1

loading...

Wednesday, March 21, 2012

MAKALAH ILMU KOMUNIKASI “KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI”


MAKALAH  ILMU KOMUNIKASI 
 “KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI”
BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum melanjutkan kepada pembahasan kita sebagai mahasiswa/i dakwah BKI, seharusnya kita mengetahui dulu apa itu istilah “modern” modern berasal dari kata latin “modernus” yang secara harfiyah berarti “mutakhir” atau “baru saja”, yang dapat diartikan pula “tidak kuno” atau “tidak tradisional”. Pendapat mengenai  makna sebenarnya dari istilah modern itu diantara para ahli tidak ada yang sama; dengan lain perkataan, tidak ada kejelasan tentang konsep memodernkan atau konsep modernisasi yang sering dikaitkan  dengan pembangunan bangsa dan masyarakat itu.
Adapun konsep modernisasi dapat menunjukkan jalan ke arah terintegrasinya semua kelompok dalam masyarakat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan itu, dan memberikan petunjuk nilai-nilai mana yang harus dipertahankan, mana yang harus dikembangkan dan mana yang harus diubah.
Begitu juga istilah kelestarian dan istilah bangsa sudah jelas dan gamblang artinya, yang perlu diberi penegasan ialah kalau kedua istilah itu digabungkan  hingga menjadi satu istilah, beberapa rumusan ketahanan nasional meliputi empat pertanda, yaitu:
1.      Kepribadian Nasional (Identitas Nasional)
2.      Persatuan dan Kesatuan Nasional
3.      Kemampuan Nasional
4.      Disiplin  Nasional
Konsep ketahanan nasional dengan ke empat pertanda tersebut diatas dengan keempat pertanda tersebut diatas mengandung unsur-unsur yang dapat dijadikan unsur-unsur bagi konsep-konsep kelestarian bangsa, konsep kelestarian  bangsa perlu pengesahan secara resmi oleh pemerintah dan diumumkan secara luas sehingga segala kegiatan dalam hubungannya dengan modernisasi terarahkan kepadanya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Modernisasi.
Istilah "modern", berasal dari perkataan Latin modernus yang secara harfiah berarti "mutakhir" atau "baru saja", yang dapat diartikan pula "tidak ku­no" atau "tidak tradisional". Pendapat mengenai makna sebenarnya dari isti­lah modern itu di antara Para ahli tidak ada yang sama; dengan lain perkataan, tidak ada kejelasan terutama konsen memodernkan atau konsen modernisasi yang sering dikaitkan dengan pembangunan bangsa dan masyarakat itu. Ketidak­jelasan konsep tali terbukti dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a.       Apa artinya modernisasi?
b.      Bagaimana berlangsungnya masyarakat hingga menjadi modern?
c.       Bagaimana seseorang menjadi modern?
d.      Mana yang lebih dahulu muncul: lembaga modern atau orang modern?
e.       Bagaimana kaitan manusia modern dengan lembaga modern?
Para sarjana Barat berpendapat bahwa titik tolak pendefinisian modernisasi  bukan Bari ciri masyarakat, melainkan dari ciri manusianya. Pengertian mo­dernisasi bertitik berat pada cara berpikir baru (new ways of thinking) yang memungkinkan orang-orang menciptakan dan membuat masyarakat modern, industri modern, dan pemerintahan modern. Mereka beranggapan bahwa ma­syarakat modern diberi ciri oleh perkembangan pengetahuan baru, kapasitas untuk mengerti bahasa alam dan menerapkannya bagi kesejahteraan manusia.
Para cendekiawan Indonesia pada umumnya mempunyai pendapat yang  sama bahwa modernisasi di Indonesia merupakan proses pergeseran dari masyarakat kebudayaan agraris pedesaan ke masyarakat kebudayaan industri perkotaan. Mereka sama-sama berpendapat bahwa makna modern tidak dapat diartikan sebagai kebalikan dari tradisional dan bahwa apa yang berbau tradisional tidak selalu berarti buruk.
 Persoalan modernisasi adalah masalah kebahagiaan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam upaya mencapai kebahagiaan masyarakat, terjadi pertarungan antara kelompok tertentu dengan selera tertentu di satu pihak dan kelompok lain yang mempunyai selera lain di lain pihak. Masing-masing berusaha menciptakan masyarakat yang sesuai dengan seleranya sendiri-sendiri.
Ahli-ahli ekonomi beranggapan bahwa ekonomi adalah yang lebih penting dari segalanya. Modernisasi bagi kelompok ini adalah modernisasi ekonomi. ItPara agamawan menganggap agama lebih penting daripada yang lain. Ke­lompok ini bersedia berkelahi, bahkan kalau perlu berperang, jika agama mereka ditindas.
Orang-orang politik mengklaim "politik sebagai panglima". Kelompok ini menganggap politik mahapenting karena segalanya ditentukan oleh politik. Pen­tingnya konsep modernisasi ialah untuk mencegah terjadinya pertarungan an­tara kelompok, yang satu dengan yang lainnya akibat rasa diri paling penting juga untuk menjaga jangan sampai terjadi benturan-benturan antara nilai yang satu dan nilai lainnya.
Konsep modernisasi dapat menunjukkan jalan ke arah terintegrasinya se­mua kelompok dalam masyarakat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan memberikan petunjuk nilai-nilai mana yang harus dipertahankan, mana yang di harus dikembangkan, mana yang harus diubah.
 Seperti pembangunan, modernisasi juga adalah suatu proses dengan dimen­si, faktor, aspek, dan faset yang begitu banyak dan rumit, bisa menyebabkan pelaksanaannya tidak selancar yang diharapkan. Dan rumitnya modernisasi di ndonesia disebabkan oleh subjek dan objeknya adalah manusia-manusia pluralis heterogen, terdiri atas suku-suku bangsa dengan nilai-nilai budaya yang ber­beda satu sama lain kendatipun dipersatukan oleh Pancasila.
Heterogenitas tersebut menimbulkan kepekaan agama, golongan, dan lain­-lain yang sewaktu-waktu dapat mengancam kelestarian bangsa, bangsa Indo­nesia yang diperjuangkan begitu lama dengan pengorbanan yang begitu banyak.
Prof. Dr. Kuntjaraningrat dalam karyanya yang berjudul Modernisasi Bu­kan Westernisasi menyatakan bahwa modernisasi dapat dilaksanakan dengan, memberikan contoh, persuasi, penerangan, pendidikan, dan sistem perangsang.
Dalam pada itu, Alex Inkeles dalam karyanya, "The Modernization of Man", mengatakan bahwa ciri manusia modern terdiri atas dua hal: internal dan eksternal. Yang pertama meliputi sikap, nilai, dan perasaan, yang kedua menyangkut lingkungan. Dalam hubungan ini ia menyatakan bahwa komuni­kasi massa merupakan faktor yang sangat berpengaruh.
Teknologi elektronik yang semakin maju dan berkembang telah menyebab­kan dunia semakin kecil. Pesan komunikasi yang lalu tidak mungkin disampaikan ke suatu tempat yang jaraknya jauh, kini dengan radio dan televisi me­lalui satelit komunikasi dapat sampai dalam ukuran detik. Kita terpukau oleh produk Revolusi Elektronika itu, lupa bahwa ia merusak nilai-nilai yang membina dan mempertahankan kelestarian bangsa.
B.     Modernisasir dan Kelestarian Bangsa
Istilah kelestarian dan istilah bangsa sudah jelas dan gamblang artinya. Yang perlu diberi penegasan ialah kalau kedua istilah itu digabungkan hingga menjadi satu istilah.
Apa makna kelestarian bangsa itu? Ini harus jelas dulu dan kemudian men­jadi mapan sebab modernisasi harus selaras dengan kelestarian bangsa. Kalau kelestarian bangsa itu kabur sehingga kemudian menjadi goyah, maka pelak­sanaan modernisasi akan menjumpai berbagai problem: menghamburkan te­naga, pikiran, waktu, dan biaya.
Berdasarkan hal di atas, kelestarian bangsa memerlukan suatu konsep. Dalam hubungan ini tepat apabila konsep Ketahanan Nasional dari ABRI dijadi­kan konsep kelestarian bangsa, setidak-tidaknya dijadikan pola dengan meng­ambil unsur-unsur daripadanya. Tampaknya makna Ketahanan Nasional identik dengan makna kelestarian bangsa.
Lemhanas merumuskan Ketahanan Nasional sebagai: "Kondisi dinamik suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan Kekuatan Nasional, dalam menghadapi dan meng­atasi segala tantangan dan ancaman Bari dalam dan luar, yang langsung atau tidak langsung membahayakan kehidupan bangsa dan membahayakan perjuangan me­ngejar Tujuan Nasional."
Rumusan Ketahanan Nasional meliputi empat pertanda. Meskipun demikian, keempat pertanda ini merupakan suatu kebulatan dan saling berhubungan (ber­gantung). Keempat pertanda tersebut adalah:
a.       Kepribadian Nasional (Identitas Nasional)
b.      Persatuan dan Kesatuan Nasional
c.       Kemampuan Nasional
d.      Disiplin Nasional
Kepribadian Nasional dapat dijabarkan sebagai:
a.       keseluruhan sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia yang me­rupakan ciri-ciri khusus (mental-spiritual-fisik-material) yang membedakan­nya dengan bangsa-bangsa lain;
b.      pencerminan kebudayaan Indonesia yang diukur dari keseluruhan cipta, cita, rasa, karsa, dan karyan a an bersendikan Pancasila yang
c.       nilai-nilai yang meliputi:
1)      Kesadaran bangsa Indonesia
2)      Kebanggaan akan tradisi dan sejarah bangsanya,
3)      Kesediaan mengabdi dan berkorban untuk bangsa dan negara,
4)      Perasaan senasib dan sepenanggungan dengan sesama warga bangsa Indonesia.
Pertanda yang kedua, yakni Pessatuan dan Kesatuan Nasional, berarti:
  1. Suasana prsatuan yang ditandai oleh adanya kehidupan yang rukun dan damai, bebas dari segala perselisihan;
  2. Suasana kesatuan yang ditandai oleh adanya ikatan yang kokoh di antara para anggota masyarakat, berwujud loyalitas, kebanggaan, saling penger­tian, dan kerja sama.
Kemampuan Nasional sebagai pertanda ketiga dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Kemampuan Nasional adalah suatu kondisi, baik mental-spiritual maupun fisik-material, yang dimiliki oleh bangsa sebagai sarana dan syarat untuk mencapai, mempertahankan, dan memelihara tujuan nasional.
b.      Kemampuan Nasional pada dasarnya terdiri atas dua unsur, yakni:
1)      perasaan Jaya mampu,
2)      kemampuan yangyata.
Perwujudan kedua unsur ini merupakan nilai dan ketangkasan juang yang meliputi segala aspek kehidupan.
  1. Kemampuan di peroleh ada taraf pertama melalui pendidikan kursus latihan yang kemudian dikembangkan d«lam praktek sehingga mewujud­kan hasil yang nyata.
Pertanda yang terakhir, yakni Disiplin Nasional, berarti:
a.       Pernyataan sikap mental bangsa yang melahirkan persesuaian antara tingkah laku dan perbuatan dengan kaidah-kaidah yang berlaku bags bangsa dan negara dengan dilandasi oleh keikhlasannya,
b.      Wujud kesadaran berbangsa dan bernegara yang menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap negara dan bangsa.
Konsep Ketahanan Nasional dengan keempat pertanda tersebut di atas meng­andung unsur-unsur yang dapat dijadikan unsur-unsur bagi konsep-konsep kelestarian bangsa. Konse kelestarian bangsa perlu pengesahan secara resmi oleh pemerintah dan diumumkan secara luas sehingga segala kegiatan dalam hubungan  pemerintah dan dengan hubungannya dengan modernisasi terarahkkan kepadanya.
Demikianlah pentingnya keselarasan antara konsep modernisasi dan konsep kelestarian bangsa bagi rakyat Indonesia yang tengah menggiatkan diri dari dalam pembangunan nasional Pelita demi Pelita. Dengan adanya konsep tersebut. teknologi elektroik, terutama teknologi komunikasi elektronik di satu pihak tidak akan menimbulkan dampak negatif pada masyarakat; di lain pihak dapat dimanfaatkan bagi kemajuan bangsa yang diidam-idamkan sejak kemer­dekaan diproklamasikan, bahkan sejak zaman penjajahan.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Modern adalah berasal dari kata latin “modernus” yang secara harfiyah berarti mutakhir atau “baru saja”, yang dapat diartikan pula “tidak kuno” atau “tidak tradisional”. Adapun kelestarian dan istilah bangsa sudah jelas dan gamblang artinya, yang perlu diberi penegasan ialah kalau kedua istilah itu digabungkan  hingga menjadi satu istilah.
Demikianlah bahwa pentingnya keseluruhan antara konsep modernisasi dan konsep kelestarian bangsa bagi rakyat Indonesia yang tengah menggiatkan  diri dalam pembangunan nasional pelita demi pelita. Dengan adanya konsep tersebut  terknologi elektronik, terutama terknologi komunikasi elektronik disatu pihak, tidak akan menimbulkan dampak  negative pada masyarakat, dipihak lain dapat dimanfaatkan bagi kemajuan bangsa yang diidam-idamkan sejak kemerdekaan diproklamasikan, bahkan sejak zaman penjajahan.
B.     Saran
Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, maupun dari penyampaian, harapan saya kepada semua pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran kepada saya dan semoga makalah ini dapat  bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Hendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi. 1984. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. 2007. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.




KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan karena penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan judul “Komunikasi Pembangunan dan Modernisasi”. Karya tulis ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Komunikasi.
            Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Penulis juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.






Bengkulu, 03 Januari  201











DAFTAR ISI


Halaman Judul.........................................................................................        i
Kata pengantar........................................................................................        ii
Daftar isi..................................................................................................        iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................        1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................        3
  1. Konsep Modernisasi....................................................................        3
  2. Modernisasi dan Kelestarian Bangsa..........................................        6
BAB III PENUTUP...............................................................................        10
  1. Kesimpulan .................................................................................        10
  2. Saran............................................................................................        10
DAFTAR PUSTAKA














No comments:

Post a Comment