1

loading...

Friday, March 16, 2012

Makalah Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Makalah Pancasila Sebagai Sistem Filsafat




BAB I PENDAHULUAN 


A. Latar Belakang Secara etimologi istilah “Filsafat” berasal di bahasa Yunani “Philem” yang artinya “Cinta” dan “Sophos” yang artinya “Hikmah” atau “Kebijaksanaan” atau “Wisdom” (Nasution, 1973). Jadi secara harfiah istilah “Filsafat” mengndung makna cinta kebijksanaan. Filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya mencakup banyak bidang antara lain manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dan bidang-bidang lainnya. 

B. Rumusan Masalah 

A. Pengertian Filsafat 
B. Rumusan Kesatuan sila-sila Pancasila sebagi suatu sistem 
C. Kesatuan sila-sila Pancasila Sebagai sistem Filsafat 
D. Inti isi sila-sila Pancasila 

C. Tujuan 
Dengan ditulisnya makalah ini semoga dapat bermafaat untuk kita semua maka harapan penulis semoga materi makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita. 

BAB II PEMBAHASAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 

A. Pengertian Filsafat Secara etimologi istilah “Filsafat” berasal di bahasa Yunani “Philem” yang artinya “Cinta” dan “Sophos” yang artinya “Hikmah” atau “Kebijaksanaan” atau “Wisdom” (Nasution, 1973). Jadi secara harfiah istilah “Filsafat” mengndung makna cinta kebijksanaan. Filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya mencakup banyak bidang antara lain manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dan bidang-bidang lainnya. Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berabagai masalah tersebut dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu: 
1. Filsafat sebagai produk yang mencakup Pengertian 

a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada Zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sitem filsafat tertentu seperti Rasionalisme, materialisme, pragmatisme dan lain sebaginya. 
b. Filsafat sebagai suatu jenis Problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas filsafat jadi manusia mencari suatu ketenangan yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia. 

2. Filsafat sebagai suatu Proses pemecahan permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya. Adapun cabang-cabang filsafat yang Pokok adalah sebagi berikut : 
1. Metafisika, membahas tentang hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang meliputi bidang-bidang, ontologi, kosmologi, dan antropologi. 
2. Epsitemologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan. 
3. Metodologi, yang berkaitan dengan perseolan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan. 
4. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil berfikir yang benar. 
5. Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia. 
6. Estetika, yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindihan. 

B. Rumusan 
Kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling berkerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Ciri-ciri sistem : 
1. Suatu kesatuan bagian-bagian 
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi-fungsi sendiri-sendiri. 
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. untuk mencapai suatu tujuan tertentu 
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila setiap sila pada hakekatnya merupakan suatu asas sendiri. Fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis. 
1. Susunan kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis. Kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis pada hakekatnya secara filosofis bersumber pada hakekat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti. Isi dari sila-sila pancasila yaitu hakekat manusia “Monopluralis” yang memiliki unsur-unsur, “Susunan Kodrat”, “Jasmani Rohani”, “Sifat Kodrat”. Individu makhluk sosial, “Kedudukan Kodrat” sebagai Pribadi berdiri sendiri makhluk tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur hakikat manusia tersebut merupakan suatu kesatuan yang bersift organis dan harmonis. 
2. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal Susunan pancasila adalah Hierarkhis dan berbentuk piramidal. Pengertian Piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan Hierarkhi sila-sila pancasila dalam urutan-urutan luas (Kwantitas) dan bersifat (kualitas). Hakikat dan inti sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut : sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan, sila kedua kemanusiaan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ketiga persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara harus sesuai dengan hakikat satu, sila keempat sifat-sifat dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan hakikat rakyat, sila kelima keadilan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan sifat-sifat keadaan Negara yang harus sesuai dengan hakikat adil. Makna kesesuaian tersebut adalah hakikat antara nilai-nilai sila-sila Pancasila dengan Negara. Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal : 
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi silal-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah meliputi dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang maha esa, meliputi dan menjiwai sila persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan/ perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh Indonesia. 

C. Kesatuan sila-sila Pancasila Sebagai sistem Filsafat Secara filosofis
Pancasila sebagai kesatuan sistem filsafat memiliki dasar. Ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialism, liberalism, pragmatism, komunisme, idelisme dan paham filsafat lainnya didunia. 
1. Dasar Antropologis sila-sila Pancasila. Dasar ontologis pancasila hakekatnya adalah manusia yang memiliki hakekat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakekat dasar juga disebut sebagai dasar antropologis. Demikian juga dikalau dipahami dari segi filsafat Negara bahwa Pancasila adalah dasar filsafat Negara, adapun pundukung pokok Negara adalah rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga dalam filsafat Pancasila bahwa hakikat dasar antropologis sila-sila Pancasila. 
2. Dasar Epistemologis sila-sila pancasila Hal ini berarti filsafat telah menjelma menjadi ideology (Abdul Gani, 1986). Sebagai suatu ideologi maka Pancasila unsure pokok, yaitu : 
a. Logos (Rasionalitas atau Penalaran) 
b. Pathos (Penghayatannya) 
c. Ethos (Kesusilaannya) Tiga persoalan yang mendasar dalam Epistemologi yaitu sumber pengetahuan manusia, teori kebenaran pengetahuan manusia dan watak pengetahuan manusia. Sebagai paham Epistemologis maka Pancasila mendasarkan pada pandanganya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia. 
3. Dasar Aksiologis sila-sila Pancasila 
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai yang ada tidak sama luhurnya dan tidak sama tingginya, menurut tinggi dan rendahnya nilai dapat digolongkan menjadi empat tingkatan : 
• Nilai kenikmatan, nilai-nilai ini berkaitan dengan indera manusia, yang menyebabkan manusia senang atau menderita. 
• Nilai-nilai kehidupan berkaitan dengan kesegaran jasmani, kesehatan, serta kesejahteraan umum. 
• Nilai-nilai kejiwaan, berkaitan nilai keindahan, kebenarandan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat. 
• Nilai-nilai kerokhanian, berkaitan dengan kepribadian. Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai lima merupakan cita-cita, harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupan. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh jenawi, tata tentrem karta raharja, denganpenuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia. 
Pada hakikatnya pancasila itu merupakan suatu sistem nilai dalam artian bahwa bagian-bagian atau sila-silanya saling berhubungan erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai nilai dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia.  
1. Dasar Filosofis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh, hirarkis dan sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila bukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi serta makna yang utuh. 
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai nilai Fundamental Negara Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam Negara Indonesia. Sebagai suatu sumber dari segala sumber hukum secara objektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang lurus yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan dan telah diabstraksikan oleh pendiri Negara menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat Negara Republik Indonesia. 
Hal ini sebagimana ditetapkan dalam ketetapan No. XX/MPRS/1966. D. Inti isi sila-sila Pancasila 
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara bahkan moral Negara, moral penyelenggaraan Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. 
2. Sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab Dalam sila Kemanusian terkandung nilai-nilai BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Didalam pembukaan makalah ini kami menggunakan berbagai sumber. Namun didalam makalah ini kami kami hanya dapat mengembangkan hanya semampu kami. B. Saran Didalam pembuatan makalah ini kami masih banyak mendapatkan kesulitan. Diantaranya dalam pencarian sumber referensi. Oleh karena itu kami menyarankan kepada para Dosen agar berusaha menambah Buku-buku tentang pancasila sebagai sistem filsafat maupun buku-buku yang lain yang ada diperpustakaan, karena kami banyak kekurangan materi. Dan kepada Dosen pengajar dan rekan-rekan sekalian, kami selaku pemapar menyadari masih benyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami masi mengharapkan saran dan arahan dari rekan-rekan sekalian. 


KATA PENGANTAR 
 Assalamualaikum We. Wb Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat limpahan karunia dan anugrah-nyalah sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah ini selesai dan tempat waktu. Dalam penyusunan ini penulis banyak menadapatkan tantangan dan rintangan akan tetapi dengan bantuan berbagai pihak tantangan itu dapat diatasi oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam penelitian ini, terutama kepada dosen pembimbing. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh lebih sempurna baik dari segi penyusunan maupn materi, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhirnya semoga penelitian ini dapat bermafaat bagi kita semua Wassalamualikum Wr. Wb Bengkulu, 

November 2011 



Penulis 


DAFTAR ISI 
Halaman 
HALAMAN JUDUL i 
KATA PENGANTAR ii 
DAFTAR ISI iii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 1 
B. Rumusan Masalah 1 
C. Tujuan 1 
BAB II PEMBAHASAN 
A. Pengertian Filsafat 2 
B. Rumusan Kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem 3 
C. Kesatuan sila-sila Pancasila Seabagai Sistem Filsafat 5 
D. Inti isi sila-sila Pancasila 7 
BAB III PENUTUP 
A. KESIMPULAN 9 
B. SARAN 9 


DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA 
Kartanegara, Mulyadi, MA Prof. Dr., Gerbang Kearifan, Sebuah Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Lentera Hati,2006
Hardiman, F. Budi, Melamau positivisme dan modernism, Jakarta, Kanisius, 2003 
Ibn ‘Arabi Penj. Hodri Ariev, Menata Diri dengan Tadbir Illahi terjma dari kitab Tadbirat al-Illahiyyah fi Ishlah al-Mamlakah al-Insaniyyah, Jakarta, Serambi, 2004 
Leaman, Oliver Penj. Musa Kazhim dan Arif Mulyadi, Pengantar filsafat Islam, Bandung; Mizan; 2002
Muthahhari, Murtadha Penj. Tim Mizan, Pengantar Pemikiran Shadra, Filsafat Hikmah, Bandung; Mizan, 2002

No comments:

Post a Comment