MAKALAH ASAL MULA MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik
ciptaan dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal
untuk berfikir yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian
manusia, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia
diciptakan dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh
kepadanya hingga menjadi hidup.
Banyak ahli ilmu
pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari
makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian
mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain pihak
banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut.
Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s.
disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak
seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan
informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan
bahwa Adam adalah manusia pertama.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan
dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi
hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal
dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut
hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru
sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Dalam hal ini
membuat kita beranggapan bahwa manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang
diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal
dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia
berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya
karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab
dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai
rahmat dan karunia dari Allah SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian
apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13).
{“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus
beredar.Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S.
Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar
di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang
menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal
dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan
bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan
mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian manusia menurut
pandangan Islam?
2.
Bagaimana
pandangan Al Quran tentang asal usul manusia?
3.
Bagaimana asal usul manusia
diciptakan?
4.
Bagaimana proses penciptaan manusia
itu?
5.
Apa tujuan dan fungsi penciptaan
manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu
manusia dalam pandangan islam
2. Untuk mengetahui seperti
apa pandangan Al-Qur’an mengenai asal – usul manusia
3. Untuk mengetahui asal –
usul manusia di ciptakan
4. Untuk mengetahui proses
penciptaan manusia
5. Untuk mengetahui tujuan
dan fungsi penciptaan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
1. Pengertian Manusia
Manusia dalam
pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di bumi.
Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging,
darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran
dianggapnya barang benda, yang dihasilkan oleh otak.[1] Pandangan ini
menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini makhluk yang rendah dan hina, sama
dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan semata.
Dalam
pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang
diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati,
sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut
sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia
dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan
tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternatif)
tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-An’am : 165). Karena ilmunya itulah
manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan Allah
menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam
surat Adz-Dzariyat (51) : 56.
Dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat
(51) : 56).
2. Pengertian Hakikat
Manusia
Manusia adalah
makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nya. Oleh
sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum
mengenal lainnya.[2] Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang
memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Makhluk yang
dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
c. Individu yang
dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati.
d. Makhluk Tuhan
yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
e. Individu yang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
B. Pandangan Al Quran Tentang Asal Usul Manusia
Beberapa ayat didalam Al
Quran yang menjelaskan tentang penciptaan manusia mengandung makna spiritual
mendalam. Juga menyiratkan adanya transformasi-transformasi yang tampaknya
menunjukan perubahan-perubahan di dalam morfologi manusia. Yang terkemudian ini
mnguraikan fenomena yang sepenuhnya bersifat material, yang terjadi didalam
bebagi fase tapi selalu dalam susunan yang tepat. Campur tangan kehendak Tuhan,
yang mengatasi segalanya, disebutkan beberapa kali dalam ayat-ayat ini. Hal
tersebut tampak dimaksudkan untuk mengarahkan transformasi-transformasi yang
terjadi selama suatu proses yang hanya bisa diuraikan sebagai suatu ‘evolusi’.
Disini, kata tersebut dipergunakan
dengan maksud untuk menunjukan satu rangkaian modifikasi-modifikasi
yang tujuannya adalah untuk sampai kepada satu bentuk definitif (tetap).
Tambahan pula, penekanan diberikan kepada gagasan bahwa ke-Mahakuasa-an Tuhan
tampil pada kenyataan bahwa ia memusnahkan populasi manusia untuk memberi jalan
bagi populasi baru lainnya.
Menurut Maurice Bucaille,
para akar terdahulu tidak mampu melihat adanya gagasan bahwa bentuk manusia
bisa jadi telah mengalami transformasi. Meskipun demikian, mereka berkehendak
untuk mengakui bahwa perubahan-perubahan mungkin saja benar-benar telah terjadi
dan mengakui kemaujudan tahapan-tahapan disepanjang perkembanganembrionik-suatu
gejala yang biasa teramati pada seluruh kurun waktu dalam sejarah-. Meskipun
demikian, hanya pada masa kita inilah, sains modern mengizinkan kita untuk
sepenuhnya memahami arti ayat-ayat Al Quran yang menunjuk kepada
tahapan-tahapan berurutan dari perkembangan embrionik didalam rahim.[3]
Kemudian tibalah “born
Darwin” (pendukung teori Darwin )yang melalui
manipulasi terang-terangan teori Darwin oleh para pengikut awalnya
mengekstrapolasikan pengertian tentang
evolusi yang mungkin diterapkan atas manusia, padahal berlakuan evolusi tersebut belum lagi
dibuktikan didalam dunia hewan. Pada massa Darwin, teori tersebut didorong
sampai ke tingkat ekstrem sedemikian sehingga para peneliti mengklaim sebagai
bahwa manusia berasal dari kera, suatu gagasan yang bahkan pada masa sekarang,
tidak seorang ahli paleontologi terhormat sekalipun mampu membuktikannya.[4]
1. Penciptaan Manusia dari
Tanah
Sebagai ditunjukan oleh kedua ayat berikut ini, manusia ditampilkan di
dalam Al Quran sebagai wujud yang amat erat berkaitan dengan tanah:
Artinya: “Dan Allah menumbuhkan kamu sebagai suatu tumbuhan dari
tanah, dan kemudian Dia akan mengembalikan kamu kepadanya, Dia akan
mengeluarkan kamu lagi, sebagai suatu keluaran baru.” (QS. Nuh 71 :17-18)
Aspek spriritual asal manusia dari tanah ini ditekankan oleh kenyataan
bahwa kita mesti kembali ke tanah setelah kematian dan juga oleh gagaasan bahwa
Tuahan akan mengeluarkan kita lagi pada hari pengadilan.
2. Komponen-komponen Bumi
(Tanah) dan Pembentukan Manusia
Manusia di bentuk dari komponen-komponen yang dikandung di dalam tanah.
Gagasan ini muncul dengan sangat jelas dari berbagai ayat yang di dalamnya
elemen-elemen pembentuk tersebut ditunjukkan dengan berbagai nama.
Penting untuk dicatat dalam hal ini bahwa Al Quran menunjukan kepada awal
suatu penciptaan dari lempung. Citra ini menunjukkan bahwa manusia dimodelkan,
selain itu kita juga bisa menemukan gagasan tentang pencetakan manusia.
C. Asal Usul Manusia
1. Manusia dalam Pandangan Antropologi
Pada awalnya
di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan mengalami
percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi mahluk
hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia
merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap
dalam waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut
terjadi seleksi alam. Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan
organisme-organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil
mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna
menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya
ini hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Dapat
disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu sel
sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat
lama (evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia
ini berasal dari satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori
Evolusi yang dikenalkan oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus
dipakai dalam antropologi.[5]
Teori ini
mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang tidak
mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Misalnya sejenis
biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini
tetap ada. Jadi dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu
ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat
dibuktikan.
2. Manusia dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama
Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan dalam kitab
suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia
yang juga digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan
hasil penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.
Terwujudnya alam
semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa.
Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum,
Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari
penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan perkembangan
yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya
masing-masing (tidak berevolusi).[6]
Manusia
dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu
membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal
pula, manusia mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut.
Dengan karunia akal, manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai
kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Disamping
memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam
dirinya, yaitu :
a. Naluri untuk
mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang lebih dari
pada dirinya.
b. Naluri untuk
mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah, sedih,
senang dll.
c. Naluri untuk
melestarikan dirinya : naluri kasih sayang
D. Proses Penciptaan Manusia
1. Penciptaan Manusia
Menurut Bibel
Menurut penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat pernyataan-pernyataan
mengenai berbagai fenomena alam yang pada setiap masa sejarah manusia dapat
menjadi subyek pengamatan dan dapat meningkatkan banyaknya penjelasan atas
kemahakuasaan Tuhan, disertai dengan rincian-rincian spesifik tertentu. Sebagaimana
akan kita lihat nanti, teks-teks semacam itu hanya ada di dalam Al-Qur’an.
Penjelasan-penjelasan
Bibel mengenai asal-usul penciptaan manusia, dijelaskan di dalam Kitab Genesis
dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan secara keseluruhan. Salah satu ayat
yang ada di dalam Kitab Genesis berbunyi : “Lalu Tuhan berkata, ‘Biarlah kita
membuat manusia dalam citra kita, sesuai dengan kita; dan jadilah mereka
menguasai ikan di laut, burung di udara, ternak, dan segala suatu di atas bumi
serta setiap makhluk yang melata di atas bumi’.[7]
2. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an
menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda,
yaitu: Pertama, disebut dengan
tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan
dari al-tin (tanah), al-turob (tanah
debu), min shal(tanah liat), min hamain masnun (tanah
lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian
Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam
(6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman
(55):4). Kedua, disebut
dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui
proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini,
manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam
rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang
lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke
dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40
hari mudghah.
Penciptaan manusia dan
aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai
berikut:
1.
Manusia tidak diciptakan dari mani
yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (spermazoa).
2.
Sel kelamin laki-lakilah yang
menentukan jenis kelamin bayi.
3.
Janin manusia melekat pada rahim
sang ibu bagaikan lintah.
4.
Manusia berkembang di tiga kawasan
yang gelap di dalam rahim.
5.
Setetes Mani
Sebelum proses
pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu
dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma
melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena
saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai
dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga
gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu
sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani
seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan
dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al
Qiyamah:36-37).
a.
Segumpal Darah Yang Melekat di
Rahim
Setelah lewat
40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang
disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia
dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk
sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera
berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”.
Tentu saja hal
ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot
tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada
dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya.
Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari
tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting
dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam
rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq”
dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini
secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh
untuk menghisap darah.
b.
Pembungkusan Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya
tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus
tulang-tulang ini.
“Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik” (QS Al Mu’minun:14)
Para ahli
embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan
mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah
mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.[8]
Penelitian di
tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi
dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama,
jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang
terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus
tulang-tulang ini.
c.
Saripati Tanah dalam Campuran
Air Mani
Cairan yang
disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-Qur’an,
fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani
itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya
dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian
Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).
E. Tujuan dan Fungsi
Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi
kepada Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang
diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami
menyebutkan tiga kalsifikasi, yaitu:
1.
Manusia sebagai Khalifah Allah
di muka bumi
Khalifah disini maksudnya
menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu,
Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua
jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah suatu kesempatan
bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan si
miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke
arah kebaikan hidup bersama melalui tolong menolong.[9]
2.
Manusia sebagai Warosatul
Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai
‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan
seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah
swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat. Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia,
yaitu:
a.
Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
b.
Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota
masyarakat.
c.
Hubungan manusia dengan alam
sekitarnya, karena manusia selaku pengelola, pengatur, serta pemanfaatan
kegunaan alam.
3.
Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi
Allah)
Fungsi ini
mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas ini
diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh
keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia
dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat
dinilai sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut
semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian
manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat
di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi
akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa
al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
Manusia adalah
makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup
yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari,
manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
Terdapat dua
pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia dari nabi
Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-kitab suci
sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan penemuan
fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai
dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama
bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang
dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan
tidak dapat dibuktikan.
Proses
kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni
proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni
manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam
rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang
lalu kepadanya ditiupkan ruh.
Allah
menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu
makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan
komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software,
lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja
secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai
khalifah Allah di bumi.
Tujuan utama penciptaan manusia
adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada Allah swt. Sedangkan fungsi
penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:
1.
Manusia sebagai Khalifah Allah
di muka bumi
2.
Manusia sebagai Warosatul
Anbiya’
3.
Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi
Allah)
B. Saran
Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan,
hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari
keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa
yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana
firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah
hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)
Selama hidup
di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh
aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai
pencipta semua makhluk.
Semoga dapat
menjadi pembelajaran bagi kita semua sehingga kita menjadi manusia yang
senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dengan terselesaikannya makalah ini
semoga bermanfaat bagi semuanya dan pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Untuk
itu masukan-masukan dari pihak-pihak yang merespon makalah ini sangat ditunggu.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar
Agama Islam (Jakarta
: 1986)
Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan Antropologi dan Agama Islam, (http://hanykpoespyta.wordpress.com/2017/06/15/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-agama-islam/)
Sudono Syueb, Buku
Pintar Agama Islam, (Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media,
2011
Dr. Maurice Bucaille, Asal-Usul
Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan Sains, (Bandung: Penerbit
Mizan, 1984,
edisi ke-3)
Ahmad Ta’rifin, Ilmu Alamiah Dasar, (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2010)
Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I, Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai
Pendidikan di Dalamnya,(http://muhfathurrohman.wordpress.com/2017/06/15/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/,)
Maurice
Bucaille, Dari Mana Manusia Berasal?, (Bandung: PT. Mizan pustaka,2008)
Ahliana Afifati, Proses
Penciptaan Manusia Menurut Islam dan Iptek, (http://alhayaat.wordpress.com/2017/06/15/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-iptek/)
Prof. DR. Zakiah Daradjat.
dkk, Dasar-dasar
Agama Islam (Jakarta
: 1986)
[2] Sudono Syueb, Buku Pintar Agama Islam,
(Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media, 2011), hal: 70
[5] Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan
Antropologi dan Agama Islam, (http://hanykpoespyta.wordpress.com/2017/06/15/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-agama-islam/)
[6] Muhammad
Fathurrohman, M.Pd.I, Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai
Pendidikan di Dalamnya, (http://muhfathurrohman.wordpress.com/2017/06/15/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/,)
[7] Dr.
Maurice Bucaille, Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan
Sains, (Bandung:
Penerbit Mizan, 1984, edisi ke-3), hal: 169.
[8] Ahliana
Afifati, Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam dan
Iptek, (http://alhayaat.wordpress.com/2017/06/15/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-iptek/)
No comments:
Post a Comment