1

loading...

Wednesday, October 24, 2018

KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DAN ROHANI

KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DAN ROHANI



A.    Konsep pendidikan jasmasi, pendidikan olahraga dan pendidikan kesehatan
1.      Landasan Filosofis Pendidikan Jasmani, Pendidikan Olahraga Dan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.
Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya Pendidikan jasmani dalam Agenda Berlin adalah proses sosialisasi via aktivitas jasmani, bermain dan/atau olahraga yang bersifat selektif untuk mencapai tujuan pendidikan. Uraian itu menggambarkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan dimana aktivitas jasmani menjadi sasaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
Sedangkan Bucher (1960) memberikan batasan bahwa pendidikan jasamani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas jasmani. Uraian tersebut juga menjelaskan bahwa aktivitas jasmani juga menjadi alat mencapai pendidikan. Disamping itu juga bahwa pada pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya ditujukan untuk mengembangkan kebugaran jasmani saja melainkan juga mengembangkan mental, sosial, dan emosional.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU-SKN), pasal 1 ayat 11 menerangkan bahwa olahraga pendidikan atau pendidikan jasmani merupakan pendidikan jasmani dan aolahraga yang dilaksanakan  sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, kesehatan dan kebugaran.
Pada Agenda Berlin diuraikan bahwa Pendidikan Jasmani adalah:
a)      Satu-satunya mata pelajaran disekolah yang fokusnya adalah pada badan, aktivitas jasmani dan perkembangan fisik.
b)      Membantu anak untuk mengembangkan respek terhadap badannya, baik yang dimilikinya maupun milik orang lain.
c)      Mengembangkan anak kebiasaan aktif yang penting bagi perkembangan kesehatan dan menjadi landasan bagi gaya hidup sehat setelah dewasa.
d)     Mengembangkan pemahaman tentang peranan aktivitas jasmani aerobik dan aerobik untuk meningkatkan kesehatan.
e)      Memberikan sumbangan bagi perkembangan kepercayaan diri dan self esteem pada anak.
f)       Mendorong perkembangan kognitif dan sosial, memberikan sumbangan bagi pengembangan keterampilan pendidikan yang fundamental seperti baca, tulis, dan prestasi akademik.
g)      Merupakan satu-satunya alat (kesempatan) yang disediakan kepada semua anak apapun kemampuannya,jenis kelamin, usia, budaya, agama atau latar belakang sosial mereka dengan keterampilan, pengetahuan dan pemahanan untuk berpartisipasi dalam pendidikan jasmani dan olahraga sepanjang hayat.
h)      Mempersaiapkan anak untuk dapat mengatasi kompetisi kompetisi, kemenangan atau kekalahan, kooperasi dan kolaborasi.
i)        Merupakan kontribusi yang bermakna bagi pengembangan keterampilan sosial dan terhadap perkembangan moral serta estetika.
j)        Memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan profesional di kemudian hari dalam olahraga, aktivitas jasmani, rekreasi dan waktu senggang, sebuah wilayah dari kesempatan vokasional yang semakin berkembang.

2.      Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani secara umum adalah untuk membantu pesera didik mengembangkan potensi gerak pada setiap individu guna mencapai pengalaman gerak yang seluas-luasnya. Pengalaman ini diharapkan dapat menunjang budaya aktif dalam setiap harinya yang bermuara pada kesehatan paripurna. Ditinjau dari kebijakan pemerintah tentang Penjasorkes disebutkan bahwa tujuan penjasorkes untuk pendidikan dasar dan menengah secara operasional telah disebutkan pada Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 yang memuat 7 (tujuh) butir yaitu agar peserta didik memiliki kemapuan sebagai berikut:
a)      Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
b)      Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
c)      Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
d)     Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
e)      Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.
f)       Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
g)      Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif.
Sedangkan menurut Lutan (2001) mengelompokkan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani adalah:
a.      Perkembangan Keterampilan Gerak
Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti dari program pendidikan jasmani. Perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak pendidikan dasar diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar dan keterampilan gerak yang berhubungan dengan olahraga. Keterampilan gerak tersebut selanjutnya dikembangkan dan diperhalus hingga taraf tertentu yang memungkinkan anak mampu untuk melaksanakannya dengan tenaga yang efisien dan sesuai dengan keadaan lingkunga dan tujuan yang dimaksud. Ketika anak telah memiliki keterampilan gerak dasar yang matang selanjutnya dapat menerapkan kedalam berbagai permainan, olahraga dan aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum mencapai pada keterampilan gerak yang diinginkan, tentunya melalui tahapantahapan. Gabbard, LeBlanc, dan Lowy (1987) mengutarakan tahapan kerja motorik sebagi berikut;




Tabel 1.1. Tahapan Kerja Motorik
Terminal
Tahapan gerak
Aktivitas karakteristik
0-2 th, masa kanak-kanan
Gerak tak sempurna
Berguling, duduk, meratap, merangkak,
berdiri, berjalan dan memegang
2-7 th, masa anak-anak awal
Gerak dasar dan
pemahaman efisien
Kesadaran gerak lokomotor, nirlokomotor
dan manipulasif
8-12 th, masa anak-anak
Khusus (khas)
Penghalusan           keterampilan           dan
penyadaran gerak, menggunakan gerak
dasar, dalam tari, permainan/olahraga,
senam dan olahraga air
12- dewasa, masa
remaja dan masa dewasa  
Spesialisasi
Bersifat kompetisi dan rekreasi

Dengan demikian dapat dilihat pada umur berapakah anak dimulai masuk Sekolah dasar, jenis kemampuan motorik apakah yang telah dikuasai anak, dan jenis kemampuan motorik apakah yang harus dikembangkan oleh guru pendidikan jasmani? Oleh sebab itu maka harus terlebih dahulu mengetahui tipe gerak dasar yang berhubungan dengan keterampilan gerak menurut Lutan (2001) sebagai berikut:

Tabel 1.2. Tipe gerak dasar yang berhubungan dengan Keterampilan Gerak
Lokomotor
Manipulasi
Stabilitas (non lokomotor)
1. Dasar (satu elemen)
Jalan,
- Lari,
Jingkat
- Loncat
1. Melempar/meluncurkan objek:
- melempar
- menendang
- memukul
- memantul
- memvoli
      - menggelundung
1. Bergerak dalam poros
- membungkuk
- meregang
- memutar
- melintir
      - mengayun
2. Kombinasi (lebih dari
Satu elemen)
- meluncur
      - memanjat
2. Menyerap daya Merangkap
2. Poros tubuh statis dinamis
- keseimbangan tegak
- keseimbangan sikaptubuh
sungsang
- berkelok-kelok
- berguling
- berhenti
- bergerak cepat


Keterangan :
a)      Gerak lokomotor merupakan aktivitas jasmani dimapa keadaan tubuh berpindah dariposisinya kjearah mendatar (horizontal) atau ke atas (vertikal) dari satu titik ketitik lainnya dalam sebuah ruang.
b)      Gerak manipulatif merupakan aktivitas jasmani yang melibatkan upaya pengerahan pada suatu objek, dan upaya menerima daya dari objek.
c)      Gerak stabilitas (non lokomotor) merupakan aktivitas jasmani yang berupaya untuk menahan keseimbangan titik berat badan tetap jatuh pada bidang tumpu

b.      Perkembangan Kebugaran
Perkembangan kebugaran jasmani merupakan tujuan penting dalam program pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Istilah kebugaran disini mencakup bukan hanya 6 kebugaran jasmani yang mendukung kesehatan, tetapi juga kebugaran yang mendukung peforma. Lutan (2001) membagi perkembangan kebugaran jasmani sebagai berikut:
a)      Kebugaran terkait dengan kesehatan (Physical fitness) : (1) kekuatan otot, (2) Daya tahan otot, (3) Daya tahan aerobik, (4) Fleksibility.
b)      Kebugaran terkait dengan peforma (motor fitness); (1) Kecepatan, (2) Koordinasi, (3) Agilitas, (4) Power, (5) Keseimbangan

c.       Perkembangan Perseptual-motorik (kognitif)
Gerak perseptual menunjukkan kepada proses gerak yang dihasilkan melalui penerimaan dan pemilihan ransang.
pendapat Lutan (2001) terteng perkembangan gerak perseptuan sebagai berikut: a) Kemampuan yang berkaitan dengan ruang;
a)      Kesadaran tubuh, 2) Kesadaran ruang, dan 3) Kesadaran arah
b)      Kemampuan yang berkaitan dengan waktu (tempo); 1) Sinkronisasi, 2) Irama, dan 3) Urutan rangkaian gerak Dunia ruang dan waktu dimaksudkan bahwa semua gerak berlangsung dalam ruang dan terkait dengan waktu.

d.      Perkembangan Sosial Emosional
Salah satu dampak pembelajaran pendidikan jasmani adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan penilaian positif terhadap kemampuan diri. Kesan ini sangat penting untuk ditumbuhan pada anak untuk menguasai tugas belajar, membangkitkan motivasi disamping efek psikologis lainnya yang mendorong keadaan sehat secara mental pada diri seseorang atau sejahtera secara mental atau batiniah. Didalamnya tercakup:
a.       perasaan positif mengenai citra diri dan keadaan badan, peningkatan penilaian diri yang merasa makin mampu menyelesaikan tugas serta berprestasi,
b.      Pengalaman sukses,
c.       Peningkatan rasa percaya diri.
Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani (Dauer and Pangrazy, 1992), yaitu:
a)      meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan peserta didik,
b)      meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
c)      meningkatkan pengertian peserta didik dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.
Adapun dasar pemikiran yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan jasamani dan olahraga sebagai berikut:
Kebugaran dan kesehatan
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.
Keterampilan fisik
Keterlibatan anak dalam aktivitas permainan, senam, kegiatan bersama, dan lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk menguasai berbagai keterampilan.
Keterampilan tersebut bisa berbentuk keterampilan dasar 9 misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah kepada keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
 Terkuasainya konsep dan prinsip gerak
Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang konsep dan prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna.
Kemampuan berpikir
Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.


Kepekaan rasa
Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial.
Keterampilan sosial
Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin.
Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)
Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak akan berkembang (Graham, 1993). Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia.
Ruang lingkup Pendidikan Jasmani
Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1.      Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
2.      Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3.      Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4.      Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.
5.      Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6.      Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.
7.      Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

2.      Pendidikan Olahraga
Ada kesalahpahaman bahwa pendidikan jasmani sama dengan pendidikan olahraga. Keduanya berbeda, pendidikan jasmani lebih menekankan pada pengembangan keterampilan motorik dasar dan memperkaya perbendaharaan gerak.
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabangcabang olahraga tertentu.
3.   Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat (Budioro,1998).
Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
Sedangkan menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar.
Dari pandangan tersebut bisa disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan bertujuan :
1)      Meningkatkan pengetahuan anak didik tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur
2)      Menanamkan dan membina nilai dan sikap mental yang positif terhadap prinsip hidup sehat
3)      Menanamkan dan membina kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan
4)      Meningkatkan keterampilan anak didik dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan
Proses Pendidikan Kesehatan
Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Masukan (input) dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar.
Olimpiade dan Nilai-nilai Olahraga
Sejarah olimpiade kuno telah menorehkan filosofi yang amat dalam tentang olahraga di dunia. Hal ini sangat diyakini sebagai alat pemersatu bangsa dalam perdamaian dunia yang utuh tanpa diskriminasi warna kulit, strata, agama, budaya, dan sebagainya.
Filosofi olahraga yang berasal dari serangkaian kegiatan religi bangsa Yunani, yang ditutup dengan pertandingan olahraga sebagai puncak persembahannya kepada dewa Zeus. Dalam sejarah dikisahkan bahwa peserta lomba harus bertelanjang bulat sebagai bentuk persembahan kesucian di depan sang Dewa, terlebih ketika Sang Juara Olimpiade pada saat itu mampu menghentikan peperangan yang sedang bergejolak. Hal ini menjadi suatu pertanda bahwa olahraga saat itu diyakini sebagai alat perdamaian dan alat pemersatu antar suku. Dari kisah tersebut tergores pesan-pesan yang dalam bahwa olahraga adalah aktivitas yang luar biasa, yang mampu mengasah dan menguji kemampuan individu dalam sebuah persaingan yang ketat (excellent), juga sebagai aktivitas kesucian yang mampu mendamaikan perselisihan demi persahabatan abadi (friendsip dan respect). Baron Piere de Coubertin adalah bangsawan Prancis yang juga sebagai arkeolog, adalah orang yang telah berjasa menggali kembali nilai-nilai olimpiade ini. Pandangan dan idenya kini menjadi kegiatan yang mendunia dan impian semua olahragawan. Tahun 1896 Coubertin menggagas kembali olimpiade namun dengan sebuah bingkai yang kokoh dalam bentuk piagam Olimpiade (Olympic charter), agar pelaksanaan pertandingan olahraga tidak menyimpang dari sejatinya olahraga, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai Olimpiade yakni respect, excellent dan friendsip. Sejak tahun itulah Olimpiade modern yang kita kenal sekarang ini terus bergulir. Tahun 1896 itu, Cobertin sudah menduga jika kegiatan olahraga tidak diberikan bingkai yang kuat, maka olahraga akan dijadikan alat tunggangan politik, mencari kekuasaan, mencari dan mengejar kemenangan semata, perjudian, yang akan berakhir dengan peperangan. Hingga saat ini sudah lebih dari 100 tahun, ide Coubertin terus bergulir dan semakin berkembang. Seperti dikatakan di atas bahwa adanya Olympic charter (piagam olimpiade) 16 adalah untuk mengatur segala organisasi, tindakan dan pelaksanaan gerakan olimpiade (Olympic movement). Dalam buku Sport Administration Manual yang dikeluarkan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyebutkan bahwa Coubertin pulalah yang menciptakan bendera olimpiade dengan lima cincinnya (five rings), lagu resmi Olimpiade dan api serta obor Olimpiade. Sebagaimana peraturan piagam olimpiade tahun 2010, semua pihak atas property Olimpiade ini secara ekslusif menjadi milik IOC, termasuk tapi tidak terbatas penggunaannya untuk tujuan-tujuan mendapatkan keuntungan komersial atau periklanan. IOC dapat melisensikan semua atau sebagian dari haknya dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Dewan Eksekutif IOC. Cincin-cincin Olimpiade, secara resmi disebut simbol Olimpiade, tetapi juga disebut sebagai cincin-cincin Olimpiade, yang melambangkan kegiatan gerakan Olimpiade dan mewakili persatuan lima benua.
B.     Perbedaan Dan Persamaan Pendidikan Jasmani, Pendidikan Olahraga Dan Pendidikan Kesehatan.
Pertanyaan tentang perbedaan Pendidikan jasmani dan olahraga bukanlah pertanyaan yang mudah dijawab baik oleh pemerhati olahraga maupun para pakar pendidikan. Hal ini terjadi karena aktivitas yang nampak diantara keduanya memiliki kesamaan yaitu permainan dan aktivitas fisik. Jadi pertanyaanya “Apa perbedaan Pendidikan Olahraga dan Pendidikan Jasmani” akan tetapi pendidikan kesehatan definisinya sangat jelas berbeda karena tidak terdapat kesamaan permainan dan aktivitas fisik. Tetapi konsep dasarnya pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dasar keilmuannya (basic of knowledge) adalah mendidik manusia melalui aktivitas jasmani, olahraga maupun kesehatan.

Berikut akan ditinjau lebih dalam tentang perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu:
a.       Aspek Aktivitas Aktivitas pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan, sedangkan olahraga terbatas pada aktivitas olahraga itu sendiri. Selain aktivitas ritmik, aquatik, outbound, permainan dan aktivitas pengembangan tubuh maka aktivitas olahraga merupakan salah satu bentuk dari aktivitas pendidikan jasmani. Dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup aktivitas pendidikan jasmani lebih luas dan beragam daripada aktivitas olahraga.
b.      Aspek Pusat Materi (Konsentrasi Utama) Maksud dari kata pusat materi adalah fokus/ konsentrasi utama dari aktivitas. Secara mudah dapat dijelaskan dengan “Apa yang diinginkan melalui aktivitas ini?”. Pusat materi pada olahraga adalah bagaimana agar seseorang tersebut mampu memahami dan mempraktekkan teknik–teknik cabang olahraga secara benar dan tepat untuk mencapai tujuan olahraga. Jadi pada olahraga, mau tidak mau harus dapat melakukan teknik-teknik olahraga tersebut. Apabila ia belum mampu, maka ia harus berlatih meningkatkan teknik yang dimilikinya. Sebagai contoh : Target waktu lari 100 M putra adalah dibawah 10 detik, maka mau tidak mau seseorang tersebut harus terus dan terus berlatih untuk dapat berlari sprint 100 M dengan catatan waktu dibawah 10 detik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pusat materi pada olahraga adalah olahraga itu sendiri.
Tabel 1.3. Perbandingan Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Nurhasan, 2005)
No
Pendidikan Jasmani
Olahraga
1
Diselenggarakan         terutama         di
lingkungan sekolah
Terutama      di      luar      sekolah      dan
masyarakat
2
Mengacu    pada    pembinaan    hidup
sehat
Pembinaan dan peningkatan prestasi
3
Mata ajar wajib di sekolah
Sukarela di masyarakat
4
Dikelola      di      bawah      wewenang
Mendiknas
Menpora bersama organisasi olahraga
5
Cenderung                memasyarakatkan
olahraga
Mengolahragakan masyarakat


Perbedaan lain antara penjas dan olahraga kompetitif adalah pada aspek talent scouting, di mana dalam penjas hanya dijadikan sebagai dasar dalam masukan awal (entry 20 behaviour) sedangkan pada olahraga kompetitif dijadikan rekomendasi dalam menentukan cabang olahraga spesialis yang akan diikuti oleh anak.
Sehubungan hal di atas sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Abdul Kadir Ateng, dalam mata kuliah azas dan falsafah pendidikan olahraga tentang proposi olahraga dan pendidikan jasmani di sekolah, adalah sebagai berikut:




Tabel 1.4. Proporsi Olahraga dan Pendidikan Jasmani
Komponen
Pendidikan Jasmani
Olahraga
Tujuan
Pendidikan keseluruhan,
kepribadian dan emosional
Kinerja motorik (motor
performance/kinerja gerak
untuk prestasi
Materi
Child centered (sesuai dengan
kebutuhan anak/individualized)
Subject centered (berpusat pada
materi)
Teknik gerak
Seluas gerak kehidupan sehari-
hari
Fungsional untuk cabang
olahraga bersangkutan
Peraturan
Disesuaikan dengan keperluan
(tidak dibakukan)
Peraturannya baku (standar)
agar dapat dipertandingkan
Anak yang lamban
Harus diberi perhatian ekstra
Ditinggalkan/untuk milih cabang
olahraga lain
Talent Scouting (TS)
Untuk mengukur kemampuan
awal
Untuk cari atlit berbakat
Latihannya
Mutilateral (latihan yang
menyangkut semua otot)
Spesifik
Partisipasi
                        Wajib
Bebas

Perbedaan aktivitas jasmani pada pendidikan jasmani dan olahraga.
Tabel 1.5. Contoh Perbedaan aktivitas jasmani pada Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pendidikan Jasmani
Olahraga
Berjalan
Pembelajaran     berjalan     pada     pendidikan
jasmani     ditujukan     pada     usaha     untuk
membentuk sikap dan gerak tubuh yang
sempurna. Pembelajaran biasanya dilakukan
melalui materi baris-berbaris
Berjalan
Berjalan pada olahraga merupakan salah satu
nomor dalam cabang atletik. Latihan berjalan
dilakukan dengan secepat-cepatnya melalui
teknik dan peraturan yang telah baku
Lari
Materi     lari     pada     pendidikan     jasmani
dimaksudkan untuk dapat mengembang-kan
keterampilan gerak berlari dengan baik. Berlari
dapat dilakukan dalam beberpa teknik; lari zig-
zag, lari kijang, lari kuda, dan beberapa teknik
  lari lainnya
Lari
Lari pada olahraga merupakan salah satu
nomor    dalam    cabang    atletik.    Latihan
dilakukan untuk mencapai prestasi optimal.
Dalam cabang atletik lari dibagi dalam
beberapa nomor.
Lompat
Materi lompat dalam pendidikan jasmani
dimaksudkan untuk dapat mengembangkan
keterampilan gerak lompat dengan baik.
Lompat dapat dilakukan dalam beberapa
teknik ; lompat harimau, lompat kodok, dan
beberpa teknik lompat lainnya.
Lompat
Lompat pada olahraga merupakan salah satu
nomor dalam cabang atletik. Latihan lompat
pada     cabang     atletik     dilakukan     untuk
mencapai prestasi optimal
Lempar
Materi lempar dalam pendidikan jasmani
dimaksudkan untuk dapat mengembangkan
ketermapilan    gerak    lempar    dengan    baik.
Melempar dapat dilakukan dengan beberapa
teknik; lempar bola, lempar sasaran, dan
beberpa teknik lempar lainnya.
Lempar
Lempar dalam olahraga merupakan salah
satu nomor dalam cabang atletik. Latihan
lempar pada cabang atletik dilakukan untuk
mencapai prestasi optimal.

D. Persfektif Sejarah Pada Pendidikan Jasmani dan Olahraga
1.      Perkembangan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
Tahukah bahwa di Belanda, biaya perawatan kesehatan meningkat 2,5 persen, di kanada 6 (enam) persen, dan di Amerika mencapai 8 persen. Hal ini diakibatkan warga masyarakat kurang melakukan aktivitas jasmani (Rusli Lutan, 2001: 16). Secara ekonomi keadaan tersebut dianggap sebagai ancaman yang merugikan. Karena selain bisa menurunkan produktivitas kerja juga bisa meningkat biaya perawatan kesehatan. Di Indonesia sendiri keadaan tersebut juga telah berkembang dalam jangkauan yang luas. Kadaan itu terjadi terutama di kota-kota bahkan kini sudah sampai ke desa-desa.
Kemana arah pembinaan pendidikan jasmani? Tujuan jangka panjang pendidikan jasmani adalah sebagi berikut:
a.       Kegiatan itu dimaksudkan untuk menghasilkan insan yang berpendidikan dan berpandangan bahwa aktivitas jasmani ini bernilai, bermanfaat, dan dapat dilakukan di sepanjang hayat.
b.      Melalui proses pendidikan tersebut juga dihasilkan insan yang dapat memahami bagaiman membuat rencana kegiatan dan melasanakannya, baik untuk keperluan sendiri secara perorangan maupun keperluan kelompok.
c.       Untuk menghasilkan seseorang yang terampil menciptakan peluang dan memanfaatkannya dalam rangka pembinaan kebugaran jasmani.
Kemampuan mengatasi stress dan hambatan juga menjadi tujuan akhir. Bertitik tolak dari pandangan falsafah tersebut, sebagai guru pendidikan jasmani, kita perlu memahami kaidah pengembangan program pendidikan jasmani yang seimbang. Adapun kaidah-kaidah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a.       Menyediakan waktu yang cukup bagi anak untuk melalukan aktivitas jasmani.
b.      Menyediakan kesempatan bagi setiap anak untuk memenuhi kebutuhan secara perorangan yang memang berbeda-beda.
c.       Menyediakan aneka kegiatan dan memberikan bimbingan sesuai dengan pilihan siswa.
d.      Memberikan informasi umpan balik kepada anak, baik mengenai proses maupun hasilnya.
e.       Membekali siswa dengan keterampilan dasar termasuk pengayaan keterampilan dalam rangka meningkatkan kebugaran jasmani.
f.       Menjadikan diri sebagai guru pendidikan jasmani yang pantas sebagai panutan bagi siswa.
g.      Memberikan perhatian penuh bagi perkembangan anak secara menyeluruh, termasuk sikap dan perlakuannya terhadap aktivitas jasmani yang dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
h.      Menggunakan strategi yang tepat untuk membentuk pola hidup sehat.
i.        Menggunakan gaya hidup aktif dan pelaksanaan aktivitas jasmani di luar pendidikan jasmani disekolah.
j.        Menghindari ucapan yang menyatakan bahwa aktivitas jasmani itu hanyalah membuang-buang waktu, dan sia-sia belaka.
Sesuai dengan kodratnya, anak senang bermain. Ia senang melampiaskan kebebasannya untuk bergerak. Melalui bermain, anak disiapkan untuk menghadapi kehidupan nyata. Bermain mengajarkan kenyataan hidup. Untuk mencapai hal ini, maka perlu penyiapan strategi pengembangan program yang sistematis dan berkesinambungan. Sehingga tujuan betul-betul dapat tercapai dengan maksimal sesuai apa yang diharapkan.
2. Manfaat Sejarah Keolahragaan dan PJOK dalam Penanaman Sikap Peserta Didik
a.       Manfaat Edukatif
Kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran. Banyak manusia yang belajar dari sejarah.belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya
b.      Manfaat Inspiratif
Kegunaan sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya.
c.       Manfaat rekreatif
Kegunaan sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca. Pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan.

No comments:

Post a Comment