MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Landasan teori,
mendukung berfikir dan mengajukan hipotesis merupakan satu kesatuan yan utuh
dalam pembuatan suatu karya ilmiah. Baik itu yan bersifat umum seperti makalah,
jurnal dan lain-lain. Dan yang bersifat khusus seperti skripsi, tesis maupun
disertasi.
Menurut
Sugiyono (2008) adapun landasan teori terbagi atas tiga fungsi, yaitu :
a.
Digunakan untuk
memperjelas dan mempertajam ruang transisi, atau kontruks variabel yang akan
dibahas
b.
Untuk
merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena hipotesis itu
adalah yang membuktikan prediktif
c.
Digunakan untuk
membahas hasil penelitian, selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam
upaya memecahkan masalah.
Dan Uma Sekaran
dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Secara
etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan kata thesis.
Hypo berarti kurang dan thesis adalah pendapat. Kedua kata itu
kemudian digunakan secara bersama menjadi Hypotesis dan penyebutan dalam
dialek Indonesia menjadi hipotesa kemudian berubah menjadi hipotesis yang
maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih
belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai
kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan
membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya
dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dimaksud dengan data di lapangan.
2.
Rumusan Masalah
a.
Apa itu Teori ?
b.
Apa kegunaan
teori ?
c.
Apa itu
deskripsi teori ?
d.
Apa maksud dari
Kerangka Berfikir ?
e.
Apa itu
Hipotesis ?
f.
Sebutkan Bentuk
hipotesis ?
3.
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui apa itu teori
b.
Untuk
mengetahui kegunaan teori
c.
Untuk
mengetahui deskripsi teori
d.
Untuk
mengetahui kerangka berfikir
e.
Untuk
mengetahui apa itu Hipotesis
f.
Dan untuk
mengetahui berapa bentuk dari hipotesis
BAB II
PEMBAHASAN
KUANTITATIF
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
HIPOTESIS
A.
Landasan Teori
/ Kajian Pustaka
1.
Pengertian
Teori
Setelah masalah penelitian
dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (Kuantitatif) adalah
mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990). [1]
Teori dalam penelitian kuantitatif
menjadi faktor yang sangat penting dalam proses penelitian itu sendiri. Pada
penelitian kuantitatif, teori atau paradigma teori digunakan untuk menuntun
peneliti menemukan masalah penelitian, menemukan hipotesis, menemukan
konsep-konsep, menemukan metodologi, dan menemukan alat-alat analisis data.
Karena itu amat penting teori dibicarakan dalam setiap pembahasan penelitian
kuantitatif, mengingat perannya yang dominan itu. Melihat pentingnya kedudukan
teori dalam penelitian kuantitatif, maka merupakan sebuah keharusan setiap
peneliti untuk memahami teori dan mengerti kedudukannya dalam penelitiannya.[2]
Mark 1963, dalam (Siti Rahayu
Haditono,1999), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud
ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara
lain :
1.
Teori yang
deduktif : memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran
spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan
2.
Teori yang
induktif : Cara menerangkan adalah dari data kearah teori.
3.
Teori yang
fungsional : Di sini nampak suatu
interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi
pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat
konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum,
teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala. Contohnya mengapa kalau
besi kena panas memuai, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan.
Kalau besi dipanaskan sampai 750C berapa pemuaiannya, dijawab dengan
teori yang berfungsi menjelaskan. Selanjutnya berapa jarak sambungan rel kereta
api yang paling sesuai dengan kondisi iklim Indonesia sehingga kereta api
jalannya tidak terganggu karena sambungan dijawab dengan teori yang berfungsi
mengendalikan.[3]
2.
Kegunaan Teori
dalam Penelitian
Didalam Penelitian, teori berguna
dalam berbagai hal. Pertama, sebagai suatu orientasi, teori membatasi jumlah
fakta yang perlu dipelajari. Setia masalah dapat dikaji dalam berbagai cara
yang berbeda, dan teori memedomani cara-cara mana yang dapat memberi hasil
terbaik. Kedua, teori juga memberikan sistem mana yang hendaknya dipakai
peneliti untuk mengartikan data agar dapat dikelompokkan dalam cara yang paling
bermakna. Ketiga, teori juga meringkas apa yang perlu diketahui mengenai obyek
yang dikaji. Teori juga dapat dipakai untuk memprediksi fakta-fakta lebih
lanjut yang harus dicari.[4]
Semua penelitian bersifat ilmiah,
oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian
kuantitatif, teori yang digunakan harus jelas, karena teori disini akan
berfungsi untuk memperjelas masalah yang teliti, sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh
karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah
jelas teori apa yang akan dipakai.
Dalam kaitannya dengan kegiatan
penelitian, maka fungsi teori :
a.
Digunakan untuk
memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan
diteliti.
b.
(Prediksi dan
pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun
instrumen penelitian.
c.
control
digunakan untuk membahas hasil penelitian. Sehingga selanjutnya digunakan untuk
memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.[5]
3.
Deskripsi Teori
Deskripsi teori salam suatu penelitian
merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar
atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang
teliti. Beberapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan,
akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada
jumlah variabel yang diteliti.
Teori-teori yang dideskripsikan
dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator
apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak.
Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari
segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti,
menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk menguasai teori, maupun
generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin
membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas
mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah
berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk
(Sumadi Suryabrata,1996).
Langkah-langkah untuk dapat
melakukan pendeskripsian teori teori adalah sebagai berikut:
a.
Tetapkan nama
variabel yang teliti, dan jumlah variabelnya
b.
Cari sumber-sumber
bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian, skripsi,
tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap
variabel yang diteliti.
c.
Lihat daftar
isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan
diteliti.
d.
Cari definisi
setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara
satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
e.
Baca seluruh
isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan teliti, lakukan analisa,
renungkan, dan bulatkan rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber
data yang dibaca.
f.
Deskripsikan
teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan
dengan sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai
landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
B.
Kerangka
Berfikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business
Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan
secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Kerangka berfikir
dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut ada
dua variabel atau lebih. Apabila penelitiannya hanya membahas satu variabel
atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan
deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap
variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
Seorang peneliti harus menguasai
teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka
pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan
penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan
(Suriasumantri,1986). Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan
antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel
tersebut selanjutnya dugunakan untuk merumuskan hipotesis.
C.
Hipotesis
1.
Pengertian
Hipotesis
Secara etimologis, hipotesis
dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan kata thesis. Hypo berarti
kurang dan thesis adalah pendapat. Kedua kata itu kemudian digunakan
secara bersama menjadi Hypotesis dan penyebutan dalam dialek Indonesia
menjadi hipotesa kemudian berubah menjadi hipotesis yang maksudnya adalah suatu
kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna.
Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian
yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran
hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji
hipotesis dimaksud dengan data di lapangan.[6]
Dengan hipotesis, penelitian menjadi
jelas arah pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam
melaksanakan penelitian dilapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam
pengumpulan data.
Selain fungsinya sebagai guide
proses penelitian, sesungguhnya eksistensi penelitian kuantitatif itu sendiri yang
terpenting adalah untuk menguji hipotesis. Sebagai guide proses penelitian,
hipotesis juga didesain berdasarkan kepentingan suatu penelitian. Pertimbangan
pemahaman peneliti terhadap diperlukannya suatu penelitian menggunakan
hipotesis karena tidak semua penelitian dapat menggunakan hipotesis bahkan
desain hipotesis juga bisa berbeda-beda, seperti apabila penelitian menghadapi
data-data matematik yang dapat diukur secara kuantitatif, maka dalam penelitian
harus dibangun hipotesis-hipotesis matematik pula, yaitu hipotesis secara
matematik memberi batasan hubungan apa atau yang bagaimana antara dua atau
lebih variabel. Namun apabila peneliti menghadapi data ataupun variabel yang
menunjukkan gejala rumit, canggih, serta sukar diukur secara kuantitatif, maka
hipotesis harus dibangun dalam bentuk yang lebih verbal.
2.
Merancang
Hipotesis
Rancangan hipotesis dibangun diatas
kesadaran keilmuan, sehingga hipotesis harus dipertimbangkan validitasnya.
Dalam hal ini mungkin perlu dipertimbangkan saran William F. Ogburn, bahwa
untuk sampai pada validitas hipotesis yang berkemampuan mencapai keilmuan
langgeng, harus melalui langkah-langkah, mencapai ide, merumuskan kedalam suatu
bentuk hingga dapat didemonstrasi dan di verifikasi.
Penjelasan mengenai Ogburn tersebut
adalah inti dari pembahasan tentang hal-hal yang perlu dijelaskan dalam
rancangan hipotesis dan menjadi substansi hipotesis pada umumnya sebagaimana
dijelaskan oleh Wirawan, yaitu:
a.
Hipotesis harus
muncul dan ada hubungannya dengan teori serta masalah yang diteliti
b.
Setiap
hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti.
c.
Hipotesis harus
diuji (teruji) atau diukur (terukur) secara khusus untuk menetapkan apakah
hipotesis paling besar kemungkinannya didukung oleh data empiris.
Dari performance-nya, dalam arti materi hipotesis, formulasi
hipotesis haruslah memenuhi beberapa syarat sebagai berikut ini:
1.
Sebuah
hipotesis disajikan dalam formulasi konsisten logis
2.
Penggunaan
prinsip ekonomi
3.
Hipotesis
diajukan dengan kemungkinan pengujiannya
4.
Hipotesis harus
spesifik dan tidak menggunakan bahasa yang ambiguous (tidak dimengerti / tidak
jelas)
5.
Acuan empiris
yang ditentukan secara tegas.
Perlu diingat, apapun sifat dan syarat suatu hipotesis, yang jelas
bahwa penampilan setiap hipotesis adalah dalam bentuk statement, yaitu
pernyataan tentang sifat atau keadaan hubungan dua atau lebih variabel yang
akan diteliti.[7]
3.
Bentuk
Hipotesis
Jacob Vredenbregt
membedakan hipotesis dalam tiga jenis, yaitu hipotesis universal, hipotesis
eksistensial, dan hipotesis probabilitas. Jenis-jenis hipotesis yang
dikemukakan oleh Jacob Vredenbergt memiliki kecenderungan yang sukar dimengerti
oleh orang lain –terutama peneliti pemula- tetapi terkandung ide-ide yang perlu
dipertimbangkan.
Ada beberapa
pembagian jenis hipotesis lainyang lebih mudah dimengerti dan dipakai pada
berbagai penelitian, yaitu hipotesis nol (Ho), Hipotesis Alternatif (Ha), dan
Hipotesis Kerja (Hk).
a.
Hipotesis Nol
(Ho)
Hipotesis nol
juga sering disebut dengan hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji
dengan statistik. Hipotesis ini mempunyai bentuk dasar atau memiliki statement
yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y yang akan
diteliti, atau variabel independen (X) tidak memengaruhi variabel dependen (Y).
Dapat dicontohkan : “Tidak ada hubungan antara sikap pemihakan jurnalistik dan
kepemilikan suatu media dimana jurnalis bekerja”, “Tidak ada hubungan antara
tingkat pelanggaran seksual dan tingkat kasus penyakit AIDS/HIV disuatu
negara”, “Penegakan disiplin dijalan raya tidak dipengaruhi oleh pemahaman
pengendara kendaraan bermotor dijalan raya”, dan sebagainya.
Hpotesis nol
ini dibuat dengan kemungkinan yang besar untuk ditolak, ini berarti apabila
terbukti bahwa hipotesis nol ini tidak benar dalam arti hipotesis itu ditolak,
maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.[8]
b.
Hipotesis
Alternatif
Lawan dari
hipotesis nol adalah hipotesis alternatif. Hipotesis alternatif dapat langsung
dirumuskan apabila ternyata pada suatu penelitian, hipotesis nol ditolak.
Hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikansi hubungan
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
Sebagai
hipotesis yang berlawanan dengan hipotesis nol, maka hipotesis ini disiapkan
untuk suatu kecenderungan menerima statementnya atau kebenarannya. Beberapa
contoh dari hipotesis kerja adalah : “Ada hubungan antara tekanan-tekanan
militerisme AS terhadap negara-negara Islam dan meningkatnya terorisme
internasionalnya”.
Pada penjelasan
mengenai hipotesis nol diatas disebutkan apabila hipotesis nol ditolak, maka
secara otomatis hipotesis alternatif diterima. Keadaan seperti ini pula terjadi
pada hipotesis alternatif, yaitu apabila hipotesis alternatif terbukti ditolak,
maka otomatis hipotesis nol diterima.
Sebagai contoh,
hipotesis nol berbunyi : “Tidak ada hubungan antara sikap liberalisme orangtua
dan pemilihan tempat sekolah anak-anaknya”. Apabila ternyata hipotesis nol ini
ditolak, maka otomatis hipotesis alternatif yang berbunyi :”ada hubungan antara
liberalisme orangtua dan pemilihan tempat sekolah anak-anaknya” dapat diterima.
Hal semacam ini sama saja sebaliknya. Penolakan atau penerimaan suatu hipotesis
penelitian, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kredibilitas
penelitiannya. Karena dalam suatu penelitian, sebuah hipotesis dapat ditolak
atau diterima terantun hasil penelitian tersebut.
Hipotesis
alternatif dapat dipisahkan lagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1.
Hipotesis
alternatif terarah (Directional Hypothesis)
Hipotesis ini
menyatakan arah interaksi yang searah atau kebalikan hubungan signifikansi dari
dua variabel. Contohnya: “Semakin positif persepsi pengguna merek oli JJ, maka
semakin tinggi pula tingkat penggunaan oli merek JJ tersebut”.
2.
Hipotesis
Alternatif Tidak Terarah (Non-Directional Hypothesis)
Hipotesis
terakhir ini, tidak menyatakan arah interaksi yang searah atau arah dari
hubungan signifikansi antara dua atau lebih variabel. Contohnya, “ada hubungan
semakin tinggi kadar keagamaan seseorang dengan semakin rendah keinginan orang
tersebut terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan”.[9]
c.
Hipotesis Kerja
(Hk)
Dimaksud dengan
Hipotesis kerja (Hk) adalah hipotesis spesifik yang dibangun berdasarkan
masalah-masalah khusus yang akan diuji. Hipotesis Hk ini digunakan untuk
mempertegas hipotesis Ho atau Ha dalam statement yang lebih spesifik pada
parameter (indikator) tertentu dari variabel yang dihipotesiskan. Contohnya
pada Ho yang berbunyi : “Tidak ada hubungan antara mobilitas sosial dengan
pandangan politik masyarakat”, maka hipotesis Hk dapat dibangun dengan
statement :
1.
“Tidak ada
hubungan antara perubahan status pekerjaan dan pandangan politik seseorang”
2.
“Tidak ada
hubungan antara gerak kepindahan fisik dan pandangan polit seseorang”.[10]
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Teori dalam
penelitian kuantitatif menjadi faktor yang sangat penting dalam proses
penelitian itu sendiri. Pada penelitian kuantitatif, teori atau paradigma teori
digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah penelitian, menemukan
hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi, dan menemukan
alat-alat analisis data. Karena itu amat penting teori dibicarakan dalam setiap
pembahasan penelitian kuantitatif, mengingat perannya yang dominan itu. Melihat
pentingnya kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif, maka merupakan sebuah
keharusan setiap peneliti untuk memahami teori dan mengerti kedudukannya dalam
penelitiannya.
Kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang
baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan
diteliti. Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
dalam penelitian tersebut ada dua variabel atau lebih. Apabila penelitiannya
hanya membahas satu variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan
peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing
variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti
(Sapto Haryoko, 1999).
Secara
etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan kata thesis.
Hypo berarti kurang dan thesis adalah pendapat. Kedua kata itu
kemudian digunakan secara bersama menjadi Hypotesis dan penyebutan dalam
dialek Indonesia menjadi hipotesa kemudian berubah menjadi hipotesis yang
maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih
belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai
kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan
membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya
dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dimaksud dengan data di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, M
Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta ilmu-ilmu sosial lainnya Edisi kedua.(Jakarta:KENCANA)
Bungin, M
Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama Cetakan ke-4. (Jakarta:Kencana)
Afid
Burhanudin, Landasan Teori,Kerangka berfikir, dan Hipotesis, https//www.google.com/amp/s/afidburhanudin.wordpress.com/2013/05/2,
diakses tanggal 31 Maret 2019
[1] Afid
Burhanudin, Landasan Teori,Kerangka berfikir, dan Hipotesis, https://www.google.com/amp/s/afidburhanudin.wordpress.com/2013/05/2,
diakses tanggal 31 Maret 2019
[2] Prof.Dr.H.M.Burhan
Bungin, S.Sos., M.Si., Metodologi Penelitian Kuantitatif. Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama
Cetakan ke-4(Jakarta:Kencana,2009), Hal.25
[3] Afid
Burhanudin, Landasan Teori,Kerangka berfikir, dan Hipotesis, https://www.google.com/amp/s/afidburhanudin.wordpress.com/2013/05/2,
diakses tanggal 31 Maret 2019
[5] Afid
Burhanudin, Landasan Teori,Kerangka berfikir, dan Hipotesis, https://www.google.com/amp/s/afidburhanudin.wordpress.com/2013/05/2,
diakses tanggal 31 Maret 2019
[6] Prof.Dr.H.M.Burhan
Bungin, S.Sos., M.Si., Metodologi Penelitian Kuantitatif. Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta ilmu-ilmu sosial lainnya Edisi kedua,(Jakarta:KENCANA,2006),
Hal.85
[7] Ibid, Hal 87-88
[8] Ibid, Hal 90
[9] Ibid, hal 90-91
[10] Ibid, hal 92
No comments:
Post a Comment