MAKALAH KONVENSI SASTRA AWAL
"PUJANGGA LAMA DAN MELAYU LAMA"
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan di dunia ini,
manusia tidak bisa lepas dari ang dinamakan sejarah, kaena segala sesuatu di
dalam dunia ini mengalami proses sejarah dalam perkembangannya. Begitu uga
dalam proses belajar mengenai sastra di indonesia, sejarah mengenai periodisasi
dalam kesusastraan tidak bisa diisahkan atau ditinggalkan begitu saja karena
sastra yang berkembang sekarang merupakan penambahan atau penyempurnan dari
kesusastraan yang telah lampau atau
bisaa dikatakan proses periodisasi ang merupaakan proses pertumbuhan dalam kaya
sastra di indonesia.. dalam hal ini sastra dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dan hal tersebutlah yang kemudian
mempengaruhi atau membedakan karya sastra dari atu peride ke periode yang
lainnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
konvensi sastra awal ( pujangga lama dan melayu lama) pada tahun 1900-1920?
2.
Apa
saja karya yang dihasilkan pada sastra pujangga lama dan sastra melayu lama?
3.
Siapa
saja tokoh- tokoh pada sastra pujangga lama dan melayu lama?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui perkembangan sastra awal yaitu sastra pujanga lama dan melayu lama pada tahun 1900-1920
2.
Untuk
mengetahui karya yang dihasilkan pada sastra pujangga lama dan melayu lama
3.
Untuk
mengetahui tokoh-tokoh pada sastra pujangga lama dan melayu lama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konvensi Sastra Awal ( Pujangga Lama Dan Melayu Lama)
Pujangga lama merupakan bentuk
pengklasifikasian karya sastra di indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-
20. Pada masa ini karya sastra didominasi oleh syair, pantun, hikayat, dan
gurindam. Juga bahasa yang dipergunakan akan sulit disebut sebagai bahasa
melayu yang murni atau bersih. Bahasa Melayu yang dipergunakan oleh para
pengarang itu bukanlah bahasa melayu tinggi melainkan bahasa melayu rendah atau
bahasa melayu kasar.[1]
Jadi, pujangga lama merupakan pengklasifikasian karya sastra yang dihasilkan
sebelum abad ke 20 yang mana pada masa ini didominasi oleh syair, pantun,
gurindam, dan hikayat.
Kesusastraan Melayu termasuk kesusastraan yang kaya di
kepulauan nusantara. Selain kesusasteraan Melayu, juga kesusasteraan Jawa,
Sunda, Bali, Aceh, Bugis, dan lain-lain merupakan kesusasteraan yang kaya dan
usianya sudah tua, dan berabad- abad.
Umumnya karya-
karya sastra kuno itu mengisahkan kehidupaan antah- berantah, kerajaan-
kerajaan atas angin dengan para raja putra yang gagah perwirah dan putri- putri
yang cantik jelita kepada para pembacanya memberikan nasihat secara langsung
ataupun tidak langsung, antara lain yang berkenaan dengan moral, agama, ilmu,
dan lain- lain. Dengan perkatan lain umumnya sastra kuno itu besifat kraton
sentris. Kehidupan orang banyak petani- petani di kampung atau pedagang-
pedagang di kota tak pernah menjadi perhatian para pujangga, karena itu tidak
pernah masuk hitungan.
Suatu kenyataan
yang menarik bahwa roman pertama yag mengisahkan kehidupan nyata sehari- hari
itu dan mula- mula dibuat sebagai cerita bersambung. Dalam surat- surat kabar ditulis
dalam bahasa pergaulan sehari hari, yaitu dalam bahasa Melayu rendah. Banyak
diantara para pengarang yang menulis roman- roman pertama pada abad ke- 19 itu
bukan asal sumatra atau kepulauan riau. Ada yang berasal dari jawa, ada yang
berasal dari ambon dan ada orang indo. Mereka tidak menulis dalam bahasa
daerahnya masing- masing, dalam bentuk tembang atau serat yang sudah
tradisional itu.
Jadi, tidak hanya orang indonesia
yang menulis karya sastra melayu lama, tetapi juga ada orang yang dari negara
lain yang menulis karya sastra melayu lama, misalnya G. Francis yang berasal
dari belanda.
B.
Karya- karya sastra awal ( pujangga lama dan melayu lama) 1900-1920
1.
Hikayat
Salah satu karya sastra yang dihasilkan pada sastra awal 1900-1920
adalah Hikayat Si Miskin, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat
Amir Hamzah, ialah beberapa diantara
karya- karya sastra klasik Melayu. Pengarang- pengarangnya pun tidak sedikit,
terutama berasal dari lingkungan ulama dan kesultanan di kepulauan Riau. Diantra
yang paling termasyur ialah Raja Ali Haji, Nurrudin Arraniri, Tuan Srilanang,
Hamzah Fansyuri, Abudullah bin Abdul Kadir Munsyi. Abdullah terkenal karena ia
menulis karya-karya yang tidak mengikuti tradisi Melayu, melainkan mengikuti
kebiasaan orang-orang Inggris yang menjadi majikannya. Yang dikisahkannya bukan
lagi fantasi tentang raja dan putri-putri cantik melainkan kehidupan
sehari-hari.[2]
Cerita-cerita itu ditulis dalam bahasa Melayu, tetapi bukan oleh
pengarang kelahiran Melayu atau Sumatera. Salah satu Hikayat yang sangat
menarik ialah hikayat Siti Mariah yang ditulis oleh H. Moekti. Roman ini oleh
pengarangnya disebut hikayat, tetapi meuiskan kehidupan sehari-hari pada zaman
pengarangnya sendiri, ditulis dengan bahasa Melayu yang hidup pula.
Jadi, hikayat merupakan karya- karya melayu klasik tetapi banyak
juga hikayat yang bukan ditulis oleh pengarang kelahiran Melayu atau Sumatra
tetapi pengarang indo.
2.
Syair
Menurut ahli Badudu, 1984. Mengatakan salah satu karya sastra yang
dihasilkan pada sastra awal 1900-1920 adalah syair . Syair mempunyai dua
pengertian, yaitu salah satu bentuk puisi lama, dan sajak ( puisi). Pada abad
pertengahan, syair mendapat tempat yang penting dalam masyaraakat karena pada
masa itu karangan dalam bentuk prosa belum dikenal benar. Hampir semua cerita
atau hikayat ditulis dalam bentu syair. Syair dapat dibedakan atas syair- syair
yang merupakan dongeng atau berisi angan- angan pengarang, syair yang berupa
kiasan atau sindiran, syair yang bercerita tentang kejadian, dan syair yang
berisi ajaran budi pekerti atau agama. Sedangkan syarat sebuah syair adalah
terdiri empat baris, tiap baris terdapat delapan sampai sepuluh suku kata,
tidak terdiri atas sampiran dan isi, tetapi semuanya merupakan isi. Umunya
beruntun karena dipakai melukiskan cerita dan rima akhirnya a-a-a-a artinya
berima rangkai.
Jadi, syair adalah salah satu bentuk puisi lama dan sebuah karangan
berbentuk prosa dan syair yang mengandung nilai- nilai tertentu seperti ajaran
agama dan budi pekerti.
(
Badudu, 1984)
3.
Gurindam
Menurut ahli Badudu,
1984. Mengatakan gurindam adalah bentuk puisi lama yang penulisan yang mana
bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu kuno. Gurindam yang terkenal adalah
kumpulan gurindam karangan pujangga
melayu lama Raja Ali Haji. Gurindam XII karena terdiri dari dua belas pasal dan
berisi kurang lebih 64 buah gurindam. Melihat dari isinya gurindam mendekati
pepatah. Syarat sebuah gurindam adalah terdiri dari dua baris, rima akhirnya
a-a, sempurna dengan dua baris saja, baris pertma merupakan syarat, baris kedua
berisi akibat daripda yang disebutkan pada baris pertama, isi gurindam pada
umunya berisi nasehat atau sindiran.
Jadi, gurindam
adalah bentuk puisi lama yang mana bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu
kuno dan melayu yang terkenal adalah gurindam karangan pujangga melayu lama
Raja Ali Haji.
4.
Pantun
Menurut ahli Badudu, 1984. Mengatakan pantun merupakan sebuah karya
sastra melayu lama yang memiliki syarat sebagai berikut yaitu terdiri dari 4
baris, tiap baris terdiri dari delapan sampai sepuluh suku kata, dua baris
pertama disebut sampiran dan dan dua baris berikutnya mengandung maksud atau
isi pantun, dan pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima disebut dengan
abjad. Maksudnya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris
ketiga, bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat.
Jadi, pantun merupakan karya sastra melayu lama yang memiliki
memiliki beberapa syarat tertentu.
C.
Tokoh- tokoh yang terkenal dalam sastra pujangga lama dan melayu
lama 1900-1920.
Ada beberapa tokoh penting pada masa sastra awal yaitu :
1.
Hamzah Fansuri
Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang sastrawan, ulama, dan budayawan
yang terkemuka yang diperkirakan hidup antara abad ke- 16 sampai awal abad ke-
17.beliau merupakan tokoh utama diantara penulis- penulis utama angkatan
pujangga lama. Selanjutnya, dari istana kesultanan Aceh pada abad XVII Muncul
karya-karya klasik. Karya- karya yang paling terkemuka ialah Nur ad- Daqa’iq.
Hamzah Fansuri telah berhasil meletakkan dasar- dasar estetika melayu yang
mantap dan kukuh. Pengaruh yang dirasakan akibat adanya karya yang dihasilkan
oleh hamzah fansuri di dalam kesusasteraan indonesia masih terlihat sampai abad
ke- 20. [3]
Jadi, Hamzah Fansuri adalah seorang sastrawan pada masa pujangga
lama yang telah berhasil menciptakan karya sastra terkemuka ialah Nur ad- Daqa’
iq.
2.
H. Moekti
Haji moekti menulis hikayat sitti mariah pada awal abad ke- 20,
yang meskipun disebut hikayat tidak ada pesamaannya dengan hikayat- hikayat
yang dikenal dalam sastra klasik. Ceita ini dimuat sebagai cerita bersambung
dalam surat kabar medan prijaji yang terbit di Bandung. Cerita- cerita itu
ditulis dalam bahasa melayu, tetapi bukan oleh pengarang kelahiran melayu atau
sumatra, mengisahkan tentang kehidupan masyarakat kita pada masa itu. [4]
Jadi, H. Moekti adalah salah satu tokoh pada abad ke- 20 yang telah
menghasilakn karya- karya sastra berupa hikayat yang ditulis dalm bahasa
melayu.
3.
Mas Marco kartodikromo
Mas Marko Kartodikromo adalah seorang wartawan yang pada masa itu
terbilang produktif, ia berkali- kali dijatuhkan hukuman oleh pemerintah
jajahan belanda karena tulisan- tulisannya dan ia akhirnya meninggal dalam
pembuangan di Digul atas, Irian Barat. Dari tangannya terbit beberapa buah
buku, kebanyakan roman diantaranya yang berjudul mata gelap (1914), student
hijau (1919), syair rempah- rempah (1919). [5]
Jadi, Mas Marco Kartodikromo adalah seorang wartawan yang berkali-
kali dijatuhkan hukuman oleh pemerintah belanda karena tulisannya. Salah satu
contoh karyanya yang terkenal yaitu syair rempah- rempah (1919).
4.
G. Francis
Seorang indo berama G. Francis yang menulis kisah nyai dasimah (1896)
yang konon bedasarkan peristiwa yang benar benar terjadi betawi. Kisah itu
menceritakan nasib seorang wanitakampung yang dijadikan nyai- nyai orang
inggris kemudian tertawan hatinya leh guna- guna yang dilakukan oleh Bang
Samiun. Melihat keaaan itu, tentu saja pemerintah jajhan belanda merasa
khawatir kalau- kalau kejadian seperti di india terjadi pula disini . Seperti
diketahui, Inggris di India padaa masa itu telah kewalahan menghadapi tuntutan
paa pejuang kemedeaan india yang tumbuh kesaaasan nasionalnya justru setelah
mendapat pendidikan barat yang diselenggarakan oleh inggris sendiri. Pemerintah
belanda yang mendapat keuntungaan besar selama menjajah indonesia tentu saja
tidak mau mengalami kesuitan seperti orang- orang inggris di india. Mereka tak
mau pula kehilangan tanah jajahannya yang makmur ini. [6]
Jadi, G. Francis adalah seorang penulis berasal dari indo yang
menulis kisah nyai dasimah (1896) yang mana kisah- kisah itu benar terjadi di
daerah di Betawi.
DAFTAR PUSTAKA
Rosidi, Ajip.
2013. Ikhtisar Sejarah Sstra Indonesia. Bandung: Pustaka Jaya.
[1] Ajip Rosidi.
2013. Ikhtisar Sejarah Sstra Indonesia. Bandung: Pustaka Jaya. Hal, 15.
[2] Ajip Rosidi. Op
cit. Hal, 15.
[3] Ajip Rosidi. Op
cit. Hal, 19.
[4] Ibid., hal 15.
[5] Ajip Rosidi. Op
cit. Hal, 27.
[6] Ibid., hal 19.