1

loading...

Wednesday, May 15, 2019

MAKALAH PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR MULOK


MAKALAH PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR MULOK
BAB I
PENDAHULUAN
     A.    Latar Belakang
Bhineka Tunggal Ika, itulah semboyan Negara kita, yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, dari arti dari semboyan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap daerah di Indonesia sangat berbeda budaya, masyarakat maupun corak kehidupannya. Perbedaan kehidupan akan mempengaruhi kebutuhan pada daerah itu, begitu juga pendidikan pada daerah itu sendiri, sebagaimana kita tahu lulusan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu; kelompok yang akan terjun ke masyarakat sekolah, keklompok yang akan terjun ke masyarakat tidak jauh dari tempat tinggalnya dan kelompok yang terjun ke tempat pelosok jauh dari masyarakat di sekitarnya.
Muatan Lokal atau yang biasa disebut Mulok merupakan program pendidikan yang isi dan media penyampainnya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dianjurrkan kepada siswa (Kemendiknas). Maka dari itu setiap daerah pasti berbeda Mulok-nya karena kebutuhan masyarakat di tiap derah berbeda, misalnya pada mata pelajaran Bahasa Jawa, tentunya bahasa Jawa tidak cocok diterapkan di Sumatra maupun daerah yang berbeda budaya lainnya di Indonesia.

     B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengembangan strategi belajar ?
2.      Bagaimana pendekatan pada pembelajaran mulok ?
3.      Bagaimanakah media pembelajaran mulok ?
4.      Apa sajakah sumber belajar mulok ?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengembangan strategi belajar
2.      Untuk mengetahui pendekatan pada pembelajaran mulok
3.      Untuk mengetahui media pembelajaran mulok
5.      Untuk mengetahui sumber belajar mulok

BAB II
PEMBAHASAN
       A.    Pengembangan Strategi Belajar
Pada mulanya istilah starategi digunakan dalam dua militer dan diartikan sevagai cara pengunaan seluruh kekuatan militer untuk memenagkan suatu peperangan. Dapat disimpulkan bahwa strategi digunakan untuk memproleh kesuksekan atau keberhasilan  dalam mencapai tujuan. Pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activies designed to achieves a particular education goal, jadi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkain kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[1]
Strategi dapat diklasifikasi menjadi 4, yaitu strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalam (experimental)
1.      Strategi pembelajaran  langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru, strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun kerampilan  tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
2.      Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi tak langsung sering disebut inkuiri induktif, pemecahan masalah, pengambilan  keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umunya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadfi fasilitator.
3.      Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatn dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara altenatif untuk berpikir dan merasakan.
4.      Strategi pembelajran empiriuk (experiential)
Pembelajaran empitik beroorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas.
Pembelajaran merupakan suatu sister instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antar lain tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi dan evaluasi.
1.      Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini  guru merupakan factor yang terpenting.
2.      Peserta didik
Peserta didik merupakan kompenen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangakan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan  belajar.
3.      Tujuan
Merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, median dan evalausi pembelajaran.
 4.      Bahan pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapi tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan.
5.      Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajarn.
6.      Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
7.      Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapt digunakan dalam rangkai mencapai tujuan pembelajaran.[2]
8.      Sumber pembelajaran
Sumber pembelajaran segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan diman bahan pembelajaran bisa diperoleh.
9.      Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahuai apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan.

  B.     Pendekatan
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenanya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah  pendekan merujuk pada  pada pandangan tentang terjadinya proses yang  sifatnya masih  sangat umumnya. Oleh karenya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan dalam pembelajaran,  yaitu pendekatan tertentu. Roy killen  misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran,  yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositor. Sedangkan, pendekatan pembelajaran  yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.[3]
a.       Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1.   Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2.   Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3.   Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4.   Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5.   Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
b.      Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran
1.   Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
2.      Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
3.        Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
Sedangkan menurut Yamin menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan.[4]

     C.    Media Belajar
Secara  etimologis, media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Istilah perantaran atau pengantar ini, menurut Bovee digubakan karena fungsi media sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dsari dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan.
Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses komunikasi.dari beberapa pengertian di atas dapat di katakan bahwa yang bermedia memiliki peran yang sangat penting, yaitu suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai pelantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan.[5]
1.         Jenis-Jenis Multimedia
Untuk mengemas pembelajaran agar lebih menarik dan tidak membosankan, guru dapat memanfaatkan sarana teknologi yang ada disekitar. Pemanfaatan teknologi ini selain membantu guru untuk menyampaikan materi dapat juga meningkatkan konsentrasi, perasaan ingin tahu dan kreatifitas anak.
Media cukup banyak macamnya, Raharjo  menyatakan bahwa ada media yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkannya. Ada pula yang penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim tersebut media instruksional dan bersifat “self contained”, maknanya: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan serta umpan balik yang diperlakukan telah diprogramkan secara terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serba neka.
a)   Media Audio: radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .
b)   Media Visual
·   Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe.
·  Media visual gerak : film bisu .
c)   Media Audio-visual
·  Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara , buku dan suara.
·  Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara. .
d)  Media Lain
Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetic, white board, mesin pangganda.
e)   Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
f)     Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi,pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.
g)   Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
h)   Komputer[6]
      D.    Sumber Belajar
Degeng mendefiniskan sumber belajar sebagai semua sumber yang mungkin dapat digunakan oleh peserta didik agar terjadi prilaku belajar. Sedangkan , definisi yang diberikan Depdiknas (2008), sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada  disekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional  dapat digunakan untuk membantu   optimalisasi hasil belajar.
Setiap sumber belajar adlah merupakan merdia pembelajaran, akan tetapi tidak semua media pembelajaran dapat berfungsi sebagai sumber belajar. Karena perbedaan yang sangat tipis ini, maka dalam pemakain kedua istilah ini seringkali dipertukarkan atau digunakan secara bersama-sama.
1.    Pesan (Message)
            Pesan (materi), baik formal maupun informal. Dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Pesan formal adalah pesan dan infortmasi yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintah dan non pemerintah, tau yang diberikan guru, instruktur dan lain-lain dalam situasi pembelajaran. Pesan-pesan formal ini bisa dalam bentuk verbal/lisan dan bisa pula berbentuk dokumen seperti peraturan perundamg-undang, kurikulum, silabus, RPP dan lain-lain.
2.      Orang (People)
Pada dasarnya, setiap orang dapat berperan sebagai sumber belajar dan bahan pembelajaran karena dari sesorang kita dapat memperoleh informasi dan pengetahuan baru. Secara umum orang sebagai sumber belajar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
a.         Kelompok orang yang didesain
b.         Kelompok orang yang memiliki profesi

3.         Bahan dan Program
Bahan dan program aplikasi merupakan suatu formal yang biasanya digunakan sebagai program pendukung dalam menyimpan pesan-pesan pembelajaran seperti buku paket, buku teks, handbook, modul, program video, audio, film, OHT (over head transparency).
4.      Alat (device)
Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk fisik sering disebut juga dengan perangkat keras (handware) yang berfungsi sebgai sarana atau alat bantu untuk menyajikan bahan-bahan pada butir 3 di atas, berbagai macam peralatan ini dapat dijadikan sebagai sumber/bahan pembelajaran. Misalnya, multimedia, projector, slide projector, OHP, film tape recorder, opage projector, dan sebagaian.
5.    Latar
Latar atau setting lingkungan adalah situasi dan kondisi lingkungan belajar baik yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada diluar sekolah, dan baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan, namundapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran.[7]


BAB II
PENUTUP
      A.      Kesimpulan
Pada mulanya istilah starategi digunakan dalam dua militer dan diartikan sevagai cara penguunaan seluruh kekuatan militer untuk memenagkan suatu peperangan. Strategi dapat diklasifikasi menjadi 4, yaitu strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalam (experimental)
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenanya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
Secara  etimologis, media berasal dari bahasa latin, meruapakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Istilahperantaran atau pengantar ini, menurut Bovee digubakan karena fungsi media sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan. Dengan mendefiniskan sumber belajar sebagai semua sumber yang mungkin dapat digunakan oleh peserta didik agar terjadi prilaku belajar.
        B.     Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangannya, untuk itu kami sangat mengharapkan masukan-masukan untuk menunjang perbaikan makalah ini untuk menuju kearah kesempurnaan.Semoga makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Rahman & Sofan Amri, STRATEGI & DESAIN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN, (Jakarta : Prestasi Pustakarya,2013)
Rayandra Asyhar,Kreatif Media Pembelajaran, (Jakarta: Referensi Jakarta,2012)


[1] Muhammad Rahman & Sofan Amri, STRATEGI & DESAIN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN, (Jakarta : Prestasi Pustakarya,2013) hlm. 24
[2] Muhammad Rahman & Sofan Amri, STRATEGI & DESAIN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN, (Jakarta : Prestasi Pustakarya,2013) hlm. 29-32 
[3] Muhammad Rahman & Sofan Amri, STRATEGI & DESAIN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN, (Jakarta : Prestasi Pustakarya,2013) hlm. 27
[7] Rayandra Asyhar,Kreatif Media Pembelajaran, (Jakarta: Referensi Jakarta,2012) hlm.8-11


No comments:

Post a Comment