 12.
[3]Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997), 6.
[4] M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW (Tangerang: Lentera Hati, 2011), 53
[5] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 126.
[6] Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 27.
[7] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Kencana, 2007), 13.
[8] Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di    Masa Rasulullah SAW, (Jakarta: Robbani Press, 2010),
[9]Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, 137
[10] Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, (Jakarta: Qisthi Press, 2009), 117.
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, 17
[12] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 32
[13] Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, 19.
[14] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), 32.
[15]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, 20

[16]Dudung Abdurrahman et.al, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: Fak. Adab, 2002), 32.
[17]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, 24

[18]Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UII-Pres, 2008), 88.
[19] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, 50
[20]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, 26-30.
[21]M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW. 819
[22]22 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, 20


Rabu, 28 November 2018

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM


MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM " ISLAM DI SPANYOL"

MAKALAH SPI

Islam di Spanyol

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang mudah oleh karena itu tidak diragukan bila perkembangan Islam begitu cepat tidak terbatas hanya di Asia saja namun merata ke seluruh dunia. Salah satunya yaitu Spanyol. Spanyol adalah jazirah Iberia yang oleh orang Arab diberi nama Andalusia.
Awalnya sebelum Islam memasuki Spanyol, bangsa Yunani dan Romawi telah mendiami Spanyol.[1] Mereka menempatkan ibukotanya di kota Toledo, disebabkan kota ini terletak di jantung Andalusia. Mereka memperkuat usaha penjagaan kota ini untuk mempertahankan kepemilikan mereka atas kota ini.
Pemerintahan Islam pada saat Islam masuk ke Spanyol ialah masa kekuasaan khalifah Umayyah, yaitu pada masa khalifah al-Walid bin Abd Malik. Beliau adalah salah seorang Khalifah besar dari dinasti ini. Dengan masuknya Islam ke Spanyol membuktikan bahwa Islam mengalami kemajuan.
Kemajuan Islam bagian barat yaitu Spanyol, memasuki masa yang gemilang. Sejarah telah mencatat bahwa peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya berkat adanya ketekunan pemeluk Islam dalam mencari dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan adanya dorongan yang kuat dari ajaran Islam itu sendiri, yang dapat membuat pemeluknya lebih giat dalam menggai dan menemukan sesuatau yang baru dan berguna bagi umat manusia.[2]
Untuk mengetahui lebih lanjut, penulis membahas tentang masuknya Islam ke Spanyol serta perkembangannya.
B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana masuknya Islam ke Spanyol ?
2.    Bagaimana perkembangan Islam di Spanyol ?
3.    Bagaimana kemajuan peradaban Islam di Spanyol ?
4.    Apa penyebab kemunduran Islam di Spanyol ?
C.    Tujuan
1.    Untuk menjelaskan masuknya Islam ke Spanyol.
2.    Untuk menjelaskan perkembangan Islam di Spanyol.
3.    Untuk menjelaskan kemajuan peradaban Islam di Spanyol.
4.    Untuk menjelaskan penyebab kemunduran Islam di Spanyol.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masuknya Islam ke Spanyol
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan.[3]
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik.
Spanyol diduduki Islam pada masa khalifah al-Walid, yang merupakan salah satu dari khalifah Bani Umayyah pada tahun 711 M. Dalam proses penaklukan Spanyol, terdapat tiga pahlawan Islam yang berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.
1.    Tharif bin Malik. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
2.    Thariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ia menyiapkan pasukannya di sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu).[4]
3.    Musa bin Nushair. Beliau  merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dan akhirnya beliau berdua memenangkan daerah Spanyol.
B.    Perkembangan Islam di Spanyol
Perkembangan Islam di Spanyol melalui beberapa periode yaitu sebagai berikut : 
1.    Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara.
2.    Periode Kedua (755-912 M)  
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur). Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad bin abdurrahman, Munzir bin Muhammad, dan Abdullah bin Muhammad. 
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan bidang peradaban. Abdurahman ad-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3.    Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan al-Mulukuth Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman an-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova.  Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4.    Periode Keempat (1013-1086 M) 
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi beberapa negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5.    Periode Kelima (1086-1248 M) 
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad bin Tumazi (1128). Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam. 
6.    Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini yaitu antara tahun (1232-1492) ketika umat islam spanyol bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa dinasti bani Ahmar pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar An-Nasr, oleh karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah.
Periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam didaerah ini.
C.    Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Pada masa kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, di antaranya yaitu sebagai berikut :
1.    Pengetahuan
a.    Filsafat
b.    Sains
c.    Fiqih
d.    Musik dan Kesenian
e.    Bahasa dan Sastra
2.    Pembangunan[5]
Aspek-aspek pembangunan fisik yang dapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Dalam bidang pertanian demikian juga, sistem irigasi baru di perkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal hal tersebut sebelumnya.[6] Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang demikianyang paling menonjol adalah pembanguan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana , mesjid, pemukimandan taman-taman. Diantara pembangunan yang paling megah adalah mesjidCordova, kota Zahra, Ja’fariyah di saragosa, tembok Toledo, isatan Al-Makmun, mesjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
a.    Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum islam, yang kemudian diambil alih oleh bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun diatas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibukota Spanyol. Pohon-pohon dan bunga diimpor dari timur. Diseputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman di beri nama tersendiri dan puncaknya terpancang istana Damsik. Di antara kebanggaaan kota Cordova  lainnya adalahmesjid Cordova.
b.    Granadaadalah tempat pertahan terakhir umat islam di Spanyol, disana berkumpul sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granadadi masa-masa akhir kekuasaan islam diSpanyol Arsitektur-arsitekur dibangunannya terkenal diseluruh Eropa.istana al- Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan ketinggian arsitektur SpanyolIslam. Istana itu dikelilingi taman- taman yang tidak kalah indahnya. Selain itu, ada juga istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda, dan lain-lain.
D.    Penyebab Kemunduran Islam di Spanyol
1.    Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2.    Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Di Spanyol, orang-orang Arab memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf, setidaknya sampai abad ke-10 M, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan.
3.    Kesulitan Ekonomi
Pada paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer.
4.    Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5.    Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendiri, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengandemikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.[7]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.    Spanyol diduduki Islam pada masa khalifah al-Walid, yang merupakan salah satu dari khalifah Bani Umayyah pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara.
2.    Perkembangan Islam Di Spanyol terbagi atas enam periode yaitu periode pertama (711-755 M), periode kedua (755-912 M), periode ketiga (912-1013 M), periode keempat (1013-1086 M), periode kelima (1086-1248 M), periode keenam (1248-1492 M).
3.    Kemajuan peradaban Islam di Spanyol meliputi dalam bidang pengetahuan yang terdiri dari filsafat, sains, fiqih, musik dan kesenian, serta bahasa dan sastra. Sedangkan dalam bidang pembangunan dibangunnya mesjid dan istana yang megah.
4.    Penyebab kemunduran Islam di Spanyol yaitu konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
B.    Kririk dan Saran
Sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun dari semua pihak, termasuk dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan tulisan dan pengetahuan penulis. Apalagi penulis yakin bahwa makalah ini masih sangat jauh dari standar sebuah karya ilmiah.
Inilah usaha dan kerja keras penulis dalam mencari, mempelajari, dan menulis tentang PerkembanganIslam di Spanyol. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat kepada para pembaca terlebih lagi bagi pribadi penulis dan mendapat kebaikan serta petunjuk dari Allah


DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah. 2013.
Nicolle, David. Runtuhnya Islam Spanyol. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. 2009.

Sulasaman dan Suparman. Sejarah Islam di Asia & Eropa. Bandung : CV. Pustaka Setia. 2013.

Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki Utama. 2012.

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta : Rajawali Pers. 2009.

Thomson, Ahmad dan Muhammad ‘ata’ Ur Rahim. Islam Andalusia : Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan. Jakarta : Gaya Media Pratama. 2004.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Rajawali Pers. 2014.



[1] Ahmad Thomson Dan Muhammad ‘Ata’ Ur Rahim, Islam Andalusia :Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2004), h. 4.
[2] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam  (Jakarta : Amzah, 2013), h. 159.
[3] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam , h. 162
[4] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), h. 122
[5] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, h. 125.
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet ; 25, Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h. 104.
[7] Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia & Eropa : Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2013), h. 259.