1

loading...

Monday, November 19, 2018

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
TEORI-TEORI PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
       Pendidikan bukan hanya soal mengajari atau belajar bersama, pendidikan memiliki acuan dalam mendidik, serta teori-teori pendidikan yang diajari dalam mata kuliah ilmu pendidikan.Selain itu kita dapat mempelajari pendidikan secara teoritis melalui perenungan ) perenunganyang mendalam yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas yang disebut teori pendidikan, maupun dapat juga mempelajari pendidikan secara praktis melalui kegiatan akademis dan empiris yang bersumber dari pengalaman ) pengalaman pendidikan yang disebut praktik pendidikan.Teori dan konflik pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, hal-hal tersebut memiliki hubungan komplementer yang saling mengisi satu sama lainnya. praktik  pendidikan seperti pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan keluarga, pelaksanaan pendidikan di sekolah, pelaksanaan pendidikan di masyarakat, dapat dijadikan sumber dalam penyusuanan suatu teori pendidikan. Suatu teori pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan.
B.  Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ?
2.     Apa pengertian Teori-teori Pendidikan Ilmu Sosial ?
3.     Apa Pengertian Teori-teori Pendidikan Ilmu Sosial menurut para ahli ?
4.     Apa konsep Teori Ilmu Sosial ?
5.     Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam Teori-teori Ilmu Sosial ?
C.  Tujuan
1.     Untuk Mengetahui pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial.
2.     Untuk Mengetahui Teori-teori Pendidikan Ilmu Sosial.
3.     Untuk Mengetahui Teori-teori Pendidikan Ilmu Sosial menurut para ahli.
4.     Untuk Mengetahui konsep Teori Ilmu Sosial.
5.     Untuk Mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam Teori-teori Ilmu Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah ilmu pengetahuan sosial sebagaimana dirancang dalam draf kurikulum 2004 memang membingungkan untuk dicarikan definisinya, karena dalam berbagai literatur, baik yang ditulis oleh ahli dari luar maupun dalam negeri, kita hanya mempunyai istilah ilmu pengetahuan sosial yang merupakan terjemahan dari social studies. Sedangkan nama IPS dalam dunia pendidikan dasar di negara kita muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMU tahun 1975.
Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS disebut sebagai bidang studi “baru”, karena cara pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Karena objek material kajian yang sama yaitu manusia.
Dalam bidang pengetahuan sosial, kita mengenal banyak istilah yang kadangkadang dapat mengacaukan pemahaman. Istilah tersebut meliputi Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Social Education dan social learning merupakan istilah IPS yang digunakan pada jaman dahulu tetapi dengan bergantinya berbagai perundang – undangan maka dua istilah ini diganti dengan istilah IPS. Dimana social education dan social learning ini lebih menitikberatkan pada pengalaman peserta didik disekolah yang dianggap lebih membantu peserta didik untuk mampu beradaptasi atau bergaul dengan dimasyarakat. Dalam pengkajiannya IPS menggunakan bidang – bidang keilmuan yang termasuk bidang – bidang ilmu sosial. Penerapan disekolah tentang IPS sering dipraktekan sebagai ilmu – ilmu sosial, padahal antara IPS dan IIS mempunyai perbedaan yang mendasar tetapi keduanya tidak bisa dipisahkan karena saling berhubungan.
IPS tidak menitikberatkan kepada bidang – bidang teoritis tetapi lebih pada bidang praktis dalam mempelajari masalah – masalah sosial ataupun gejala sosial yang terdapat dilingkungan masyarakat. Begitupun studi sosial tidak terlalu akademis namun merupakan pengetahuan praktis yang diajarkan ditingkat persekola- han mulai dari SD samapai perguruan tinggi. Tanpa kita sadari kita sudah mempelajari studi sosial dari pengalaman – pengalaman kita sehari – hari baik itu melalui TV ataupun dilingkungan sekitar. Pendidikan IPS berbeda dengan IIS dimana IPS itu menggunakan pendekatan Interdisipliner ( kajian bidang tertentu atau hanya satu ilmu saja ) dan Multidisipliner ( penggabungan dari bidang – bidang tertentu ) dengan menggunakan bidang – bidang keilmuan. Pendekatan IIS bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing – masing. Sedangkan pendekatan studi sosial bersifat multidimensional yaitu melihat satu masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan.
Hakikat dari IPS terutama jika disorot dari anak didik adalah: Sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip dasar dan system nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih baik. IPS sebagai paduan dari sejumlah subjek (ilmu) yang isinya menekankan pembentukan warga negara yang baik daripada menekankan isi dan disiplin subjek tersebut. Dalam Kurikulum IPS 1975, dikatakan sebagai berikut: IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dan sejumlah mata pelajaran sosial.
Bidang pengajaran IPS terutama akan berperan dalam pembinaan kecerdasan keterampilan, pengetahuan, rasa tanggung jawab, dan demokrasi. Pokok-pokok persoalan yang dijadikan bahan pembahasan difokuskan pada masalah kemasyarakatan Indonesia yang aktual. IPS mengemban dua fungsi utama yaitu, membina pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan dan kelanjutan pendidikan siswa dan membina sikap yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
Setiap orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia lain, khususnya dari orang tua, dan lebih khusus lagi dari ibu yang melahirkannya. Sejak saat itu Si bayi telah melakukan hubungan dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan anggota keluarga yang lainnya.
B.  Teori –Teori Pendidikan
1.   Pengertian Pendidikan
       Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.Menurut Theodore Meyer Greene, pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna.Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).
2.     Teori-Teori Pendidikan
       Sebuah teori adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan memprediksi. Sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan dan ada yang berperan sebagai definisi menerangkan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:
a.      Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
b.     Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
c.      Pendidikan adalah suatu proses pencapaian pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
       Pernyataan secara filosofis apa itu pendidikan harus diangkat pada level konsep yang tinggi, sehingga terlepas dari pengertian yang hanya melihat pendidikan sebagai kegiatan belajar mengajar saja dan suatu usaha membantu orang lain menjadi manusia terdidik, dan ini muncul sebagai fenomena sosial. Secara prinsip pernyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain bersifat cross culture” artinya bahwa kita melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas dan lintas kultural yang memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat sosial yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan.
       Ada berbagai rumusan yang dikemukakan untuk memahami yang dikemukakan untuk memahami apa itu pendidikan, diantaranya ada yang melihat dari berbagai sudut pandang keilmuan tertentu seperti pandangan :
1)     Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi. Pandangan tradisi sosial selama ini melihat bahwa pendidikan itu bertujuan agar orang lain menjadi terdidik, dan untuk menjadi terdidik mereka harus belajar.
2)     Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi (mengartikan pendidikan sebagai usaha pemindahan pengetahuan dan nilai-nilai kepada generasi berikutnya).
3)     Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani (human capital) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
4)     Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang diharapkan (civilisasi)sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh. Konsep politik menjadi dasar penyelenggaraan sistem pendidikan makro nasional. Karena itu politik dimaknai sebagai pembentukan dan aksi-aksi koalisi (kelompok-kelompok) yang bertujuan untuk mempengaruhi nilai (tujuan) yang mana yang akan diimplementasikan pemerintah.
       Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana sebagiannya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara kronkritnya. Teori dan praktek itu seyogianya tidak dipisahkan, siapa yang berkecimpung di bidang pendidikan sebaiknya menguasai kedua hal tersebut. Ada empat teori pendidikan, yaitu:
1)  Teori pendidikan klasik (classical education).
   Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti perenialisme, essensialisme dan eksistensialisme, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi di ambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis.
2)   Teori pendidikan personal (personalized education).
   Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidikan hanya menepati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya, Francis Parker dan John Dewey memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakkannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J Rouseau tentang tabularasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah, memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan. Teori pendidikan personal menjadi sumber bagi pengembangan kurikulum humanis,  yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
3)   Teknologi pendidikan.
          Teknologi pendidikan, yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, yang lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya alam.
          Pendidik berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan  dari pada penyampaian dan pendalaman bahan. Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik. Pembelajaran dilakukan melalui metode pembelajaran individual, media buku ataupun media elektronik, sehingga pembelajar dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
4)      Teori pendidikan interaksional.
          Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lain. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari pendidik kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada pendidik. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog.
          Pembahasan mengenai teori pendidikan, dikenal ada tiga macam aliran
1.        Aliran nativisme : Dengan tokohnya adalah Schopenhaver, ia mengatakan bahwa bakat mempunyai peranan yang penting, tidak ada gunanya orang mendidik kalau bakat anak memang jelek. Sehingga pendidikan diumpamakan dengan “mengubah emas menjadi perak” adalah suatu hal yang tidak mungkin.
2.        Aliran empirisme : Dengan tokohnya adalah John Locke, ia mengatakan bahwa pendidikan itu perlu sekali. Teorinya terkenal dengan istilah “ teori tabularasa”. Ini artinya bahwa kelahiran anak diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang dapat diwarnai setiap orang (penulis). Dalam konteks pendidikan “warna” terhadap anak didik.
3.        Aliran convergensi : Dengan tokohnya Wiliam Stern, aliran ini mengakui kedua aliran sebelumnya. Oleh karena itu pendidikan sangat perlu, namun bakat (pembawaan) yang ada pada anak didik juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aliran ini seolah-olah merupakan campuran dari aliran nativisme danaliran empirisme. Aliran ini sekarang banyak dianut.Pilar-Pilar Pendidikan. Ada lima pilar pendidikan yang direkomendasikan UNESCO yang dapat digunakan sebagai prinsip pembelajaran yang bisa diterapkan didunia pendidikan:
a.   Learning to know : Learning to know bukan sebatas proses belajar dimana pebelajar mengetahui dan memiliki materi informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat, namun juga kemampuan untuk dapat memahami makna dibalik materi ajar yang telah diterimanya. Dengan learning to know,kemampuan menangkap peluang untuk melakukan pendekatan ilmiah diharapkan bisa berkembang yang tidak hanya melalui logika empirisme semata, tetapi juga secara transendental, yaitu kemampuan mengaitkannya dengan nilai-nilai spiritual
b.   Learning to do : Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know. Kelemahan model pendidikan dan pengajaran yang selama ini berjalan adalah mengajarkan “omong” (baca: teori), dan kurang menuntun orang untuk “berbuat” (praktik). Learning to do bukanlah pembelajaran yang hanya menumbuhkembangkan kemampuan berbuat mekanis dan keterampilan tanpa pemikiran; tetapi mendorong peserta didik agar terus belajar bagaimana menumbuhkembangkan kerja, juga bagaimana mengembangkan teori atau konsep.
c.   Learning to be :  Melengkapi learning to know dan learning to do, Robinson Crussoe berpendapat bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri tanpa kerja sama atau dengan kata lain manusia saling bergantung dengan manusia lain. Manusia di era sekarang bisa hanyut ditelan waktu jika tidak berpegang teguh pada jati dirinya. Learning to be akan menuntun peserta didik menjadi ilmuan sehingga mampu menggali dan menentukan nilai kehidupannya dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya.
d.   Learning to live together : Learning to live together ini mengajarkan seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi manusia berpendidikan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia.
e.   Learning how to learn : Learning how to learn akan membawa peserta didik pada kemampuan untuk dapat mengembangkan strategidan kiat belajar yang lebih independen, kreatif, inovatif, efektif dan efisien, dan penuh percaya diri, karena masyarakat adalah learning society atau knowledge society. Orang-orang yang mampu menduduki posisi sosial yang tinggi dan penting adalah mereka yang mampu belajar terus menerus.
C.  Pengertian Teori Pendidikan Ilmu Sosial Menurut Para Ahli
       Untuk lebih memahami Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial menurut para Ahli sebagia berikut :
1.     Somantri (Sapriya:2008:9)menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
2.     Mulyono Tj. (1980:8)berpendapat bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, seperti sosiologi antropologi budaya, psikologi sosial,sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya.
3.     Saidiharjo (1996:4)  menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:geografi, ekonomi, sejarah,sosiologi,politik
4.     Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
5.      Nu’man Soemantrimenyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: 
a.      Menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan,
b.     Mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
6.     S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
7.      Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah sekolah.
       Dalam bidang pengetahuan sosial terutama di negara-negara yang berbahasa inggris dikenal dua istilah, yakni Social Sciences atau ilmu sosial dan Social Studies atau Studi Sosial. Jika kedua istilah ini dihadapakan satu sama lain secara sepintas kita
D.  Konsep Teori-teori Ilmu Sosial
       Berikut akan diuraikan satu persatu tentang konsep-konsep dasar  dari berbagai ilmu-ilmu sosial menurut Mulyono Tj (1982) adalah seperti berikut: Konsep dasar dari ilmu-ilmu sosial adalah sejarah, geografi,ekonomi, sosiologi, antropologi, politik,dan psykologi sosial. Berikut akan diuraikan lebih rinci tentang pengertian dan bagian-bagiannya, beserta contoh konsep masing-masing ilmu-ilmu sosial.
1.      Konsep Sejarah.
       Sejarah adalah : ilmu yang mengkaji kisah perbuatan-perbuatan manusia pada masa lampau dan masa sekarang. Unsur pokoknya adalah: manusia, ruang dan waktu. Sifat obyek adalah: perbuatan/peristiwa-peristiwa terpilih yang mempunyai arti bagi manusia. Sedangkan sumber bahan adalah bahan tertulis dan bahan tidak tertulis. Konsep pokok atau main Concepts seperti: perubahan, kontinuitas, waktu, dan lain-lain.
2.     Konsep Geografi
       Geografi adalah suatu studi tentang hubungan keruangan, meliputi aspek-aspek fisik, biotic, dan sosial, tetapi dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu lain karena geografi memusatkan perhatiannya/studinya pada penyebaran atau distribusi, gejala/penomena serta hubungan dengan gejala-gejala dengan tempat atau ruang. Contoh konsep-kosep geografi antara lain: distribusi, ruang, lokasi, wilayah, bentangan alam, sumber alam, lingkungan hidup, globalisasi, penduduk, sungai, laut, gunung dan lain sebagainya.

3.      Konsep Ekonomi dan Koperasi
       Ekonomi adalah suatu pelajaran tentang bagaimana orang dan masyarakat memilih tanpa uang mempekerjakan sumber-sumber produksi yang langkah, untuk menghasilkan bermacam-macam barang sepanjang waktu dan mendistribusikannya untuk komsumsi, sekarang dan yang akan datang, diantara berbagai macam orang dan golongan masyarakat. (Paul Samuelson). Sedangkan menurut Robert, L, Heilbooner: ekonomi adalah mempelajari bagaimana orang memecahkan tantangan dalam memenuhi kebutuhannya. 
4.    Konsep Politik atau Pemerintahan
       Isi dan ruang lingkupnya adalah pendidikan kewargaan Negara dan sebagian mengambil bagian dari ilmu politik yaitu bagian demokrasi politiknya. Secara terperinci konsep demokrasi politik itu dapat disusun sebagai berikut :
1.   Kontek ide Demokrasi
2.   Konstitusi Negara
3.   Inputs dari sistem politik
4.   Partai politik dan pressure group
5.   Pemilihan umum
6.   Presiden sebagai kepala Negara
7.   Lembaga yudikatif
8.   Out put dari demokrasi politik.
9.       Kemakmuran umum dan pertahanan Negara
10.    Perubahan sosial dan demokrasi politik

5.   Konsep Sosiologi
   Sosiologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan bersama manusia dengan sesamanya, yaitu kehidupan sosial atau pergaulan hidup. (Selo S. dkk 1984). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial (Sulaeman Soemardi, 1984), Sedangkan (P.J.Boeuman) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam hubungan kelompok. Adapun konsep intinya antara lain; role, norma, values, status, society, community, sanotion, interdependence dan lain-lain.
6.       Konsep Antropologi.
   Antropologi adalah The study of msnkini (Hoebel, 1976). Maka sesungguhnya manusia dapat dilihat dari dua sudut yaitu sebagai mahluk manusia dan sebagai mahluk budaya. Kedua aspek tersebut yang dikemukakan diatas maka antropologi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) antropologi fisik, dan (2) antropologi budaya,     
E.  Tokoh yang berperan dalam Konsep Teori Ilmu sosial
1.     Auguste Comte : Auguste Comte seorang filsuf Perancis yang dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran. Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi karena dialah yang pertama kali memakai istilah sosiologi dan mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19 (1856). Menurut Auguste Comte sosiologi berarti suatu studi positif tentang hukum – hukum dasar dari berbagai gejala social yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
2.     Pitirim A. Sorokin : Pitirim Alexandrovich Sorokin lahir di Rusia pada 21 Januari 1889. Ia adalah seorang akademis dan aktivitas politik di Rusia. Ia bernigrasi dari Rusia ke Amerika pada tahun 1923. ia mendirikan departemen Sosiologi di Universitas Harvad. Ia terkenal untuk sumbangannya kepada teori siklus sosial. Di Amerika ia menetap secara tetap pada tahun 1930 Sorokin adalah Profesor sosiologi di University of Minnesota (1924-1930) dan Universitas Harvad pada tahun 1930-1955. Tulisan Sorokin mencakup luasnya luasnya sosiologi. Kontroversial teori proses sosial dan tipologi historis budaya yang di uraikan dalam dinamika sosial dan budayadan banyak karya lainnya. Sorokin juga tertarik pada stratifikasi sosial yang sejarah teori sosiologis, dan perilaku altueristik. Sorokin adalah penulis buku seperti Krisis usia kita dan power dan moralias.
3.     Emile Durkheim : Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis timur, tahun 1858. Ia adalah seorang pemeluk Katholik meskipun ayahnya adalah seorang petinggi Yahudi, namun kemudian ia memilih untuk tidak tahu menahu tentang Katholik. Ia lebih menaruh perhatian pada masalah moralitas, terutama moralitas kolektif. Durkheim terkenal sebagai sosiolog yang brilian dan memiliki latar belakang akademis dalam ilmu sosiologis. Dengan mengikuti tradisi yang digariskan oleh Saint-Simon (1760-1825), Durkheim adalah seorang murid yang ragu-ragu tetapi dari August Comte (1798-1857), perintis positivisme Perancis yang menciptakan kata Sosiologi. Menurut Emile Durkheim Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta – fakta sosial, yakni faka yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperaasaan yang berada diluar individu dimana fakta – fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu
4.     Selo Sumardjan : Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan (lahir di Yogyakarta, 23 Mei 1915 – meninggal di Jakarta, 11 Juni 2003 pada umur 88 tahun) adalah seorang tokoh pendidikan dan pemerintahan Indonesia. Selo Soemardjan merupakan salah satu sosok paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu yang mempelajari masyarakat dan sekitarnya. Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah uang. Dalam bukunya berjudul Setangkai Bunga Sosiologi; Sosiologi sebagai ilmu masyarakat mempelajari tentang struktur sosial yakni keseluruhan jalinan sosial antara unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial, ke-lompok-kelompok dan lapisan-lapisan sosial. Sosiologi juga mempelajari proses sosial yaitu pengaruh timbal balik antara pel-bagai segi kehidupan bersama. Contoh hubungan timbal balik antara kehidupan agama dan kehidupan politik, hubungan timbalbalik antara kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi.
5.     Soerjono Sukanto : Soerjono Soekanto, adalah Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Soerjono Soekanto Pernah menjadi Kepala Bagian Kurikulum Lembaga Pertahanan Nasional (1965-1969). Ia juga pernah menjadi Pembantu Dekan Bidang Administrasi pendidikan Fakultas ilmu-ilmu sosial, Universitas Indonesia (1970-1973), dan kini menjadi pembantu Dekan bidang Penelitian dan Pengabdian masyarakat Fakultas Hukum Universitas Indonesia (sejak tahun 1978) yang bersangkutan tercatat sebagai Southeast Asian Specialist pada Ohio University dan menjadi Founding Member dari World Association of Lawyers. Ia mendapat gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Universitas Indonesia (1965), sertifikat metode penelitian ilmu-ilmu sosial dari Universitas Indonesia (1969), Master of Arts dari University of California, Betkeley (1970), Sertifikat dari Academy of American and International Law, Dallas (19972) dan gelar doktor Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia (1977). Diangkat sebagai Guru besar sosiologi hukum Universitas Indonesia (1983). Menurut Soerjono Soekanto Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi – segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola – pola umum kehidupan masyarakat
6.     Maximilian Weber : Maxilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München, Jerman, 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai yang berjudul Etika Protestan dan semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern. Menururt Maxilian Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan – tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilkaukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada perilaku orang lain.
7.     Hassan Shadily : Hassan Shadily adalah seorang ahli perkamusan dan leksikograf Indonesia. Dia lahir pada 19 Mei 1929 di Balajkambang, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Indonesia. Hassan menempuh pendidikan HIS di Pamekasan (1929), MULO di Malang (1937) dan MOSVIA di Yogyakarta (1941),kemudian mendapatkan kesempatan untuk belajar di Tokyo International School (1944), Military Academy Tokyo Japan (1945) dan Department of Social Science, Universitas Cornell (1952-1955). Pada saat di Cornell, ia berkenalan dengan Prof. Dr. John Echols dan kelak menjadi mitranya dalam menyusun Kamus Indonesia-Inggris. Selanjutnya, bersama Penerbit Buku Ichtiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects, dia menyusun Ensiklopedi Indonesia dalam 7 jilid. Menurut Hassan Shadily Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan – ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama cara terbentuk dana tumbuh, serta berubahnya perserikatan – perserikatan hidup serta kepercayaan.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
 Ilmu- ilmu sosial baru berkembang sejak kira-kira satu setengah abad silam yang sampai saat kini telah menjalani proses pertumbuhan, diversifikasi sampai pada spesialisasinya. Setiap cabang ilmu-ilmu sosial memiliki sejumlah konsep utama atau konsep kunci. Konsep-konsep tersebut merupakan konstribusi yang berupa generalisasi dan dapat dipilih sebagai materi pokok pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Terdapat kesamaan pandangan dari berbagai, pemerhati dan pelaku atau guru pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, bahwa dalam rangka pengajaran PIS di sekolah maka berbagai keadaan yang terdapat di lingkungan kehidupan anak didik dan juga berbagai peristiwa sosial yang terdapat di lingkunganya merupakan salah satu sumber pengajaran ilmu pengetahuan sosial yang sangat tepat. pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok dapat hidup bersama dan berinteraksi dengan linkunganya(fisik dan sosial). Sebagai suatu istilah dalam ilmu, pendekatan berarti sudut pandang atau cara umum dalam melihat atau bersikap yang digunakan seseorang dalam memecahkan suatu masalah, atau dapat juga disebut sebagai pola atau kerangka pikir yang dipakai untuk melihat atau mengkaji suatu masalah.
B.  Saran
            Setelah menguraikan secara sistematis, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Saran penulis kepada pembaca agar dapat memahami dan mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan dapat menerapkan dan memahami apa itu tahlilan dan bagaimana cara kita menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Muchtar, Suwarma. (2014). Epistemologi Pendidikan IPS. Bandung : Wahana Jaya Abadi.
Hasan, Hamid S. (2005). Implementasi Pendidikan IPS dalam Menghadapi Tantangan Global. UPI : Bandung.
Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Hamersma, Harry.1992. Tokoh-tokoh filsafat modern. Jakarta: Gramedia.
Bachtiar Wardi, 2006 Sosiologi Klasik dari Comte hingga Parsons, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Supardan Dadang,. 2008 Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Srtuktural, Jakarta
Jones, Pip. 1979 pengantar teori-teori sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Goodman, Douglas. J. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Soelaeman, M. Munandar. 2001. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.


No comments:

Post a Comment