Unsur-Unsur dalam Retorika
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara
merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting, karena
dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan
pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala
kondisi emosional dan lain sebagainya.Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana
mungkin bukanlah suatu masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu
ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan
suatu tema sentral, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi
seorang pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu
melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan
proses latihan yang secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang
pembicara yang handal.
Retorika
merupakan bagian dari seni berbicara, untuk mendapatkan hasil penyampaian retorika
yang lebih baik dari orator maka ada beberapa yang harus di siapkan di
antaranya unsur-unsur beretorika, seperti adanya orator, khalayak, pesan yang
di sampaikan. Untuk mengetahui lebih lanjut maka akan di jelaskan di dalam
makalah selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
§
Apa Saja Unsur-Unsur dalam Retorika?
C. Tujuan Masalah
§
Untuk mengetahuiUnsur-Unsur dalam Retorika
BAB II
PEMBAHASAN
1. Unsur-Unsur Retorika
Titik
tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengungkapkan kata atau
kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus yang ada pada manusia.
Oleh karena itu, pembicaraan itu setua umur bangsa manusia. Bahasa dan
pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan menyampaikan
pikirannya kepada manusia lain (Hendrikus, 1991: 14).[1]
Terdapat unsur-unsur dalam proses retorika (Suhandang,
2009) antara lain:
A. Komunikator
Komunikator atau disebut juga sebagai
pembicara meruupakan pusat transaksi. Seorang pembicara yang cerdas adalah pembicara yang
selalumemperhatikan segala reaksi yang muncul dari audiensnya, sehingga
pembicara dapat dengan segera mengubah strategi dan gaya pidato yang sebelumnya dilakukan ketika mengetahui bahwa respon yang
diberikan audiens bersifat negatif atau menentang.[2]
B. Pendengar (Audiens)
Hadirin atau pendengar yang terlibat dalam
kegiatan retorika memiliki ke khasan sendiri. Masing-masing pendengar masuk
dalam situasi retorika dengan berbagai maksud, berbeda motif, berlainan
harapan, berbeda pengetahuan, berlainan sikap, kepercayaan, dan nilai.
Singkatnya, mereka hadir dengan berbeda predisposisi.
Fraser Bond menggolongkan pendengar menjadi 3
yaitu:
a)
Golongan intelek, cirinya menghargai orang lain menerima
masukan orang yang berilmu.
b)
Golongan praktisi, orang-orang yang lebih menyukai kegiatan
praktek daripada teori.
c)
Golongan non intelek, orang yang lebih memperhatikan apa yang
menjadi kebutuhannya atau kepentingan pribadi.
C. Suara (Bunyi-bunyian)
Bunyi
apa saja yang bisa di dengar di sekitar kegiatan retorika akan mengganggu dalam
penyampaian dan penerimaan pesan. Bunyi itu mungkin berasal dari luar konteks
yang paling dekat seperti, suara mobil, teriakan anak-anak, hembusan angina
ataupun hujan. Maupun suara yang berasal dari dalam konteks yang bersangkutan
seperti audiens yang mengobrol, gangguan udara dari mikropon, gemersik kertas,
kata-kata klise, prasangka dala pikiran pembicara atau pendengar, dan kecemasan
yang timbul pada diri pembicara juga biasa dianggap sebagai suatu gangguan
bunyi (noise band).[3]
D. Pesan dan Salurannya
Pesanyang kita sampaikan selalu mengandung
makna yang dibangun oleh adanya isi (content) dan lambang (symbol). Isi komunikasi yang dimaksud tidak lain adalah apa yang kita pikirkan atau buah
pikiran apa yang akan kitasampai kan, sedangkan lambang
yang paling utama bertujuan untuk melukiskan buah pikiran itu
adalah bahasa, dan umumnya bahasa dikemukakan dalam bentuk untaian kata-kata. Dalam hal pemilihan kata
perlu diketahui bahwa setiap kata selalu mengandung dua pengertian, yaitu pengertian denotatif yang
mengandungarti sebagaimana tercantum dalam kamus (arti kata) dan pengertian
konotatif yang mengandung pengertian emosional atau mengandung penilaian tertentu
(makna buah pikiran atau maksud penyampaian).
Sedangkan saluran yang dimaksud adalah medium
yang meneruskan pesan bermakna dari pengirim kepada penerimanya. Dalam hal ini
kita bias membayangkan adanya saluran abstrak yang meneruskan suara, saluran
yang menghubungkan hal-hal yang berkenaan dengan pembicaraan dan pendengaran.
Namun ada juga saluran yang tampak dan penting adanya seperti kontak mata,
gerakan badan, tangan serta cara berpakaian dapat menyalurkan pesan yang
mengandung arti tertentu.[4]
E. Akibat
Berhasilatau tidaknya suatu pidato tergantung
pada interaksi antara pembicaradan informasi lain yang dimiliki audiens.
Karenanya untuk pembicara yang efektif harus mengetahui informasi, sikap, dan
kepercayaan yang dimiliki hadirin terhadap tema pidato. Kredibilitas akan mempengaruhi cara hadirin dalam memahami pidato yang disampaikan. Carl Hovland menyatakan bahwa berhasil atau
tidaknya orator dalam berpidato tergantung pada:
a)
Maksud si pembicara berpidato
b)
Kejujuran si pembicara
c)
Kedudukan dan tanggungjawab sosial pembicara
d)
Pengalaman si pembicara
e)
Pandangan si pembicara mengenai hal-hal yang aktual.
F. Konteks
Antara pembicara dan pendengar, beroperasi dalam suatu konteks yang
meliputi dimensi lingkungan social secara fisik dan psikis. Konteks sangat
berperan dalam kegiatan retorika. Konteks selalu menimbulkan pengaruh yang
berarti bagi berlangsungnya retorika dan karena perlu di analisis serta diatur
adanya dalam setiap situasiretorika.[5]
Karl
Wallace (Syafi’i, 1998), mengatakan bahwa retorika memiliki 4 unsur yakni:[6]
1. Rasional
yang baik
Artinya
bahwa penyampaian pesan dalam peristiwa komonikasi harus didukung oleh
rasional.jadi pesan yang akan disampaikan harus dapat diterima secara akal
sehat.
2. Ethical
and moral value (etika dan nilai moral)
Dalam
unsur ini diharapkan orang yang menguasai retorika dapat menjadi orang
yang baik. Sehingga terdapat tiga syarat etika yang harus diperhatikan dalam
penyampaian pesan komunikasi yaitu: Bertanggung jawab pada pemilihan
unsur-unsur persuasif, dan menyadari kemungkinan kita berbuat salah. Berusaha mengetahui dan
menyadari secara jujur akan kerugian yang akan timbul sebagai akibat keangkuhan
dan kekurangan diri sendiri. Toleransi
terhadap mereka yang setuju terhadap apa yang mereka sampaikan[7]
3. Bahasa
Penggunaan
bahasa yang baik adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi atau
konteks komunikasi.
4. Pengetahuan
Pengetahuan
yang relevansi dengan pesan komunikasi yang disampaikan dapat lebih menyakinkan
komunikan,apabila ditampilkan dengan sistematis dan objektif. Pengetahuan yang
memadai dapat menunjang semakin berkualitasnya penyampaian suatu pesan.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retorika merupakan suatu seni dalam
berbicara. Untuk menyampaikan suatu
pesan yang optimal ada beberapa unsur dalam beretorika, diantaranya adanya
komunikator sebagai pembicara, audiens (khalayak), suara, pesan yang akan
disampaikan, akibat dari reorika, konteks dari retorika, serta menggunakan
rasional yang baik, etika dan nilai moral, bahasa, serta pengetahuan yang luas
atas wawasan ilmu pengtahuan.
B.
Saran
Kami menyakini bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak sekali kekurangan karena murni berasal dari kelemahan,
kekurangan, serta keterbatasan kami dalam mencari sumber referensi dan
menyajikan kepada pembaca semua. Maka dari itu kritik dan saran dari saudara/i
pembaca yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan untuk bahan koreksi
dan pembenahan kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hendrikus,Dori
Wuwur. 2017. Retorika Terampil Berpidato.
Kanisius
Zainul , Maarif. 2015. Retorika Metode Komunikasi Publik.
Depok: PT Raja grafindo Persada
Rakhmat,, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern; Pendekatan Praktis. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
[2]Maarif. Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik
(Depok: PT Raja grafindo Persada, 2015), hlm. 80
[4]Maarif. Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik,
hlm…82
No comments:
Post a Comment