FILSAFAT PENDIDIKAN “PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM MENGENAI ALAM”
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alam
semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru
sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi
seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk
menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas
dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang
sudah ada.
Di
dalam perspektif Islam, alam semesta merupakan sesuatu selain Allah Swt. Oleh
sebab itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh
yang ada dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif
Islam alam semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati
melalui panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu
yang keberadaaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia.
Alam
semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang
kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam
semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan. Dari itulah
pemakalah khusus membahas Persfektif Filsafat Pendidikan Islam Mengenai Alam yang
terdiri dari Hakekat Alam, Kedudukan Alam, Prinsip-Prinsip Filsafat pendidikan
Islam tentang Alam dan lingkungan Pendidikannya proses penciptaan Alam Semesta.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Sejarah Perkembangan Filsafat tentang
Alam
2. Proses Penciptaan Alam Semesta
3. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam
tentang Alam
4. Hakekat Alam
5. Kedudukan Alam
6. Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan
Islam Tentang Alam
7. Alam dan Lingkungan Pendidikan
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu
:
1. Mengetahui Sejarah Perkembangan Filsafat
tentang Alam
2. Mengetahui Proses Penciptaan Alam
Semesta
3. Mengetahui Pandangan Filsafat Pendidikan
Islam tentang Alam
4. Mengetahui apa itu Hakekat Alam
5. Mengetahui Kedudukan Alam dalam Filsafat
Pendidikan Islam
6. Mengetahui apa saja Prinsip-Prinsip
Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam
7. Mengetahui Alam dan Lingkungan
Pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Perkembangan Filsafat tentang Alam
Menurut sejarah filsafat, filsafat
yang awal mula lahir adalah filsafat tentang alam. Filsafat ini adalah filsafat
yang digarap oleh orang-orang Yunani, akan tetapi bukan di daerah Yunani
sendiri dibuatnya melainka di negara lain oleh para perantau Yunani yang
mengembara, terutama di daerah Asia kecil dan sekitar laut Egia.
Dari kota bernama Miletos di Asia
kecil, lahirlah filsafat alam pertama yang dicetuskan oleh ahli filsafat
pertama bernama Thales, yang menyatakan bahwa asal mula sesuatu berasal dari
air[1]. Kemudian filsafat ini
dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Anaximandros, yang menyebutkan bahwa
awal dari segala sesuatu adalah Apeiron, yaitu suatu zat yang tidak terbatas.
Setelah itu filsafat Anaximandros diteruskan lagi oleh muridnya yaitu
Anaxamenes yang berpendapat bahwa asal-usul alam semesta ini adalah udara. Dari
kota Miletos inilah filsafat alam menyebar ke kota-kota lain seperti Ephesos
dengan tokohnya seperti Xenophanes, Parmemides dan Zeno.
Sejalan dengan itu, Islam pun
mengajarkan bahwa manusia diperintahkan terlebih dahulu untuk mengetahui alam
dan seisinya sebelum mengetahui dan memikirkan penciptanya. Filsafat alam
merupakan salah satu dari trilogi metafisika, disamping filsafat Tuhan dan
Filsafat manusia.
B.
Proses Penciptaan Alam Semesta
Al Qur’an telah
menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah
terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera
di dalamnya. Kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan
“kenyataan lahir” dari rencana Allah[2].
Mengenai proses penciptaan alam
semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang mengenai hal tersebut, dan
dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut al-Qur`an adalah
secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt dalam Surat
Al Anbiya ayat 30.
Dalam proses penciptaan alam semesta
adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut
atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan
secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya.
Berkenaan Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula terdapat dalam
surat fushilat ayat 9 sampai 12 yaitu:
Katakanlah:
"Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah
Rabb semesta alam".(9) Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang
kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.(10) Kemudian dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".(11) Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.
dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang
dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.(12)
Dapat ditarik kesimpulan melalui
ayat-ayat diatas, yaitu: Disebutkan bahwa antara langit dan bumi semula
merupakan satu kesatuan lalu mengalami proses pemisahan. Disebutkan adanya
kabut gas sebagai materi penciptaan alam. Disebutkan pula bahwa penciptaan alam
semesta tidak terjadi sekaligus, tetapi secara bertahap.
Proses penciptaan alam semesta
diungkapkan dengan menggunakan istilah yang beragam seperti Khalaqa, sawwa,
Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan untuk penciptaan ini
mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menjadikan, dengan tidak
meniscayakan waktu dan tempat penciptaan. Dengan kata lain, bahwa penciptaan
alam semesta tidak mesti harus di dahului oleh ruang dan waktu.
Perlu diketahui bahwa ketika
al-Quran membicarakan tentang alam semesta ini, al-Quran tidak membahasnya secara detail.
Al-Quran hanya membahas garis besarnya saja, karena al-Quran bukanlah kitab
kosmologi atau buku-buku ilmu pengetahuan umumnya yang menguraikan penciptaan alam
semesta secara sistematis[3].
C.
Pandangan Filsafat Pendidikan Islam tentang Alam
Dalam perspektif filsafat pendidikan
Islam, alam adalah guru manusia[4].Dimana dijadikan guru yang
bijaksana, misal seperti ombak dilautan yang dapat menjadi energi bagi para
peselancar, angin dimanfaatkan untuk terjun payung, air deras yang dibendung
untuk energi pembangkit tenaga listrik, dan banyak lagi manfaat dan pelajaran
yang bisa diambil oleh manusia dan alam.
Kata alam berasal dari bahasa Arab
’alam (عالم
) yang seakar dengan ’ilmu (علم, pengetahuan) dan alamat (مة علا,
pertanda)[5]. Ketiga istilah tersebut
mempunyai korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan identitas yang
penuh hikmah. Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah cosmos yang
berarti serasi, harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan teratur dan
tidak kacau. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan
Tuhan, yang tertuang dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan
menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Istilah alam dalam alqur’an
datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73 kali yang termaktub
dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari
keterangan al-quran yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi
manusia.
Secara Filosofis atau dari satu sisi,
alam semesta dapat didefenisikan sebagai kumpulan jauhar (substansi) yang
tersusun dari maddah (materi) dan shurah (bentuk), yang dapat diklasifikasikan
ke dalam wujud konkrit (syahadah) dan wujud Abstrak (ghaib). Kemudian, dari
sisi lain, alam semesta bisa juga dibagi ke dalam beberapa jenis seperti
benda-benda padat (jamadat), tumbuh-tumbuhan (nabatat), hewan (hayyawanat), dan
manusia.
Menurut Prof. Dr. Omar Mohammad
Al-Toumy al-Syaibany dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam menyatakan bahwa
alam semesta atau alam jagat ialah selain dari Allah swt yaitu cakrawala,
langit, bumi, bintang, gunung dan dataran, sungai dan lembah, tumbuh-tumbuhan,
binatang, insan, benda dan sifat benda, serta makhluk benda dan yang bukan
benda. Sedangkan manusia menjadi salah satu unsur alam semesta sebagai makhluk
baharu dengan fungsi untuk memakmurkan alam semesta serta meneruskan
kemajuaannya. Di dalam Al Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya
dapat dipahami dengan istilah "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa.
Istilah ini ditemui didalam beberapa surat Al Qur'an yaitu: Dalam surat maryam
ayat 64 dan 65.
D.
Hakekat Alam
Menurut al-Jurjani
dalam kitab al-Ta’rifat, alam secara bahasa berarti segala hal yang dapat
dikenali, sedangkan secara terminologi berarti segala sesuatu yang maujud
selain Allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali, baik segi nama maupun
sifatnya[6]. Jadi segala sesuatu
selain Allah, itulah alam secara sederhana. Pengertian ini merupakan pengertian
teologis, dalam arti berdasarkan yang dikemukakan para teologis Islam.
Adapaun tentang permulaan alam
semesta yang dalam waktu ini didikung oleh penemuan dan teori astrofisika
modern ialah bahwa sejak awal kejadiannya pada peristiwa Big Bang, alam semesta
berkembang secara evolutif. Ini dimulai dengan kabut hidrogen yang berputar
melanda, dan melalui ruang. Alam semesta penuh dengan asap yang melimpah, yang
merupakan 90 persen dari semua kosmos ini. Permulaan penciptan alam seperti ini
dalam khazanah filsafat pendidikan Islam disebut dengan gerak transubtansial
(al-harakah al-jauhariyah), yaitu gerak alam yang bukan horizontal, melainkan
vertikal ke arah yang sempurna. Gerak ini juga bukan hanya pada level
aksidental, melainkan pada perubahan gas hidrogen menjadi kerak bumi yang
keras. Gerak evolutif ini tidak hanya terjadi pada dataran makromostik, tetapi
juga pada bumi yang disebut evolusi geologis.
E.
Kedudukan Alam
Perbedaan terpenting antara Allah
dengan ciptaan-Nya adalah bahwa Allah itu tak terhingga dan mutlak, sedangkan
ciptaan-Nya adalah terhingga. Setiap tertentu memiliki potensi-potensi
tertentu. Namun demikian, berapapun banyaknya potensi-potensi ini, tetap saja
tidak dapat membuat yang terhingga melampui keterhinggaannya dan menjadi tak
terhingga.Apabila sesuatu makhluk mengatakan dirinya dapat berdiri sendiri,
maka ia memiliki sifat ketidak terhingga dan sifat ketuhanan. Maka seseorang
itu sudah memiliki sifat syirik di dalam dirinya. Bila Allah menciptakan
sesuatu, kepadanya, Allah memberikan kekeutan dan hukum tingkah laku yang oleh
Al-Qur’an disebut petunjuk, perintah atau ukuran. Jadi dengan hukum inilah
segala ciptaan Allah dapat selaras dengan ciptaan-ciptaan lainnya di alam
semesta ini dan disinilah bisa kita ketahui kedudukan alam sebaga ciptaan-Nya
Alam semesta sedemikian rupa
terjalin erat dan bekerja dengan regularitasnya sehingga pantas kalau ia
dikatakan sebagai keajaiban Allah. Selain Allah, tidak ada sesuatu apa pun yang
dapat membangun alam yang serba luas dan kukuh ini. Di sinilah letak dan posisi
alam semesta sebagai keajaiban Allah. Alam semsesta beserta keluasaan dan
keteraturannya yang tidak terjangkau ini harus dipandang manusia sebagai
pertanda adanya Allah. Pertanda ini dapat dikatakan sebagai petanda yang
alamiah.
Pada Al-Qur’an surah Fushshilat (41)
: 53 mengungkapkan: “akan kami tunjukan
tanda-tanda kami di jagat raya, dan di dalam diri (manusia) sendiri . . . “
ayat ini dengan jelas mengatakan bahwa alam semesta merupakan tanda-tanda
Tuhan. Alam sebagai sebuah tanda tentunya akan memberi petunjuk kepada yang
ditandainya, yaitu Tuhan. Dari sini banyak filsuf mengatakan bahwa alam
merupakan pantulan atau cerminuniversal, yang dengannya Tuhan dapat dikenali.
F.
Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan Islam Tentang
Alam
Segala fenomena alam ini
adalah hasil ciptaan Allah dan tunduk pada hukum-hukum mekanisme-Nya sebagai
sunnatullah. Untuk itu, manusia harus dididik agar mampu menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut.
Adapun prinsip-prinsip Filsafat
Pendidikan Islam tentang alam mencakup sepuluh hal yaitu:
1. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa
pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah
laku, baik individu maupun masyarakat, hanya akan berhasil jika terjadi
interaksi antara peserta didik dengan benda dan lingkungan alam sekitar tempat
mereka hidup.
2. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa
alam semesta atau universe, baik materi maupun bukan, memiliki hukumnya
sendiri-sendiri. Hal ini perlu diteliti dalam pendidikan Islam agar peserta
didik mampu mengenali hukum-hukum yang mengendalikan alam semesta ini, sehingga
memiliki keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupannya.
3. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa
alam semesta yang terbagi dalam dua kategori: alam benda dan alam ruh, harus
dipandang sebagai satu kesatuan yang sulit dipisahkan.
4. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa
alam semesta dengan segala manifestasi, elemen-elemen dan unsur-unsurnya itu
berubah dan selalu bergerak sesuai hukum dan tujuan yang telah digariskan
Penciptanya.
5. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa
alam semesta yang berjalan dengan teratur itu harus dipahami sebagai suatu
keajaiban dan keagungan Sang Pencipta. Pendidikan Islam harus dapat menunjukkan
keajaiban dan keagungan ini.
6. Filsafat Pendidikan Islam meskipun
percaya adanya hubungan kausal (sebab-akibat), akan tetapi ia terjadi secara
mutlak. Tuhan adalah sebab hakiki yang tidak memiliki sebab.
7. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa
alam bukanlah musuh manusia, dan bukan penghalang bagi kemajuan manusia.
Pendidikan Islam dapat diarahkan untuk member pemahaman kepada anak didik
bagaimana mengelola and memanfaatkan alam.
8. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa
seluruh isi alam bersifat baru. Hanya Allah lah yang kekal dan abadi.
9. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa
kekekalan dan keabadian Allah sebagai pencipta merupakan hal yang keliuar dan
bebas dari hukum alam.
10. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa Allah
adalah sumber alam semesta.
G.
Alam dan Lingkungan Pendidikan
Lingkungan dalam arti luas mencakup
iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat dan alam. Dengan kata lain
lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan.
Ia adalah seluruh yang ada, baik berupa manusia maupun benda, alam yang
bergerak ataupun tidak bergerak[7]. Dengan demikian, lingkungan adalah sesuatu
yang melingkup hidup dan kehidupan manusia.
Adapun lingkungan pendidikan secara
sederhana berarti lingkungan tempat terjadinya pendidikan. Salah satu faktor
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan islam secara konsisten dan
berkesinambungan adalah institusi atau lembaga pendidikan islam. Dari sini
Abudin Nata memahami lingkungan pendidikan Islam sebagai suatu institusi atau
lembaga tempat pendidikan itu berlangsung.
Didalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang mungkinterselenggarakannya
pendidikan islam dengan baik.
Lingkungn pendidiksan berfungsi
sebagai penunjang terjadinya proses kegiatan belajar mengajar secara aman,
tertib dan berkelanjutan. Dari beberapa prinsip filsafat pendidikan islam
tentang alam telah disebutkan bahwa alam semesta merupakan penentu keberhasilan
proses pendidikan. Prinsip ini menekankan bahwa proses pendidikan manusia dan
peningkatan mutu akhlaknya bukan sekedar terjadi dalam lingkungan sosial
semata, melainkan juga dalam lingkungan alam yang bersifat material.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat di
simpulkan bahwa pada hakikatnya Allah swt sebagai pencipta dan sekaligus
sebagai penunjuk jalan bagi manusia (maha guru) Tuhan didalam menciptakan
manusia di muka bumi ini adalah semata-semata untuk mengabdi kepada-Nya dan
untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Dalam hal manusia dapat mengelola alam
semesta , maka manusia perlu mendapatkan pendidikan (Subyek pendidikan dan
sekaligus sebagai obyek pendidikan).
Dalam pemikiran filsafat pendidikan
Islami. Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh
makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus
pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan
dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu,
Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhluk-Nya yang patut diberi
amanat itu, yaitu MANUSIA.
Manusia diberi hidup oleh Allah
tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses panjang yang
melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah Swt tidak mampu
atau tidak kuasa menciptakannya sealigus, Akan tetapi justru karena ada proses
itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia
itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah Swt,
yakni flora dan fauna. Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan
interaktif secara harmonis dan seimbang yang saling menunjang antara manusia,
alam dan segala isinya.
DAFTAR
PUSTAKA
https://hadibesc.blogspot.com/2017/04/makalah-alam-dalam-tinjauan.html
http://www.academia.edu/17330212/Hakikat_Alam_Semesta
https://www.makalah.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html
Kata Pengantar
Alhamdulillah
hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala
karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM MENGENAI
ALAM” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam yang disusun oleh Kelompok 1.
Meski telah disusun secara maksimal oleh
kelompok kami, akan tetapi kami sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa
makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna.
Karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
Besar harapan kami
makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu masyarakat dalam
mencari berbagai macam tumbuhan untuk diolah menjadi ramuan atau obat herbal.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga
para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.
Daftar Isi
Cover
...............................................................................................................................
1
Kata Pengantar
................................................................................................................
2
Daftar Isi
.........................................................................................................................
3
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah
..............................................................................................
4
C. Tujuan ................................................................................................................
5
BAB
II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Filsafat tentang
Alam ....................................................6
B. Proses Penciptaan Alam Semesta ..............................................................6
C. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam
tentang Alam.....................................7
D. Hakekat Alam
........................................................................................8
E. Kedudukan Alam
....................................................................................9
F. Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan
Islam Tentang Alam ...................................10
G. Alam dan Lingkungan Pendidikan
............................................................11
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
.............................................................................12
[1] https://hadibesc.blogspot.com/2017/04/makalah-alam-dalam-tinjauan.html
[2] https://www.anekamakalah.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html
[3] https://media.neliti.com/media/publications/178016-ID-konsep-penciptaan-alam-studi-komparatif.pdf
[5]
https://www.makalah.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html
[6]
http://www.academia.edu/17330212/Hakikat_Alam_Semesta
[7] Zakiah Derajat, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta,Bumi Aksara, 1996, hlm. 83
No comments:
Post a Comment