PEMBAHASAN
A.
SURAT
AL-MU’MIN AYAT : 5
Asbabul Nuzul Surat AL-Mu’min
Abu Malik telah mengatakan, bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Harits Ibnu Qais As Sahmi.
Ibnu Abu Hatim telah
mengetengahkan sebuah hadist melalui Abul Aliyah yang telah menceritakan, bahwa
pada suatu hari orang-orang Yahudi dating kepada Nabi saw. Lalu mereka
menyebutkan tentang Dajjal seraya mengatakan : Kelak Dajjal itu dari kalangan
kami, ia akan muncul di akhir zaman, maka hati-hatilah kalian kepadanya, dan
merekapun mengatakan pula, bahwasanya Dajjal itu berbuat demikian dan demikian.
Maka Allah menurunkan firman-Nya :
Sesungguhnya orang-orang yang
memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alas an yang sampai kepada mereka
tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang
mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada
Allah. (QS. 40 Al-Mu’min: 5)
Mereka yang memperdebatkan
ayat-ayat Allah itu adalah orang-orang Yahudi. Ayat ini diturunkan berkenaan
dengan apa yang mereka tunggu-tunggu, yaitu perkara munculnya Dajjal.
Sebelum mereka, kaum nuh dan
golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan Rasulullah
dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar membantah dengan alasan yang batil
untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu aku azab mereka.
Maka betapa (Pedihnya) azabku-Ku?
Al
- Jadal :
|
Pembantahan
sengit dalam perdebatan
|
|
Taqallubuhum
:
|
Tindakan-tindakan
orang kafir dalam negeri untuk melakukan perdagangan dan mencari penghidupan
|
|
Al-Ahzab :
|
Kelompok-kelompok
yang membentuk pasukan-pasukan dan bersekutu untuk memusuhi Rasul-rasul
Allah.
|
|
Hammat :
|
Bertekat
|
|
Ya’khuzuhu :
|
Mereka
membunuh dan menyiksa Rasul.
|
Pengertian
Secara Umum
Setelah
Allah SWT. Menerangkan bahwa Al-Qur’an ini adalah sebuah kitab yang telah Dia
turunkan untuk memberi petunjuk kepada umat manusia agar mereka bahagia di
dunia dan akhirat manakala melaksanakan petunjuk-petunjuk-Nya, maka dilanjutkan
dengan tujuan menyebutkan ihwal orang yang memperdebatkan Al-Qur’an dengan
tujuan membatalkan dan menyembunyikan cahayanya. Kemudian, Allah SWT.
Membimbing Rasul-Nya agar jangan sampai terpedaya dengan ikhwal orang-orang
yang memperdebatkan itu, dan jangan terpedaya dengan dibiarkannya mereka dalam
keadaan sehat, baik tubuh maupun harta benda mereka. Mereka bertindak bebas
dalam negeri untuk melakukan perdagangan karena luasnya rizki dan dapat
menikmati perhiasan dunia. Karena sesungguhnya Allah akan bertindak terhadap
mereka sebagai Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa, sebagaimana yang pernah
Allah lakukan terhadap umat-umatterdahulu seperti mereka, yaitu orang-orang
yang mendustakan Rasul-rasul mereka,
B.
Sutrat
At-Tin ayat 1-6
Surat At-Tin (Buah Tin)
Dengan
Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
|
|
(1)
Demi Buah
tin, demi buah zaitun.
|
|
(2)
Demi gunung
Sinai
|
|
(3)
Demi Negeri
yang aman ini
|
Penafsiran
Dalam ayat
yang pertama; "Demi buah tin, demi buah Zaitun."(ayat 1). Terdapat berbagai tafsiran. Menurut Mujahid dan Hasan,
kedua buah-buahan itu diambil
jadi sumpah oleh Tuhan untuk diperhatikan. Buah TIN diambil sumpah karena dia buah yang terkenal untuk dimakan, buah
ZAITUN karena dia dapat ditempa dan diambil minyaknya. Kata. -Qatadah: Tin
adalah nama sebuah bukit di
Damaskus dan Zaitun nama pula dari sebuah bukit di Baitul
Magdis." Tandanya kedua negeri itu penting untuk diperhatikan. Dan
rnenurut sebuah riwayat pula, yang diterima dari Ibnu Abbas, "Tin adalah
mesjid yang mula didirikan oleh Nuh di atas gunung al- Judi, dan Zaitun adalah
Baitul maqdis”
Banyak ahli tafsir menyatakan
bahwa kepentingan kedua buah-buahan itu sendirilah yang menyebabkan keduanya
diambil jadi sumpah. Buah Tin adalah buah yang lunak lembut, kemat, hampir
berdekatan rasanya dengan buah serikaya yang tumbuh negeri kita dan banyak
sekali tumbuh di Pulau Sumbawa. Zaitun masyhur karena minyaknya.
“Demi Gunung Sinai. “ayat 2. di
ayat ini disebutkan namanya Thurisinia, disebut juga Thursina. Disebut juga
Sinai dan disebut juga Thur saja. ”
Kita kenal sekarang dengn sebutan
Semenanjung Sinai.
“Demi negeri yang aman ini.”(ayat
3). Negeri yang aman ini ialah Makkah, tempat ayat ini drturunkan. Sebab itu
dikatakan “INI”.
Berkata Ibnu Katsir: Berkata setengah imam-imam: Inilah tiga tempat,
yang di masing-masing tempat itu Allah telah membangkitkan Nabi-nabi utusan-Nya,
Rasul-rasul yang terkemuka ; mempunyai syariat yang besar-besar. Pertama tempat
yang di sana banyak tumbuh Tin dan Zaitun. Itulah Baitul-Maqdis. Disanalah
Tuhan mengutus Isa bin Maryam `alaihis-salam.
Kedua : Thurisinina yaitu Thurisina, tempat Allah
bercakap-cakap dengan Musa bin Imran, `alaihis-salam’.
Ketiga: Negeri yang aman, yaitu
Makkah. Barang siapa yang masuk kesana, terjaminlah keamanannya. Di sanalah
diutus Tuhan Rasul-Nya Muhammad s.a.w.
Sesungguhnya
telah kami ciptakan manusia itu atas sebaik-baiknya pendirian.
|
|
Kemudian
itu. Kami jatuhkan dia kepada serendah-rendahnya yang rendah
|
|
Kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Maka untuk mereka adalah ganjaran
yang tiada putus-putus.
|
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan
manusia itu, atas sebaik-baik pendirian (ayat 4)”.
Ayat inilah permulaan dari apa
yang telah Allah mulaikan lebih dahulu dengan sumpah.
Yaitu_bahwasanya di antara makhluk
Allah di atas permukaan bumi ini manusialah yang diciptakan oleh Allah dalam
sebaik-baik bentuk ; bentuk lahir dan bentuk batin. Bentuk tubuh dan bentuk
nyawa. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk tubuh hewan yang lain. Tentang
ukuran dirinya tentang manis air-mukanya, sehingga dinamai basyar,
artinya wajah yang mengandung gembira. sangat berbeda dengan binatang yang
lain. Dan manusia diberi pula diberikan akal, Bukan semata-mata nafasnya yang
turun naik. Maka dengan perseimbangan sebaik-baik tubuh dan pedoman pada
akalnya itu dapatlah dia hidup di permukaan bumi ini menjadi pengatur. Kemudian
itu Tuhan pun mengutus pula Rasul-rasul membawakan petunjuk bagaimana caranya
menjalani hidup ini supaya selamat.
"Kemudian itu, Kami jatuhkan
dia kepada serendah- rendah yang rendah,” (ayat 5).
Demikianlah Allah mentakdirkan
kejadian manusia itu. Sesudah lahir ke dunia, dengan beransur tubuh menjadi
kuat dan dapat berjalan, dan akal pun berkembang, sampai dewasa, sampai di
puncak kemegahan umur. Kemudian itu beransur menurun badan tadi, beransurlah
tua. Beransur badan lemah dan fikiran mulai pula lemah, tenaga mulai berkurang,
sehingga mulai rontok gigi, rambut hitam berganti dengan uban, kulit yang
tegang menjadi kendor, telinga pun beransur kurang pendengarannya, dan mulailah
pelupa. Dan kalau umur itu masih panjang juga mulailah padam kekuatan akal itu
samasekali, sehingga kembali seperti kanak-kanak, sudah minta belas kasihan
anak dan cucu. Malahan ada yang sampai pikun tidak tahu apa-apa lagi. lnilah
yang dinamai “Ardzalil umur” ; tua nyanyuk.
Sehingga tersebut di dalam salah satu
doa yang diajarkan Nabi s.a.w agar kita memohon juga kepada Tuhan satu doa jangan
sampai dikembalikan kepada umur sangat tua (Al harami) dan pikun itu.
"Kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal shalih. " (pangkal ayat 6). Menurut tafsir dari ibnu
Jarir: "Beriman dan beramal shalih di waktu badan masih muda dan sihat.
Maka untuk mereka adalah ganjaran yang tiada putus-putus. ujung ayat 6):
Doa yang diajarkan Nabi s.a.w. itu
ialah:
“ Ya Tuhanku aku berlindung
kepada Engkau dan ada bakhil dan pemalas, dan tua dan kembali pikun dan dari
pada siksa kubur dan fitnah Dajjal dan fitnah hidup dan fitnah mati.”
(Riwayat Bukhari daripada Anas bin Malik)
Menurut keterangan Saiyidina Ali
bin Abu Thalib kembali kepada umur tua renta ardzalil- umur itu ialah tujuh
lima tahun.
Di dalam al- Qur’an umur tua renta
ardzalil-`umur itu sampai bertemu dua kali. Yaitu ayat 70 dari Surat an- Nah1(lebah)
Surat 16 dan Surat al-Haj, (22) ayat : 5.
Ketika menafsirkan Ardzalil-umur
itu terdapatlah satu tafsi dari Ibnu Abbas demikian bunyinya : “Asal Saja dia
taat kepada Allah di masa-masa mudanya jua. Dan tidaklah dia akan dianggap
berdosa atas perbuatannya di waktu akalnya tidak ada lagi waktu itu. Sebab dia
adalah beriman. Dia adalah taat kepada A11ah di masa mudanya.”
C.
Surat
Al-A’raf ayat 175-176
“dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah
Kami anugrahkan kepadanya ayat-ayat kami kemudian dia menguliti dirinya maka
dia diikuti oleh setan sehingga jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat”
Ulama menjadikan ayat ini sebagai
perumpamaan bagi setiap orang yang telah mengetahui kebenaran dan memilikinya,
tetapi enggan mengikuti tuntunan kebenaran bahkan menyimpang darinya, tetapi
enggan mengikuti tuntunan kebenaran bahkan menyimpang darinya. Ada juga yang
memahami ayat ini sebagai peristiwa seorang tertentu, yang hendaknya menjadi
pelajaran bagi manusia. Yang bersangkutan telah dianugrahi Allah swt.
Pengetahuan tetapi sedikit demi sedikit mengabaikan pengetahuannya dan
terjerumus dalam kesesatan.
Ayat ini merupakan perumpamaan
bagi setiap orang yang telah mengetahui kebenaran kemudian menolaknya.
Kata ( ) insalakhal/menguliti terambil
dari kata ( ) salakha yaitu
membeset atau mengupas kulit sesuatu sehingga terpisah secara penuh
kulit dan daging/isi sesuatu.
Firman-Nya : ( ) fa atba’abu asy-syaithan ada yang
memahaminya dalam arti dia diikuti sehingga terkejar oleh setan lalau
menggodanya sehingga dia terjerumus. Ada juga yang memahaminya, bahwa yang
bersangkutan demikian bejat dan durhaka, maka setan sang pendurhaka itu yang
mengikutinya, bukan dia yang mengikuti
setan.
Firman-Nya : ( ) fakana minal
Ghawin/sehingga jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat menunjukkan
bahwa kesesatannya sudah demikian jauh sehingga ia telah wajar dimasukkan dalam
kelompok itu.
Kata ( ) al-ghawin terambil dari kata ( ) al-Ghayy, yakni
kesesatan. Penggalan ayat ini mengisaratkan bahwa yang bersangkutan telah
tersesat dan keluar dari jalur yang benar, karena ia melupakan/meninggalkan
arah dan tujuan yang harus dicapainya.
“Dan sekiranya kalau kami
menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu,
tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya
dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah
(kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan kepada diri mereka sendirilah
mereka berbuat zalim.”
Yat ini menguraikan keadaan
siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuan yang telah dimilikinya. Allah
swt, menyatakan bahwa dan sekiranya kami menghendaki, pasti kami menyucikan jiwanya
dan meninggalkan derajatnya dengannya, yakni melaui pengalamannya terhadap
ayat-ayat itu, tetapi ia mengekal, yakni cenderung menetap terus-menerus di
dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan tenang mengahdapinya dan menurutkan
dengan penuh antusias hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya
adalah seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dan jika engkau
menghalaunya ia menjulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah kepada mereka
dan siapapun kisah-kisah itu agar mereka berfikir sehingga tidak melakukan apa
yang dilakukan oleh yang dikecam ini. Amat buruklah perumpamaan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat kami. Karena mereka mengabaikan tuntunan
pengetahuan bahkan berbuat zalim dan terhadap diri mereka sendirilah bukan
terhadap orang lain- mereka terus menerus berbuat zalim.
D.
Surat
Al-Imron Ayat 102
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam.”
Untuk menjamin tidak terulangnya
peristiwa diatas, serta membentengi kaum muslimin dari maker dan tipu daya
lawan, maka orang-orang yang beriman diberi petunjuk oleh lanjuttan ayat di
atas, yakni firman-Nya : bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa
kepada-Nya; jauhi seluruh larangan-Nya dan ikuti seluruh perintah-Nya sampai
pada batas akhir kemampuan kamu, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan berserah diri kepada Allah, yakni memeluk Agama Islam.
Sementara sahabat Nabi saw.
Memahami arti ( ) haqqa tuqqatihi dalam arti menaati
Allah dan tidak sekali pun durhaka, mengingat-Nya dan tidak dan tidak sesaat
pun lupa, serta mensyukuri nikmat-Nya dan satu pun yang diingkari. Demikian
penafsiran sahabat Nabisaw., ‘Abdullah Ibn Mas’ud’.
Ayat Al-Imran ini menjelaskan
batas akhir dari puncak takwa yang sebenarnya, sedang ayat at-Taqhabun berpesan
agar tidak meninggalkan takwa sedikitpun, karena setiap orang pasti memiliki
kemampuan untuk bertakwa, dan tentu saja kemampuan itu bertingkat-tingkat. Yang
penting bertakwalah sepanjang kemampuan, sehingga jika puncak dari taqwa yang
dijelaskan diatas dapat diraih, maka itulah yang ditambahkan, tetapi bila
tidak, maka Allah tidak membebani seorang melebihi kemapuannya. Dengan
demikian, melalui ayat Al-Imran ini, semua dianjurkan untuk berjalan pada jalan
takwa, semua diperintahkan berupaya menuju puncak, dan masing- masing selama
berada dijalan itu, akan memperoleh anugrah sesuai hasil usahanya.
E.
Surat
Al-Isra’ : Ayat : 70
Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas
kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.
Dan Sesungguhnya Telah kami
muliakan anak-anak Adam itu, (Pangkal 70)
Banyak sekali kemuliaan yang
diberikan kepada Anak Adam. Yang terutama ialah dia diberi akal dan fikiran,
diberi khayal untuk memikirkan zamannya yang lampau. Yang sekarang dan zaman
depan; dan diberi dia ilham. Ath-Thabari mengatakan : “manusia makan dengan
jarinya. Tidak mulutnya yang langsung tercecah ke tanah.” Adh-Dhahhak
mengatakan : “Manusia pandai berkata-kata dan membedakan” Atha’ mengatakan :
“Tegak manusia lurus” yaman mengatakan : “Rupa manusia cantik !” Ath-Thabari
mengatakan : “Manusia dapat memerintah segala Makhluk.” “Dan kami beri mereka
kendaraan di darat dan di laut. ”Kendaraan dilaut sejak dari biduk, sekunar,
jung, perahu, bahtera sampai kepada kapal yang modern-modenya. Sebagai yang
telah disebutkan di ayat-ayat yang lalu. Alamat sayang Allah kepada manusia.”
Di darat ada kuda. Dan ada kendaraan Modern. Sampai kepada kendaraan di udara.
“dan kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan”
(Ujung ayat 70).
Seber-benarnya kelebihan itu dapat dilihat pada kemajuan hidup
manusia, bertambah lama bertambah maju, dari gua batu, sampai bertani,
menangkap ikan dan sampai berniaga dari pulau ke pulau, benua ke benua dan
sampai terbang di udara, menyelam di laut dan di zaman mutakhir ini telah
mencapai bulan.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Katsier, Ibnu. Terjemahan
singkat tafsir. Jilid II. Surabaya, bina Ilmu 1967
-
Mustafa Ahmad.
Tafsir Al-Maragi, Semarang. Toha Putra 1993
-
Jalaluddin
Imam, Tafsir Jalaluddin, Bandung, Sinar Baru. 1990
-
Quraish Shihab,
tafsir Al-Misbah, Jakarta. Lentera hati 2002
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT, atas rahmat dan karunianya yang dilimpahkan kepada kita semua, shalawat
serta salam semoga senantiasa di tunjukkan kepada nabi Muhammad SAW, atas ridho
Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan maaf karena dalam pembuatan
makalah ini, masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran guna perbaikan makalah ini, yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi
kita semua…. Amin.
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul......................................................................................... i
Kata
pengantar........................................................................................ ii
Daftar
isi.................................................................................................. iii
PEMBAHASAN................................................................................... 3
- Surat Al-Mu’minun ayat 5.......................................................... 1
- Surat At-Tiin 1-6......................................................................... 3
- Surat Al-A’raaf 175-176............................................................. 6
- Surat Ali-Imran ayat 102............................................................. 8
- Surat Al-Isra ayat 70................................................................... 9
- Fungsi masjid.............................................................................. 5
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment