1

loading...

Sunday, October 21, 2018

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ Kesulitan Belajar Anak Dengan Gangguan Belajar Disleksi ”


MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ Kesulitan Belajar Anak Dengan Gangguan Belajar Disleksi ”


Puji Syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya dan tentunya nikmat sehat sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesulitan Belajar Anak Dengan Gannguan Belajar Disleksi”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, dan tak lupa saya ucapkan terimakasih Kepada Ibu dosen pengampu Mata Kuliah yang telah memberikan tugas makalah ini. Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kesulitan belajar anak dengan gangguan belajar disleksi dan untuk memenuhi tugas mata Kuliah. Semoga apa yang Saya sampaikan melalui makalah ini dapat menambah wawasan baik untuk saya pribadi sebagai penulis maupun pembaca.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Makalah ini.


Bengkulu,  Juni 2018


Penulis









DAFTAR ISI















BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan sekolah dasar merupakan suatu proses yang bukan sekedar memberikan bekal secara intelektual dasar dalam membaca, menulis,dan berhitung saja melainkan juga proses mengembangkan kemampuan dasar peserta didik secara optimal dalam setiap aspek baik dalam intelektual,sosial, maupun personal untuk dapat melanjutkan pendidikan disetiap jenjangnya.
Kesulitan belajar khusus/spesifik adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologi yang mencangkup pemahaman dan penggunaan bahasa ujuran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Kesulitan belajar juga lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun eksresif didalam proses belajar.[1]
Disleksia merupakan ketidakcakapan membaca, adalah jenis lain gangguan belajar. Pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak berkecerdasan moral yang mengalami kesulitan berkompetisi dengan temannya di sekolah.  Keterbatasan yang dimiliki oleh Iksaan adalah beberapa gejala anak-anak yang memiliki kebutuhan yang khusus, dimana jika kita lihat anak ini mudah sekali kehilangan konsentrasinya dan  juga memiliki fanntasi-fantasi yang berlebihan. Isaan juga mengalami kelakuan yang tidak seharusnya ia alami, persepsi yang ada pada kebanyakan orang juga akan menghasilakan suatu rangsangan pada individu baik secara positif maupun negatif. Seorang guru adalah seorang yang mampu memberikan contoh yang baik bagi anak agar memiliki kepribadian yang berkualitas.


1.      Apakah pengertian dari disleksia ?
2.      Apa saja ciri-ciri dari disleksia ?
3.      Apa saja faktor penyebab disleksia ?
4.      Bagaimana cara pendampingan anak disleksia ?

1.      Menggetahui pengertian disleksia
2.      Mengetahui ciri-ciri gangguan disleksia
3.      Mengetahui faktor penyebab disleksia
4.      Mengetahui cara  memdampingi anak-anak  mengalami gangguan disleksia.



















BAB II

PEMBAHASAN

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lainlearning disabilities adalah learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan rujukan, maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :[2]
1.      Faktor keturunan/bawaan
2.      Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur
3.      Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan.
4.      Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
5.      Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
6.      Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.
Kata disleksia dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan membaca. Nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaotu corrective readers dan remidal readers, sedangkan kesulitan membaca yang berat disebut aleksia. Istilah disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran. Bryan mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintregasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa yang menunjuk pada adanya gangguan pada fungsi otak.[3]
Hornsby dalam mendefinisikan disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga menulis.Menurut Hornsby kesulitan tersebut dapat dipahami karena ada kaitan yang erat antara membaca dan menulis.Sebab anak yang berkesulitan belajar membaca umumnya juga kesulitan menulis.Oleh karena itu, kesulitan belajar membaca dan menulis tidak dapat dilepaskan kaitanya dengan kesulitan bahasa, karena semua itu merupakan komponen sistem komunikasi yang terintegrasi.[4]
Disleksia sebagai sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengitregasikan komponen-komponen kata dan kalimat serta dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa yang menunjuk pada adanya gangguan pada fungsi otak.
Karakteristik anak disleksia: Disleksia termasuk salah satu karakteristik yang dimiliki oleh anak kesulitan belajar dan masuk dalam kategori maslah prestasi akademis. Misalnya pertama mengalami kesulitan dalam mengubah bahasa tulisan dalam mengubah bahasa lisan, misalnya dalam film Ishan kesulitan menyebutkan huruf-huruf yang membentuk kata ………
Pembalikan huruf terjadi karena anak bingung posisi kiri-kanan, atau atas bawah. Pembalikan terjadi terutama pada huruf-huruf yang hampir sama seperti “d dengan b, p dengan q atau g, dan m dengan w”.
Dan kedua yaitu kelancaran (reading fluency) adalah kemampuan untuk mengenali kata demi kata dengan cepat, membaca kalimat atau wacana yang lebih panjang, dan dapat dengan mudah menghubungkannya.Serta aspek yang ketiga adalah memahami arti bacaan.

Disleksia atau kesulitan membaca dalah kesulitan untuk memaknai symbol, huruf, dan angka melalui prepesi visual dan auditoris. Hargrove mendefinisikan kesalahan dalam membaca yang disebut juga disleksia dengan penghilangan kata atau huruf, sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf atau kata, dan biasanya terjadi pada pertengahan atau ahkir kata atau kalimat. Serta adanya penghilangan tersebut adalah karena anak menggap huruf atau kata yang dihilangkan tersebut tidak diperlukan.[5]
Contoh :
-          Penyelipan kata, terjadi karena anak kurang mengenal huruf, membaca terlalu cepat, atau karena bicaranya melampui kecpatan membacanya.
-          Pengantian kata meruapakan kesalahan yang banyak terjadi. Hal tersebut disebabkan kareana anak tidak memahami kata tersebut sehingga hanya menerka-nerka.
-          Pengucapan kata salah, terdiri dari tiga maca, yaitu pertama pengucapan kata salah makna berbeda, kedua pengucapan kata slah makna sama, dan yang ketiga pengucapan kata salah tidak bermakna. Keadaan semacam ini dapat terjadi karena anak tidak mengenal huruf sehingga menduga-duga saja, dan mungkin karena terlalu cepat, serta perasaan tertekan atau takut kepada guru.
-          Pengucapan kata dengan bantuan guru terjadi jika guru ingin membantu anak menghafalkan kata-kata
-          Pengulangan dapat terjadi pada kata, suku kata atau kalimat. Contoh : “bab-ba-ba-bapak menulis su-su rat” pengualngan terjadi mungkin karena kurang mengenal huruf sehingga harus memperlambat membaca sambil mengingat-ingat nama huruf yang kurang dikenal tersebut.
-          Anak yang ragu-ragu terhadap kemampuannya sering membaca dengan tersendat-sendat. Anak yang ragu-ragu dalam membaca juga sering disebabakananak kurang mengenal huruf atau karena kekurangan pemahaman.
-          Huruf-huruf soleh-olah bergerak dan menari-nari

Menurut Koswara karakteristik anak yang mengalami kesulitan membaca disleksia adalah sebagai berikut :[6]
a.       Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan biasanya ditunjukkan dengan sering tertukarnya antara huruf yang hamper sama misalnya “b dan  d, p dan q.
b.      Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf, anak mengalami kesulitan menguraikan satu kata menjadi huruf secara verbal, mislanya kata “baju” anak mengalami kesulitan secara verbal bahwa kata “baju” terdiri dari huruf “b-a-j-u”.
c.       Memiliki kekurangan dalam memori visual, anak menunjukkan tidak dapat mengenal dengan baik lambing-lambang huruf atau anak tidak dapat mengucapkan huruf dari A-Z, tetapi tidak tahu bentuk hurub b.
d.      Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris pada sebagian anak tidak dapat membedakan bunyi huruf ‘b’ dan ‘d’, ‘m’ dengan ‘n’. Mungkin bagi anak huruf-huruf tersebut seperti memiliki makna bunyi yang sama, sehingga berdampak pada kemampuan membaca, misalnya “mana” dibaca “mama” dan “badu” dibaca “dadu”.
e.       Tidak mampu memahami symbol bunyi atau huruf tertentu, misalnya bunyi “ng”, “ny”

Lidwina meneliti tentang “Disleksia Berpengaruh pada kemampuan Membaca dan Menulis”. Penyebab disleksia yakni masalah fonologi yaitu hubungan sistematik antara huruf dan bunyi, masalah mengingat perkataan, masalah penyusunan yang sistematik, maslah ingatan jangka pendek, dan maslah pemahaman sintaksis (tata bahasa). Di antara sekian banyak penyebab, faktor utamanya adalah otak.[7]
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi disleksia yaitu dilihat dari faktor fisilogis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis dan jenis kelamin. Bebrapa ahli mengemukakan bahwa kerterbatasan neourologis seperti :
1.      Cedera Otak
Cedera otak merupakan hal yang paling sering menjadi penyebab disleksia berikutnya.Beberapa kasus disleksia terjadi setelah masa kelahiran dan tidak disebabkan oleh faktor genetik.Cedera otak biasanya terjadi karena kecelakaan, stroke maupun trauma.
2.      Faktor Genetik
Genetik bisa dikategorikan sebagai penyebab disleksia yang pertama.Hal ini karena disleksia cenderung berjalan dalam keluarga.
3.      Pemrosesan fonologi
Faktor paling umum yang biasa menjadi penyebab disleksia selanjutnya adalah pemrosesan fonologi.Disleksia biasanya terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam biokomia otak, terutama pada area fonologis (bahasa). Gangguan pemrosesan fonologis inilah yang menyebabkan beberapa penderita disleksia mengalami kerancuan dan sudah membedakan huruf yang hampir sama atau terbalik-balik. Disleksia cenderung terjadi dalam keluarga.
Pada sekolah-sekolah pada umumnya anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar sering kali mendapatkan perlakuan yang berbeda dan terkadang juga menjadi menjadi bahan ejekan bagi teman-temannya. Salah satu penyebabnya adalah sebuah persepsi dari sebagian orang yang beranggapan negatif pada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Menurut Sunaryo prepesi terjadi melalui proses yang didahului dengan penginderaan. Ada empat syarat terjadinya prepesi sebagai berikut :[8]
a.       Adanya objek, objek berperan sebagai stimulus, sedangkan pancaindera berperan sebagai reseptor
b.      Adanya perhatian dsebagai langkah pertama untuk mengadakan prespsi
c.       Adanya pancaindera sebagai reseptor penerima stimulus
d.      Saraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, kemudian dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagaialat untuk mengadakan respons.
Faktor yang mempengaruhi prepesi yang dilakukan masing-masing individu tentunya berbeda-beda, hal tersebut di pengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu objek yang dipersepsi, alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf dan perhatian.
Propesi guru pada anak didik bahwa guru merupakan sosok manusia yang senantiasa memberi contoh yang baik dalam segala aktivitas kehidupan anak didik di luar kelas maupun di dalam kelas, guna mencapai tujuan hidup yang lebih bermartababt. Serta guru juga sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevalusi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Identifikasi dalam hal ini merupakan proses untuk menemukenali individu agar diperoleh informasi tentang jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami. Untuk mengantisipasi kekeliruan dalam klasifikasi dan agar dapat diberikan layanan pendidikan pada anak berkesulitan belajar, diperlukan semacam instrumen untuk mengidentifikasi kondisi kesulitan belajar tersebut. Instrumen ini berupa tabel inventori atau daftar ceklis. Instrumen ini bisa digunakan guru kelas untuk mengidentifikasi kemampuan siswanya. Identifikasi dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Pada umumnya karakteristik peserta didik dapat dikenali setelah 3 bulan pertama setelah mengikuti pembelajaran di kelas. Melalui identifikasi akan diperoleh informasi tentang klasifikasi kesulitan belajar yang dialami anak. Dari klasifikasi tersebut dapat disusun perencanaan program dan tindakan pembelajaran yang sesuai. Identifikasi dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan instrumen daftar cek. Berikut ini instrumennya.

No
Perilaku yang teramati
Ceklis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

23
24
25
Perilaku yang teramati Ceklis
Perhatian mudah teralih
Lambat dalam mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas
Tidak kenal lelah atau aktivitas berlebihan
Sering kehilangan barang-barang atau mudah lupa
Sering menabrak benda saat berjalan
Cenderung ceroboh 8 Kesulitan mengikuti ritme atau ketukan
Kesulitan bekerjasama dengan teman
Kesulitan meniru gerakan yang dicontohkan
Kesulitan melempar dan menangkap bola
Kesulitan membedakan arah kiri–kanan, atas-bawah, depan–belakang
Kesulitan dalam mengenal huruf
Kesulitan untuk membedakan huruf “ b-d, p-q, w-m, n-u “
Kualitas tulisan sangat buruk (tidak terbaca)
Kehilangan huruf saat menulis
Kurang dapat memahami isi bacaan
Menghilangkan kata saat membaca
Kosakata terbatas
Kesulitan untuk mengemukakan pendapat
Kesulitan untuk mengenali konsep angka dan bilangan
Kesulitan memahami soal cerita
Kesulitan membedakan bentuk geometri (lingkaran, persegi, persegi panjang, dan segitiga)
Kesulitan membedakan konsep +, -, x
Sulit membilang secara berurutan
Sulit mengoperasikan hitungan Perilaku lain yang teramati:


Menurut Sumarlis bila dari hasil pengamatan, seorang anak menunjukkan lebih dari delapan item perilaku dalam daftar ceklis ini, kemungkinan anak tersebut berisiko mengalami kesulitan belajar Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai kondisi kesulitan belajarnya, anak bisa dirujuk kepada tenaga ahli (psikolog, pedagog), sehingga layanan pendidikan yang diberikan kepada anak berkesulitan belajar menjadi lebih tepat. Namun, tanpa rujukan tenaga ahli pun, guru tetap dapat menyusun program dan melaksanakan pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.[9]

F.     Cara Penanganan Disleksia
Cara penanganya menurut Fadhil adalah memberikan terapi sedini mungkin apabila ditemukan anak yang memiliki karakteristik disleksia. Memberi latihan remedial teaching (terapi mengulang) dengan penuh kesabaran dan ketekunan biasanya akan membantu anak untuk mengatasi kesulitannya.[10] Memberikan motivasi seperti pujian atau hadiah kecel setiap kali anak berhasil agar mengatasi akan sangat sulit. Penilitian tentang disleksia Alternatif penyembuhan dislksia, antara lain anak distimuli di bagian otak dengan sejumlah pembelajaran membaca. Dengan metodemulti-sensory pembelajaran mengeja, dan mengajar dengan bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi. Dengan pemberian bantuan yang beragam dan tertur, anak disleksia akan mencapai kemajuan.
Lidwina, meneliti tentang “Disleksia Berpengaruh pada kemampuan Membaca dan Menulis”. Penyebab disleksia yakni masalah fonologi yaitu hubungan sistematik antara huruf dan bunyi, masalah mengingat perkataan, masalah penyusunan yang sistematik, maslah ingatan jangka pendek, dan maslah pemahaman sintaksis (tata bahasa).[11]
Di antara sekian banyak penyebab, faktor utamanya adalah otak.Gangguan disleksia pada anak-anak sering tidak dipahami dan diketahui dalam lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar, seperti kebanyakan anak-anak lain. Oleh karena itu, mereka sering dilecehkan, diejek, atau pun mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan itu bukan disebabkan kemalasan.
Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari proses pengenalan dan pemahaman yang sederhana, hingga permainan kata dan kalimat dalam buku-buku cerita sederhana.
Anak yang mengalami disleksia biasanya mudah frustasi, sehingga perlu pendampingan khusus.Anak disleksia perlu dibimbing secara perlahan dan individual, biasanya anak disleksia memiliki kelebihan dalam bidang tertentu dan perlu dorongan serta motivasi untuk membangun anak agar tertarik belajar di bidangnya. Dari situ anak perlu dilatih secara perlahan  untuk menulis dan membaca dengan menggunakan media yang menarik perhatian anak. Dengan demikian anak disleksia lama-kelamaan bisa menulis dan membaca dengan baik seperti anak pada umumnya.Memotivasi juga sangat penting dalam proses belajar sehingga akan menambah kepercayaan diri pada diri anak.
Pada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus biasanya memiliki kemampuan yang lebih pada bidang yang lain dalam film Taa Re Zameen Par, Iksaan memiliki kelemahan dalam belajar namun dia memiliki kelebihan dalam pelajaran melukis, semua lukisan menggambarkan hal-hal yang nyata, dalam setiap prosesnya dia mampu untuk berjuang dan belajar sehingga pada akhirnya ia mendapat prestasi pada kemampuan yang ada pada dirinya.

























BAB III

PENUTUP
Disleksia merupakan ketidakcakapan membaca dan menulis, ini adalah jenis lain gangguan belajar. Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai dasar berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup serta penglihatan dan pendengaran yang normal.
Disleksia biasanya terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan kecerdasan yang normal.Anak-anak dengan disleksia biasanya dapat berbicara dengan normal, tetapi memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan tulisan.
Ciri-ciri anak yang mengalami disleksia biasanya menghilangkan kata atau huruf, menyelipan kata, mengucapan kata yang salah, mengulangan kata, suku kata atau kalimat, dan anak yang ragu-ragu terhadap kemampuannya sering membaca dengan tersendat-sendat. Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi disleksia yaitu dari faktor fisilogis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis dan jenis kelamin.
Gangguan disleksia pada anak-anak sering tidak dipahami dan diketahui dalam lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar, seperti kebanyakan anak-anak lain. Sehingga perlu pendampingan khusus.Anak disleksia perlu dibimbing secara perlahan dan individual, biasanya anak disleksia memiliki kelebihan dalam bidang tertentu dan perlu dorongan serta motivasi untuk membangun anak agar tertarik belajar di bidangnya. Dari situ anak perlu dilatih secara perlahan  untuk menulis dan membaca dengan menggunakan media yang menarik perhatian anak. Dengan demikian anak disleksia lama-kelamaan bisa menulis dan membaca dengan baik seperti anak pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahaman, Mulyono. 2010.  Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.  Jakarta: Rineka Cipta.
Koeswara, Deded. 2013. Pendidikan Anak Nerkebutuhan Khusus; Berkesulitan Belajar Spesifik. Jakarta : Luxima.
Fadhli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak.  Yogyakarta: Pustaka Anggrek
Lidwina,dkk. 2013. Anak dengan Problematika Belajar. Semarang: CV. Mitra Keluarga Mandiri.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Model Kurikulum bagi Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar- . Jakarta: -.
Soemantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Sunaryo, Drs. 2013.  Psikologi Untuk Keperawatan, Ed.2. Jakarta : Kedokteran EGC.

 



[1] Soemantri, T. Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 195
[2] Indriindrut. Kesulitan Belajar (Learning Disability) diakses melalui http://indriindrut.blogspot.com/2014/12/makalah-anak-kesulitan-belajar-learning.html ( pada tanggal 26 Juni 2018 Pukul 16.00 WIB)
[3] Abdurrahaman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar  (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 204
[4]  Ibid, h. 204
[5] Ibid, h. 206
[6] Koeswara, Deded. Pendidikan Anak Nerkebutuhan Khusus; Berkesulitan Belajar Spesifik (Jakarta : Luxima, 2013), h. 23
[7] Lidwina,dkk. Anak dengan Problematika Belajar (Semarang: CV. Mitra Keluarga Mandiri, 2013) h.
[8] Sunaryo, Drs. Psikologi Untuk Keperawatan, Ed.2 (Jakarta : Kedokteran EGC, 2013) h. 106
[9] Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Model Kurikulum bagi Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar- . (Jakarta: 2009),11
[10] Fadhlil, Aulia. Buku Pintar Kesehatan Anak (Yogyakarta: Pustaka Anggrek, 2010), h. 72
[11] Lidwina,dkk, Op.Cit.

No comments:

Post a Comment