1

loading...

Monday, March 19, 2012

Makalah Azaz-azaz Umum Peradilan Agama


Makalah Azaz-azaz Umum Peradilan Agama


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Asas Umum Peradilan Agama adalah unyuk sekedar membedakan dengan asas khusus yang melekat pada suatu masalah tertentu. Asas ini menjadi pedoman umum dalam melaksanakan penerapan semangat undang-undang dan keseluruhan rumusan pasal-pasal dan seperti asas-asas umum dalam UU No. 7 tahun 1989 adalah :
a.      Asas Personalitas Keislaman
b.       Asas Kebebasan
c.       Asas Wajib Mendamaikan
d.     Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan
e.      Asas Persidangan Terbuka untuk umum
f.        Asas Legalitas
g.      Asas Aktif membeli bantuan
B.     Rumusan Masalah
Ada pun rumusan pada makalah ini yang akan dijelaskan yaitu :
a.      Asas-asas umum Peradilan Agama
C.     Tujuan
a.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami dan mengembangkan asas-asas umum Peradilan Agama.
b.      Agar dapat mengambil manfaat dari proses asas-asas umum Peradilan Agama

BABA II
PEMBAHASAN
A.    Asas-asas Umum Peradilan Agama
Asas hukum tertentu dalam bidang hukum acara yang secara khusus dimiliki oleh Peradilan Agama disebut Asas Umum Peradilan Agama. Untuk sekedar membedakan dengan asas khusus yang melekat pada suatu masalah tertentu.
a.      Asas Personalitas Keislaman
Asas Personalitas Keislaman diatur dalam pasal 2 UU No. 7 tahun 1989 yang berbunyi Peradilan Agama merupakan salah satu kekuatan hakim bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertetu.
Dalam penjelasan umum angka 2 alinea ketiga UU No. 7 tahun 1989 dinyatakan bahwa Peradilan tinggi pertama untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orangyang beragama Islam.
b.      Asas Kebebasan
1.      Tujuan kemerdekaan kekuasaan kehakiman pada dasarnya, asas kebebasan hakim dan peradilan yang digariskan dalam UU No. 7 tahun 1989 merujuk dan bersumber kepada ketentuan yang diatur dalam pasal 24 UUD 1945 dan pasal 1 UU No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehakiman.
2.      Pengertian kebebasan kekuasaan kehakiman
Makna kebebasan kekuasaan hakim dalam melaksanakan fungsi kemerdekaan kekuasaan kehakiman.
a.      Bebas dari campur tangan pihak kekuasaan Negara lain. Bebas disini berarti murni berdiri sendiri, tidak berada dibawah pengaruh dan kendali badan eksekutif, legislative atau badan kekuasaan lainnya.
3.      Penegasan Asas Kebebasan dalam UU No. 7 tahun 1989
Asas Kebebasan Hakim yang dianut UU No. 7 tahun 1989 adalah Sebagai Pengejawatan asas kemerdekaan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam pasal 24 UUD 1945 dan pasal 1 UU No. 14 tahun 1970
Ada 3 pasal yang mengatur tentang asas kebebasan hakim ini yaitu : pasal 5 ayat (3), pasal 12 ayat (2) dan pasal 53 ayat (4) UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
B.     Asas Wajib mendamaikan
1.      Pengertian mendamaikan
Asas kewajiban hakim untuk mendamaikan pihak-pihak yang berperkara, sangat sejalan dengan tuntunan dan ketentuan ajaran moral Islam
2.      Tata cara mendamaikan
Untuk menerapkan dan mendamaikan seperti dikehendaki oleh undang-undang . tata caranya bertitik tolak dari ketentuan pasal 65 UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Dalam penjelasan pasal 82 tersebut dinyatakan bahwa selama perkara belum diputus, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap siding pemeriksaan pada semua tingkat Peradilan Asas upaya mendamaikan juga tercantum dalam pasal 39 UU No. 1 tahun 1974. Dengan adanya perdamaian berdasarkan kesadaran para pihak yang berperkara tidak ada pihak yang dimenangkan atau dikalahkan kedua bela pihak.
C.     Asas Persidangan Terbuka untuk umum
Asas terbuka untuk umum diatur dalam pasal 59 UU No. 7 ayat (1), (2), (3) tahun 1980 tentang Peradilan Agama dan pasal 19 ayat (1) dan (2) UU No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman. Pada prinsipnya semua siding pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum, kecuali undang-undang menentukan lain atau jika hakim dengan alasan penting yamg dicatat dalam berita acara sidang, memerintahkan bahwa pemeriksaan secara keseluruhan atau sebagian akan dilakukan dengan sidang tertutup.
Hal ini sesuai dengan doktrin hukum yang mengajarkan Lex Spesialis Derogat Lex Generalis. Ketentuan khusus menyampaikan ketentuan umum yang diatur pasal 82 ayat (2) UU No. 7 tahun 1989. Jo pasal 33 PP No. 9 tahun 1975. Pasal ini menyampaikan ketentuan asas umum yang diatur pasal 59 UU No. 7 tahun 1989 Jo. Pasal 19 ayat (1), dan (2) UU No 4 tahun 2004. 
D.    Asas Legalitas
Asas Legalitas diatur dalam pasal 58 ayat (1) UU No. 7 tahun 1989 dan pasal 5 ayat (1) UU No. 4 tahun 2004 yaitu Pengadilan menurut hukum dan tidak membeda-bedakan orang asas legalitas yang terdapat dalam rumusan pasal diatas mengandung pengertian Rule Of Law yaitu Pengadilan berfungsi dan berwenang menegakkan hukum bertindak diluar hukum.
E.     Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan
Asas sederhana, cepat dan biaya ringan diatur dalam pasal 57 ayat (3) UU No. 7 tahun 1989 dan pasal 4 ayat (2) UU No 4 tahun 2004. Penjelasan pasal 4 (2) berbunyi : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memenuhi harapan para pencari keadilan, yang dimaksud dengan “sederhana” adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara yang efisien dan efektif, sedangkan “biaya ringan” adalah biaya perkara yang dapat terpikul oleh rakyat, namun demikian dalam pemeriksaan dan penyelesaiannya perkara tidak mengorbankan ketelitian dan dalam mencari kebenaran dan keadilan.
F.      Asas Equality
Makna Equality adalah persamaan hak apabila asas ini dihubungkan dengan fungsi peradilan artinya adalah setiap orang mempunyai hak dan kedudukan yang sama didepan sidang pengadilan, jadi hak dan kedudukan adalah sama didepan hukum.
G.    Asas Aktif memberi Bantuan
Asas ini dicantumkan dalam pasal 58 ayat (2) UU No. 7 tahun 1970 “Pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana, cepet dan biaya ringan”.
Ketentuan pasal 58 ayat (2) UU No. 7 tahun 1989 Jo. Pasal 5 UU No. 14 tahun 1970 merupakan pedoman bagi hakim dalam melaksanakan fungsi memberi bantuan, namun ketentuan pasal ini hanya menegaskan subjeknya saja. Yaitu para pencari keadilan ada pendapat yang menyatakan bahwa perkataan pencari keadilan itu mengandung makna konotasi pihak penggugat. Bila ditinjau dari segi hukum perdata, yang berperkara didepan sidang pengadilan dan sama-sama mencari keadilan adalah pihak penggugat dan pihak tergugat dan hakim memberi bantuan kepada penggugat dan tergugat.



DAFTAR PUSTAKA
Hj. Lubis Sulaikin, SH., MH. 2005 Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta, Kencana
DR : Mardani, 2009. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah, Jakarta : Sinar Grafika
M. Harahap Yahya, S.H. 2009, Kedudukan kewenangan dan Acara Peradilan Agama. Jakarta, Sinar Grafika.
Hj. Ain Sulaikin, Wisman, SH, MH, 2009, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta, Kencana
Dewi Gemala, SH., LL. M, 2009, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta, Kencana


No comments:

Post a Comment