MAKALAH HISTOGRAFI
"SEJARAH DINASTI"
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tentang aliran-aliran penulisan
sejarah diawal masa kebangkitan islam. Setiap aliran tu menggunakan metode dan
tema yang berbeda. Aliran madinah, misalnya mengembangkan penulisan sejarah
bertolak dari pengumpulan dari hadist-hadist nabi. Sementara itu untuk
kepentingan penelitian hadist, para ulama juga menyusun biografi para shabat
dan kemudian berkembang menjadi kumpulan
biografi para ulama.Aliran yaman yang menyumbang penulisn sejarah pra islam
banyak menulis sejarah bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan sebelum islam,
sebagaiman yang dilakukan oleh Wahb al-Munabbih.
Sedangkan aliran irak menyumbang
penulisan al-ansab( nasab, garis keturunan) disamping peristiwa-peristiwa
politik yang sedang terjadi dalam sejarah islam.Meskipn terjadi pertemuan tiga
aliran dengan terhimpunya tema-tema sejarah kedalam karya besar, karya-karya
teatik yang sudah dimulai sejak awal perkembangan historiografi dalam islam itu
juga berlanjut.
Dengan demikian kita dapat
menyimpulkan bahwa pada masa klasik dan pertengahan penulisan sejarah dalam
islam ada yang berupa sejarah umum dan ad juga yang membatasi diri dari
tema-tema tertentu, keduanya mengalami perkembangan yang pesat.
B. Rumusan
Masalah
1.Bagaimana
sejarah dinasti islam ?
2. Apa
saja biografi muslim ?
3.
Jelaskan Al-ansab dalam tema-tema karya sejarah islam?
C.Tujuan
Masalah
1.Untuk
mengetahui bagaimana perkembangan sejarah dinasti islam
2.Untuk
mengetahui siapa saja biografi muslim
3.Untuk mengetahui al-ashab dalam tema-tema karya sejarah islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Dinasti
Sebelumnya kita membahas apa itu sejarah islam diindonesia yaitu
berbagai peristiwa yang bertalikan dengan islam diindonesia pada masa lampau,
sejak kedatangan,proses penyebaran, pertumbuhan dan perkembangannya. Peristiwa
tersebut dapat terwujud dalam bidang politik,sosial, ekonomi, keagamanan dan
kebudayaan[1].Perkataan
arab untuk dinasti adalah Dawlah . Secara sematik, kata dawlah mempunyai
arti peredaran dan giliran dan menurut Franz Rosenthal, dalm islam dihubungkan
dengan teori pergantian penguasa seperti Al-kindi, yang menulis karya judul
Risalah fi mulk al-arab.
Sejarah dinasti ini,
sebagian dapt dilihat pada perkembangan awal penulisan sejarah dalam islam,
sudah ada sejak pertama kali historiografi berkembang dalam islam. Dalam aliran
yaman, sebagaiman disebutkan, Wahb ibn Munabbih(34 H- 110 atau 114 H/729 M)
telah menulis karya berjudul kitab muluk al-Mutawwajah min Himyar wa
Akhbaruhum wa Ghayr dzalik ( kitab tentang raja-raja bermahkota dari
himyar, sejarah mereka,dan lain-lain).
Ketika ketiga aliran awal itu bertemu, sejaah dinasti ini sangat
memberi warna penulisan sejarah dalam islam. Muhamad ibnu ishak ibn Yasar(
W.150 H), misalnya juga meninggalkan bentuk penulisan sejarah dinasti. Dia juga
meninggalkan karya sejarah yang berjudul Tharik khulafa( sejarah para
khalifah), berisi hal-hal berhubungan dengan pemerintahan khulafa rasyidhun dan
khalifah-khalifah bani umayah. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, meskipun
merangkum banyak tema namun sejarah dinasti ini sangat dominan dalam
karya-karya sejarah dari sejarawan besar muslim. Abu Ja’far Muhamad ibn jarir
al- thabrani, al- mas’udi, ibn khaldun, al-jabarti dan bahkan sampi kepaa
sejarawan-sejarawan muslim kontemporer dalam karya-karya mereka sejarah dinasti
sangat dominan.
Meskipun terdapat perkembangan-perkembangan tertentu dalam bidang
metodologi. Diantara sejarawan muslim yang paling pertama menulis sejarah
dengan menggunakan pendekatan dinasti dan masa pemerintahan adalah Ahmad ibn
Abi Ya’qubi ibn Wadhih, yang dikenal dengan al-Ya’qubi( w. 284).Dia semasa
dengan al-thabari disamping seorang sejarawan, dia juga dikenal sebagai seorang
rabalah ( sejarawan pengembara). Karya sejarahnya terdiri atas dua jilid
pertama tentang sejarah klasik, didalam bagian ini dia memaparkan
gagasan/ pemikiran sejarah dunia pada masa pra islam dan sejarah islam sampai
tahun 295 H dengan menyusun informasi sejrah itu berdasarkan kronologi.
Kedua jilid yang
khusus berbicara tentang sejarah islam. Dalam menulis informasi sejarah dia
menyusunnya dengan berdasarkan urutan para khalifah dengan tetap mempertahankan
urutan peristiwa berdasarkan tahun. Dia memulainya dengan kelahiran nabi
Muhamad saw, dan perang-perangnya hingga wafat, kemudian diikuti dengan sejarah
para khalifah sampai masa al-mu’tamid, khalifah bani Abbas.
Sebagian besar sejarawan arab muslim yang mengambil metode
penulisan sejarah ini, seperti ibn al-Udzari dalam kitabnya kitab al-Ma’arif.
Ibn al-Udzari ketika menulis berdirinya
dinasti bani ummaiyah di andalusia dan keamiran Abd al-rahman ibn
Mu’awiyah, menjelaskan terlebih dahulu tentang nasab-nasabnya dan
gelar-gelarnya, disebutkan ibunya, sejrah kelahirannya, negeri tumpah darahnya,
peristiwa wafatnya, sejarah pembaiatannya sebagai amir, sekertaris,
sifat-sifatnya dan nama-nama putrinya.[2]
Juga termasuk diantara sejarawan yang paling awal menulis sejarah
dengan menggunakan tema dinasti dan masa pemerintahan, adalah ibn Qutaybah
al-Dinawari( w,270). Karya sejarahnya yang berjudul al-ma’arif dapat diktakan
sebagai sebuah contoh penting penulisan sejrah dunia. Dari karya-karya dinasti
tersebut, kita dapat menyatakan bahwa perkembangan penulisan sejarah dinasti
ini sejalan dengan perkembangan sejrah politik dalam islam.
Historiografi dinasti ini sudah dimulai sejak awal abad ke-3 H, dan
semakin mengalami perkembangan pesat setelah dunia politik islam mengalami
disentegrasi politik, dengan munculny dinasti-dinasti kecil yang salng
berkopentisi. Pada waktu itu penulisan sejarah dinasti menjadi alat propaganda
politik, akibatnya, obyektifitas berkurang, terutama karena penulis sejarah
kebanyakan beasal dari kalangan istana.[3]
B.
Biografi
Perkembangan penulisan biografi dalam sejarah( historiografi) islam
dimulai dengan penulisan riwayat hidup nabi muhamad saw yang lebih dikenal
dengan sirah al- nabi wa magbazih(riwayat hidup nabi saw dan perang-perangnya)
atau disingkat dengan al-sirah wa al-magbazi ( riwayat hidup dengan
perang-perang nabi saw), seteah itu biografi para sahabat, tab’in, dan
tabi’al-tabi’in, terutama mereka yang merawikan hadis. Penulisan biografi nabi
muhamad saw , para sahabat, dan para prawi hadist tersebut dapat dikatakan
merupakan salah satu bentuk penulisan sejarah islam yang pertama.
Karena subjek karya biografi adalah
nabi, para sahabat, para prawi hadist, maka terlihat jelas penulisan biografi
itu sangat berhubungan erat dengan kepentingan ilmu hadist. Salah satu tolak
ukur terpenting yang berkaitan sahih tidaknya sebuah hadist adalah kekuatan
hafalan, kejujuran dan ketakwaan prawinya. Tolak ukur itulah yang memotivasi
para sejarawan pertama menyusun biografi para prawi hadist.
Dalam pengembangan selanjutnya,
muncul dan berkembang pula penulisan biografi para tokoh pemerintah( politik0
dan para ilmuwan, Akan tetapi penulisan biografi terakhir ini berkembang dengan
caranya sendiri. Dalam tahap pertama biografi para tokoh atau ulama anya
diselipkan dalam karya-karya sejarah umum yang ditulis secra kronologis(
berdasarkan urutan tahun).
Dalam perkembangan selanjutnyamuncul
karya-karya biografi khusus,yang telah memisahkan diri dari penulisan sejarah
dinasti atau sejarah umum.
1.
Penulisan
As-sirah
Al-sirah secra sistematik berarti perjalanan. Dalam termenologi
historiografi al-sirah perjalanan hidup,atau biografi. Apabila disebut al-sirah
saja tanpa dikaitan dengan nama atau tokoh tertentu sesudahnya maka yang
dimaksudkn adalah perjalanan hidup atau biografi nabi muhamad saw. Hal itu karena
banyaknya karya al-sirah yang berhubungan dengan riwayat hidup nabi muhamad
saw.
Kajian tentang al-sirah ini terdapat didalam ilmu-ilmu keislaman
lainnya yaitu al-tarikh( sejarah), hadist, dan fikih. Meskipun demikian
al-sirah mempunyai kedudukan tersendiri dan oleh karena itu merupakan ilmu
khusus yang berbeda dari ketiganya. Berbeda dengan al-tarikh, ia merupakan
bagian khusus dan penting dari objek sejarah islam, yang hanya meliputi
informasi-informasi tentang perang-perang nabi muhamad saw, riwayat hidupnya,
perkembangan pertama dakwahnya islam dimekah hingga hijrah ke madinah, hubungan
islam dengan komunitas non-muslim dan dengan negara-negara tetangga.
Ilmu al-sirah juga menghimpun hukum-hukum syariat yang terambil
dari al-sunnah al- nabawiyah dalam persoalan muamalat dengan orang-orang kafir
dan orang-orang yang mendapat perlindungan negara islam, hubunan negara islam
dengan non muslim, baik didalam mau pun di luar negara islam, baik dalam
keadaan damai maupun dalam keadaan perang, harta rampasan perang, dan
sebagainya. Ilmu al-sirah bagi umat islam dinilai sangat penting karena melalui pengetahuan yang mendetail tentang
kehidupan nabi muhamad saw dengan segala aspeknya, umat islam dapat mengambil
faidah dari padanya berupa iktibar, nasihat, hukum-hukum, prinsip-prinsip
kehidupan, dan nilai-nilai.
Sebagaimana dinyatakan didalam Al-Quran nabi muhamad bagi umat islam adalah teladan
yang harus ditiru.Arti penting lainnya adalah bahwa perjalanan hidup nabi
muhamad saw. Penulisan al-sirah yang bermula dari aliran madinah diawal
kebangkian historiografi islam ini bahkan sampai sekarang masih mendapat
perhatian serius dari kalangan sejarawan muslim.[4]
Sebagai teladan bagi umat yang selalu menimbulkan inspirasi,
penulisan biografi nabi muhamad saw,ini tampaknya tidak akan terputus dan akan
selalu berkembang, sesuai dengan perkembangan zaman. Disamping biografi nabi
muhamad saw, biografi seorang tokoh yang berdiri sendiri juga bermunculan.
Bentuk penulisan biografi nabi saw, al-sirah itu selanjutnya diikuti oleh
tokoh-tokoh keturunan ali bin abi thalib , seperti husein bin ali dan Zaid bin
ali.
Lebih lanjut banyak pula para penguasa yang memerintahkan kepada sekertarisnya untuk
menulis biografinya untuk pewarisan nilai. Dalam menulis biografi para penguasa
itu, para sejarawan mempunyai kelebihan tersendiri karena mereka sangat
memperhatiakn persoalan-persoalan akhlak dan administrasi, yang menurut franz
Rosenthal, merupakan pengaruh penulisan sejarah bangsa persia terhadap
sejarawan klasik.
Disamping itu ada juga biografi seorang ulama yang ditulis secara
tersendiri, seperti karya as- sakhawi tentang gurunya ibnu hajar al-asqalani
yang berjudul al- jawabir wa al- durar fi tarjamat ibn hajar ( permata dan
mutiara tentang riwayat hidup ibn hajar). Biografi seorang tokoh, baik tokoh
politik maupun ilmuwan, yang berdiri sendiri, terus berkembang dengan jumlah
yang makin meningkat sampai sekarang.
2.
Al-Thabagat,
al-Tarajim, al-siyar, dan al- mu’jam
Thabagat secra sistematik berarti lapisan, Dalam historiografi
islam, berarti kumpulan biografi berdasarkan pelapisan generasi. Dan juga
biasanya menghimpun sejumlah tokoh dalam bidang lmu tertentu, seperti para ahli
fikih, hakim agama, ahli sastrawan, dokter dan lain-lain. Menurut Rosenthal
penulisan pengumpulan biografi dengan menggunakan pembagian thabaqat orisinal
berasal dari islam.
Pembagian thabagat pada mulanya ada hubungan dengan kebutuhan
kritik haist, tepatnya kritik isnad, arena itu ia bermula dari pembahasan
terhadap orang-orang sekitar nabi muhamad saw. Disamping tabagat, karya sejarah
yang menghimpun biografi banyak tokoh juga dikenal dengan nama lain seperti
al-tarajim, al-siyar, dan al-mujam, tarajim adalah jamak dari tarjamah yang
berarti biografi, al-siyar adalah jamak dar al-sirah dan al-mujam( secra termonologis berarti kamus).
Al-tabagat merupakan nama yang paling terkenal dalam historiografi
islam. Penulisan al-thabagat ini berkembang sejak awal penulisa sejarah islam
dan bertahan sampai sekarang. Faktor utma yang menyebabkan berkembangnya
penulisan kumpulan biografi dalam historiografi islam adalah perhatian besar
ulama islam kepada ilmu kritik hadis(
bagi generasi sahabat dan generasi sesudahnya) yang menentukan shahih tidaknya
sebuh hadis melalui penilaian perawi hadist itu.
C.
Al-Ansab
Banyak
sejarawan irak yang ahli dalam bidang ansab( silsilah), kabilah-kabilah banyak
menulis buku-buku yang memuat sisilah ini. Pada masa awal kebangkitan islam,
perhatian terhadap penulisan al-ansab memang dimulai oleh aliran irak.
Sejarawan lain yang mengembangkan penulisan, al-ansab ini adalah abu
al-yaqzhan( w.190H / 805M), nama aslinya suhyam. Dia adaalah ahli nasab pertama
yang menyusun kitab tentang nasab bani tamim dan khindif.
Karya-karyanya tiak ditemukan lagi, tetapi
isi-isi karyanya dapat ditemukan atau diketahui dari karya-karya penulis
sejarah kemudian yang sengaja mengutip karyanya. Setelah abad ke-9 karya al-ansab ini tidak banyak lagi
menyumbang informasi sejrah bagi perkembangan sejarah politik didunia islam
sebelah timur, meskipun penulisannya terus berlanjut, terutama setelah
munculnya persaingan antar bangsa didalam daulat abbasiyah.
Faktor lain yang mendukung perkembangan
penulisan al-ansab disepanyol-islam adalah karena sejarah islam disepanyol
tidak dapat dipisahkan dari dinasti bani ummayah, yang sebagaimana yang di
damaskus, sangat berorentsi kearaban. Faktor lain yang mendorong berkembangnya
penulisan al-ansab disepanyol –islam
adalah karena sejarah politik disana sangat diwarnai oleh persaingan etnis baik
antara arab utara dan arab selatan maupun arab dab barbar. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan penulisan al-ansab ini berkembang dimasa klasik islam diantaranya
yaitu:
1)
Tradisi
al-ansab merupakan tradisi yang hidup dan banyak di dminati orang arab sejak
sebelum islam.
2)
Lembaga diwan (
administrasi pemerintahan0 yang diciptakan oleh khalifah umar ibn khatab
menetapkan besarnya hadiah kepada kaum muslimin berdasarkan jauh dekatnya
seseorang dengan nabi muhamad saw dan sahabat-sahabat besar nabi
3)
Persaingan
politik antara kabilah-kabilah arabdinegeri-negeri baru
4)
Munculnya rasa
kefanatikan pengikut ali ibn abi thalib
5)
Pada masa bani
ummayah karena didorong oleh tujuan-tujuan politik, pengetahuan dan penulisan
mengenai nasab ini mendapat pehatian dan dukungan dari khalifah
6)
Munculnya
gerakan syu’ubiyah( secara harfiyah berarti kebangsaan) dimasa pemerintahan
bani abbas.[5]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sejarah dinasti ini, sebagian dapt
dilihat pada perkembangan awal penulisan sejarah dalam islam, sudah ada sejak
pertama kali historiografi berkembang dalam islam. Dalam aliran yaman,
sebagaiman disebutkan, Wahb ibn Munabbih(34 H- 110 atau 114 H/729 M) telah
menulis karya berjudul kitab muluk al-Mutawwajah min Himyar wa
Akhbaruhum wa Ghayr dzalik ( kitab tentang raja-raja bermahkota dari
himyar, sejarah mereka,dan lain-lain).
Ketika ketiga aliran awal itu
bertemu, sejaah dinasti ini sangat memberi warna penulisan sejarah dalam islam.
Muhamad ibnu ishak ibn Yasar( W.150 H), misalnya juga meninggalkan bentuk
penulisan sejarah dinasti. Dia juga meninggalkan karya sejarah yang berjudul
Tharik khulafa( sejarah para khalifah), berisi hal-hal berhubungan dengan pemerintahan
khulafa rasyidhun dan khalifah-khalifah bani umayah. Bahkan dalam perkembangan
selanjutnya, meskipun merangkum banyak tema namun sejarah dinasti ini sangat
dominan dalam karya-karya sejarah dari sejarawan besar muslim. Abu Ja’far
Muhamad ibn jarir al- thabrani, al- mas’udi, ibn khaldun, al-jabarti dan bahkan
sampi kepaa sejarawan-sejarawan muslim kontemporer dalam karya-karya mereka
sejarah dinasti sangat dominan.
Sebagai teladan bagi umat yang selalu menimbulkan inspirasi,
penulisan biografi nabi muhamad saw,ini tampaknya tidak akan terputus dan akan
selalu berkembang, sesuai dengan perkembangan zaman. Disamping biografi nabi
muhamad saw, biografi seorang tokoh yang berdiri sendiri juga bermunculan.
Bentuk penulisan biografi nabi saw, al-sirah itu selanjutnya diikuti oleh
tokoh-tokoh keturunan ali bin abi thalib , seperti husein bin ali dan Zaid bin
ali.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan oleh karena penulis senantiasa dengan lapang dada menerima
bimbingan dan arahan serta kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat
menjadi acuan dalam membuat karya-karya selanjutnya dengan benar.
DAFTAR
PUSTAKA
H.Uka Tjadrasasmita,”Kajian-kajian
Naskah Klasik”, Jakarta:Diklat Departemen Agama RI,2006
Ibn al-Udzari,al-Bayan al-Maghrib fi Akhbar al- Maghrib, jilid II ( Beirut: 1950)
HAR Gibb,’’ Ilm al-Tarikh” dalam Da’irah al-Ma’arif
al-Islamiyyah, Jilid 4
Badri Yatim, “Historiografi Islam”,(Jakarta: Logos Wacana
Ilmu,1997)
[1]
H.Uka
Tjadrasasmita,”Kajian-kajian Naskah Klasik”, Jakarta:Diklat Departemen
Agama RI,2006, hlm 7
[3]
HAR Gibb,’’
Ilm al-Tarikh” dalam Da’irah al-Ma’arif al-Islamiyyah, Jilid 4 hlm 492
[4] Badri Yatim, “Historiografi
Islam”,Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997, hlm 199
[5]
Badri Yatim, “Historiografi
Islam”,Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997, hlm
215
No comments:
Post a Comment