1

loading...

Monday, December 3, 2018

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM


MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAMPENDEKATAN PSIKOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang di bawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dlamnya terdapat petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas luasnya.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam sumber ajarannya, Al-quran dan hadis, tampak sangat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan materialdan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter kemitraan, anti fedoalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap positif lainnya.

B.       Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari pendekatan psikologi?
2.      Bagaimana pendekatan psikologi dalam studi islam?

C.      Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui pengertian dari pendekatan psikologi
2.      Mengetahui pendekatan psikologi dalam studi islam

                                                                            BAB II

A.    Pendekatan Psikologi

Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang di amatinya. Menurut Dzakiah Deradjat mengatakan sebagaimana dikutip oleh Abuddinata dalam bukunya Metodologi Studi Islam, perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang di anutnya. Seseorang yang saling berjumpa maka akan mengucapkan salam, hormat pada orang tua, guru, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran, dan sebagainya merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat di jelaskan melalui ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa agama sebagaimana dikemukakan oleh Zakiah Dradjat, tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang. Misalnya sikap beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang yang shaleh, orang yang berbuat baik, orang yang sidiq (jujur), dan sebagainya. Semua itu adalah gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan agama. Dengan ilmu kejiwaan ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang di hayati, dipahami, dan di  amalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkat usianya. Dengan ilmu ini agama menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.[1]
Kita misalnya dapat mengetahui pengaruh dari shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya dengan melalui ilmu jiwa. Dengan pengetahuan ini maka dapat di susun langkah-langkah baru yang lebih efisien lagi dalam menanamkan ajaran agama. Itulah sebabnya ilmu jiwa ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang.
Dari uraian tersebut kita melihat ternyata agama dapat di pahami melalui berbagai pendekatan. Dengan pendekatan itu semua orang akan sampai pada agama. Seorang teolog, sosiolog, antropolog, sejarawan, ahli ilmu jiwa, dan budayawan sampai pada pemahaman agama yang benar. Di sini kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normatif belaka, melainkan agama dapat di pahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan mengalami kepuasan dari agama karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agama.[2]

B.       Pendekatan Psikologi Dalam Studi Islam

Pendekatan psikologi merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Dalam pendekatan ini yang menarik bagi peneliti adalah keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama, baik pengaruh maupun akibat. Lebih lanjut, bahwa pendekatan psikologi bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagaman manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia. Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga memiliki beberapa pendekatan antara lain :

1.      Pendekatan Strutktural

Pendekatan ini dipakai oleh Wilhem Wundt. Pendekatan struktural adalah pendekatan yang berujuan untuk mempelajari pengalaman seseorang untuk berdasarkan tingkatan atau kategori tertentu. Struktur pengalaman tersebut dilakukan dengan menggunakan metode pengalaman dan intropeksi.

2.      Pendekatan Fungsional

Pendekatan ini pertama kali dugunakan oleh William James (1990 M ),ia adalah penemu labolatorium psikologi pertama kali di Amerika pada Universitas Harvard. Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individu dalam kehidupannya.

3.      Pendekatan Psiko-analisis

Pendekatan ini pertama kali dilakukan oleh Sigmung Freud (1856-1939 M). Pendekatan psiko-analisis adalah suatu pendekatan yang di lakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian  seseorang dan hubungannya dengan penyakit-penyakit jiwa. Pendekatan psikologi sangat bergantung erat dengan teori psikologi umum yang di kembangkan oleh sarjana-sarjana eropa. Karena itu pendekatan studi islam juga menggunakan teori-teori yang sama perbedaanyaa hanya beberapa dasarnya dan ruang lingkupnya yang lebih sempit. Islamisasi psikologi sendiri belum mampu menemukan teori-teori khusus yang bisa digunakan dalam pendekatan studi ke-islaman. Akan tetapi hal tersebut bukan hal yang salah atau memalukan karena tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. pendekatan psikologi bertujuan untuk menjelaskan keadaan jiwa seseorang. Keadaan jiwa tersebut dapat dilihat melalui tingkah laku, sikap, cara berfikir dan berbagai gejala jiwa lainnya. Dalam penelitian, informasi tentang gejala-gejala tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti observasi, wawancara, atau dari surat maupun dokumen pribadi yang di teliti. Lebih rinci, ada beberapa teknik untuk mendapatkan informasi dari sumber informasi yang digunakan dalam penggunaan pendekatan psikologis, yakni :
1.     Studi Dokumen Pribadi (personal Document) teknik ini bertujuan untuk menemukan informasi terkait dengan kejiwaan seseorang pada dokumen yang bersifat pribadi, seperti surat, autobiograpi, catatan harian atau tulisan lainnya yang merupakan karya pribadi yang diteliti.
2.    Kuisioner dan Wawancara.

C.      Signifikansi Dalam Studi Islam

Dari segi tingkatan kebudayaan,agama merupakan universal cultural. Salah satu prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap dengan sendirinya. Karena sejak dulu hingga sekarang agama dengan tangguh dengan eksistensinya, berarti ia mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat (Djamari, 1993 : 79). Oleh karena itu, secara umum studi islam menjadi penting karena agama, termasuk islam,memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat.
Dalam pengantar simposium nasional yang di selenggarakan oleh forum komunikasi mahasiswa pasca sarjana (FKMP) IAIN Syrif Hidayatullah Jakarta, tanggal 6 agustus 1998 di pusat pengkajian Islam dan masyarakat (PPIM), Harun Nasution (1998 : 1) mengatakan sebagaimana dikutip oleh Drs. Atang Abd. Hakim,  M.A dan Dr. Jaih Mubarok Dalam bukunya Metode Studi Islam bahwa persoalan yang menyangkut usaha perbaikan pemahaman dan penghayatan agama terutama dari sisi etika dan moralitas kurang mendapat tempat yang memadai.[3]
Situasi keberagaman di Indonesia cenderung menampilkan kondisi keberagaman yang legalistik-formalistik. Agama “harus” di manifestasikan dalam bentuk ritual-formal,sehingga muncul formalisme keagamaan yang lebih mementingkan “bentuk” daripada “isi”. Kondisi seperti itu menyebabkan agama kurang di pahami sebagai seperangkat paradigma moral dan etika yang bertujuan membebaskan manusia dari kebodohan,  keterbelakangan, dan kemiskinan. Di samping itu, formalisme gejala keagamaan yang cenderung individualistik daripada kesolehan sosial mengakibatkan munculnya sikap kontra produktif seperti nepotisme, kolusi, dan korupsi (Harun Nasution, 1998 : 1-2). Harun Nasution (1998 : 2-3 ) berpandangan bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang melaksanakan perintah tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, orang yang bertakwa adalah orang yang dekat dengan tuhan,  dan yang dekat dengan yang maha suci adalah “suci”, orang-orang yang sucilah yang mempunyai moral yang tinggi.           
Gambaran yang dikemukakan oleh Harun Nasution di atas mendapat sambutan cukup serius dari Masdar F Mas’udi. Masdar F Mas’udi (1998:1 dan 3) mengatakan kesalahan kita sebagai umat islam di Indonesia, adalah mengabaikan agama sebagai sistem nilai etika dan moral yang relevan bagi kehidupan manusia sebagai mahluk yang bermartabat dan berahlak budi. Karena itulah, kita tersentak ketika pertemuan memperlihatkan dunia sesuatu yang sangat ironi : negara indonesia yang penduduknya 100 % beragama, mayoritas beragama Islam (sekitar 90 %), dan para pejabatnya merayakan hari-hari besar agama, ternyata menduduki peringkat terkemuka di antara negara-negara yang paling korup di dunia.
Dari gambaran umat Islam Indonesia di atas, kita dapat mengetahui bahwa agama islam di Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan dihayati oleh umat islam. Oleh karena itu signifikansi studi islam di indonesia adalah mengubah pemahaman dan penghayatan keislaman masyarakat Muslim Indonesia secara khusus, dan masyarakat beragama pada umumnya. Adapun perubahan yang di harapkan adalah format formalisme keagamaan Islam diubah menjadi format agama yang substansif. Sikap enklusivisme, kita ubah menjadi sikap universalisme, yakni agama yang tidak mengabaikan nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan karena pada dasarnya agama diwahyukan untuk manusia.[4]

D.      Contoh Pendekatan Studi Islam oleh Ilmu Psikologi

Seperti yang sudah kita bahas di atas bahwa pendekatan psikologi dalam studi Islam hanya fokus terhadap kejiwaan manusia. Oleh karena itu psikologi dalam studi Islam hanya mencari masalah perilaku dan kejiwaan manusia yang berkaitan dengan agama Islam. Berikut adalah beberapa contoh pendekatan psikologis dalam studi Islam, sebagai berikut :
1. Kondisi Spiritual
Masalah yang pertama adalah masalah perasaan seseorang. Seorang ahli tasawwuf merasakan bahwa Allah selalu dekat dengannya setiap hari. Ia merasakan kehadiran Allah di dalam hatinya. Oleh sebab itu untuk merasakan bahwa Allah selalu dekat dengannya, ia selalu melakukan dzikir setiap saat secara sadar.
Ia tak pernah membiarkan lisannya diam tanpa berdzikir kepada Allah sehingga yang ia dapatkan adalah ketentraman jiwa dan ketenangan hati sebagai seorang hamba Allah. Masalah yang difokuskan dalam studi islam dalam kasus ini adalah perasaan manusia yakni dekat dengan Allah dan proses munculnya perasaan tersebut hingga mempengaruhi perilakunya (melakukan dzikir).
2. Kebutuhan Kepuasan Manusia
Masalah selanjutnya yang dapat dikaji oleh pendekatan psikologi dalam studi Islam adalah perihal kepuasan seorang manusia dengan kehidupan yang dijalaninya. Dalam suatu masyarakat, kepuasan ini dapat dibedakan menjadi 2 kasus yaitu seorang hamba yang memiliki ekonomi sederhana namun ibadahnya lebih tinggi. Ia suka menolong kepada sesama yang membutuhkan, ia tak pernah melewatkan sholat satu kali pun.
Sedangkan seorang hamba yang memiliki ekonomi cukup bahkan berlebih namun tingkat ibadahnya rendah. Ia tidak peduli dengan sesama dan jarang melakukan sholat, akibatnya ia selalu merasa bahwa kekayaan yang dimilikinya tak pernah cukup. Fokus pendekatan psikologi dalam kasus ini adalah mencari pengaruh tingkat ibadah seseorang antara ekonomi rendah dan tinggi terhadap rasa puas yang dimiliki di dalam kehidupannya.
3. Penerapan Agama dalam Sehari-hari
Masalah selanjutnya adalah bagaimana pengaruh agama yang dibawa terhadap perilaku manusia sehari-harinya. Seseorang yang sudah terbiasa membaca Al-Qur’an dan berdoa akan berbeda dengan seorang hamba yang angkuh dan tidak mau berdoa.
4. Rasa Menghormati
Begitu pula ketika seseorang memasuki tempat ibadanya harus tetap menujukkan rasa hormat kepada penganut agama lain. Seperti kita ketahui bahwa rumah ibadah merupakan rumah yang senantiasa memberikan pengalaman batin sehingga dapat menimbulkan perilaku sesuai dengan keyakinan yang mereka yakini. Untuk itu sikap saling hormat-menghormati antar umat beragama harus kita galakkan melalui pendekatan psikologi.
5. Tingkah Laku
Pendekatan psikologi dalam studi Islam juga dapat digunakan untuk menelaah masalah tingkah laku seorang muslim ketika berjumpa dengan umat muslim lainnya. Ditambah dengan bagaimana sikapnya dalam menghormati kedua orang tuanya, rela berkorban untuk sesamanya dan memperjuangkan kebenaran.
6. Ketuhanan
Gejala berikutnya yang dapat dikaji melalui pendekatan psikologi dalam studi Islam adalah banyak muslim yang tiba-tiba keluar dari jalur agama. Seperti ketika seseorang yang taan dan ahli ibadah malah berubah menjadi orang yang lalai dan meninggalkan perintah Allah.
Masalah berikutnya adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang untuk keluar dari agama Islam atau murtad. Faktor-fakor ini bisa ditemukan melalui pendekatan psikologi dalam studi Islam. Sebab menurut psikologi agama, seseorang yang murtad terhadap agamanya bisa disebabkan oleh dua hal yaitu faktor intern atau yang berasal dari dalam dirinya sendiri dan faktor ekstern yang berasal dari pengaruh luar atau pengaruh lingkungan tempat dia tinggal.
7. Lingkungan Sekitar
Kajian berikutnya yang dapat dianalisa menggunakan pendekatan psikologi dalam studi Islam adalah pengrauh dari sosok anggota keluarga dalam hal ini adlaah ayah terhadap perilaku dan sikapnya kepada agama. Keyakinan dan ketaatan yang dimiliki soerang anak bisa bergantung dari orang tuanya.
Seorang anak dari bapak yang suka mabuk dan berperilaku kasar terhadapnya akan mempengaruhi sikap sang anak terhadap agama yang dianutnya. Sedangkan seorang anak yang dididik oleh seorang bapa yang ahli ibadah dan memperlakukan anaknya dengan lemah lembut juga akaan mempengaruhi sikap anak terhadap agamanya.
8. Teman Bermain
Gejala berikutnya yang dapat dikaji dengan psikologi studi Islam adalah pengaruh komunitas terhadap hal-hal yang berbau mistik berkaitan dengan kehidupan beragama. Dimana kebanyakan masyarakat Indonesia melakukan penghayatan agama dengan mengadakan ritual-ritual alamiah dibanding dengan penalaran konsep agama di dalam urusan dunia.
9. Keberadaan Pemuka Agama
Kemudian gejala terakhir yang dapat dikaji oleh pendekatan psikologi dalam studi Islam adalah bagaimana pengaruh seorang penceramah, ustadz atau seorang ulama dalam mengajak jamaah atau pengikutnya untuk melakukan seperti yang mereka arahkan. Jika para jamaah terpengaruh maka hal ini juga yang akan mempengaruhi perilakunya terhadap agama yang dianutnya.[5]

A.      Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan psikologi dalam studi islam adalah ilmu yang berkaitan dengan ilmu jiwa. Dimana dalam pendekatan psikologi  adalah ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang. Misalnya sikap beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang yang shaleh, orang yang berbuat baik, orang yang sidiq (jujur), dan sebagainya. Semua itu adalah gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan agama. Dengan ilmu kejiwaan ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang di hayati, dipahami, dan di  amalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkat usianya. Dengan ilmu ini agama menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya. Dan pendekatan psikologi bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagaman manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia. Beberapa contoh dari pendekatan Studi Islam meliputi : Kondisi Spiritual, Kebutuhan Kepuasan Manusia, Penerapan Agama dalam Sehari-hari, Rasa Menghormati, Tingkah Laku, Ketuhanan, Lingkungan Sekitar, Teman Bermain, Keberadaan Pemuka Agama.

B.       Saran

Demikian makalah ini kami buat. Semoga apa yang kami diskusikan dapat menambah rasa syukur kita kepada Allah dan menambah pengetahuan kami dan pembaca. Adapun dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang masih perlu kami sempurnakan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan kami ucapan terima kasih.


Drs. Atang Abd. Hakim, M.A dan Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2000 )
Fitri Febri, Psikologi Agama, (dosenpsikologi.com/contoh-pendekatan-psikologis-dalam-studi-islam : diakses pada 29 desember 2017)

[1] Abuddinnata, Metodologi Studi Islam ( Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 58
[2] Abuddinnata, Metodologi Studi Islam ( Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 59
[3] Drs. Atang Abd. Hakim, M.A dan Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2000 ), hlm. 7-8

[4] Drs. Atang Abd. Hakim, M.A dan Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2000 ), hlm. 9
[5] Fitri Febri, Psikologi Agama, (dosenpsikologi.com/contoh-pendekatan-psikologis-dalam-studi-islam : diakses pada 29 desember 2017)

No comments:

Post a Comment