PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asas
Umum Peradilan Agama adalah unyuk sekedar membedakan dengan asas khusus yang
melekat pada suatu masalah tertentu. Asas ini menjadi pedoman umum dalam
melaksanakan penerapan semangat undang-undang dan keseluruhan rumusan
pasal-pasal dan seperti asas-asas umum dalam UU No. 7 tahun 1989 adalah :
a.
Asas Personalitas Keislaman
b.
Asas Kebebasan
c.
Asas Wajib Mendamaikan
d.
Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan
e.
Asas Persidangan Terbuka untuk umum
f.
Asas Legalitas
g.
Asas Aktif membeli bantuan
B.
Rumusan Masalah
Ada
pun rumusan pada makalah ini yang akan dijelaskan yaitu :
a.
Asas-asas umum Peradilan Agama
C.
Tujuan
a.
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami dan
mengembangkan asas-asas umum Peradilan Agama.
b.
Agar dapat mengambil manfaat dari proses asas-asas umum
Peradilan Agama
BABA
II
PEMBAHASAN
A.
Asas-asas Umum Peradilan Agama
Asas hukum tertentu dalam bidang hukum
acara yang secara khusus dimiliki oleh Peradilan Agama disebut Asas Umum
Peradilan Agama. Untuk sekedar membedakan dengan asas khusus yang melekat pada
suatu masalah tertentu.
a.
Asas Personalitas Keislaman
Asas
Personalitas Keislaman diatur dalam pasal 2 UU No. 7 tahun 1989 yang berbunyi
Peradilan Agama merupakan salah satu kekuatan hakim bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertetu.
Dalam penjelasan
umum angka 2 alinea ketiga UU No. 7 tahun 1989 dinyatakan bahwa Peradilan
tinggi pertama untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara
antara orangyang beragama Islam.
b.
Asas Kebebasan
1.
Tujuan kemerdekaan kekuasaan kehakiman pada dasarnya, asas
kebebasan hakim dan peradilan yang digariskan dalam UU No. 7 tahun 1989 merujuk
dan bersumber kepada ketentuan yang diatur dalam pasal 24 UUD 1945 dan pasal 1
UU No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehakiman.
2.
Pengertian kebebasan kekuasaan kehakiman
Makna kebebasan
kekuasaan hakim dalam melaksanakan fungsi kemerdekaan kekuasaan kehakiman.
a.
Bebas dari campur tangan pihak kekuasaan Negara lain. Bebas
disini berarti murni berdiri sendiri, tidak berada dibawah pengaruh dan kendali
badan eksekutif, legislative atau badan kekuasaan lainnya.
3.
Penegasan Asas Kebebasan dalam UU No. 7 tahun 1989
Asas Kebebasan Hakim yang dianut UU No.
7 tahun 1989 adalah Sebagai Pengejawatan asas kemerdekaan kekuasaan kehakiman
yang diatur dalam pasal 24 UUD 1945 dan pasal 1 UU No. 14 tahun 1970
Ada 3 pasal yang mengatur tentang asas
kebebasan hakim ini yaitu : pasal 5 ayat (3), pasal 12 ayat (2) dan pasal 53
ayat (4) UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
B.
Asas Wajib mendamaikan
1.
Pengertian mendamaikan
Asas kewajiban hakim untuk mendamaikan
pihak-pihak yang berperkara, sangat sejalan dengan tuntunan dan ketentuan
ajaran moral Islam
2.
Tata cara mendamaikan
Untuk menerapkan
dan mendamaikan seperti dikehendaki oleh undang-undang . tata caranya bertitik
tolak dari ketentuan pasal 65 UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Dalam penjelasan
pasal 82 tersebut dinyatakan bahwa selama perkara belum diputus, usaha
mendamaikan dapat dilakukan pada setiap siding pemeriksaan pada semua tingkat
Peradilan Asas upaya mendamaikan juga tercantum dalam pasal 39 UU No. 1 tahun
1974. Dengan adanya perdamaian berdasarkan kesadaran para pihak yang berperkara
tidak ada pihak yang dimenangkan atau dikalahkan kedua bela pihak.
C.
Asas Persidangan Terbuka untuk umum
Asas terbuka untuk umum diatur dalam
pasal 59 UU No. 7 ayat (1), (2), (3) tahun 1980 tentang Peradilan Agama dan
pasal 19 ayat (1) dan (2) UU No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman. Pada
prinsipnya semua siding pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum, kecuali
undang-undang menentukan lain atau jika hakim dengan alasan penting yamg
dicatat dalam berita acara sidang, memerintahkan bahwa pemeriksaan secara
keseluruhan atau sebagian akan dilakukan dengan sidang tertutup.
Hal ini sesuai dengan doktrin hukum
yang mengajarkan Lex Spesialis Derogat Lex Generalis. Ketentuan khusus
menyampaikan ketentuan umum yang diatur pasal 82 ayat (2) UU No. 7 tahun 1989.
Jo pasal 33 PP No. 9 tahun 1975. Pasal ini menyampaikan ketentuan asas umum
yang diatur pasal 59 UU No. 7 tahun 1989 Jo. Pasal 19 ayat (1), dan (2) UU No 4
tahun 2004.
D.
Asas Legalitas
Asas
Legalitas diatur dalam pasal 58 ayat (1) UU No. 7 tahun 1989 dan pasal 5 ayat
(1) UU No. 4 tahun 2004 yaitu Pengadilan menurut hukum dan tidak membeda-bedakan
orang asas legalitas yang terdapat dalam rumusan pasal diatas mengandung
pengertian Rule Of Law yaitu Pengadilan berfungsi dan berwenang menegakkan
hukum bertindak diluar hukum.
E.
Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan
Asas
sederhana, cepat dan biaya ringan diatur dalam pasal 57 ayat (3) UU No. 7 tahun
1989 dan pasal 4 ayat (2) UU No 4 tahun 2004. Penjelasan pasal 4 (2) berbunyi :
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memenuhi harapan para pencari keadilan, yang
dimaksud dengan “sederhana” adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara
dilakukan dengan cara yang efisien dan efektif, sedangkan “biaya ringan” adalah
biaya perkara yang dapat terpikul oleh rakyat, namun demikian dalam pemeriksaan
dan penyelesaiannya perkara tidak mengorbankan ketelitian dan dalam mencari
kebenaran dan keadilan.
F.
Asas Equality
Makna Equality adalah persamaan hak
apabila asas ini dihubungkan dengan fungsi peradilan artinya adalah setiap
orang mempunyai hak dan kedudukan yang sama didepan sidang pengadilan, jadi hak
dan kedudukan adalah sama didepan hukum.
G.
Asas Aktif memberi Bantuan
Asas
ini dicantumkan dalam pasal 58 ayat (2) UU No. 7 tahun 1970 “Pengadilan
membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana, cepet dan biaya ringan”.
Ketentuan
pasal 58 ayat (2) UU No. 7 tahun 1989 Jo. Pasal 5 UU No. 14 tahun 1970
merupakan pedoman bagi hakim dalam melaksanakan fungsi memberi bantuan, namun
ketentuan pasal ini hanya menegaskan subjeknya saja. Yaitu para pencari
keadilan ada pendapat yang menyatakan bahwa perkataan pencari keadilan itu
mengandung makna konotasi pihak penggugat. Bila ditinjau dari segi hukum
perdata, yang berperkara didepan sidang pengadilan dan sama-sama mencari
keadilan adalah pihak penggugat dan pihak tergugat dan hakim memberi bantuan kepada
penggugat dan tergugat.
DAFTAR
PUSTAKA
Hj.
Lubis Sulaikin, SH., MH. 2005 Hukum Acara
Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta, Kencana
DR :
Mardani, 2009. Hukum Acara Perdata
Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah, Jakarta : Sinar Grafika
M. Harahap
Yahya, S.H. 2009, Kedudukan kewenangan
dan Acara Peradilan Agama. Jakarta, Sinar Grafika.
Hj.
Ain Sulaikin, Wisman, SH, MH, 2009, Hukum
Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta, Kencana
Dewi
Gemala, SH., LL. M, 2009, Hukum Acara
Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta, Kencana
No comments:
Post a Comment