MAKALAH PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, Al-qur’an dan Hadits tampak amat ideal dan
agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal
pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang
dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan
kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi
pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif
di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak
boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan
dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling
efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab mana kala pemahaman
agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis dilengkapi dengan
pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional
konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Dalam memahami agama banyak pendekatan yang dilakukan. Hal demikian perlu
dilakukan, karena pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat
dirasakan oleh penganutnya.Berbagai pendekatan tersebut meliputi pendekatan teologis, normative,
antropologis, sosiologis, psikologis, historis dan pendekatan filosofis, serta
pendekatan-pendekatan lainnya. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini
adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
Dan disini kami mengajak anda untuk mengetahui lebih lanjut seperti apa itu
saja pendekatan dalam studi Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
3.
Bagaimana pendekatan historis dalam studi Islam ?
2. Bagaimana pendekatan budaya
dalam studi Islam ?
3. Bagaimana pendekatan psikologis dalam studi Islam
?
4. Bagaimana pendekatan interdisipliner
dalam studi Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN HISTORIS
Sejarah atau historis (Historical
Approach) adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari
peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan
melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat
dal peristiwa tersebut.Melalui pendekatan sejarah seorang diajak menukik dari
alam idealis ke alam yang bersifat emiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang
akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam
alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan kesejarahan ini amat
dibutuhkan dalam memahami agam, karena agama itu sendiri turun dalam situasi
yang konkrit bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Dalam
hubungan ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama
yang dalam hal ini Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari
Al-qur’an ia sampai pada satu kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan
Al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, berisi konsep-konsep,
dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Dalam bagian pertama yang berisi
konsep ini kita mendapati banyak sekali istilah Al-Qur’an yang merujuk kepada
pengertian-pengertian normative yang khusus, doktrin-doktrin etik,
aturan-aturan legal, dan ajaran-ajaran keagamaan pada umumnya. Istilah-istilah
atau singkatnya pernyataan-pernyataan itu mungkin diangkat dari konsep-konsep
yang telah dikenal oleh masyarakat Arab pada waktu Al-Qur’an, atau bisa jadi
merupakan istilah-istilah baru yang dibentuk untuk mendukung adanya
konsep-konsep relegius yang ingin diperkenalkannya. Yang jelas istilah itu
kemudian dintegrasikan ke dalam pandangan dunia Al-Qur’an, dan dengan demikian,
lalu menjadi konsep-konsep yang otentik.
B.
PENDEKATAN BUDAYA
Ada tiga istilah yang
semakna dengan kebudayaan, yaitu culture, civilization, dan kebudayaan.
Term kultur berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata cultura. Arti
kultur adalah memelihara, mengerjakan atau mengolah (S. Takdir Alisyahbana,
1986: 205). Soerjono Soekanto (1993: 188) mengungkapkan hal yang sama. Namun ia
menjelaskan lebih jauh bahwa yang dimaksud dengan mengolah atau mengerjakan
sebagai arti kultur adalah mengolah tanah atau bertani. Atas dasar arti yang
dikandungnya, kebudayaan kemudian dimaknai sebagai segala daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Istilah kedua yang
semakna atau hampir sama dengan kebudayaan adalah sivilisasi. Sivilisasi
(civilization) berasal dari kata Latin, yaitu civis. Arti kata civis
adalah warga negara (civitas: negara kota, dan civilitas: kewarganegaraan).
Oleh karena itu, S.Takdir Alisyahbana (1986: 206) menjelaskan bahwa sivilisasi
berhubungan dengan kehidupan kota yang lebih progresif dan lebih halus. Dalam
Bahasa Indonesia , peradapan dianggap sepadan dengan civilization.
Berikut beberapa pengertian kebudayaan menurut S.Takdir Alisyahbana (1986: 207-8) :[4]
Berikut beberapa pengertian kebudayaan menurut S.Takdir Alisyahbana (1986: 207-8) :[4]
1. Kebudayaan adalah
suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda
seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala
kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Kebudayaan adalah
warisan sosial atau tradisi.
3. Kebudayaan adalah
cara, aturan, dan jalan hidup manusia.
C. PENDEKATAN PSIKOLOGIS
Pendekatan
ini merupakan usaha untuk memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek batini
pengalaman keagamaan. Suatu esensi pengalaman keagamaan itu benar-benar ada dan
bahwa dengan suatu esensi, pengalaman tersebut dapat diketahui.
Sentimen-sentimen individu dan kelompok berikut gerak dinamisnya, harus pula
diteliti dan inilah yang menjadi tugas interpretasi psikologis.
Interpretasi agama
melalui pendekatan psikologis memang berkembang dan dijadikan sebagai cabang
dari psikologi dengan nama psikologi agama. Objek ilmu ini adalah manusia,
gejala-gejala empiris dari keagamaanya. Karena ilmu ini tidak berhak
mempelajari betul tidaknya suatu agama, metodenya pun tidak berhak untuk
menilai atau mempelajari apakah agama itu diwahyukan Tuhan atau tidak, dan juga
tidak berhak mempelajari masalah-masalah yang tidak empiris lainnya. Oleh
karena itu pendekatan psikologis tidak berhak menentukan benar salahnya suatu
agama karena ilmu pengetahuan tidak memiliki teknik untuk mendemonstrasikan
hal-hal seperti itu, baik sekarang maupun waktu yang akan datang.
Selain itu, sifat ilmu
pengetahuan sifatnya adalah empirical science, yakni mengandungfakta empiris
yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah. Fakta empiris
ini adalah fakta yang dapat diamati dengan pola indera manusia pada umumnya,
atau dapat dialami oleh semua orang biasa, sedangkan Dzat Tuhan,wahyu,setan,dan
fakta gaib lainnya tidak dapat diamati dengan pola indera orang umum dan tidak
semua orang mampu mengalaminya. Sumber-sumber ilmiah untuk mengumpulkan data
ilmiah melalui pendekatan psikologi ini dapat diambil dari:
1. Pengalaman
dari orang-orang yang masih hidup
2. Apa
yang kita capai dengan meneliti diri kita sendiri
3.Riwayat
hidup yang ditulis sendiri oleh yang bersangkutan, atau yang ditulis oleh para
ahli agama.
D.PENDEKATAN
INTERDISIPLINER
Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan
menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi
misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara
bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan
dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu.
Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak
cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan
pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah
dengan pendekatan hermeneutik misalnya.
Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan. Pertama, perkembangan
pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan
tetentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap
(komprehensif) sesuai dengan kebutuhan tuntutan yag semakin lengkap dan
komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan
seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin tidak
mendapat perhatian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha untuk
menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik
objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang
terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.Karena sumber pengetahuan pendekatan
filosofis adalah rasio, maka untuk melakukan kajian dengan pendekatan ini akal
mempunyai peranan yang sangat signifikan.
Metode-metode yang digunakan
untuk memahami Islam itu suatu saat mungkin dipandang tidak cukup lagi,
sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus digali oleh para
pembaharu. Dalam konteks penelitian, pendekatan-pendekatan (approaches) ini
tentu saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik penelitian.
Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam memahami agama. Diantaranya
adalah pendekatan teologis, normative, antropologis, sosiologis, psikologis,
histories, dan pendekatan filosofis, serta pendekatan-pendekatan lainnya.
Adapun pendekatan yang dimaksud disini (bukan dalam konteks penelitian), adalah
cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin
Rahman mendasarkan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai
dengan kerangka paradigmanya. Karena itu tidak ada persoalan apakah penelitian agama
itu penelitian ilmu sosial, penelitian filosofi, atau penelitian legalistik.
B. SARAN
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon kiranya para
pembaca sekalian mau memberikaan masukan kritik dan saran guna perbaikan dimasa
yang akan datang.
No comments:
Post a Comment