KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DAN ROHANI
A. Konsep pendidikan jasmasi, pendidikan olahraga dan pendidikan
kesehatan
1. Landasan Filosofis Pendidikan Jasmani, Pendidikan Olahraga Dan
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional.
Pendidikan jasmani
memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya
menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya
Pendidikan jasmani dalam Agenda Berlin adalah proses sosialisasi via aktivitas
jasmani, bermain dan/atau olahraga yang bersifat selektif untuk mencapai tujuan
pendidikan. Uraian itu menggambarkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses
pendidikan dimana aktivitas jasmani menjadi sasaran dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan pada umumnya.
Sedangkan Bucher (1960) memberikan batasan bahwa
pendidikan jasamani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang
mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran, mental, sosial, serta
emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas jasmani. Uraian tersebut
juga menjelaskan bahwa aktivitas jasmani juga menjadi alat mencapai pendidikan.
Disamping itu juga bahwa pada pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya
ditujukan untuk mengembangkan kebugaran jasmani saja melainkan juga
mengembangkan mental, sosial, dan emosional.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU-SKN), pasal 1 ayat 11
menerangkan bahwa olahraga pendidikan atau pendidikan jasmani merupakan
pendidikan jasmani dan aolahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur
dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, kesehatan dan
kebugaran.
Pada Agenda
Berlin diuraikan bahwa Pendidikan Jasmani adalah:
a) Satu-satunya
mata pelajaran disekolah yang fokusnya adalah pada badan, aktivitas jasmani dan
perkembangan fisik.
b) Membantu anak untuk
mengembangkan respek terhadap badannya, baik yang dimilikinya maupun milik
orang lain.
c) Mengembangkan anak
kebiasaan aktif yang penting bagi perkembangan kesehatan dan menjadi landasan
bagi gaya hidup sehat setelah dewasa.
d) Mengembangkan pemahaman
tentang peranan aktivitas jasmani aerobik dan aerobik untuk meningkatkan
kesehatan.
e) Memberikan sumbangan bagi
perkembangan kepercayaan diri dan self esteem pada anak.
f) Mendorong perkembangan
kognitif dan sosial, memberikan sumbangan bagi pengembangan keterampilan
pendidikan yang fundamental seperti baca, tulis, dan prestasi akademik.
g) Merupakan satu-satunya
alat (kesempatan) yang disediakan kepada semua anak apapun kemampuannya,jenis
kelamin, usia, budaya, agama atau latar belakang sosial mereka dengan
keterampilan, pengetahuan dan pemahanan untuk berpartisipasi dalam pendidikan
jasmani dan olahraga sepanjang hayat.
h) Mempersaiapkan anak untuk
dapat mengatasi kompetisi kompetisi, kemenangan atau kekalahan, kooperasi dan
kolaborasi.
i)
Merupakan kontribusi yang bermakna bagi pengembangan keterampilan sosial
dan terhadap perkembangan moral serta estetika.
j)
Memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan
profesional di kemudian hari dalam olahraga, aktivitas jasmani, rekreasi dan
waktu senggang, sebuah wilayah dari kesempatan vokasional yang semakin
berkembang.
2. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani secara umum adalah
untuk membantu pesera didik mengembangkan potensi gerak pada setiap individu
guna mencapai pengalaman gerak yang seluas-luasnya. Pengalaman ini diharapkan
dapat menunjang budaya aktif dalam setiap harinya yang bermuara pada kesehatan
paripurna. Ditinjau dari kebijakan pemerintah tentang Penjasorkes disebutkan
bahwa tujuan penjasorkes untuk pendidikan dasar dan menengah secara operasional
telah disebutkan pada Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 yang memuat 7 (tujuh)
butir yaitu agar peserta didik memiliki kemapuan sebagai berikut:
a) Mengembangkan
keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan
olahraga yang terpilih.
b)
Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
c)
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
d)
Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi
nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan.
e)
Mengembangkan sikap sportif, jujur,
disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.
f)
Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
g)
Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup
sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif.
Sedangkan
menurut Lutan (2001) mengelompokkan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani
adalah:
a. Perkembangan Keterampilan Gerak
Perkembangan keterampilan gerak
merupakan inti dari program pendidikan jasmani. Perkembangan keterampilan gerak
bagi anak-anak pendidikan dasar diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan
aneka keterampilan gerak dasar dan keterampilan gerak yang berhubungan dengan
olahraga. Keterampilan gerak tersebut selanjutnya dikembangkan dan diperhalus
hingga taraf tertentu yang memungkinkan anak mampu untuk melaksanakannya dengan
tenaga yang efisien dan sesuai dengan keadaan lingkunga dan tujuan yang
dimaksud. Ketika anak telah memiliki keterampilan gerak dasar yang matang
selanjutnya dapat menerapkan kedalam berbagai permainan, olahraga dan aktivitas
jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum mencapai pada
keterampilan gerak yang diinginkan, tentunya melalui tahapantahapan. Gabbard,
LeBlanc, dan Lowy (1987) mengutarakan tahapan kerja motorik sebagi berikut;
Tabel 1.1.
Tahapan Kerja Motorik
Terminal
|
Tahapan gerak
|
Aktivitas karakteristik
|
0-2 th, masa kanak-kanan
|
Gerak tak sempurna
|
Berguling, duduk, meratap, merangkak,
berdiri, berjalan dan memegang
|
2-7 th, masa anak-anak awal
|
Gerak dasar dan
pemahaman efisien
|
Kesadaran gerak lokomotor, nirlokomotor
dan manipulasif
|
8-12 th, masa anak-anak
|
Khusus (khas)
|
Penghalusan keterampilan dan
penyadaran gerak, menggunakan gerak
dasar, dalam tari, permainan/olahraga,
senam dan olahraga air
|
12- dewasa, masa
remaja dan masa dewasa
|
Spesialisasi
|
Bersifat kompetisi dan rekreasi
|
Dengan demikian dapat
dilihat pada umur berapakah anak dimulai masuk Sekolah dasar, jenis kemampuan
motorik apakah yang telah dikuasai anak, dan jenis kemampuan motorik apakah
yang harus dikembangkan oleh guru pendidikan jasmani? Oleh sebab itu
maka harus terlebih dahulu mengetahui tipe gerak dasar yang berhubungan dengan
keterampilan gerak menurut Lutan (2001) sebagai berikut:
Tabel 1.2.
Tipe gerak dasar yang berhubungan dengan Keterampilan Gerak
Lokomotor
|
Manipulasi
|
Stabilitas (non lokomotor)
|
1. Dasar (satu elemen)
- Jalan,
- Lari,
- Jingkat
- Loncat
|
1. Melempar/meluncurkan objek:
- melempar
- menendang
- memukul
- memantul
- memvoli
- menggelundung
|
1. Bergerak dalam poros
- membungkuk
- meregang
- memutar
- melintir
- mengayun
|
2. Kombinasi (lebih dari
Satu elemen)
- meluncur
- memanjat
|
2. Menyerap daya Merangkap
|
2. Poros tubuh statis & dinamis
- keseimbangan tegak
- keseimbangan sikaptubuh
sungsang
- berkelok-kelok
- berguling
- berhenti
- bergerak cepat
|
Keterangan :
a) Gerak lokomotor merupakan
aktivitas jasmani dimapa keadaan tubuh berpindah dariposisinya kjearah mendatar
(horizontal) atau ke atas (vertikal) dari satu titik ketitik lainnya dalam
sebuah ruang.
b) Gerak manipulatif
merupakan aktivitas jasmani yang melibatkan upaya pengerahan pada suatu objek,
dan upaya menerima daya dari objek.
c) Gerak stabilitas (non
lokomotor) merupakan aktivitas jasmani yang berupaya untuk menahan keseimbangan
titik berat badan tetap jatuh pada bidang tumpu
b. Perkembangan Kebugaran
Perkembangan kebugaran jasmani merupakan
tujuan penting dalam program pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Istilah
kebugaran disini mencakup bukan hanya 6 kebugaran jasmani yang mendukung
kesehatan, tetapi juga kebugaran yang mendukung peforma. Lutan (2001) membagi
perkembangan kebugaran jasmani sebagai berikut:
a) Kebugaran terkait dengan
kesehatan (Physical fitness) : (1) kekuatan otot, (2) Daya tahan otot, (3) Daya
tahan aerobik, (4) Fleksibility.
b) Kebugaran terkait dengan
peforma (motor fitness); (1) Kecepatan, (2) Koordinasi, (3) Agilitas, (4)
Power, (5) Keseimbangan
c. Perkembangan Perseptual-motorik (kognitif)
Gerak perseptual menunjukkan kepada proses
gerak yang dihasilkan melalui penerimaan dan pemilihan ransang.
pendapat Lutan (2001) terteng perkembangan
gerak perseptuan sebagai berikut: a) Kemampuan yang berkaitan dengan ruang;
a) Kesadaran
tubuh, 2) Kesadaran ruang, dan 3) Kesadaran arah
b) Kemampuan yang
berkaitan dengan waktu (tempo); 1) Sinkronisasi, 2) Irama, dan 3) Urutan
rangkaian gerak Dunia ruang dan waktu dimaksudkan bahwa semua gerak berlangsung
dalam ruang dan terkait dengan waktu.
d. Perkembangan Sosial Emosional
Salah satu dampak pembelajaran pendidikan
jasmani adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan penilaian positif
terhadap kemampuan diri. Kesan ini sangat penting untuk ditumbuhan pada anak
untuk menguasai tugas belajar, membangkitkan motivasi disamping efek psikologis
lainnya yang mendorong keadaan sehat secara mental pada diri seseorang atau
sejahtera secara mental atau batiniah. Didalamnya tercakup:
a.
perasaan positif mengenai citra
diri dan keadaan badan, peningkatan penilaian diri yang merasa makin mampu
menyelesaikan tugas serta berprestasi,
b.
Pengalaman sukses,
c.
Peningkatan rasa percaya diri.
Ada tiga hal penting yang
bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani (Dauer and Pangrazy, 1992),
yaitu:
a)
meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan peserta didik,
b)
meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
c)
meningkatkan pengertian peserta didik dalam prinsip-prinsip gerak serta
bagaimana menerapkannya dalam praktek.
Adapun dasar pemikiran yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan jasamani
dan olahraga sebagai berikut:
Kebugaran dan kesehatan
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani
yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat
serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut
akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti
jantung dan paru-paru.
Keterampilan
fisik
Keterlibatan
anak dalam aktivitas permainan, senam, kegiatan bersama, dan lain-lain,
merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk menguasai
berbagai keterampilan.
Keterampilan
tersebut bisa berbentuk keterampilan dasar 9 misalnya berlari dan melempar
serta keterampilan khusus seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan
itu bisa mengarah kepada keterampilan yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Terkuasainya konsep dan prinsip
gerak
Pendidikan
jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang konsep dan
prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak mampu memahami bagaimana
suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan
demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna.
Kemampuan
berpikir
Memang sulit
diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak dalam pendidikan
jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.
Kepekaan rasa
Dalam hal olah
rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh unik. Kegiatannya yang
selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun besar merupakan wahana yang
tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial.
Keterampilan
sosial
Kecerdasan
emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat mementingkan kemampuan
pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang bisa berhasil mengatasi
masalah dengan kerugian sekecil mungkin.
Kepercayaan
diri dan citra diri (self esteem)
Melalui
pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak akan
berkembang (Graham, 1993). Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita
menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan
kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan
berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia.
Ruang lingkup
Pendidikan Jasmani
Ruang lingkup
mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
1.
Permainan dan olahraga meliputi:
olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor
non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola,
bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri,
serta aktivitas lainnya.
2.
Aktivitas pengembangan meliputi:
mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta
aktivitas lainnya.
3.
Aktivitas senam meliputi:
ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan
senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4.
Aktivitas ritmik meliputi: gerak
bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.
5.
Aktivitas air meliputi: permainan
di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta
aktivitas lainnya.
6.
Pendidikan luar kelas, meliputi:
piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki
gunung.
7.
Kesehatan, meliputi penanaman
budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan
perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih
makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu
istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek
kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua
aspek.
2. Pendidikan Olahraga
Ada kesalahpahaman bahwa pendidikan jasmani
sama dengan pendidikan olahraga. Keduanya berbeda, pendidikan jasmani lebih
menekankan pada pengembangan keterampilan motorik dasar dan memperkaya
perbendaharaan gerak.
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang
membina anak agar menguasai cabangcabang olahraga tertentu.
3. Pendidikan
Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang
menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan.
Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan
dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan
lebih sehat (Budioro,1998).
Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO (1954) yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2003), tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan
status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat
kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit,
serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
Sedangkan menurut Machfoed (2005), pendidikan
kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu,
kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui
proses belajar.
Dari pandangan tersebut bisa disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan bertujuan :
1)
Meningkatkan pengetahuan anak didik
tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur
2)
Menanamkan dan membina nilai dan
sikap mental yang positif terhadap prinsip hidup sehat
3)
Menanamkan dan membina kebiasaan
hidup sehat sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan
4)
Meningkatkan keterampilan anak
didik dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan
dan perawatan kesehatan
Proses
Pendidikan Kesehatan
Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat
tiga persoalan pokok yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output).
Masukan (input) dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu
individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses
adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada
diri subjek belajar.
Olimpiade dan
Nilai-nilai Olahraga
Sejarah olimpiade kuno telah menorehkan filosofi
yang amat dalam tentang olahraga di dunia. Hal ini sangat diyakini sebagai alat
pemersatu bangsa dalam perdamaian dunia yang utuh tanpa diskriminasi warna
kulit, strata, agama, budaya, dan sebagainya.
Filosofi olahraga yang berasal dari
serangkaian kegiatan religi bangsa Yunani, yang ditutup dengan pertandingan
olahraga sebagai puncak persembahannya kepada dewa Zeus. Dalam sejarah
dikisahkan bahwa peserta lomba harus bertelanjang bulat sebagai bentuk
persembahan kesucian di depan sang Dewa, terlebih ketika Sang Juara Olimpiade
pada saat itu mampu menghentikan peperangan yang sedang bergejolak. Hal ini
menjadi suatu pertanda bahwa olahraga saat itu diyakini sebagai alat perdamaian
dan alat pemersatu antar suku. Dari kisah tersebut tergores pesan-pesan yang
dalam bahwa olahraga adalah aktivitas yang luar biasa, yang mampu mengasah dan
menguji kemampuan individu dalam sebuah persaingan yang ketat (excellent), juga
sebagai aktivitas kesucian yang mampu mendamaikan perselisihan demi
persahabatan abadi (friendsip dan respect). Baron Piere de Coubertin adalah
bangsawan Prancis yang juga sebagai arkeolog, adalah orang yang telah berjasa
menggali kembali nilai-nilai olimpiade ini. Pandangan dan idenya kini menjadi
kegiatan yang mendunia dan impian semua olahragawan. Tahun 1896 Coubertin
menggagas kembali olimpiade namun dengan sebuah bingkai yang kokoh dalam bentuk
piagam Olimpiade (Olympic charter), agar pelaksanaan pertandingan olahraga
tidak menyimpang dari sejatinya olahraga, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai
Olimpiade yakni respect, excellent dan friendsip. Sejak tahun itulah Olimpiade
modern yang kita kenal sekarang ini terus bergulir. Tahun 1896 itu, Cobertin
sudah menduga jika kegiatan olahraga tidak diberikan bingkai yang kuat, maka
olahraga akan dijadikan alat tunggangan politik, mencari kekuasaan, mencari dan
mengejar kemenangan semata, perjudian, yang akan berakhir dengan peperangan.
Hingga saat ini sudah lebih dari 100 tahun, ide Coubertin terus bergulir dan
semakin berkembang. Seperti dikatakan di atas bahwa adanya Olympic charter
(piagam olimpiade) 16 adalah untuk mengatur segala organisasi, tindakan dan
pelaksanaan gerakan olimpiade (Olympic movement). Dalam buku Sport
Administration Manual yang dikeluarkan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC)
menyebutkan bahwa Coubertin pulalah yang menciptakan bendera olimpiade dengan
lima cincinnya (five rings), lagu resmi Olimpiade dan api serta obor Olimpiade.
Sebagaimana peraturan piagam olimpiade tahun 2010, semua pihak atas property
Olimpiade ini secara ekslusif menjadi milik IOC, termasuk tapi tidak terbatas
penggunaannya untuk tujuan-tujuan mendapatkan keuntungan komersial atau
periklanan. IOC dapat melisensikan semua atau sebagian dari haknya dengan
syarat-syarat yang ditentukan oleh Dewan Eksekutif IOC. Cincin-cincin
Olimpiade, secara resmi disebut simbol Olimpiade, tetapi juga disebut sebagai
cincin-cincin Olimpiade, yang melambangkan kegiatan gerakan Olimpiade dan
mewakili persatuan lima benua.
B. Perbedaan Dan Persamaan
Pendidikan Jasmani, Pendidikan Olahraga Dan Pendidikan Kesehatan.
Pertanyaan
tentang perbedaan Pendidikan jasmani dan olahraga bukanlah pertanyaan yang
mudah dijawab baik oleh pemerhati olahraga maupun para pakar pendidikan. Hal ini
terjadi karena aktivitas yang nampak diantara keduanya memiliki kesamaan yaitu
permainan dan aktivitas fisik. Jadi pertanyaanya “Apa perbedaan Pendidikan
Olahraga dan Pendidikan Jasmani” akan tetapi pendidikan kesehatan definisinya
sangat jelas berbeda karena tidak terdapat kesamaan permainan dan aktivitas
fisik. Tetapi konsep dasarnya pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dasar
keilmuannya (basic of knowledge) adalah mendidik manusia melalui
aktivitas jasmani, olahraga maupun kesehatan.
Berikut akan ditinjau lebih dalam
tentang perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu:
a. Aspek
Aktivitas Aktivitas pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan,
sedangkan olahraga terbatas pada aktivitas olahraga itu sendiri. Selain
aktivitas ritmik, aquatik, outbound, permainan dan aktivitas pengembangan tubuh
maka aktivitas olahraga merupakan salah satu bentuk dari aktivitas pendidikan
jasmani. Dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup aktivitas pendidikan jasmani
lebih luas dan beragam daripada aktivitas olahraga.
b. Aspek Pusat
Materi (Konsentrasi Utama) Maksud dari kata pusat materi adalah fokus/
konsentrasi utama dari aktivitas. Secara mudah dapat dijelaskan dengan “Apa
yang diinginkan melalui aktivitas ini?”. Pusat materi pada olahraga adalah
bagaimana agar seseorang tersebut mampu memahami dan mempraktekkan
teknik–teknik cabang olahraga secara benar dan tepat untuk mencapai tujuan
olahraga. Jadi pada olahraga, mau tidak mau harus dapat melakukan teknik-teknik
olahraga tersebut. Apabila ia belum mampu, maka ia harus berlatih meningkatkan
teknik yang dimilikinya. Sebagai contoh : Target waktu lari 100 M putra adalah
dibawah 10 detik, maka mau tidak mau seseorang tersebut harus terus dan terus
berlatih untuk dapat berlari sprint 100 M dengan catatan waktu dibawah 10
detik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pusat materi pada olahraga adalah
olahraga itu sendiri.
Tabel 1.3. Perbandingan Pendidikan Jasmani dan
Olahraga (Nurhasan, 2005)
No
|
Pendidikan Jasmani
|
Olahraga
|
1
|
Diselenggarakan terutama di
lingkungan sekolah
|
Terutama di luar sekolah dan
masyarakat
|
2
|
Mengacu pada pembinaan hidup
sehat
|
Pembinaan dan peningkatan prestasi
|
3
|
Mata ajar wajib di sekolah
|
Sukarela di masyarakat
|
4
|
Dikelola di bawah wewenang
Mendiknas
|
Menpora bersama organisasi olahraga
|
5
|
Cenderung memasyarakatkan
olahraga
|
Mengolahragakan masyarakat
|
Perbedaan lain antara
penjas dan olahraga kompetitif adalah pada aspek talent scouting, di mana dalam
penjas hanya dijadikan sebagai dasar dalam masukan awal (entry 20 behaviour)
sedangkan pada olahraga kompetitif dijadikan rekomendasi dalam menentukan
cabang olahraga spesialis yang akan diikuti oleh anak.
Sehubungan hal di atas
sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Abdul Kadir Ateng, dalam mata
kuliah azas dan falsafah pendidikan olahraga tentang proposi olahraga dan
pendidikan jasmani di sekolah, adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4. Proporsi
Olahraga dan Pendidikan Jasmani
Komponen
|
Pendidikan Jasmani
|
Olahraga
|
Tujuan
|
Pendidikan keseluruhan,
kepribadian dan emosional
|
Kinerja motorik (motor
performance/kinerja gerak
untuk prestasi
|
Materi
|
Child centered (sesuai dengan
kebutuhan anak/individualized)
|
Subject centered (berpusat pada
materi)
|
Teknik gerak
|
Seluas gerak kehidupan sehari-
hari
|
Fungsional untuk cabang
olahraga bersangkutan
|
Peraturan
|
Disesuaikan dengan keperluan
(tidak dibakukan)
|
Peraturannya baku (standar)
agar dapat dipertandingkan
|
Anak yang lamban
|
Harus diberi perhatian ekstra
|
Ditinggalkan/untuk milih cabang
olahraga lain
|
Talent Scouting (TS)
|
Untuk mengukur kemampuan
awal
|
Untuk cari atlit berbakat
|
Latihannya
|
Mutilateral (latihan yang
menyangkut semua otot)
|
Spesifik
|
Partisipasi
|
Wajib
|
Bebas
|
Perbedaan aktivitas
jasmani pada pendidikan jasmani dan olahraga.
Tabel 1.5.
Contoh Perbedaan aktivitas jasmani pada Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pendidikan Jasmani
|
Olahraga
|
Berjalan
Pembelajaran berjalan pada pendidikan
jasmani ditujukan pada usaha untuk
membentuk sikap dan gerak tubuh yang
sempurna. Pembelajaran biasanya dilakukan
melalui materi baris-berbaris
|
Berjalan
Berjalan pada olahraga merupakan salah satu
nomor dalam cabang atletik. Latihan berjalan
dilakukan dengan secepat-cepatnya melalui
teknik dan peraturan yang telah baku
|
Lari
Materi lari pada pendidikan jasmani
dimaksudkan untuk dapat mengembang-kan
keterampilan gerak berlari dengan baik. Berlari
dapat dilakukan dalam beberpa teknik; lari zig-
zag, lari kijang, lari kuda, dan beberapa teknik
lari lainnya
|
Lari
Lari pada olahraga merupakan salah satu
nomor dalam cabang atletik. Latihan
dilakukan untuk mencapai prestasi optimal.
Dalam cabang atletik lari dibagi dalam
beberapa nomor.
|
Lompat
Materi lompat dalam pendidikan jasmani
dimaksudkan untuk dapat mengembangkan
keterampilan gerak lompat dengan baik.
Lompat dapat dilakukan dalam beberapa
teknik ; lompat harimau, lompat kodok, dan
beberpa teknik lompat lainnya.
|
Lompat
Lompat pada olahraga merupakan salah satu
nomor dalam cabang atletik. Latihan lompat
pada cabang atletik dilakukan untuk
mencapai prestasi optimal
|
Lempar
Materi lempar dalam pendidikan jasmani
dimaksudkan untuk dapat mengembangkan
ketermapilan gerak lempar dengan baik.
Melempar dapat dilakukan dengan beberapa
teknik; lempar bola, lempar sasaran, dan
beberpa teknik lempar lainnya.
|
Lempar
Lempar dalam olahraga merupakan salah
satu nomor dalam cabang atletik. Latihan
lempar pada cabang atletik dilakukan untuk
mencapai prestasi optimal.
|
D. Persfektif
Sejarah Pada Pendidikan Jasmani dan Olahraga
1. Perkembangan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di
Indonesia
Tahukah bahwa
di Belanda, biaya perawatan kesehatan meningkat 2,5 persen, di kanada 6 (enam)
persen, dan di Amerika mencapai 8 persen. Hal ini diakibatkan warga masyarakat
kurang melakukan aktivitas jasmani (Rusli Lutan, 2001: 16). Secara ekonomi
keadaan tersebut dianggap sebagai ancaman yang merugikan. Karena selain bisa
menurunkan produktivitas kerja juga bisa meningkat biaya perawatan kesehatan.
Di Indonesia sendiri keadaan tersebut juga telah berkembang dalam jangkauan
yang luas. Kadaan itu terjadi terutama di kota-kota bahkan kini sudah sampai ke
desa-desa.
Kemana arah
pembinaan pendidikan jasmani? Tujuan jangka panjang pendidikan jasmani adalah
sebagi berikut:
a. Kegiatan itu
dimaksudkan untuk menghasilkan insan yang berpendidikan dan berpandangan bahwa
aktivitas jasmani ini bernilai, bermanfaat, dan dapat dilakukan di sepanjang
hayat.
b. Melalui proses pendidikan
tersebut juga dihasilkan insan yang dapat memahami bagaiman membuat rencana
kegiatan dan melasanakannya, baik untuk keperluan sendiri secara perorangan
maupun keperluan kelompok.
c. Untuk menghasilkan
seseorang yang terampil menciptakan peluang dan memanfaatkannya dalam rangka
pembinaan kebugaran jasmani.
Kemampuan mengatasi stress dan hambatan juga
menjadi tujuan akhir. Bertitik tolak dari pandangan falsafah tersebut, sebagai
guru pendidikan jasmani, kita perlu memahami kaidah pengembangan program
pendidikan jasmani yang seimbang. Adapun kaidah-kaidah yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Menyediakan waktu yang
cukup bagi anak untuk melalukan aktivitas jasmani.
b. Menyediakan kesempatan
bagi setiap anak untuk memenuhi kebutuhan secara perorangan yang memang
berbeda-beda.
c. Menyediakan aneka
kegiatan dan memberikan bimbingan sesuai dengan pilihan siswa.
d. Memberikan informasi
umpan balik kepada anak, baik mengenai proses maupun hasilnya.
e. Membekali siswa dengan
keterampilan dasar termasuk pengayaan keterampilan dalam rangka meningkatkan
kebugaran jasmani.
f. Menjadikan diri sebagai
guru pendidikan jasmani yang pantas sebagai panutan bagi siswa.
g. Memberikan perhatian
penuh bagi perkembangan anak secara menyeluruh, termasuk sikap dan perlakuannya
terhadap aktivitas jasmani yang dilaksanakan secara teratur dan
berkesinambungan.
h. Menggunakan strategi yang
tepat untuk membentuk pola hidup sehat.
i.
Menggunakan gaya hidup aktif dan pelaksanaan aktivitas jasmani di luar
pendidikan jasmani disekolah.
j.
Menghindari ucapan yang menyatakan bahwa aktivitas jasmani itu hanyalah
membuang-buang waktu, dan sia-sia belaka.
Sesuai dengan kodratnya, anak senang bermain.
Ia senang melampiaskan kebebasannya untuk bergerak. Melalui bermain, anak
disiapkan untuk menghadapi kehidupan nyata. Bermain mengajarkan kenyataan
hidup. Untuk mencapai hal ini, maka perlu penyiapan strategi pengembangan
program yang sistematis dan berkesinambungan. Sehingga tujuan betul-betul dapat
tercapai dengan maksimal sesuai apa yang diharapkan.
2. Manfaat Sejarah
Keolahragaan dan PJOK dalam Penanaman Sikap Peserta Didik
a. Manfaat Edukatif
Kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran. Banyak manusia
yang belajar dari sejarah.belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan.
Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri,
melainkan juga dari generasi sebelumnya
b. Manfaat
Inspiratif
Kegunaan
sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat
memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya.
c. Manfaat rekreatif
Kegunaan sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Kegunaan
sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan
kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yang hidup
dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca.
Pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan.
No comments:
Post a Comment