MAKALAH AKTUALISASI FILSAFAT
BAB I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang
Paradigma baru belajar filsafat saat ini, ilmu filsafat
tidak hanya sekadar mempelajari berbagai pemikiran pars filsuf, seperti :
Plato, Aristoteles, Rene Descartes, Al-Ghazali, hingga Ranggawarsita Pujangga
Jaws, tetapi ilmu filsafat memiliki kemampuan untuk membangun kehidupan yang
lebih sejahtera, damai, dan selamat dunia akhirat.
B.
Rumusan Masalah
A.
Aktualisasi
Filsafat Sebelum Ilmu
B.
Aktualisasi
Filsafat Sebagai cara Berpikir
C.
Aktualisasi
Filsafat Sebagai
C.
Tujuan
Dengan
ditulisnya makalah ini semoga dapat
bermafaat untuk kita semua maka harapan penulis semoga materi makalah
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
BAB II
PEMBAHASAN
AKTUALISASI FILSAFAT
Zaman sekarang merupakan zamannya berpikir praktis-realistik,
sehingga belajar filsafat dianggap hal yang tidak berguna dan membuang-buang
waktu. Sekarang, belajar filsafat telah sampai pada paradigma baru. Belajar
filsafat tidak hanya menghafal pemikiran-pemikiran para tokoh filsafat/filsuf,
akan tetapi belajar filsafat dimaksudkan untuk membangun kesadaran, semangat,
dan kepedulian agar hidup kita lebih bermakna. Yang penting dalam belajar
filsafat adalah aktualisasinya.
Dalam Bab I dikemukakan tentang kegunaan mempelajari filsafat,
antara lain: menambah wawasan keilmuan, menggugah kesadaran dan kepedulian, dan
strategi menghadapi tantangan zaman mendatang.
Kegunaan di atas masih memperlihatkan hal-hal yang sifatnya
teoretik, artinya kegunaan filsafat belum dapat dimanfaatkan dan dirasakan
secara langsung. Ibarat seseorang akan membuat sayer lodeh kebutuhan santannya
harus menanam pohon kelapa dahulu dan untuk berbuahnya menunggu lima tahunan.
Demikian juga, agar para mahasiswa dapat memanfaatkan sekaligus
merasakan kegunaan filsafat, maka harus menunggu beberapa tahun bahkan belasan
tahun. Karena, pemanfaatan filsafat ini kadang masih terkait dengan kematangan
berpikir, kematangan usia, dan pengalaman akademiknya.
Paradigma baru belajar
filsafat saat ini, ilmu filsafat tidak hanya sekadar mempelajari berbagai
pemikiran pars filsuf, seperti : Plato, Aristoteles, Rene Descartes,
Al-Ghazali, hingga Ranggawarsita Pujangga Jaws, tetapi ilmu filsafat memiliki
kemampuan untuk membangun kehidupan yang lebih sejahtera, damai, dan selamat
dunia akhirat.
Untuk itu, kami berusaha memberikan terobosan baru khususnya kepada
mahasiswa bagaimana cars mengaktualisasikan ilmu filsafat dalam kehidupan
sehari-hari untuk mencapai harapan hidup.
A.
Aktualisasi Filsafat Sebelum Ilmu
Dalam
masyarakat hingga saat ini masih menganggap ilmu filsafat adalah ilmu `ngawang-ngawang'
yaitu ilmu yang sulit untuk dimengerti atau ilmu yang membingungkan orang.
Memang, setiap ilmu tentu memiliki sisi negatif/sinisme. Seperti ilmu filsafat
sisi negatifnya dengan mempelajari filsafat akan mencetak pengangguran. Seperti
ilmu ekonomi sisi negatifnya dengan mempelajari ilmu ekonomi orang akan
bersifat materialistik. Sisi negatif ilmu agama dengan mempelajari ilmu agama
orang akan terhindar dari neraka. Sisi negatif ilmu kedokteran dengan
mempelajari ilmu kedokteran pikirannya akan buruk karma mendoakan orang lain
sakit.
Sisi-sisi negatif
pads setiap ilmu ini hendaknya dibuang jauh-jauh, dan kita seharusnya lebih
berpikir positif terhadap setiap ilmu. Jadi, syarat agar orang dapat
mengaktualisasikan ilmu filsafat pertama-tama harus berpikiran positif.
Dengan berpikir
positif pikiran kita akan berkembang dan konstruktif dan edukatif. Dengan
berpikir positif pikiran kita akan lebih bersemangat dan realistik, yaitu
bersemangat untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Dengan berpikir
positif kita akan lebih banyak melihat hal-hal yang realistik dan. pragmatik.
Sebagai ilmu,
filsafat juga seperti ilmu-ilmu yang lain seperti: antropologi, sosiologi, atau
ilmu ekonomi. Akan tetapi, kelebihan ilmu filsafat adalah memiliki objek formal
dan material lebih lugs, clan setiap ilmu memuat unsur filsafat. Misalnya,
sosiologi memiliki filsafat sosial, ilmu hukum memiliki filsafat hukum, ilmu
kedokteran memiliki filsafat kedokteran, ilmu agama memiliki filsafat agama,
clan sebagainya. Sehingga, setiap ilmu tentu memiliki bidang yang sulit untuk
ditembus oleh ilmu tersebut, maka untuk menembusnya hanya dengan ilmu filsafat.
Bagi orang yang
belajar ilmu filsafat hendaknya dapat 'berdialog' dengan ilmu lain. Artinya,
mempelajari ilmu filsafat tidaklah cukup dan untuk berdialog dengan ilmu lain,
maka orang harus mempelajari (misalnya) ilmu kependudukan/demografi. Sehingga,
orang tersebut pikirannya tidak selalu 'ngawang-ngawang' dalam filsafat, tetapi
pikiran orang tersebut diperkenalkan dengan pikiran yang realistik/praktis.
Karena, dalam ilmu kependudukan diajarkan tentang migrasi/perpindahan penduduk,
program keluarga berencana, kelahiran, kematian, kualitas sumber daya manusia,
mengatasi pengangguran semakin banyak.
Jadi, ilmu
filsafat harus berdialog dengan ilmu-ilmu lain, karena ilmu-ilmu (selain
filsafat) dapat dipakai untuk membantu dalam kerangka berpikir kita.
B.
Aktualisasi Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Dalam Bab I
dikemukakan bahwa berpikir secara filsafat salah satunya: sinoptif, yaitu
berpikir secara menyeluruh dan bersama-sama. Artinya, berpikir menyeluruh sama
dengan berpikir secara komprehensif.
Misalnya,
apabila kita menghadapi masalah seperti "kenakalan anak". Kenakalan
anak akan terns menjadi masalah sepanjang masa khususnya para orang tua. Untuk
menanggulangi kenakalan anak, maka masalah tersebut harus dilihat secara
filsafat, yaitu kenakalan anak harus dilihat dari semua aspek ilmu yang
terkait.
Misalnya,
kenakalan anak dilihat dari sudut ilmu agama, ilmu ekonomi, ilmu
jiwa/psikologi, sosiologi, dan lain-lain. Menurut ilmu ekonomi, kenakalan anak
disebabkan oleh faktor ekonomi, biasanya kenakalan berasal dari anak-anak yang
tingkat ekonominya rendah. Jarang kita temui anak-anak dari orang kaya yang
nakal, mungkin pola kenakalannya berbeda.
Menurut ilmu
agama, kenakalan anak lebih disebabkan karena faktor keberagamaan kurang,
antara kehidupan lahir dan batin tidak seimbang, sehingga tidak mampu
membedakan antara teman yang baik clan buruk kemudian terpengaruh lingkungan
buruk.
Menurut ilmu
jiwa, kenakalan anak dianggapnya 'lumrah' asal tidak merusak
(destruktio, karena anak yang nakal (konstruktio sebetulnya anak yang
semangat, kreatif dan energik, dan sebagainya. Jadi, cara berpikir filsafat itu
adalah berpikir kritis, analisis, clan dilihat dari berbagai aspek. Begitu juga
kenakalan orang tua juga harus dilihat dari berbagai aspek. Kenakalan orang tua
seperti: perselingkuhan, korupsi, emosional, dan lain-lain.
Bagaimana cara
filsafat menghadapi hal-hal yang mistis dan gaib. Dalam kehidupan sehari-hari
kita sering dihadapkan pada hal-hal yang mistis, gaib, atau di luar jangkauan
akal, maka dalam filsafat pun dikenal dengan metafisika. Bagi orang yang
mempelajari metafisika, menghadapi hal-hal yang mistis dan gaib tidak masalah.
Sebab, dalam dunia mistis dan gaib memiliki ruang dan penalaran tersendiri.
Berpikir secara
filsafat tidak hanya berpikir secara komprehensif, rasional, konsepsional saja,
tetapi inter disipliner. Di era global saat ini pemikiran dituntut untuk lebih
lugs dan satu sama lain saling terkait. Misal, keadaan pasar modal di New York
akan berpengaruh (positif/negati) pada pasar modal seluruh dunia. Penegakan
hukum Indonesia akan memengaruhi investasi asing di Indonesia.
Berpikir secara
inter disipliner adalah berpikir dengan menggunakan ilmu-ilmu terkait yang
dapat mendukung solusi suatu permasalahan. Misalnya, untuk membangun anak
berkualitas diperlukan pandangan dari berbagai ilmu, seperti: ilmu pendidikan,
ilmu agama, ilmu gizi, ilmu sosial, dan lain-lain.
Ilmu pendidikan
diperlukan untuk mengarahkan dan membimbing anak dalam mencerdaskan
intelektualnya/IQ Ilmu agama diperlukan untuk membangun anak dalam mencerdaskan
emosi/EQ Ilmu gizi diperlukan untuk membangun anak agar memiliki kemampuan
berpikir lebih (IQ tinggi) yaitu dengan memberikan asupan makanan sesuai
kualitas dan kuantitas gizi yang diperlukan. Ilmu sosial diperlukan untuk
memberikan lingkungan sosial yang edukatif, karena memilih lingkungan sosial
harus selektif dan mendidik/edukatif.
Jadi,
aktualisasi filsafat sebagai cara berpikir adalah kemampuan berpikir sendiri,
mampu melihat mana yang negatif dan yang positif dan mampu membedakan mana yang
baik dan yang buruk.
C.
Aktualisasi Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Perlu diketahui
bahwa filsafat (dalam artian) pandangan hidup banyak sekali ragamnya. Berawal
dari pembagian filsafat secara garis besar terdapat dua kutub filsafat besar:
filsafat barat dan filsafat timur. Filsafat barat meliputi: filsafat Yunani,
filsafat abad pertengahan, filsafat modern (pragmatisme, materialisme,
eksistensialisme, humanisme, ateisme, liberalisme, dan lain-lain).
Filsafat timur
meliputi: filsafat Cina/Tiongkok, filsafat Jepang, filsafat India, filsafat
Islam, filsafat Indonesia/Nusantara (filsafat Jawa, filsafat Sunda, filsafat
Minangkabau, filsafat Dayak, filsafat Bugis, filsafat Madura, filsafat Aceh,
dan lain-lain).
Di samping itu, sekarang banyak aliran pemikiran dari luar maupun dalam negeri yang muncul justru meresahkan masyarakat, seperti
mengaku nabi utusan Tuhan, mengaku mendapat wangsit dari malaikat, mengaku
sebagai murid Nyi Roro Kidul, dan lain-lain.
Dari berbagai
ragam filsafat atau ideologi atau doktrin ini ada yang cocok dan tidak cocok
dengan kepribadian bangsa Indonesia. Karena, paham filsafat yang berasal dari
luar lasing) yang tidak cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia justru akan
berpengaruh negatif dan bisa merusak kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga,
untuk menghadapi berbagai ragam paham filsafat tersebut harus tetap kritis,
mencari asalusulnya (epistemologi),
bagaimana paham tersebut diajarkan apakah sesat atau menguntungkan
(metodologi), bagaimana riwayat pembawa paham
tersebut, apakah paham tersebut bertentangan dengan akidah agama atau
menyuburkan keimanan (aksiologi), dan lain-lain.
Jadi, dalam
menghadapi berbagai ragam paham filsafat/pemikiran hendaknya kira harus kritis,
jell, dan memiliki pendirian/tidak mudah terprovokasi,
mampu mengadakan penilaian apakah pemikiran tersebut balk atau tidak,
apakah pemikiran tersebut menguntungkan dan memberikan makna lebih dalam
kehidupan kita atau tidak. Matra, dalam mempelajari filsafat jangan lupa
mempelajari filsafat nilai.
D.
Aktualisasi Filsafat Sebagai Pemikiran yang Reflektif
Berpikir
reflektif berarti berpikir yang dipantulkan kepada dirinya sendiri. Berfilsafat berarti refleksi terhadap
dirinya sendiri. Berfilsafat pada hakikatnya adalah menonton dirinya
sendiri ketika dirinya sedang berada di atas
panggung. Semua ragam pemikiran filsafat tentunya dapat direfleksikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir
reflektif mendorong kita akan mampu berpikir ke arah pemikiran yang lebih berkualitas (quality thinking) dan pemikiran
ke masa depan (future thinking).
Misalnya, pemikiran filsafat yang reflektif tidak hanya sebatas pada memperbaiki kualitas diri sendiri, akan tetapi juga bagaimana
memperbaiki kualitas generasi mendatang (anak-anak kita), sehingga kita akan
terhindar dari degradasi keturunan.
Di zaman sekarang (era global) membuat/melahirkan anak mudah, akan tetapi membuat agar anak-anak kita
lebih berkualitas dari diri kita, maka
diperlukan berbagai pemikiran (inter disipliner). Hal ini sejalan dengan
keberadaan konsep-konsep pemikiran filsafat tentang: manusia unggul menurut
pemikiran barat, menurut pemikiran Indonesia, menurut pemikiran Jawa, dan
lain-lain.
Manusia unggul
(berkualitas) menurut pemikiran barat yang dikemukakan oleh Nietzsche yaitu
pemikirannya tentang manusia pemberani, superman, manusia cerdas, manusia yang
tidak pernah bersalah, manusia berkuasa.
Manusia unggul
menurut pemikiran Jepang adalah manusia yang memiliki
jiwa 'samurai' yaitu semangat tidak pernah kenal lelah, pan-tang
menyerah, tahan menderita yang dilambangkan dengan semangat ksatria (boshido).
Manusia unggul
(berkualitas) menurut pemikiran Indonesia yang tertuang dalam GBHN 1999
dikemukakan bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, cerdas, berkepribadian, bersemangat, rajin bekerja, dan
lain-lain.
Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran Islam yaitu `insan kamil', Insan kamil
adalah manusia yang telah mencapai derajat imuttaqiin' yaitu
manusia yang benar-benar aktivitas hidupnya hanya untuk mencari keridhaan
Allah.
Manusia unggul
(berkualitas) menurut pemikiran Jawa yaitu `manungsa
utomo' (manusia utama). Manusia
utama adalah manusia yang dapat memenuhi hakikat kodratnya sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Manusia utama adalah
manusia yang memiliki kemampuan untuk: memayu
hayuning seliro (berperilaku baik menjaga dirinya dari perbuatan
vista), memayu hayuning bebrayan/ sesami (berperilaku baik terhadap
sesama), memayu hayuning bawono (berperilaku untuk kepentingan
bangsa/negara).
Dari berbagai
konsep manusia berkualitas (unggul) tersebut kita akan dapat memperoleh
inspirasi bahwa melahirkan dan membangun anak berkualitas di era global ini
sangat penting. Karma, di era globalisasi
saat ini diperlukan anak-anak yang memiliki kemampuan daya saing tinggi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Didalam
pembukaan makalah ini kami menggunakan berbagai sumber. Namun didalam makalah
ini kami hanya dapat mengembangkan hanya semampu kami. Dari berbagai pemaparan
materi tersebut dapat disimpulkan bahwa menambah wawasan keilmuan, menggugah
kesadaran dan kepedulian, dan strategi menghadapi tantangan zaman mendatang.
B.
Saran
Didalam
pembuatan makalah ini kami masih banyak mendapatkan kesulitan. Diantaranya
dalam pencarian sumber referensi. Dan kepada Dosen pengajar dan rekan-rekan
sekalian, kami selaku pemapar menyadari masih benyak kekurangan dan kesalahan
oleh karena itu kami masi mengharapkan saran dan arahan dari rekan-rekan
sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Brouwer. et. al. 1986. Sejarah Filsafat Modern dan Sezamannya. Alumni.
Bandung.
Driyarkara. 1969. Filsafat Manusia. Yogyakarta: Kanisius. Pancasila
dan Religi. tp., tt.
Endang Daruni. et. al. 1982. Filsuf Filsuf Dunia dalam Gambar. Yogyakarta:
Karya Kencana.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita penjatkan
kehadiran tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan kita nikmat, anugrah dan
karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun guna melengkapi
tugas dalam Mata Kuliah, ada pun Judul Makalah ini adalah “Aktualisasi Filsafat”.
Walaupun banyak kesulitan yang penulis
harus hadapi ketika menyusun penulisan makalah ini, namun berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat dielesaikan dengan baik.
Bengkulu, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Aktualisasi Filsafat
Sebelum Ilmu ............................................................. 3
B. Aktualisasi Filsafat
Sebagai Cara Berpikir................................................. 4
C. Aktualisasi Filsafat
Sebagai Pandangan Hidup.......................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment