1

loading...

Tuesday, April 2, 2019

MAKALAH HAMBATAN, PROBLEMATIKA DAN SOLUSI DALAM BIMBINGAN DAN KONSLING SD/MI


MAKALAH
HAMBATAN, PROBLEMATIKA DAN SOLUSI DALAM BIMBINGAN  DAN 
KONSLING SD/MI

BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Bimbingan dan konsling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli sumber kepada seseorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dengan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Didalam melakukan bimbingan dan konsling sudah pasti seorang konselor menemukan hambatan-hambatan serta problematika dalam melakukan bimbingan konsling. Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara tidak konseptual. Hambatan-hambatan ini timbul karena banyaknya problematika yang dihadapi oleh konseling maupun si terbimbing.
Pendidik adalah orang yang bertugas dalam memberikan ilmu, pengetahuan, arahan, membimbing serta mengevaluasi. Oleh karena itu, Pendidik atau guru sangat berperan penting dalam melakukan bimbingan dan konsling terhadap peserta didik dimana guru ditugaskan untuk melakukan bimbingan konsling terhadap peserta didik sekaligus memberikan materi pengajaran.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud dengan hambatan?
2.    Apa saja hambatan dalam bimbingan dan konsling di SD/MI?
3.    Apa saja problematika yang dihadapi dalam melakukan bimbingan dan konsling di SD/MI?
4.    Apa saja solusi dalam mengatasi hambatan dalam bimbingan dan koonsling di SD/MI?

C.  TUJUAN
1.    Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hambatan
2.    Untuk mengetahui apa saja hambatan yang ada dalam bimbingan konsling di SD/MI.
3.    Untuk mengetahui Apa saja problematika yang dihadapi dalam melakukan bimbingan dan konsling di SD/MI.
4.    Untuk mengetahiu Apa saja solusi dalam mengatasi hambatan dalam bimbingan dan koonsling di SD/MI.
                                     






















BAB II
PEMBAHAASAN

A.  HAMBATAN-HAMBATAN PELAKSANAAN BK DI SD/MI
Bimbingan pada dasarnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli sumber kepada seseorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dengan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.[1]
Konseling adalah usaha membantu koseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar  klien dapat mengambil tangung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus denagn kata lain terjadinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien. Didalam dunia pendidikan juga terdapat guru bimbingan konseling dan disana mereka juga menemukan beberapa hambatan yang mana sedikit membuat guru atau konselor kesulitan dalam melakukan bimbingan terhadap siswa.
Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara tidak konseptual. Adapun hambatan yang di temukan dalam bimbingan konsling di SD/MI.
1.    Para penglolah sekolah masih beranggapan bahwa tugas sekolah adalah mengajar, oleh karena itu semua dana dan usaha dipusatkan untuk meluluskan sebanyak mungkin siswa  agar mereka mendapat ijazah untuk melanjutkan sekolah. Mutu sekolah diukur berdasarkan jumlah siswa yang lulus denagn nilai ijazah yang baik. Sekolah yang seperti ini kurang menghargai dan memperhatikan pelaksanan program bimbingan dan konsling di sekoalah.
Kehadiran konselor disekolah dipandang sebagai pemborosan biaya. Penanganan diserahkan pada/wali kelas dan guru tidak mempuyai cukup waktu dan keahlian untuk  memberkan bimbingan dari siswa.
2.    Kepala sekolah dan guru masih belum memiliki pengetahan yang benar mengenai peranan dan kedudukan program pendidikan disekolah. Dipihak lain kepala sekolah memberikan tugas kepada petugas bimbingan yang bukan tugasnya, misalnya para konselor ikut menangani disiplin sekolah.
3.    Banyak lembaga pendidikan konselor, seperti IKIP kurang memberikan bekal praktek bimbingan kepada calon petugas bimbingan. Akhirnya setelah lulus dan bertugas di lapangan, para petugas bimbingan kurang memahami tugas pokoknya. Mereka sibuk daftar pribadi dan membantu tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi sekolah, termasuk melakukan tugas disiplin sekalah. Para siswa mengangkap bawa BP sebagai pusat pengadilan, sehinga mereka takut terhadap pembimbing.
4.    Nama stap bimbingan memberikan kesan kepada guru bawa fungsi bimbingan telah memiliki spesifikasi. Oleh karena itu mereka bebas dari tugas membimbing siswa, jika menemukan siswa yang nakal, mereka menyerahkan/menyusun siswa yang nakal tersebut menghadap guru pembimbing.
5.    Banyak petugas bimbingan bukan lulusan studi psikolgi pendidikan dan bimbingan banyak sarjana pendidikan non BP di beri tugas sebagai koselor sekolah. Mereka umumnya guru yang berhasil mencapai gelar sarjana pendidikan. Akibatnya banyak program bimbingan tidak terlaksana dangan baik, bahkan banyak yang melanggar peraturan sekolah.[2] 
Faktor- faktor pengahambat pelaksanaan bimbingan dan konsling di sd/mi ada dua yaitu:



a.    Faktor Internal
Faktor internal yang menjadi penghambat pelaksanaan bimbingan dan konsling di SD/MI adalah kopetensi akademi dan kopetensi propesional.
Kopetensi akademi konselor yakni lulusan S1 bimbingan dan konsling atau S2 bimbingan dan konsling dan melanjutkan pendidiakn propesonal terbentuk melalui latihan seminar atau work shop.
Kenyataannya dilapangan membuktikan bahwa masih banyak ditemukan diberbagai sekolah guru bimbingan dan konsling non bimbingan dan konsling artinya, konselor sekolah yang bukan berlatar belakang  pendidikan bimbingan  konseling. Mereka diangkat ooleh kepala sekolah karena dianggap bisa atau mereka yang berasal dari sarjana agama. Meskipun secara keilmuan mereka tidak mendalami tentang teori-teori bimbingan konseling.
b.    Faktor Eksternal
Faktor eksternal penghambat pelaksanaan layanan bimbingan dan konsling di SD/MI adalah faktor faktor yang berada diluar diri konselor, antara lain:
Ø Angapan bahwa layanan  bimbingan dan konsling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Ø Angapan bahwa layanaan bimbingan dan konsling dapat dilakukan oleh siapa saja
Ø Guru dan bimbingan dan konsling diangap sebagai polisi di sekolah
Ø Kurangnya sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan bimbingan dan konsling.





B.  PROBLEMATIKA DAN SOLUSI DALAM BIMBINGAN  DAN KONSLING SD/MI
1.    Problematika Internal
a.    Bimbingan Dan Konsling Berpusat Pada Masalah Permukaan Saja
1.    Latar Belakang
Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang digali dengan melihat gejala-gejala  dan keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun demikian, jika pembahasan itu dilanjutkan, didalami, dan dikembangkan, sering kali ternyata bahwa masalah yang sebenarnya lebih jauh, lebih luas dan lebih pelik bukan apa yang sekedar tampak atau disampaikan itu.
Ketidak jelian konselor dalam memandang ini yang sering kali membuat layanan konsling diperuntunkan untuk masalah permukaan yang timbul saja.
2.    Upaya Perbaikan
Upaya pelayanan seharusnya dipusatkan pada masalah yang sebenarnya itu. Konselor tidak boleh terpaku oleh keluhan atau masalah yang pertama disampakan oleh klien. Konselor harus mampu memahami masalah yang sebenarnya dan mendefenisikan masalah atau identifikasi masalah klien yang sebenarnya.
b.    Guru Belum Begitu Mampu Mengembangkan Propesionalitasnya Sebagai Konselor Sekolah.
1.    Latar Belakang
Masih  banyaknya siswa yang belum bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan belum maksimalnya pelaksanaan BK disekolah baik dalam layanan bimbingan maupun pada saat konsli menunjukan rendahnya kemampuan guru BK yang ada disekolah.
2.    Upaya Perbaikan
Untuk mengatasi hal tersebut dalam upaya meningkatkan propesinalitas guru BK tentunya dapat dilakukan dengan mengikuti seminar, work shop  yang menambah pengetahuan bimbingan konsling dan kegiatan lain yang berkenaan dengan bimbingan konsling
c.    Keterbatasan waktu dalam memberi layanan bk
1.    Latar Belakang
Rasio 1 guru BK dengan peserta didik yang diatasi sekitar 1:150 sehinga bila disekolah hanya ada guru BK berarti hanya mampu menghadapi 300 peserta didik, sedangkan 1 sekolah terkadang memiliki lebih dari 600.
Selain itu pelaksanna BK hanya diberi waktu jam istirahat atau pada saat jam masa pelajaran BK dari hal itu apakah cukup dengan perbandingan rasio dan jumlah konselor sudah cukup untuk melaksanakan bimbingan dan konsling? Tentunya secara nalar kita akan menjawab “tidak”
2.    Upaya Perbaikan
Dalam masalah ini upaya yang bisa dilakukan untuk hal tersebut konselor bisa melakukan bimbingan kelompok sehingga konselor bisa membantu konseli untuk menemukan solusi sendiri, mengambil keputusan, sehingga banyak waktu yang sangat sedikit itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan optimal.[3]
d.   Keterbatasan Informasi Yang Diberikan Dalam Memberikan Layanan BK
1.    Latar Belakang
Kurang maksimalnya pemberian layanan bimbingan dan konsling di sekolah terutama pada saat pemberian layanan BK, terkadang layanan BK yang diberikan oleh konselor belum bisa menjawab indikator yang di perlukan oleh perserta didik dan kebutuhan perserta didik pada saat itu.


2.    Upaya Perbaikan
Upaya yang seharusnya dilakukan oleh konselor agar bisa untuk mengatasi permasalahan tersebut konselor bisa mencari referensi di buku baik perpustakaan informasi bisa dilaksanakan dengan baik dan yang terpenting bisa menjawab indikator yang diperlukan siswa.
e.    Kurangnya Dukungan Dari Sistem Yang Ada Disekolah
1.    Latar Belakang
Kurangnya maksimalnya guru BK atau konselor sekolah dalam berkerja di sekolah salah satunya kurang komunikasi antara guru kelas, wali kelas, kepala sekolah dan lain-lain yang masih didalam lingkup sekolah.
Dari hal ini bisa membuat konselor kurang bisa dengan segera dalam memberikan layanan konseling dan mendapat informasi yang cepat mengenai siswa.
2.    Upaya Perbaikan
Konselor bisa menjalin komunikasi  yang baik dengan pihak-pihak yang terkait yang ada disekolah sehingga dengan hal demikian semua sistem bisa berjalan dengan baik dan mendukung proses BK disekolah.
f.     Konselor Tidak Bisa Menyampaikan Layanan BK Layaknya Sebagai Seorang Konselor
1.    Latar Belakang
Biasanya layanan BK yang diberikan oleh konselor itu tidak ada melibatkan perserta didik dalam setiap layanannya sehingga ketika konselor menyampaikan layanan tidak ada bedannya dengan orang yang menyampaikan penyuluhan saja sehingga layanan yang diberikan tidak dapat diserap dengan baik karena bersifat satu arah tanpa melibatkan perserta didik.



2.    Upaya perbaikan
Dalam menyampikan setiap layanan BK hendaknya konselor selalu melibatkan perserta didik sebagai bagian dari pemberian layanan artinya perserta didik dibuat aktif dalam setiap pemberian layanan bimbingan sehingga setiap layanan yang diberikan akan lebih bermakna karena perserta didik turut serta menjadi bagian dari pemberian layanan.
g.    Konselor Sering Tidak Bisa Menjalin Hubungan Yang Baik Dengan Perserta Didik
1.    Latar belakang
Gambaran konselor yang sangat kiler membuat siswa sering menghindar apabila bertemu atau berpapasan dengan konselor sekolah, diambah lagi sangat minimnya waktu tatap muka antara konselor dan perserta didik.
Dimana konselor hanya masuk satu kali dalam satu minggu itu dalam waktu yang sangat minim dari hal yang bisa membuat salah satu faktor mengapa konselor kurang bisa menjadi mitra atau teman bagi setiap perserta didik yang ada disekolah hal ini bisa ditambah dengan sifat konselor yang sangat dingin terhadap dengan harapan peserta didik menjadi segan terhadap konselor.
2.    Upaya Mengatasi
Menjadi konselor harus bisa menjadi mitra perserta didik bukannya menimbilkan jarak hal ini salah satu cara yang bisa dilakukan.
a.    Konselor harus bersikap ramah
b.    Konselor membuang image kiler
c.    Mempunyai ketulusan
d.   Penerimaan tanpa syarat terhadap semua perserta didik
e.    Menumpukan sikap empati
Dengan konselor sekolah melakukan hal seperti di atas maka perserta didik akan lambat laun akan bisa mendekat dengan konselor dan konselor akan lebih mudah dalam mendekati perserta didik.
h.    Berkerja Dibawah Tekanan
1.    Latar Belakang
Ketidak berdayaan konselor dibanding dengan kekuasaan kepala sekolah yang terkadang yang menganggap BK sebagai bagian dari pengajaran sehingga dengan keterpaksaan konselor mengajar dalam mata pelajaran merupakan bukan dari bidang keahliaanya dan hal ini diperkeruh dengan UU NO 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan yang semakin membunuh tugas konselor memandirikan menjadi mengajar
2.    Upaya Mengatasi
Untuk mengatasi hal tersebut sangatlah sulit akan tetapi salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut konselor harus bisa menjelaskan fungsi, tugas.
Peran seorang konselor sekolah dengan harapan pihak sekolah dapat mengerti tugas konselor sekolah dengan harapan pihak sekolah dapat mengerti tugas konselor sesungguhnya dan tentunya disertai sikap tegas seorang konselor dalam setiap kebijakan yang diluar fungsi, peran, tugas konselor.[4]
2. Problamatika Eksternal
a. Konselor Disekolah Dianggap Sebagai Polisi Sekolah
Ø Latar Belakang
Masih banyak angapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah.

Angapan ini mengatakan “barang siapa diantara siswa-siswa melangar peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula konselor sekoalah diberi tugas untuk mengusut kasus perkelahian ataupun pencurian.
Ø Upaya Mengatasi
Berdasarkan pandangan di atas, adalah wajar bila siswa tidak mau datang kepada konselor karena mengangaap bahwa dengan datang kepada konselor berarti menunjukan aib, ia telah berbuat salah, atau predikat-predikat lainnya.
Padahal sebalikya, dari segenap angapan yang merugikan itu, disekolah konselor haruslah menjadi teman dan kepercayaan siswa. Petugas bimbingan dan konsling adalah kawan pengiring petunjuk jalan, membangun kekuatan, dan membangun tingkah laku positif yang dikehendaki.
Petugas bimbingan dan konsling hendaknya bisa menjadi konselor pengayom bagi siapa pun yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap, keterampilan, dan penampilan konselor siswa atau siapapun yang berhubungan dengan konselor akan memperooleh suasana nyaman.
b. Bimbingan dan Konsling Diangap Semata-mata Sebagai Proses Pemberian Nasihat
Ø Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konsling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Disamping  memerlukan nasehat pada umumnya klien sesuai dengan problem yang dialaminya memerlukan pula pelayanan lain seperti pemberian informasi penempatan dan penyaluran, konsling, bimbingan belajar, pengalih tangan kepada petugas yang lebih ahli dan berwewenang, layanan kepada orang tua siswa dan masyarakat dan sebagainya.
Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta mensinkronisasikan upaya yang satu dengan upaya yang lainnya sehinga keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkayan yang terpadu dan bersinambungaan.
Ø Upaya Perbaikan
Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serrta mensikronisasikan upaya yang satu dengan yang lainnya sehinga keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkayan yang terpadu dan berkesinambungan dan memahami teknik-teknik konsling sehinga pada saat proses konsling tidak menjadi memberi nasihat.
c.    Bimbingn Dan Konsling Hanya Untuk Orang Yang Bermasalah Saja
Ø Latar Belakang
Sebagai orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya masalah jika tidak ada maka BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu untuk menyelesaikan maslah saja. Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu sendiri adalah melakukan tindakan prepentif agar masalah tidak timbul dan antisifasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah besar.
Ø Upaya Perbaikan
Seharusnya konselor selalu mengamati semua siswa baik yang memiliki masalah atau yang tidak bermasalah untuk menghindari angapan tersebut hendaknya konselor selaku melaksanakan fungsi membimbing prepentif untuk meminimalisir angapan tersebut sehinga dengan demikian sebelum ada masalah BK yang sudah muncul (layanan bimbingan).[5]




d.   Layanan Bimbingan Dan Konsliing Dapat Dilakukan Oleh Siapa Saja
Ø Latar Belakang
Benarkah pekerjaan bimbingan konsling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja”benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban “benar”, jika bimbingan dan konsling diangap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secra amatiran belaka. Sedangakan jawaban “tidak”, hal ini didasari pad massalah yang telah kami kemukakan kami terkadang pada pelaksanaan bimbingan konsling itu banyak berupa nasihat dan nasihat itu bisa di berikan kepada siapa saja
Ø Upaya Perbaikan
Jika bimbingan dan konsling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmun dan teknologi, dengan kata lain dilaksanakan secara propesional. Salah satu ciri kepropesionalan bimbingan dan konsling adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konsling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang cukup lama diperguruan tinggi, serta pengalaman-pengalaman tentunya bila hal itu dilaksanakan angapan bimbinngan dapat diberikan oleh siapa saja tentunya akan berubah.

  
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara tidak konseptual
Adapun hambatan yang di temukan dalam bimbingan konsling di SD/MI.
1.      Para penglolah sekolah masih beranggapan bahwa tugas sekolah adalah mengajar.
2.      Kepala sekolah dan guru masih belum memiliki pengetahan yang benar mengenai peranan dan kedudukan program pendidikan disekolah.
3.       Banyak lembaga pendidikan konselor, seperti IKIP kurang memberikan bekal praktek bimbingan kepada calon petugas bimbingan.
Pronlematika adalah masalah-masalah yang ada atau yang dihadapi oleh konselor ataupun si terbimbing dalam melakukan bimbingan dan konsling di SD/MI.
                      
B.  Saran
Demikianlah makalah yang telah kami buat, kami sadar bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini. Semooga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin







DAFTAR PUSTAKA

Boeree C.G, Personality theories. 2007. Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia. Surabaya: Ahli Bahasa.
Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konsling . Jakarta: PT Reniaka Cipta. 
Sutrina. 2013. Bimbingan dan Konsling Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal. Yokyakarta: CV. Andi Offset.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konsling di Sekolah dan  Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo .
Winkel W.S dan Hastuti S. 2007. Bimbingan dan Konsling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia




[1] Prayitno. Dasar-dasar bimbingan dan konsling. Pt renika cipta, jakarta: 2004. Hlm 35
[2]W.S. winkel dan S. Hastuti. Bimbingan dan konsling di institut pendidikan. Gramedia 2007. Hlm 3
[3] Tohirin. Bimbingan dan konsling di sekolah dan madrasah. Pt. Raja Grafindo. Jakarta 2007. Hlm 57
[4] Sutrina. Bimbingan dan Konsling Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal. CV. Andi  Offset, Yogyakarta, 2013, hlm. 76-83
[5] C.G. boeree, personaliti thories: melacak anak bersama psikologi dunia. Ahli bahasa, surabaya 2007. Hlm 48

No comments:

Post a Comment