MAKALAH IMAN KEPADA ALLAH
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Adanya alam
semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapa Dia? Sudah tentu “Sang
Pencipta” Dialah Allah SWT. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan Allah SWT
dibutuhkan dalam hati, mengakui dan membenarkan tentang adanya Allah SWT.
Allah SWT
adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala isinya, Yang Maha
Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWT hanya satu, tidak dua, tidak tiga,
dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak sama atau serupa dengan zat
selainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya, maksudnya sifat Allah SWT walaupun
banyak, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain
Allah SWT yang memiliki atau menandingi sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT Esa
dalam perbuatan-Nya, maksudnya perbuatan-perbuatan Allah tidak terhingga
banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain
Allah SWT yang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.
1) Apakah arti
Iman Kepada Allah SWT itu?
2) Menunjukan tanda-tanda adanya Allah SWT.
3) Sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna.
4) Perilaku orang beriman sebagai cermin
keyakinan akan sifat-sifat Allah.
III.
TUJUAN
1) Menambah pengetahuan tentang Iman kepada Allah SWT.
2) Memberikan contoh perilaku yang mencerminkan akan sifat-sifat Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Iman Kepada Allah SWT
Menurut pengertian secara bahasa, kata iman adalah percaya atau
membenarkan. Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini
kebenarannya dalam hati, diikrarkan secara lisan, dan direalisasikan dalam
perbuatan. Berdasarkan pengertian itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Iman
Kepada Allah SWT adalah mempercayai atau meyakini dalam hati sanubari,
diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan amal saleh.
Dalam firman Allah-Nya, Allah SWT menyatakan:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan. Sesungguhnya kebajikan itu adalah iman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan (sebagian) harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta, dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan
orang-ornag yang menepati janjinyaapabila ia berjanjidan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulahorang-orang
yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 177)
Rasa percaya akan adanya Sang Maha Pencipta Tunggal, Allah SWT, dapat
ditumbuhkan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan menggunakan akal pikiaran
yang sehat untuk memperhatikan segala apa yang telah diciptakan Allah SWT,
seperti alam semesta dan segala isinya.
Imam Safi’i yang hidup antara tahun 150 H-204 H (767 M-820 M),
membuktikan kebenaran Ada dan Kuasanya Allah dengan memperhatikan tumbuhan
murbei. Hasil amatan Imam Safi’i menyimpulkan bahwa tumbuhan murbei mempunyai
bermacam macam kegunaan. Apabila daun tersebut dimakan oleh ulat sutera yang
makan daun murbei akan menjadi bahan kain sutera yang berkualitas dan indah
dipakai.
Berdasarkan ayat- ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi yang diperkuat oleh
akal sehat, maka hukum beriman kepada Allah SWt itu adalah Fardu ain. Jika ada
orang yang mengaku Islam tetapi tidak percaya kepada Allah SWT maka orang
tersebut dianggap telah murtad atau keluar dari Islam.
B.
Menunjukan
Tanda-Tanda adanya Allah SWT
1. Meyakinkan
hati bahwa Allah itu ada
Untuk membuktikan bahwa Allah itu
ada dibutuhkan keyakinan dalam hati dan keyakinan tersebut diterima dan dibenarkan
dalam pikiran dan perasaannya bahwa Allah itu benar-benar ada. Contohnya Nabi
Ibrahim As meyakini adanya Allah SWT dengan cara mengamati dan memahami segala
sesuatu yang diciptakan Allah. Dengan cara itu keyakinan Nabi Ibrahim As
terhadap adanya Allah bertambah mantap, sehingga beliau memiliki keberanian
untuk menyatakan dan melakukan tindakan berdasarkan apa yang diyakini bahwa
Allah itu ada.
2. Mengamati dan
Memikirkan Ciptaan Allah
Banyak cara yang dapat dilakukan
untuk memahami dan meyakini adanya Allah SWT. Salah satunya adalah dengan cara
memehami dan memikirkan ciptaan Allah SWT. Untuk memahami ciptaan Allah SWT
dapat dilakukan dengan cara mengamati segala ciptaan-Nya, seperti yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Kamu juga dapat melakukan hal yang sama dengan
cara mengamati dan memahami keanekaragaman yang terdapat dilingkungan kita dan
memikirkan keanekaragaman tersebut, dam mempertanyakan siapakah yang
menciptakannya.
3. Menunjukan adanya
Allah melalui Dalil Naqli
Untuk membuktikan adanya Allah dapat diketahui dari sumber dalil yang
bersumber dari ayat Al-Qur’an. Dalam ayat Al-Qur’an, banyak diterangkan tentang
nama, sifat dan keberadaan Allah. Semuanya menunjukan bahwa Tuhan Allah
benar-benar ada. Sebagaimana pada ayat berikut:
اِنَّرَبَّكُمُ
اللهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فِيْ سِتَّةِ ايَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَا رَ يَطْلُبُهُ حَثِيْثًاۙ
وَّالشَّمْسَ وَلْقَمَرَ وَالنُّجُوْمُ مُسَخَّرٰتٍ بِاَمْرِهِۙ اَلاَ لَهُ
الْخَلْقُ وَالْاُمْرُۗ تَبٰرَكَ اللهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ.
Artinya:
“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan ( diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan adalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al- A’raf, 7: 54)
“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan ( diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan adalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al- A’raf, 7: 54)
Pada ayat diatas ditunjukkan bahwa Tuhan Allah benar-benar ada. Hal
tersebut dapat diketahui melalui dalil naqli atau ayat Al-Qur’an dengan
pernyataan sebagai berikut.
No
|
Kutipan ayat
|
Arti
|
Keterangan
|
1
|
اِنَّ
رَبَّكُمُ اللهُ
|
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah
|
Yang
dimaksud Tuhan ialah Allah
|
2
|
خَلَقَ
السَّمٰوٰتِ
|
Yang telah
menciptakan langit
|
Allah Sang
Pencipta
|
3
|
ثُمَّ
اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ
|
Lalu Dia
bersemayam diatas ‘Arsy
|
Berada di
‘Arsy
|
C.
Sifat-Sifat
Allah dalam Asmaul Husna
Allah SWT
adalah Tuhan Pencipta dan Pemelihara alam semesta dan segala isinya, Yang Maha
Esa dalam Dzat-Nya, maksudnya Dzat Allah SWT hanya satu. Dzat Allah SWTtidak
sama atau tidak serupa dengan dzat lainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya,
maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT
sendiri. Tidak ada ada dzat selain Allah SWT yang memiliki atau menandingi
sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya, maksudnya
perbuatan-perbuetan Allah tidak terhingga banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh
Allah SWT sendiri. Tidak ada dzat selain Allah SWT yang dapat menandingi,
apalagi melebihi perbuatan-Nya.
Allah SWT
dengan segala Mahasempurnanya memiliki tiga sifat pokok yaitu: sifat wajib,
sifat mustahil, dan sifat jaiz
Sifat-Sifat Wajib:
Wujud : ada
Qidam : dahulu
Baqa’ : kekal
Mukhalafatu lilhawadisi: berbeda dengan makhluk-Nya
QiyamuhuBinafsihi:berdiri sendiri
Wahdaniyyah : esa
Qudrah :
kuasa
Iradah :
berkehendak
Ilmun :
mengetahui
Hayyah :
hidup
Sama :
mendengar
Basar :
melihat
Kalam :
berfirman
Qadiran :
Mahakuasa
Muridan :
MahaBerkehendak
Aliman :
Maha Mengetahui
Hayyan :
Maha hidup
Samian :
Maha Mendengar
Basiran :
Maha Melihat
Mutakaliman : Maha berfirman
|
Sifat Muhal
Adam : tidak
ada
Hudus : baru
Fana : rusak
Mumassalatu lilhawadisi: sama dengan mahkluk
Ihtiyaj lighoirihi: butuh yang lain
Ta’adud :
terbilang
Ajzun : lemah
Karahah :
terpaksa
Jahlun : bodoh
Mautun :
mati
Summun :
tuli
Umyun :
buta
Bukmun :
bisu
Ajizun : Maha
lemah
Mukrahun: Maha terpaksa
Jahillun : Maha
bodoh
Mayyitun :
Maha mati
Asamma :
Maha tuli
A’ma : Maha
buta
Abkama :
Maha bisu
|
Sifat
Jaiz:
Allah SWT
serba mungkin melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu
|
Dengan
memahami sifat-sifat Allah sebagaimana rincian diatas kita dapat memahami
betapa agung dan mulianya Allah. Untuk lebih jelasnya kita simak uraian
berikut!
Wujud
berarti ada. Sifat mustahilnya Adam berarti tidak ada.
Tidak mudah
untuk membuktikan bahwa Allah itu ada, kecuali bagi orang yang benar-benar
beriman. Memang kiata tidak dapat
melihat Allah, tetapi dapat menyaksikan ciptaan_Nya yang berupa alam semesta.
Dengan perantara akal sehat, kita akan membenarkan bahwa lam semesta dengan
segala isinya pasti ada yang membuat, Dialah Allah SWT. Dialah yang mengadakan
segala sesuatunya dan Dia pulalah yang menciptakan alam semesta ini.
Qidam
artinya dahulu. Sifat mustahilnya hudus berarti baru
Maksudnya,
adanya Allah adalah yang paling awal sebelum adanya alam semesta ini. Adanya
alam berbeda dengan adanya alam semesta besertalainnya. Perbedaan tersebut
terdapat pada kejadian dan prosesnya. Adanya Allah tidak didahului oleh
sebab-sebab tertentu, karena Allah Dzat yang paling awal. Allah adalah pencipta
alam semesta, tidak mungkin ciptaan lebih dulu dari Sang Pencipta-Nya.
Baqa artinya
kekal. Sifat mustahilnya fana artinya rusak
Semua
makhluk seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dengan segala isinya, pada
saatnya akan mengalami kerusakan dan kehancuran. Manusia ynag sewaktu hidupnya
gagah perkasa, berharta, dan berkuasa akhirnya juga akan mati. Apapun wujudnya,
seluruh ciptaan Allah didunia ini akan mengalami kerusakan, kecuali Allah,
karena Allah SWT bersifat baqa’.
Mukhalafatuhu
Lilhawadisi artinya berbeda dengan makhluk. Sifat mustahilnya mumasalatuhu
lilhawadisi artinya serupa dengan makhluk-Nya
Sifat ini menjelaskan
bahwa Sang Pencipta berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Perbedaan tersebut
meliputi wujud, sifat, dan keberadaan-Nya. Allah sebagai pencipta berbeda
dengan ciptaan-Nya.
Qiyamuhu
Binafsihi artinya berdiri sendiri. Sifat mustahilnya Qiyamuhu bighairihi.
Sifat ini
menunjukkanbahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Keberadaan makhluk Allah
karena bantuan yang lain. Alam bukan adakarena sendirinya. Manusia ada karena
diadakan oleh Allah melalui perantara kedua orang tua. Bahkan manusia itu tidak
dapat mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain.
Wahdaniyyah
artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya ta’addud, artinya berbilang atau
lebih dari satu
Keesaan
Allah itu mutlak. Artinya bahwa Allah itu benar-benar esa, baik dalam dzat
maupun perbuatan-Nya. Pemahaman terhadap
keesaan Allah yang semacam ini tentu mudah dipahami. Meyakini keesaan Allah
dalam ajaran Islam adalah hal prinsip, sehingga seseorang dianggap Muslim atau
tidak, tergantung pada pengakuan tentang keesaan Allah. Mustahil Allah lebih
dari satu. Apabila ini terjadi sudah pasti tidak akan terwujud alam semesta
yang teratur ini. Keteraturan alam semesta ini
justu menunjukkan keesaan Allah SWT.
Qudrah
artinya berkuasa. Sifat mustahilnya ‘ajzun berarti lemah
Kekuasaan
Allah adalah kekuasaan yang sempurna. Ini karena kekuasaan Allah adalah
kekuasaan yang tidak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang
mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Penghayatan terhadap sifat ini akan
memunculkan kesadaran bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Karena lemah maka
sewajarnya kita memohon bantuan, baik dengan sesama kita maupun kepada Allah.
Akhirnya kita akan menjadi manusia yang rendah hati, tidak arogan maupun
takabur.
Iradah
artinya berkehendak. Sifat mustahilnya karahah artinya terpaksa
Allah
mempunyai sifat berkehendak. Kehendak Allah sesuai dengan kemauan Allah sendiri
tanpa ada rasa terpaksa atau dipaksa pihak lain. Kehendak Allah tidak
dipengaruhi oleh pihak lain. Manusia juga mempunyai kehendak terhadap sesuatu,
namun kehendak tersebut sangat terbatas. Yang membatasi kehendak manusia adalah
kemampuan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.
Ilmun
artinya mengetahui. Sifat mustahilnya jahlun artinya bodoh
Dengan
menghayati sifat ilmun kita akan berusaha meniru, yakni menjadi orang yang
berilmu. Dengan ilmu itu kita akan banyak mengetahui kekuasaan Allah dan akan
menjadi orang yang akan banyak bersyukur. Akhirnya, kitapun mengakui bahwa diri
kita tidak ada apa-apanya dibanding dengan kekuasaan-Nya.
Hayyah
artinya hidup. Sifat mustahilnya mautun artinya mati
Allah
Mahahidup, tidak tidur, mengantukpun tidak, apalagi mati. Selama itu pula Allah
selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya, termasuk manusia
tanpa kecuali. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dalam segala
tindakan, karena segala gerak-gerik kita diawasi dan dicatat oleh Allah. Kelak
di akhirat segala perbuatan kita akan pertanggungjawabkan.
Sama artinya
Allah mendengar. Sifat mustahilnya samamun artinya tuli
Allah Maha
mendengar. Pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak terhalang oleh jarak,
ruang dan waktu. Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran makhluk-Nya.
Selirih apapun suara, Allah mendengarnya. Pendengaran manusia, juga makhluk
lain mengalami perubahan. Umur semakin tua biasanya pendengaran makin
berkurang. Begitulah keterbatasan manusia, ini tentu jauh beda dengan
pendengaran Allah yang Mahasempurna.
Basar
artinya melihat. Sifat mustahilnya ‘ama artinya buta
Mustahil
Allah itu buta karena Allah Maha Sempurna, termasuk sempurna penglihatan-Nya.
Penglihatan Allah bersifat mutlak. Artinya penglihatan Allah tidak terbatas
pada tempat maupun waktu. Allah melihat segala sesuatu; yang besar, yang kecil,
yang nyata maupun yang tersembunyi. Kekuasaan Allah untuk melihat, tidak
terhalang oleh apapun.
Kalam
artinya berkata. Sifat mustahilnya bukmun artinya bisu
Ada beberapa
kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi, salah satu dari kitab tersebut
adalah Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan cara itulah
sebagian cara Allah berbicara dengan umat manusia, yaitu dengan menurunkan
wahyu kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Jadi mustahil jika Allah bersifat bukmun.
Sifat-sifat
Allah dalam Asma’ul Husna antara lain sepuluh sifat berikut ini:
·
Ar- Rahman
Allah SWT bersifat Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah),
karena Dia melimpahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa pandang
bulu. Seluruh umat manusia yang hidup di alam dunia ini, baik yang taat kepada
Allah SWT dan berakhlak baik, maupun yang durhaka kepada-Nya dan berperilaku
jahat, tetap memperoleh rahmat Allah SWT, antara lain udara untuk bernafas, air
untuk diminum, dan berbagai jenis makanan serta kebutuhan-kebutuhan lainnya.
·
Ar-Rahim
Sifat Maha Pengasih dan Maha
Penyayang Allah SWT terdapat dalam nama-Nya Ar-Rahim. Sifat Ar-Rahim Allah
selalu dilimpahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman secara tetap atau
bersifat kekal, bukan saja dalam hidup didunia tetapi juga dalam hidup dialam
kubur dan di alam akhirat.
Di dunia, Allah SWT menetapkan
hukuman bagi mereka yang bermaksiat, misalnya hukuman rajam bagi pezina, potong
tangan bagi pencuri, dan sebagainya. Di alam akhirat kelak, keadilan Allah SWT
akan benar-benar ditegakkan. Jika seluruh anggota masyarakat telah beriman dan
bertaqwa kepada-Nya maka Allah SWT akan menurunkan rahmat-Nya berupa kehidupan
yang aman, tentram, adil, dan makmur, berbahagia duniawi maupun ukhrawi.
·
Al-Quddus
Allah SWT bernama Al-Quddus (Mahasuci). Hal ini disebabkan, antara lain
karena Dzat Allah SWT itu Mahatunggal, suci atau bersih dari sekutu, tidak
beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Selain itu
sifat-sifat Allah SWT pun Mahasuci, bersih dari segala kekurangan, kehendak,
kekuasaan, pendengaran, penglihatan, ilmu, dan sifat-sifat Allah SWT lainnya
Mahasempurna, tidak ada cacat celanya dan kekal.
Demikian juga segala perbuatan Allah SWT Mahasuci, bersih dari segala maksud
buruk dan tujuan berbuat aniaya kepada seluruh hamba-Nya. Seluruh perbuatan
Allah SWT merupakan rahmat bagi seluruh alam. Maha suci Allah SWT dari
melakukan suatu perbuatan yang sia-sia tanpa mengandung hikmah.
·
Al-Mu’min
Pada hakikatnya kehidupan yang aman
atau sentosa yang dialami umat manusia, baik secara individu dan keluarga
maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah merupakan
pemberian Allah SWT. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Terpercaya dan Dipercaya.
Ayat-ayat Al-Qur’an mencantumkan tentang wa’dun, yaitu janji-janji baik dari
Allah SWT bahwa Dia akan memasukkan manusia yang ketika didunia senantiasa
mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya ke dalam surga.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an tentang
wa’id yaitu ancaman-Nya, bahwa Dia akan mencampakkan ke dalam neraka, manusia
yang ketika didunia durhaka kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Wa’dun dan Wa’id
Allah SWT tersebut pasti akan ditepati-Nya, karena ia adalah Tuhan Yang Maha
Terpercaya.
·
Al-Adlu
Salah satu nama Allah yang termasuk Asmaul Husna ialah
Al-Adlu yeng berarti Maha adil dan sangat sempurna keadilannya. Tidak ada dzat
selain Allah SWT yang memiliki keadilan Allah SWT, apalagi melebihi-Nya. Adil
artinya meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Allah SWT Mahaadil, karena
Dia selalu menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya, sesuai dengan
keadilan-Nya yang Mahasempurna. Tidak ada manusia yang Mahaadil, karena
keadilan manusia itu terbatas dan tidak sempurna. Manusia yang berada dalam
keadaan lupa dan salah, sudah tentu tidak dapat berlaku adil.
·
Al-Gaffar
Menurut pengertian bahasa, Al-Gaffar
berarti Yang Maha Pengampun. Allah SWT bernama Al-Gaffar sebab Allah SWT Yang
Maha Pengampun, yang memiliki kebebasan penuh untuk memberikan ampunan dosa
kepada hamba yang dikehendaki-Nya.
Manusia dalam hidupnya didunia ini
tidak luput dari dosa. Baik dosa yang ditimbulkan karena tidak melaksanakan
perintah Allah SWT yang wajib, maupun dosa yang disebabkan karena melanggar
larangan-Nya yang haram. Allah SWT tentu akan mengampuni dosa hamba-Nya,
apabila hamba-Nya itu mohon ampun kepada-Nya dan betul-betul bertobat.
·
Al-Hakim
Menurut pengertian bahasa, Al-Hakim
berarti yang Mahabijaksana. Allah SWT bernama Al-Hakim sebab Allah SWT itu
Mahabijaksana, tidak ada dzat selain Allah SWT yang memiliki kebijaksanaan sama
dengan-Nya, apalagi melebihi-Nya.
Bukti-bukti lain bahwa Allah SWT itu
Mahabijaksana sangat banyak, baik yang terdapat dalam diri manusia maupun yang
terdapat diluar diri manusia. Apa saja yang diciptakan Allah SWT yang terdapat
dalam diri manusia dan yang terdapat di luar diri manusia seperti pada hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan alam lainnya, tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi
mengandung hikmah dan manfaat yang besar, khususnya bagi kesejahteraan hidup
manusia.
·
Al-Malik
Allah SWT bernama Al-Malik yang
artinya Maha Merajai. Tidak ada raja yang memiliki kedudukan dan kekuasaan yang
sama dengan Allah SWT, apalagi melebihi. Allah SWT adalah Tuhan Yang Mahatinggi
dan Raja yang sebenarnya, yang mengatur dan mengendalikan kerajaan-Nya sesuai
dengan kehendak-Nya sendiri. Allah SWT Maha Merajai seluruh alam, baik alam
syahadah (nyata) maupun alam ghaib (abstrak).
Segala apa yang ada di alam, mau
tidak mau harus tunduk kepada kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Bumi, matahari,
bulan, dan planet-planet lainnya beredar pada garis edar masing-masing. Semua
itu sesuai dengan kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan yang dahulunya tidak ada, kemudian ada, dan akhirnya binasa
juga sesuai dengan kehendak dan kekuasaan Allah SWT.
·
Al-Hasib
Allah SWT bernama Al-Hasib artinya
Maha Menjamin, yakni memberikan jaminan kecukupan kepada seluruh hamba-Nya.
Manusia dalam hidupnya didunia ini mempunyai banyak kebutuhan, seperti
kebutuhan akan makanan , minuman, pakaian, dan kebutuhan yang lainnya. Allah
SWT telah menyediakan semua kebutuhan
tersebut, asal manusia mau berusaha untuk memperolehnya.
Al-Hasib juga bisa berarti Maha
Memperhitungkan. Segala amal manusia ketika didunia, akan dihisab atau
diperhitungkan di alam akhirat oleh Allah SWT dengan seteliti-telitinya dan
seadil-adilnya. Manusia yang ketika hidupnya di dunia beramal kebaikan, sudah
tentu di alam akhirat kelak akan memperoleh pahala kebaikan yang berlipat ganda
dari Allah SWT. Sebaliknya, manusia yang ketika didunia melakukan keburukan
atau berbuat dosa sudah tentu akan mendapat siksaan sesuai dengan dosanya.
D.
Perilaku
Orang Beriman Sebagai Cermin Keyakinan Akan Sifat-Sifat Allah
Beriman
kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan cara meyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan nyata. Untuk
mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengenali dan memahami
sifat-sifat Allah SWT serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata, antara
lain:
1.
Melaksanakan segala perintah Allah
SWT dan menjauhi larangan-Nya. Apalah artinya meyakini adanya Allah SWT tetapi
tidak melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal yang terpenting
dari iman adalah mewujudkan dalam bentuk tindakan nyata.
2.
Meneladani sifat-sifat Allah serta
menampilkannya dalam perilaku sehari-hari dalam bentuk ucapan, sikap, maupun
tindakan.
Setiap orang beriman yang menghayati sifat-sifat Allah SWT, tentu dalam
kehidupan sehari-hari ia akan senantiasa berusaha agar mampu membiasakan diri
dengan sikap dan berperilaku terpuji yang diridhoi Allah SWT dan menjauhkan
diri dari sikap perilaku tercela yang dimurkai-Nya. Sikap perilaku dimaksud
misalnya: Berusaha selalu berbuat baik dan berkasih sayang, Berusaha menjadi
mukmin yang bertaqwa, Memelihara kesucian diri, Menjaga keselamatan diri dan
orang lain, Menjadi orang yang terpercaya dan dapat memberikan rasa aman kepada
sesama, Berperilaku adil, Berusaha menjadi orang yang pemaaf, Berperilaku bijaksana,
Menjadi pemimpin yang baik, Bermuhasabah ( Introspeksi diri)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Menurut pengertian secara bahasa, kata iman adalah percaya atau
membenarkan. Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya
dalam hati, diikrarkan secara lisan, dan direalisasikan dalam perbuatan.
Menunjukan Tanda-Tanda adanya Allah
SWT
1. Meyakinkan hati bahwa Allah itu ada
2. Mengamati dan Memikirkan Ciptaan Allah
3. Menunjukan adanya Allah melalui Dalil Naqli
Beriman
kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan cara meyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan nyata. Untuk
mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengenali dan memahami
sifat-sifat Allah SWT serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata, antara
lain:
1.
Melaksanakan segala perintah Allah
SWT dan menjauhi larangan-Nya. Apalah artinya meyakini adanya Allah SWT tetapi
tidak melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal yang terpenting
dari iman adalah mewujudkan dalam bentuk tindakan nyata.
2.
Meneladani sifat-sifat Allah serta
menampilkannya dalam perilaku sehari-hari dalam bentuk ucapan, sikap, maupun
tindakan.
Setiap orang beriman yang menghayati
sifat-sifat Allah SWT, tentu dalam kehidupan sehari-hari ia akan senantiasa
berusaha agar mampu membiasakan diri dengan sikap dan berperilaku terpuji yang
diridhoi Allah SWT dan menjauhkan diri dari sikap perilaku tercela yang
dimurkai-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
M. Nasikin, dkk. 2006. Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP kelas VII.
Penerbit Erlangga: Jakarta.
Syamsuri. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X. Penerbit Erlangga: Jakarta.
|
No comments:
Post a Comment