MAKALAH
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
“ Kesulitan
Belajar Anak Dengan Gangguan Belajar Disleksi ”
Puji Syukur Saya panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya dan tentunya nikmat sehat
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesulitan Belajar Anak
Dengan Gannguan Belajar Disleksi”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, dan tak lupa saya ucapkan terimakasih
Kepada Ibu dosen pengampu Mata Kuliah yang telah
memberikan tugas makalah ini. Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kesulitan belajar anak dengan gangguan belajar disleksi dan untuk memenuhi
tugas mata Kuliah. Semoga apa
yang Saya sampaikan melalui makalah ini
dapat menambah wawasan baik
untuk saya pribadi sebagai penulis maupun pembaca.
Saya menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan Makalah ini.
Bengkulu, Juni 2018
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan sekolah dasar merupakan suatu proses yang bukan sekedar
memberikan bekal secara intelektual dasar dalam membaca, menulis,dan berhitung
saja melainkan juga proses mengembangkan kemampuan dasar peserta didik secara
optimal dalam setiap aspek baik dalam intelektual,sosial, maupun personal untuk
dapat melanjutkan pendidikan disetiap jenjangnya.
Kesulitan belajar khusus/spesifik adalah suatu gangguan dalam satu
atau lebih proses psikologi yang mencangkup pemahaman dan penggunaan bahasa
ujuran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk
kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
berhitung. Kesulitan belajar juga lebih didefinisikan sebagai
gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun eksresif didalam proses belajar.[1]
Disleksia merupakan ketidakcakapan membaca, adalah jenis lain
gangguan belajar. Pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak
berkecerdasan moral yang mengalami kesulitan berkompetisi dengan temannya di
sekolah. Keterbatasan yang dimiliki oleh Iksaan adalah beberapa
gejala anak-anak yang memiliki kebutuhan yang khusus, dimana jika kita lihat
anak ini mudah sekali kehilangan konsentrasinya dan juga memiliki
fanntasi-fantasi yang berlebihan. Isaan juga mengalami kelakuan yang tidak seharusnya
ia alami, persepsi yang ada pada kebanyakan orang juga akan menghasilakan suatu
rangsangan pada individu baik secara positif maupun negatif. Seorang guru
adalah seorang yang mampu memberikan contoh yang baik bagi anak agar memiliki
kepribadian yang berkualitas.
1. Apakah
pengertian dari disleksia ?
2.
Apa saja ciri-ciri dari disleksia ?
3.
Apa saja faktor penyebab disleksia
?
4.
Bagaimana cara pendampingan anak
disleksia ?
1. Menggetahui
pengertian disleksia
2.
Mengetahui ciri-ciri gangguan
disleksia
3.
Mengetahui faktor penyebab
disleksia
4.
Mengetahui
cara memdampingi anak-anak mengalami gangguan disleksia.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris “Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar.
Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan kesan
optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lainlearning
disabilities adalah learning difficulties dan learning
differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda.
Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada
positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih
menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan rujukan,
maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah
ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang
lain lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada
literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :[2]
1.
Faktor keturunan/bawaan
2. Gangguan semasa
kehamilan, saat melahirkan atau prematur
3. Kondisi janin yang tidak
menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan
obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan.
4. Trauma pasca kelahiran,
seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
5. Infeksi telinga yang
berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya
mempunyai sistem imun yang lemah.
6. Awal masa kanak-kanak
yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan
neurotoksin lainnya.
Kata disleksia dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan membaca.
Nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaotu corrective readers
dan remidal readers, sedangkan kesulitan membaca yang berat disebut aleksia.
Istilah disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran. Bryan mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindroma
kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengintregasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan belajar segala sesuatu
yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa yang menunjuk pada adanya gangguan
pada fungsi otak.[3]
Hornsby dalam
mendefinisikan disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga
menulis.Menurut Hornsby kesulitan tersebut dapat dipahami karena ada kaitan
yang erat antara membaca dan menulis.Sebab anak yang berkesulitan belajar
membaca umumnya juga kesulitan menulis.Oleh karena itu, kesulitan belajar
membaca dan menulis tidak dapat dilepaskan kaitanya dengan kesulitan bahasa,
karena semua itu merupakan komponen sistem komunikasi yang terintegrasi.[4]
Disleksia sebagai
sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengitregasikan komponen-komponen kata dan kalimat serta dalam belajar segala
sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa yang menunjuk pada adanya
gangguan pada fungsi otak.
Karakteristik anak disleksia: Disleksia termasuk salah satu
karakteristik yang dimiliki oleh anak kesulitan belajar dan masuk dalam
kategori maslah prestasi akademis. Misalnya pertama mengalami kesulitan dalam
mengubah bahasa tulisan dalam mengubah bahasa lisan, misalnya dalam film Ishan
kesulitan menyebutkan huruf-huruf yang membentuk kata ………
Pembalikan huruf terjadi karena anak bingung posisi kiri-kanan,
atau atas bawah. Pembalikan terjadi terutama pada huruf-huruf yang hampir sama seperti
“d dengan b, p dengan q atau g, dan m dengan w”.
Dan kedua yaitu
kelancaran (reading fluency) adalah kemampuan untuk mengenali kata demi kata
dengan cepat, membaca kalimat atau wacana yang lebih panjang, dan dapat dengan
mudah menghubungkannya.Serta aspek yang ketiga adalah memahami arti bacaan.
Disleksia atau kesulitan membaca dalah kesulitan untuk memaknai
symbol, huruf, dan angka melalui prepesi visual dan auditoris. Hargrove
mendefinisikan kesalahan dalam membaca yang disebut juga disleksia dengan penghilangan kata atau huruf, sering dilakukan oleh anak
berkesulitan belajar membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf atau
kata, dan biasanya terjadi pada pertengahan atau ahkir kata atau kalimat. Serta adanya
penghilangan tersebut adalah karena anak menggap huruf atau kata yang
dihilangkan tersebut tidak diperlukan.[5]
Contoh :
-
Penyelipan kata, terjadi karena
anak kurang mengenal huruf, membaca terlalu cepat, atau karena bicaranya
melampui kecpatan membacanya.
-
Pengantian kata meruapakan
kesalahan yang banyak terjadi. Hal tersebut disebabkan kareana anak tidak
memahami kata tersebut sehingga hanya menerka-nerka.
-
Pengucapan kata salah, terdiri dari tiga maca, yaitu pertama pengucapan kata
salah makna berbeda, kedua pengucapan kata slah makna sama, dan yang ketiga
pengucapan kata salah tidak bermakna. Keadaan semacam ini dapat terjadi karena
anak tidak mengenal huruf sehingga menduga-duga saja, dan mungkin karena
terlalu cepat, serta perasaan tertekan atau takut kepada guru.
-
Pengucapan kata dengan bantuan guru terjadi jika guru ingin membantu anak
menghafalkan kata-kata
-
Pengulangan dapat terjadi pada kata, suku kata atau kalimat. Contoh :
“bab-ba-ba-bapak menulis su-su rat” pengualngan terjadi mungkin karena kurang
mengenal huruf sehingga harus memperlambat membaca sambil mengingat-ingat nama
huruf yang kurang dikenal tersebut.
-
Anak yang ragu-ragu terhadap kemampuannya sering membaca dengan
tersendat-sendat. Anak yang ragu-ragu dalam membaca juga sering
disebabakananak kurang mengenal huruf atau karena kekurangan pemahaman.
-
Huruf-huruf soleh-olah bergerak dan
menari-nari
Menurut Koswara karakteristik
anak yang mengalami kesulitan membaca disleksia adalah sebagai berikut :[6]
a.
Memiliki kekurangan dalam
diskriminasi penglihatan biasanya ditunjukkan dengan sering tertukarnya antara
huruf yang hamper sama misalnya “b dan d, p dan q.
b. Tidak mampu menganalisis
kata menjadi huruf, anak mengalami kesulitan menguraikan satu kata menjadi
huruf secara verbal, mislanya kata “baju” anak mengalami kesulitan secara
verbal bahwa kata “baju” terdiri dari huruf “b-a-j-u”.
c. Memiliki kekurangan dalam
memori visual, anak menunjukkan tidak dapat mengenal dengan baik
lambing-lambang huruf atau anak tidak dapat mengucapkan huruf dari A-Z, tetapi
tidak tahu bentuk hurub b.
d. Memiliki kekurangan dalam
melakukan diskriminasi auditoris pada sebagian anak tidak dapat membedakan
bunyi huruf ‘b’ dan ‘d’, ‘m’ dengan ‘n’. Mungkin bagi anak huruf-huruf tersebut
seperti memiliki makna bunyi yang sama, sehingga berdampak pada kemampuan
membaca, misalnya “mana” dibaca “mama” dan “badu” dibaca “dadu”.
e.
Tidak mampu memahami symbol bunyi atau huruf tertentu, misalnya bunyi “ng”,
“ny”
Lidwina meneliti tentang
“Disleksia Berpengaruh pada kemampuan Membaca dan Menulis”. Penyebab disleksia
yakni masalah fonologi yaitu hubungan sistematik antara huruf dan bunyi,
masalah mengingat perkataan, masalah penyusunan yang sistematik, maslah ingatan
jangka pendek, dan maslah pemahaman sintaksis (tata bahasa). Di antara sekian
banyak penyebab, faktor utamanya adalah otak.[7]
Faktor-faktor penyebab
yang mempengaruhi disleksia yaitu dilihat dari faktor fisilogis mencangkup
kesehatan fisik, pertimbangan neurologis dan jenis kelamin. Bebrapa ahli
mengemukakan bahwa kerterbatasan neourologis seperti :
1.
Cedera Otak
Cedera otak merupakan hal
yang paling sering menjadi penyebab disleksia berikutnya.Beberapa kasus
disleksia terjadi setelah masa kelahiran dan tidak disebabkan oleh faktor
genetik.Cedera otak biasanya terjadi karena kecelakaan, stroke maupun trauma.
2.
Faktor Genetik
Genetik bisa dikategorikan sebagai penyebab disleksia yang
pertama.Hal ini karena disleksia cenderung berjalan dalam keluarga.
3.
Pemrosesan fonologi
Faktor paling umum yang
biasa menjadi penyebab disleksia selanjutnya adalah pemrosesan
fonologi.Disleksia biasanya terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam
biokomia otak, terutama pada area fonologis (bahasa). Gangguan
pemrosesan fonologis inilah yang menyebabkan beberapa penderita disleksia
mengalami kerancuan dan sudah membedakan huruf yang hampir sama atau
terbalik-balik. Disleksia cenderung terjadi dalam keluarga.
Pada sekolah-sekolah pada
umumnya anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar sering kali
mendapatkan perlakuan yang berbeda dan terkadang juga menjadi menjadi bahan
ejekan bagi teman-temannya. Salah satu penyebabnya adalah sebuah persepsi
dari sebagian orang yang beranggapan negatif pada anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus.
Menurut Sunaryo prepesi terjadi melalui proses yang didahului
dengan penginderaan. Ada empat syarat terjadinya prepesi sebagai berikut :[8]
a. Adanya objek,
objek berperan sebagai stimulus, sedangkan pancaindera berperan sebagai
reseptor
b.
Adanya perhatian dsebagai langkah
pertama untuk mengadakan prespsi
c.
Adanya pancaindera sebagai reseptor
penerima stimulus
d.
Saraf sensori sebagai alat untuk
meneruskan stimulus ke otak, kemudian dari otak dibawa melalui saraf motorik
sebagaialat untuk mengadakan respons.
Faktor yang mempengaruhi prepesi yang dilakukan masing-masing
individu tentunya berbeda-beda, hal tersebut di pengaruhi oleh bebrapa faktor
yaitu objek yang dipersepsi, alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf dan
perhatian.
Propesi guru pada anak
didik bahwa guru merupakan sosok manusia yang senantiasa memberi contoh yang
baik dalam segala aktivitas kehidupan anak didik di luar kelas maupun di dalam
kelas, guna mencapai tujuan hidup yang lebih bermartababt. Serta guru
juga sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevalusi peserta didik pada
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
Identifikasi dalam hal ini merupakan proses untuk menemukenali
individu agar diperoleh informasi tentang jenis-jenis kesulitan belajar yang
dialami. Untuk mengantisipasi kekeliruan dalam klasifikasi dan agar dapat
diberikan layanan pendidikan pada anak berkesulitan belajar, diperlukan semacam
instrumen untuk mengidentifikasi kondisi kesulitan belajar tersebut. Instrumen
ini berupa tabel inventori atau daftar ceklis. Instrumen ini bisa digunakan
guru kelas untuk mengidentifikasi kemampuan siswanya. Identifikasi dilakukan
melalui observasi atau pengamatan. Pada umumnya karakteristik peserta didik
dapat dikenali setelah 3 bulan pertama setelah mengikuti pembelajaran di kelas.
Melalui identifikasi akan diperoleh informasi tentang klasifikasi kesulitan
belajar yang dialami anak. Dari klasifikasi tersebut dapat disusun perencanaan
program dan tindakan pembelajaran yang sesuai. Identifikasi dilakukan melalui
pengamatan dengan menggunakan instrumen daftar cek. Berikut ini instrumennya.
No
|
Perilaku yang teramati
|
Ceklis
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
|
Perilaku
yang teramati Ceklis
Perhatian
mudah teralih
Lambat dalam
mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas
Tidak kenal
lelah atau aktivitas berlebihan
Sering
kehilangan barang-barang atau mudah lupa
Sering
menabrak benda saat berjalan
Cenderung
ceroboh 8 Kesulitan mengikuti ritme atau ketukan
Kesulitan
bekerjasama dengan teman
Kesulitan
meniru gerakan yang dicontohkan
Kesulitan
melempar dan menangkap bola
Kesulitan membedakan arah kiri–kanan,
atas-bawah, depan–belakang
Kesulitan dalam mengenal huruf
Kesulitan untuk membedakan huruf “ b-d, p-q,
w-m, n-u “
Kualitas tulisan sangat buruk (tidak
terbaca)
Kehilangan huruf saat menulis
Kurang dapat memahami isi bacaan
Menghilangkan kata saat membaca
Kosakata terbatas
Kesulitan untuk mengemukakan pendapat
Kesulitan untuk mengenali konsep angka dan
bilangan
Kesulitan memahami soal cerita
Kesulitan membedakan bentuk geometri
(lingkaran, persegi, persegi panjang, dan segitiga)
Kesulitan membedakan konsep +, -, x
Sulit membilang secara berurutan
Sulit mengoperasikan hitungan Perilaku lain
yang teramati:
|
Menurut Sumarlis bila
dari hasil pengamatan, seorang anak menunjukkan lebih dari delapan item
perilaku dalam daftar ceklis ini, kemungkinan anak tersebut berisiko mengalami
kesulitan belajar Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai kondisi
kesulitan belajarnya, anak bisa dirujuk kepada tenaga ahli (psikolog, pedagog),
sehingga layanan pendidikan yang diberikan kepada anak berkesulitan belajar
menjadi lebih tepat. Namun, tanpa rujukan tenaga ahli pun, guru
tetap dapat menyusun program dan melaksanakan pembelajaran bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar.[9]
Cara penanganya menurut Fadhil adalah memberikan terapi sedini
mungkin apabila ditemukan anak yang memiliki karakteristik disleksia. Memberi
latihan remedial teaching (terapi mengulang) dengan penuh kesabaran
dan ketekunan biasanya akan membantu anak untuk mengatasi kesulitannya.[10]
Memberikan motivasi seperti pujian atau hadiah kecel setiap kali anak berhasil
agar mengatasi akan sangat sulit. Penilitian tentang disleksia Alternatif
penyembuhan dislksia, antara lain anak distimuli di bagian otak dengan sejumlah
pembelajaran membaca. Dengan metodemulti-sensory pembelajaran mengeja, dan mengajar
dengan bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi. Dengan pemberian bantuan
yang beragam dan tertur, anak disleksia akan mencapai kemajuan.
Lidwina, meneliti tentang
“Disleksia Berpengaruh pada kemampuan Membaca dan Menulis”. Penyebab disleksia
yakni masalah fonologi yaitu hubungan sistematik antara huruf dan bunyi,
masalah mengingat perkataan, masalah penyusunan yang sistematik, maslah ingatan
jangka pendek, dan maslah pemahaman sintaksis (tata bahasa).[11]
Di antara sekian banyak
penyebab, faktor utamanya adalah otak.Gangguan disleksia pada anak-anak sering
tidak dipahami dan diketahui dalam lingkungannya, termasuk orang tuanya
sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan lamban dalam belajar
karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar, seperti kebanyakan
anak-anak lain. Oleh karena itu, mereka sering dilecehkan, diejek, atau pun
mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan itu bukan disebabkan
kemalasan.
Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka terhadap kesulitan
anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu faktor
penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi
yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari proses pengenalan dan pemahaman
yang sederhana, hingga permainan kata dan kalimat dalam buku-buku cerita
sederhana.
Anak yang mengalami
disleksia biasanya mudah frustasi, sehingga perlu pendampingan khusus.Anak
disleksia perlu dibimbing secara perlahan dan individual, biasanya anak
disleksia memiliki kelebihan dalam bidang tertentu dan perlu dorongan serta
motivasi untuk membangun anak agar tertarik belajar di bidangnya. Dari situ anak
perlu dilatih secara perlahan untuk menulis dan membaca dengan
menggunakan media yang menarik perhatian anak. Dengan demikian anak disleksia
lama-kelamaan bisa menulis dan membaca dengan baik seperti anak pada
umumnya.Memotivasi juga sangat penting dalam proses belajar sehingga akan
menambah kepercayaan diri pada diri anak.
Pada anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus biasanya memiliki kemampuan yang lebih pada bidang
yang lain dalam film Taa Re Zameen Par, Iksaan memiliki kelemahan dalam belajar
namun dia memiliki kelebihan dalam pelajaran melukis, semua lukisan
menggambarkan hal-hal yang nyata, dalam setiap prosesnya dia mampu untuk
berjuang dan belajar sehingga pada akhirnya ia mendapat prestasi pada kemampuan
yang ada pada dirinya.
BAB III
PENUTUP
Disleksia merupakan ketidakcakapan membaca dan menulis, ini adalah
jenis lain gangguan belajar. Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang
terutama mengenai dasar berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan
mempelajari kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan
rata-rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup
serta penglihatan dan pendengaran yang normal.
Disleksia biasanya
terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan kecerdasan yang normal.Anak-anak
dengan disleksia biasanya dapat berbicara dengan normal, tetapi
memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan tulisan.
Ciri-ciri anak yang
mengalami disleksia biasanya menghilangkan kata atau huruf, menyelipan
kata, mengucapan kata yang salah, mengulangan kata, suku kata atau kalimat, dan
anak yang ragu-ragu terhadap kemampuannya sering membaca dengan
tersendat-sendat. Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi disleksia yaitu dari
faktor fisilogis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis dan jenis
kelamin.
Gangguan disleksia pada
anak-anak sering tidak dipahami dan diketahui dalam lingkungannya, termasuk
orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan
lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar,
seperti kebanyakan anak-anak lain. Sehingga perlu pendampingan khusus.Anak
disleksia perlu dibimbing secara perlahan dan individual, biasanya anak
disleksia memiliki kelebihan dalam bidang tertentu dan perlu dorongan serta
motivasi untuk membangun anak agar tertarik belajar di bidangnya. Dari situ
anak perlu dilatih secara perlahan untuk menulis dan membaca dengan
menggunakan media yang menarik perhatian anak. Dengan demikian anak disleksia
lama-kelamaan bisa menulis dan membaca dengan baik seperti anak pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahaman, Mulyono.
2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Koeswara, Deded. 2013. Pendidikan Anak Nerkebutuhan Khusus;
Berkesulitan Belajar Spesifik. Jakarta :
Luxima.
Fadhli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta:
Pustaka Anggrek
Lidwina,dkk. 2013. Anak dengan Problematika Belajar.
Semarang: CV. Mitra Keluarga Mandiri.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional. 2009. Model Kurikulum
bagi Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar- . Jakarta: -.
Soemantri, T. Sutjihati.
2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Sunaryo, Drs.
2013. Psikologi Untuk Keperawatan, Ed.2. Jakarta
: Kedokteran EGC.
[2]
Indriindrut. Kesulitan Belajar (Learning Disability) diakses melalui
http://indriindrut.blogspot.com/2014/12/makalah-anak-kesulitan-belajar-learning.html
( pada tanggal 26 Juni 2018 Pukul 16.00 WIB)
[3]
Abdurrahaman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
204
[6]
Koeswara, Deded. Pendidikan
Anak Nerkebutuhan Khusus; Berkesulitan Belajar Spesifik (Jakarta : Luxima, 2013), h. 23
[9]
Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Model Kurikulum bagi Peserta
Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar- . (Jakarta: 2009),11
No comments:
Post a Comment