1

loading...

Sunday, April 7, 2019

makalah Apa Saja Unsur-Unsur dalam Retorika


Unsur-Unsur dalam Retorika


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Berbicara merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya.Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang handal.
Retorika merupakan bagian dari seni berbicara, untuk mendapatkan hasil penyampaian retorika yang lebih baik dari orator maka ada beberapa yang harus di siapkan di antaranya unsur-unsur beretorika, seperti adanya orator, khalayak, pesan yang di sampaikan. Untuk mengetahui lebih lanjut maka akan di jelaskan di dalam makalah selanjutnya.

B.       Rumusan Masalah
§  Apa Saja Unsur-Unsur dalam Retorika?

C.      Tujuan Masalah
§  Untuk mengetahuiUnsur-Unsur dalam Retorika





BAB II
PEMBAHASAN
1.    Unsur-Unsur Retorika
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengungkapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus yang ada pada manusia. Oleh karena itu, pembicaraan itu setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain (Hendrikus, 1991: 14).[1]
Terdapat unsur-unsur dalam proses retorika (Suhandang, 2009) antara lain:
A.  Komunikator  
Komunikator atau disebut juga sebagai pembicara meruupakan pusat transaksi. Seorang pembicara yang cerdas adalah pembicara yang selalumemperhatikan segala reaksi yang muncul dari audiensnya, sehingga pembicara dapat dengan segera mengubah strategi dan gaya pidato yang sebelumnya dilakukan ketika mengetahui bahwa respon yang diberikan audiens bersifat negatif atau menentang.[2]
B.  Pendengar (Audiens) 
Hadirin atau pendengar yang terlibat dalam kegiatan retorika memiliki ke khasan sendiri. Masing-masing pendengar masuk dalam situasi retorika dengan berbagai maksud, berbeda motif, berlainan harapan, berbeda pengetahuan, berlainan sikap, kepercayaan, dan nilai. Singkatnya, mereka hadir dengan berbeda predisposisi.
Fraser Bond menggolongkan pendengar menjadi 3 yaitu:
a)    Golongan intelek, cirinya menghargai orang lain menerima masukan orang yang berilmu. 
b)   Golongan praktisi, orang-orang yang lebih menyukai kegiatan praktek daripada teori.
c)    Golongan non intelek, orang yang lebih memperhatikan apa yang menjadi kebutuhannya atau kepentingan pribadi.
C.  Suara (Bunyi-bunyian)
Bunyi apa saja yang bisa di dengar di sekitar kegiatan retorika akan mengganggu dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Bunyi itu mungkin berasal dari luar konteks yang paling dekat seperti, suara mobil, teriakan anak-anak, hembusan angina ataupun hujan. Maupun suara yang berasal dari dalam konteks yang bersangkutan seperti audiens yang mengobrol, gangguan udara dari mikropon, gemersik kertas, kata-kata klise, prasangka dala pikiran pembicara atau pendengar, dan kecemasan yang timbul pada diri pembicara juga biasa dianggap sebagai suatu gangguan bunyi (noise band).[3]
D.  Pesan dan Salurannya 
Pesanyang kita sampaikan selalu mengandung makna yang dibangun oleh adanya isi (content) dan lambang (symbol). Isi komunikasi yang dimaksud tidak lain adalah apa yang kita pikirkan atau buah pikiran apa yang akan kitasampai kan, sedangkan lambang yang paling utama bertujuan untuk melukiskan buah pikiran itu adalah bahasa, dan umumnya bahasa dikemukakan dalam bentuk untaian kata-kata. Dalam hal pemilihan kata perlu diketahui bahwa setiap kata selalu mengandung dua pengertian, yaitu pengertian denotatif yang mengandungarti sebagaimana tercantum dalam kamus (arti kata) dan pengertian konotatif yang mengandung pengertian emosional atau mengandung penilaian tertentu (makna buah pikiran atau maksud penyampaian).
Sedangkan saluran yang dimaksud adalah medium yang meneruskan pesan bermakna dari pengirim kepada penerimanya. Dalam hal ini kita bias membayangkan adanya saluran abstrak yang meneruskan suara, saluran yang menghubungkan hal-hal yang berkenaan dengan pembicaraan dan pendengaran. Namun ada juga saluran yang tampak dan penting adanya seperti kontak mata, gerakan badan, tangan serta cara berpakaian dapat menyalurkan pesan yang mengandung arti tertentu.[4]


E.  Akibat 
Berhasilatau tidaknya suatu pidato tergantung pada interaksi antara pembicaradan informasi lain yang dimiliki audiens. Karenanya untuk pembicara yang efektif harus mengetahui informasi, sikap, dan kepercayaan yang dimiliki hadirin terhadap tema pidato. Kredibilitas akan mempengaruhi cara hadirin dalam memahami pidato yang disampaikan. Carl Hovland menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya orator dalam berpidato tergantung pada:
a)    Maksud si pembicara berpidato
b)   Kejujuran si pembicara
c)    Kedudukan dan tanggungjawab sosial pembicara
d)   Pengalaman si pembicara
e)    Pandangan si pembicara mengenai hal-hal yang aktual.
F.   Konteks 
Antara pembicara dan pendengar, beroperasi dalam suatu konteks yang meliputi dimensi lingkungan social secara fisik dan psikis. Konteks sangat berperan dalam kegiatan retorika. Konteks selalu menimbulkan pengaruh yang berarti bagi berlangsungnya retorika dan karena perlu di analisis serta diatur adanya dalam setiap situasiretorika.[5]

Karl Wallace (Syafi’i, 1998), mengatakan bahwa retorika memiliki 4 unsur yakni:[6]
1.    Rasional yang baik
          Artinya bahwa penyampaian pesan dalam peristiwa komonikasi harus didukung oleh rasional.jadi pesan yang akan disampaikan harus dapat diterima secara akal sehat.

2.    Ethical and moral value (etika dan nilai moral)
          Dalam unsur ini  diharapkan orang yang menguasai retorika dapat menjadi orang yang baik. Sehingga terdapat tiga syarat etika yang harus diperhatikan dalam penyampaian pesan komunikasi yaitu: Bertanggung jawab pada pemilihan unsur-unsur persuasif, dan menyadari kemungkinan kita berbuat salah. Berusaha mengetahui dan menyadari secara jujur akan kerugian yang akan timbul sebagai akibat keangkuhan dan kekurangan diri sendiri. Toleransi terhadap mereka yang setuju terhadap apa yang mereka sampaikan[7]
3.    Bahasa
          Penggunaan bahasa yang baik adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi atau konteks komunikasi.
4.    Pengetahuan
          Pengetahuan yang relevansi dengan pesan komunikasi yang disampaikan dapat lebih menyakinkan komunikan,apabila ditampilkan dengan sistematis dan objektif. Pengetahuan yang memadai dapat menunjang semakin berkualitasnya penyampaian suatu pesan.[8]















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Retorika merupakan suatu seni dalam berbicara.  Untuk menyampaikan suatu pesan yang optimal ada beberapa unsur dalam beretorika, diantaranya adanya komunikator sebagai pembicara, audiens (khalayak), suara, pesan yang akan disampaikan, akibat dari reorika, konteks dari retorika, serta menggunakan rasional yang baik, etika dan nilai moral, bahasa, serta pengetahuan yang luas atas wawasan ilmu pengtahuan.

B.     Saran
Kami menyakini bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan karena murni berasal dari kelemahan, kekurangan, serta keterbatasan kami dalam mencari sumber referensi dan menyajikan kepada pembaca semua. Maka dari itu kritik dan saran dari saudara/i pembaca yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan untuk bahan koreksi dan pembenahan kami selanjutnya.














DAFTAR PUSTAKA
Hendrikus,Dori Wuwur. 2017. Retorika Terampil Berpidato. Kanisius
Zainul , Maarif. 2015. Retorika Metode Komunikasi Publik. Depok: PT Raja grafindo Persada
Rakhmat,, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern; Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


[1]Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato (Kanisius, 2017), hlm. 61
[2]Maarif. Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik (Depok: PT Raja grafindo Persada, 2015), hlm. 80
[3]Maarif. Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, hlm...81
[4]Maarif. Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, hlm…82
[5]Maarif. Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, hlm…83
[6]Jalaluddin. Rakhmat, Retorika Modern (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 105
[7]Jalaluddin. Rakhmat, Retorika Modern, hlm... 106
[8]Jalaluddin. Rakhmat, Retorika Modern, hlm... 106

No comments:

Post a Comment