1

loading...

Tuesday, October 30, 2018

FILSAFAT PENDIDIKAN “PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM MENGENAI ALAM”

FILSAFAT PENDIDIKAN  “PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM   MENGENAI ALAM”

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
                             Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang sudah ada.
                             Di dalam perspektif Islam, alam semesta merupakan sesuatu selain Allah Swt. Oleh sebab itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh yang ada dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu yang keberadaaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia.
                             Alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan. Dari itulah pemakalah khusus membahas Persfektif Filsafat Pendidikan Islam Mengenai Alam yang terdiri dari Hakekat Alam, Kedudukan Alam, Prinsip-Prinsip Filsafat pendidikan Islam tentang Alam dan lingkungan Pendidikannya proses penciptaan Alam Semesta.

B.   Rumusan Masalah
            Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Sejarah Perkembangan Filsafat tentang Alam
2.      Proses Penciptaan Alam Semesta
3.      Pandangan Filsafat Pendidikan Islam tentang Alam
4.      Hakekat Alam
5.      Kedudukan Alam
6.      Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam
7.      Alam dan Lingkungan Pendidikan

C.    Tujuan
            Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui Sejarah Perkembangan Filsafat tentang Alam
2.      Mengetahui Proses Penciptaan Alam Semesta
3.      Mengetahui Pandangan Filsafat Pendidikan Islam tentang Alam
4.      Mengetahui apa itu Hakekat Alam
5.      Mengetahui Kedudukan Alam dalam Filsafat Pendidikan Islam
6.      Mengetahui apa saja Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam
7.      Mengetahui Alam dan Lingkungan Pendidikan

























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Perkembangan Filsafat tentang Alam
            Menurut sejarah filsafat, filsafat yang awal mula lahir adalah filsafat tentang alam. Filsafat ini adalah filsafat yang digarap oleh orang-orang Yunani, akan tetapi bukan di daerah Yunani sendiri dibuatnya melainka di negara lain oleh para perantau Yunani yang mengembara, terutama di daerah Asia kecil dan sekitar laut Egia.
            Dari kota bernama Miletos di Asia kecil, lahirlah filsafat alam pertama yang dicetuskan oleh ahli filsafat pertama bernama Thales, yang menyatakan bahwa asal mula sesuatu berasal dari air[1]. Kemudian filsafat ini dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Anaximandros, yang menyebutkan bahwa awal dari segala sesuatu adalah Apeiron, yaitu suatu zat yang tidak terbatas. Setelah itu filsafat Anaximandros diteruskan lagi oleh muridnya yaitu Anaxamenes yang berpendapat bahwa asal-usul alam semesta ini adalah udara. Dari kota Miletos inilah filsafat alam menyebar ke kota-kota lain seperti Ephesos dengan tokohnya seperti Xenophanes, Parmemides dan Zeno.
            Sejalan dengan itu, Islam pun mengajarkan bahwa manusia diperintahkan terlebih dahulu untuk mengetahui alam dan seisinya sebelum mengetahui dan memikirkan penciptanya. Filsafat alam merupakan salah satu dari trilogi metafisika, disamping filsafat Tuhan dan Filsafat manusia.

B.     Proses Penciptaan Alam Semesta
            Al Qur’an telah menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalamnya. Kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir” dari rencana Allah[2].
            Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut al-Qur`an adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt dalam Surat Al Anbiya ayat 30.
            Dalam proses penciptaan alam semesta adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya. Berkenaan Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula terdapat dalam surat fushilat ayat 9 sampai 12 yaitu:
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".(9) Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.(10) Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".(11) Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.(12)
            Dapat ditarik kesimpulan melalui ayat-ayat diatas, yaitu: Disebutkan bahwa antara langit dan bumi semula merupakan satu kesatuan lalu mengalami proses pemisahan. Disebutkan adanya kabut gas sebagai materi penciptaan alam. Disebutkan pula bahwa penciptaan alam semesta tidak terjadi sekaligus, tetapi secara bertahap.
            Proses penciptaan alam semesta diungkapkan dengan menggunakan istilah yang beragam seperti Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan untuk penciptaan ini mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menjadikan, dengan tidak meniscayakan waktu dan tempat penciptaan. Dengan kata lain, bahwa penciptaan alam semesta tidak mesti harus di dahului oleh ruang dan waktu.
            Perlu diketahui bahwa ketika al-Quran membicarakan tentang alam semesta  ini, al-Quran tidak membahasnya secara detail. Al-Quran hanya membahas garis besarnya saja, karena al-Quran bukanlah kitab kosmologi atau buku-buku ilmu pengetahuan umumnya yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis[3].

C.    Pandangan Filsafat Pendidikan Islam tentang Alam
            Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, alam adalah guru manusia[4].Dimana dijadikan guru yang bijaksana, misal seperti ombak dilautan yang dapat menjadi energi bagi para peselancar, angin dimanfaatkan untuk terjun payung, air deras yang dibendung untuk energi pembangkit tenaga listrik, dan banyak lagi manfaat dan pelajaran yang bisa diambil oleh manusia dan alam.
            Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (عالم ) yang seakar dengan ’ilmu (علم, pengetahuan) dan alamat (مة علا, pertanda)[5]. Ketiga istilah tersebut mempunyai korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh hikmah. Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah cosmos yang berarti serasi, harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan teratur dan tidak kacau. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan, yang tertuang dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Istilah alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari keterangan al-quran yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia.
            Secara Filosofis atau dari satu sisi, alam semesta dapat didefenisikan sebagai kumpulan jauhar (substansi) yang tersusun dari maddah (materi) dan shurah (bentuk), yang dapat diklasifikasikan ke dalam wujud konkrit (syahadah) dan wujud Abstrak (ghaib). Kemudian, dari sisi lain, alam semesta bisa juga dibagi ke dalam beberapa jenis seperti benda-benda padat (jamadat), tumbuh-tumbuhan (nabatat), hewan (hayyawanat), dan manusia.
            Menurut Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam menyatakan bahwa alam semesta atau alam jagat ialah selain dari Allah swt yaitu cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung dan dataran, sungai dan lembah, tumbuh-tumbuhan, binatang, insan, benda dan sifat benda, serta makhluk benda dan yang bukan benda. Sedangkan manusia menjadi salah satu unsur alam semesta sebagai makhluk baharu dengan fungsi untuk memakmurkan alam semesta serta meneruskan kemajuaannya. Di dalam Al Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami dengan istilah "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa. Istilah ini ditemui didalam beberapa surat Al Qur'an yaitu: Dalam surat maryam ayat 64 dan 65.

D.    Hakekat Alam
            Menurut al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat, alam secara bahasa berarti segala hal yang dapat dikenali, sedangkan secara terminologi berarti segala sesuatu yang maujud selain Allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali, baik segi nama maupun sifatnya[6]. Jadi segala sesuatu selain Allah, itulah alam secara sederhana. Pengertian ini merupakan pengertian teologis, dalam arti berdasarkan yang dikemukakan para teologis Islam.
            Adapaun tentang permulaan alam semesta yang dalam waktu ini didikung oleh penemuan dan teori astrofisika modern ialah bahwa sejak awal kejadiannya pada peristiwa Big Bang, alam semesta berkembang secara evolutif. Ini dimulai dengan kabut hidrogen yang berputar melanda, dan melalui ruang. Alam semesta penuh dengan asap yang melimpah, yang merupakan 90 persen dari semua kosmos ini. Permulaan penciptan alam seperti ini dalam khazanah filsafat pendidikan Islam disebut dengan gerak transubtansial (al-harakah al-jauhariyah), yaitu gerak alam yang bukan horizontal, melainkan vertikal ke arah yang sempurna. Gerak ini juga bukan hanya pada level aksidental, melainkan pada perubahan gas hidrogen menjadi kerak bumi yang keras. Gerak evolutif ini tidak hanya terjadi pada dataran makromostik, tetapi juga pada bumi yang disebut evolusi geologis.

E.     Kedudukan Alam
            Perbedaan terpenting antara Allah dengan ciptaan-Nya adalah bahwa Allah itu tak terhingga dan mutlak, sedangkan ciptaan-Nya adalah terhingga. Setiap tertentu memiliki potensi-potensi tertentu. Namun demikian, berapapun banyaknya potensi-potensi ini, tetap saja tidak dapat membuat yang terhingga melampui keterhinggaannya dan menjadi tak terhingga.Apabila sesuatu makhluk mengatakan dirinya dapat berdiri sendiri, maka ia memiliki sifat ketidak terhingga dan sifat ketuhanan. Maka seseorang itu sudah memiliki sifat syirik di dalam dirinya. Bila Allah menciptakan sesuatu, kepadanya, Allah memberikan kekeutan dan hukum tingkah laku yang oleh Al-Qur’an disebut petunjuk, perintah atau ukuran. Jadi dengan hukum inilah segala ciptaan Allah dapat selaras dengan ciptaan-ciptaan lainnya di alam semesta ini dan disinilah bisa kita ketahui kedudukan alam sebaga ciptaan-Nya
            Alam semesta sedemikian rupa terjalin erat dan bekerja dengan regularitasnya sehingga pantas kalau ia dikatakan sebagai keajaiban Allah. Selain Allah, tidak ada sesuatu apa pun yang dapat membangun alam yang serba luas dan kukuh ini. Di sinilah letak dan posisi alam semesta sebagai keajaiban Allah. Alam semsesta beserta keluasaan dan keteraturannya yang tidak terjangkau ini harus dipandang manusia sebagai pertanda adanya Allah. Pertanda ini dapat dikatakan sebagai petanda yang alamiah.
            Pada Al-Qur’an surah Fushshilat (41) : 53 mengungkapkan:  “akan kami tunjukan tanda-tanda kami di jagat raya, dan di dalam diri (manusia) sendiri . . . “ ayat ini dengan jelas mengatakan bahwa alam semesta merupakan tanda-tanda Tuhan. Alam sebagai sebuah tanda tentunya akan memberi petunjuk kepada yang ditandainya, yaitu Tuhan. Dari sini banyak filsuf mengatakan bahwa alam merupakan pantulan atau cerminuniversal, yang dengannya Tuhan dapat dikenali.

F.     Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam
            Segala fenomena alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan tunduk pada hukum-hukum mekanisme-Nya sebagai sunnatullah. Untuk itu, manusia harus dididik agar mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut.
            Adapun prinsip-prinsip Filsafat Pendidikan Islam tentang alam mencakup sepuluh hal yaitu:
1.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat, hanya akan berhasil jika terjadi interaksi antara peserta didik dengan benda dan lingkungan alam sekitar tempat mereka hidup.
2.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta atau universe, baik materi maupun bukan, memiliki hukumnya sendiri-sendiri. Hal ini perlu diteliti dalam pendidikan Islam agar peserta didik mampu mengenali hukum-hukum yang mengendalikan alam semesta ini, sehingga memiliki keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupannya.
3.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terbagi dalam dua kategori: alam benda dan alam ruh, harus dipandang sebagai satu kesatuan yang sulit dipisahkan.
4.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta dengan segala manifestasi, elemen-elemen dan unsur-unsurnya itu berubah dan selalu bergerak sesuai hukum dan tujuan yang telah digariskan Penciptanya.
5.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan dengan teratur itu harus dipahami sebagai suatu keajaiban dan keagungan Sang Pencipta. Pendidikan Islam harus dapat menunjukkan keajaiban dan keagungan ini.
6.      Filsafat Pendidikan Islam meskipun percaya adanya hubungan kausal (sebab-akibat), akan tetapi ia terjadi secara mutlak. Tuhan adalah sebab hakiki yang tidak memiliki sebab.
7.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam bukanlah musuh manusia, dan bukan penghalang bagi kemajuan manusia. Pendidikan Islam dapat diarahkan untuk member pemahaman kepada anak didik bagaimana mengelola and memanfaatkan alam.
8.       Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa seluruh isi alam bersifat baru. Hanya Allah lah yang kekal dan abadi.
9.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa kekekalan dan keabadian Allah sebagai pencipta merupakan hal yang keliuar dan bebas dari hukum alam.
10.   Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa Allah adalah sumber alam semesta.

G.    Alam dan Lingkungan Pendidikan
            Lingkungan dalam arti luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat dan alam. Dengan kata lain lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan. Ia adalah seluruh yang ada, baik berupa manusia maupun benda, alam yang bergerak ataupun tidak bergerak[7].  Dengan demikian, lingkungan adalah sesuatu yang melingkup hidup dan kehidupan manusia.
            Adapun lingkungan pendidikan secara sederhana berarti lingkungan tempat terjadinya pendidikan. Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan islam secara konsisten dan berkesinambungan adalah institusi atau lembaga pendidikan islam. Dari sini Abudin Nata memahami lingkungan pendidikan Islam sebagai suatu institusi atau lembaga tempat pendidikan itu berlangsung.  Didalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang mungkinterselenggarakannya pendidikan islam dengan baik.
            Lingkungn pendidiksan berfungsi sebagai penunjang terjadinya proses kegiatan belajar mengajar secara aman, tertib dan berkelanjutan. Dari beberapa prinsip filsafat pendidikan islam tentang alam telah disebutkan bahwa alam semesta merupakan penentu keberhasilan proses pendidikan. Prinsip ini menekankan bahwa proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya bukan sekedar terjadi dalam lingkungan sosial semata, melainkan juga dalam lingkungan alam yang bersifat material.
























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan dan Saran
            Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pada hakikatnya Allah swt sebagai pencipta dan sekaligus sebagai penunjuk jalan bagi manusia (maha guru) Tuhan didalam menciptakan manusia di muka bumi ini adalah semata-semata untuk mengabdi kepada-Nya dan untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Dalam hal manusia dapat mengelola alam semesta , maka manusia perlu mendapatkan pendidikan (Subyek pendidikan dan sekaligus sebagai obyek pendidikan).
            Dalam pemikiran filsafat pendidikan Islami. Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhluk-Nya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA.
            Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah Swt tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sealigus, Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah Swt, yakni flora dan fauna. Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya.











DAFTAR PUSTAKA
            https://hadibesc.blogspot.com/2017/04/makalah-alam-dalam-tinjauan.html
            http://www.academia.edu/17330212/Hakikat_Alam_Semesta
            https://www.makalah.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html


























Kata Pengantar
                   Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM MENGENAI ALAM” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang disusun oleh Kelompok 1.
                        Meski telah disusun secara maksimal oleh kelompok kami, akan tetapi kami sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu masyarakat dalam mencari berbagai macam tumbuhan untuk diolah menjadi ramuan atau obat herbal.
                        Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.
















Daftar Isi
Cover ............................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................................ 2
Daftar Isi ......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ................................................................................................... 4
B.     Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
C.     Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Filsafat tentang Alam ....................................................6
B.     Proses Penciptaan Alam Semesta ..............................................................6
C.     Pandangan Filsafat Pendidikan Islam tentang Alam.....................................7
D.    Hakekat Alam ........................................................................................8
E.     Kedudukan Alam ....................................................................................9
F.      Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam ...................................10
G.    Alam dan Lingkungan Pendidikan ............................................................11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan dan Saran .............................................................................12



[1] https://hadibesc.blogspot.com/2017/04/makalah-alam-dalam-tinjauan.html
[2] https://www.anekamakalah.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html
[3] https://media.neliti.com/media/publications/178016-ID-konsep-penciptaan-alam-studi-komparatif.pdf
[4] ibid
[5] https://www.makalah.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html
[6] http://www.academia.edu/17330212/Hakikat_Alam_Semesta
[7] Zakiah Derajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta,Bumi Aksara, 1996, hlm. 83

No comments:

Post a Comment