MAKALAH CITRA LULUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara
menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Pendidikan merupakan kunci kemajuan
dan peradaban suatu bangsa. Semakin baik kualitas pedidikan yang
diselenggarakan oleh suatu masyarakat atau bangsa, maka akan diikuti dengan
semakin baik pula kualitas sumber daya masyarakat atau bangsa tersebut yang
kemudian melahirkan peradaban bernilai tinggi yang dibangun di atas fondasi
ilmu pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam, pemilihan dan
penggunaan metode serta tekhnik yang digunakan seorang pengajar harus tepat dan
sesuai sehingga pembelajaran pendidikan Agama Islam dapat berhasil dan tidak
terlepas dari beberapa faktor yang saling mempengaruhi dalam pembelajaran
pendidikan Agama Islam, yang menghasilkan out put yang diharapkan.pengaruh
tersebut tentunya akan kami bahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1 . Bagaimana
propil lulusan PAI dan bagaimana citra lulusan PAI
2 . Bagaiman
fase-fase lulusan PAI
3 . Bekal
apa saja yang harus dimiliki oleh lulusan PAI
4 . Bagaimana
peserta didik mendapatkan bekal
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana propil lulusan PAI dan bagaimana citra lulusan PAI
2. Untuk
mengetahhui bagaimana fase-fase lulusan PAI
3. Untuk
mengetahui bekal apa saja yang harus dimiliki oleh lulusan PAI
4. Untuk
mengetahui bagaimana peserta didik mendapatkan bekal
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama
Islam adalah: pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama
Islam itui sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Kesimpulannya bahwa pendidikan Agama Islam adalah
suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan
dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan
yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.
B.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah
Daradjat Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau
kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap
dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,
berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang
membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil
artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar
dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT.
Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama adalah mendidik
anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim
sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi
salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi
kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesame umat
manusia.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama
ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang
tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.
Jadi, tujuan
pendidikan agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang
terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan
social. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim
yang baik, yang prcaya pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran
agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.
C. Profil
Lulusan Pendidikan Agama Islam
a) Bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius
b) Menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan dalam
menjalankan tugas berdasarkan agama,moral,dan etika
c) Menghargai
keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan,
serta pendapat atau temuan orisinal orang lain
d)
Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas
pekerjaan bidang keahliannya secara mandiri
e)
Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam di
Sekolah dan Madrasah dan Umum;
f)
Menjadi Peneliti Pendidikan Agama Islam
g)
Menjadi Pengelola sekolah yang
berlandaskan pada nilai-nilai Al- Islam dan Kemuhammadiyahan
h)
Pendidik Agama Islam yang berkompeten.
D. Gambaran/Citra/Image
Lulusan PAI
a)
Mempunyai nilai
akhlak yang baik, memiliki sopan santun yang tinggi
1.
Akhlak
terhadap Allah
Akhlak
terhadap Allah merupakan pengakuan terhadap kalimat tauhid lā ilāha
illallāh yang menjadi dasar dari segala ajaran Islam bukan sekedar
diyakini sebagai kunci segala sesuatu, tidak sekedar untuk diucapkan dengan
lidah sebagai buah bibir belaka melainkan dia akan memiliki fungsi riil dan
makna signifikan bagi yang mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Maknanya
adalah bahwa jika kalimat tersebut diucapkan berarti tidak diperbolehkan
sama sekali mengakui adanya Tuhan selain Allah. Di antara kata lā dan illa atau
antara ungkapan negative dan konfirmatif terdapat prinsip fundamental akidah
Islam. Kata lā menunjukkan negasi atas segala bentuk penuhanan
terhadap apapun seperti harta kekayaan dan sebagainya.
Kalimat tauhid
di atas merupakan sebuah perjanjian, aturan dan falsafah hidup, karena itu ia
harus dilaksanakan dan direalisasikan dalam kehidupan. Mewujudkan kalimat
tauhid itu merupakan penangkal segala kesulitan dan kunci segala kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Karena itu, mengucapkannya di mulut benar-benar tidak ada
artinya jika tidak diikuti keyakinan yang kuat dan realisasi dalam kehidupan nyata.
Kalimat itu merupakan prinsip dasar dan falsafah hidup, bukan sekedar rangkaian
huruf dan kata.
Di samping
mengucapkan kalimat tauhid lā ilāha illallāh, Allah swt. juga
mengajarkan kepada manusia agar senantiasa mensucikan-Nya, sebagai Tuhan yang
memiliki sifat-sifat terpuji yang begitu agung. Allah berfirman dalam surah
al-A’lā ayat 1 yang berbunyi:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
Artinya: Sucikanlah nama
Tuhanmu yang Maha Tingi (QS. Al-A’lā [87]: 1)
Allah
memerintahkan agar diri-Nya disucikan dan bahkan menurut petunjuk Alquran bahwa
bukan hanya manusia saja yang menyucikan-Nya melainkan segala sesuatu pun juga
menyucikan-Nya.
Allah
berfirman dalam surah al-Isra’ ayat 44:
تُسَبِّحُ
لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبۡعُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَيۡءٍ إِلَّا
يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا
غَفُورٗا ٤٤
Artinya: Langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak
ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun (QS. al-Isra’ [17]: 44).
Dari ayat
tersebut dapat dipahami segala makhluk Allah selain manusia pun senantiasa
menyucikan Allah dan memuji-Nya, sehingga alangkah anehnya jika manusia yang
dikaruniai akal pikiran tidak mau melakukannya.
2.
Akhlak
terhadap Sesama Manusia
Akhlak
terhadap sesama manusia inilah kelihatannya yang paling mendapatkan porsi yang
lebih besar dalam Alquran. Banyak sekali ayat-ayat yang mejadi dasar untuk
mengatur kehidupan manusia megenai bagaimana seharusnya ia bertindak dan
bertingkah laku terhadap sesamanya manusia dan sebagainya.
Petunjuk
semacam ini adakalanya dalam bentuk perintah dan adakalanya pula dalam bentuk
larangan. Hal-hal yang baik tentunya menjadi hal yang diperintahkan dan
sebaliknya hal-hal yang buruk menjadi suatu hal yang dilarang. Allah swt. memerintahkan
untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan baik mulai dari bagaimana seorang
hamba bertutur kata yang baik (QS. Al-Baqarah [2]: 83) sampai kepada tata cara
berbuat baik dalam membunuh orang kafir ketika dalam peperangan pun menjadi
suatu anjuran (QS. Muhammad [47]: 4).
3.
Akhlak
terhadap Lingkungan
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Jangankan kepada Allah dan
manusia bahkan kepada makhluk lain selain manusia pun mendapatkan tempat dalam
akhlak Islam. Allah swt memberi perhatian kepada alam sehingga pengrusakan
terhadap alam pun sangat dikecam. Allah berfirman dalam surah al-A’rāf
ayat 56:
وَلَا
تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ إِنَّ
رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٥٦
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan
rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (QS. al-A’rāf [7]:
56).
Manusia dituntut untuk memiliki tanggung jawab
sehingga ia tidak melakukan pengrusakan. Setiap pengrusakan terhadap alam atau
lingkungan harus dinilai sebagai pengrusakan pada diri manusia sendiri.
Binatang, tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah
dan menjadi milik Allah, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya.
Keyakinan seperti ini yang mengantarkan
seorang hamba Allah untuk menyadari bahwa semuanya adalah makhluk Allah yang
harus diperlakukan secara wajar dan baik. Allah swt. berfirman dalam surah
al-An’ām ayat 38:
وَمَا
مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا طَٰٓئِرٖ يَطِيرُ بِجَنَاحَيۡهِ إِلَّآ أُمَمٌ
أَمۡثَالُكُمۚ مَّا فَرَّطۡنَا فِي ٱلۡكِتَٰبِ مِن شَيۡءٖۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ
يُحۡشَرُونَ ٣٨
Artinya: Dan tiadalah
binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun
dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan (QS. al-An’ām [6]:
38).
Ditegaskan
bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga
sehingga semuanya tidak boleh diperlakukan secara aniaya. Ketika Abdullah bin
Umar berjalan di suatu tempat lalu mendapati segerombolan pemuda menangkap
seekor ayam lalu mengikatnya dan melemparkannya, Abdullah bin Umar berkata ‘’Rasulullah melaknat orang yang berbuat
seperti itu.
Kisah tersebut
sepatutnya senantiasa menjadi teladan untuk selalu menjadi perhatian dengan
memberi kasih sayang kepada makhluk Allah, meskipun dia bukan manusia.
b)
Sarjana yang mampu mendidik dan
melakukan pembelajaran PAI tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah. Disekolah
maupun madrasah
c)
Sarjana yang mampu melakukan pengamatan,
penganalisaan dengan cermat terkait bidang kajian pendidikan Agama Islam
d)
Sarjana yang mampu mengatur organisasi
dan bisnis serta mengatur resiko pada bidang Pendidikan (Islam)
e)
Menjadi pendidik agama Islam pada lembaga
pendidikan formal maupun non formal yang memiliki kompetensi profesional,
pedagogik, kepribadian, dan sosial yang memadai
f)
Menjadi peneliti yang mampu menerapkan
teori-teori sosial, keagamaan, dan pendidikan untuk melakukan kajian, analisis,
evaluasi, dan kreasi dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
E. Fase-Fase
Lulusan PAI
1.
Karakteristik
anak usia SD/MI
adalah sebagai berikut:
a)
Senang
bermain
Karakteristik
ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan
lebih-lebih untuk kelas
rendah. Guru SD seyogyanya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
b)
Senang
bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan
anak SD dapat duduk dengan tenang
paling lama sekitar 30 menit. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu
yang lama,
dirasakan anak sebagai
siksaan.
c)
Senang
bekerja dalam kelompok
Anak usia SD dalam pergaulannya dengan
kelompok sebaya, mereka belajar aspek-aspek
yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,
belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan,
belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat
(sportif), dan mempelajari olah raga.
d)
Senang
merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan
kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari
di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep‐konsep
lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep‐konsep tentang
angka, ruang, waktu, fungsi‐fungsi
badan, moral, dan sebagainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa
berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
2.
Karakteristik
Peserta Didik tingkat SMP/MTs
Pada masa sekolah menengah pertama
peserta didiknya berkisar antara usia 12-15 tahun. Pada masa inilah seseorang
dikatakan sedang memasuki usia remaja. Masa remaja merupakan sebuah periode
dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak
terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana
saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi
dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa.
Menurut Anna Freud masa remaja juga
dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang
diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi.
Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya
akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan,
impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasingan dari kehidupan dewasa
dan norma kebudayaan.
Masa remaja merupakan masa untuk mencari
identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat
ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan
diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh
identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami Identity Diffusion
(kekaburan identitas).
Masa remaja termasuk masa yang sangat
menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada
psikis dan fisiknya.
Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
F. Bekal
Apa Saja Yang Harus Dimiliki Oleh
Lulusan PAI
Menurut Prof
Muhaimin bahwal lulusan PAI harus memiliki bekal ketika datang ke madrasah atau
sekolah umum, bekal yang harus dimiliki tersebut yaitu:
Pertama,
selalu siap dengan materi yang diajarkan. “Guru yang baik tak kalah rajin belajarnya ketimbang peserta didik”.
Kedua,
Keterampilan mengimplementasikan metode pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Bertolak dari prinsip ini, dikenal adanya joyful
learning, pembelajaran menyenangkan, tetapi bukan berarti santai
banget. Sejalan dengan konsep joyful learning, maka ruang kelas
harus didesain senyaman mungkin. “Ruang kelas yang semerawut dan cat temboknya
kusam akan mempengaruhi pikiran dan hati peserta didik.” Begitulah
nasehatnya.
Ketiga,
kesiapan mental berupa cinta kepada anak-anak. Seorang guru yang baik ketika
masuk ruang kelas mesti dengan hati. Dengan energi dan getaran cinta kepada
anak-anak. Karena itulah almarhum berkata: “Mengajar tanpa hati akan terasa hambar, anak
anak pun tidak akan mendengarkan sepenuh hati”.
G. Bagaimana
Peserta Didik Mendapatkan Bekal
Pertama, adanya
petunjuk/bimbingan guru. Jika kita sulit menyerap ilmu, tidak kuat dengan
hafalan, kurang paham masalah penyelesaian masalah, maka jangan pernah lepas
dari petunjuk atau bimbingan bapak dan ibu guru. Merekalah yang akan berperan
sebagai pembimbing sekaligus orangtua yang akan mengarahkan anak didiknya dalam
membantu mendapatkan ilmu. Maka dari itu, hormati mereka agar selalu ikhlas
dalam membimbing anak didiknya.
Kedua, punya kecerdasan. Cerdas dalam arti punya kemampuan untuk bisa
menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru-guru di kelas. Tidak pernah merasa
putus asa dan selalu mencintai apapun yang sedang diajarkan oleh guru dari sisi
yang positif. Dengan bekal cerdas dan mencintai pelajaran, maka ilmu itu akan
mudah diserap oleh otak.
Ketiga, punya semangat. Tidak cukup cerdas saja, melainkan semangat juga
perlu dihadirkan sebagai satu di antara bekal yang harus dimiliki. Bagaimana
ilmu akan cepat didapatkan bila semangat di dalam jiwa kita melempem, layu, dan
loyo. Kesuksesan akan menjauh dari peserta didik yang tidak punya semangat
dalam belajar. Ia akan miskin ilmu dan harta.
Keempat, punya kesabaran. Belajar dan mencari ilmu itu adalah tahapan
proses atau suatu rangkaian yang dimulai dari bawah terus sampai ke puncak.
Orang-orang yang sukses, ulama-ulama saleh zaman dahulu, mereka bisa meraih dan
mendapatkan ilmu yang tinggi karena faktor sabar dan tekun dalam mencarinya.
Kelima, punya modal dan bekal belajar. Jika ingin sukses dalam mencari
ilmu, tidak cukup hanya dengan cerdas, semangat, sabar, tetapi juga harus punya
bekal. Misalnya dalam bentuk materi, buku, dan sebagainya. Jangan pernah
beranggapan bahwa mencari ilmu itu mudah dan gampang bermodalkan duduk di bangku
lalu mendengarkan guru. Tambahkan satu lagi dorongannya yaitu adanya bekal.
Keenam, membutuhkan waktu dan proses.
Apakah Imam Al-Bukhari menyusun kitab Shahih-nya itu sehari dua hari
atau satu dua tahun? Oh tidak. Beliau menyusun kitab hadis terkenal itu sampai
bertahun-tahun lamanya. Artinya, untuk menggapai kesuksesan dalam mencari ilmu
butuh waktu yang tidak sebentar, karena ilmu terkadang butuh dipelajari lebih
dalam lagi dari sekadar dibaca. Tidak simsalabim langsung dapat dan
sukses menjadi orang hebat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pendidikan Agama Islam adalah suatu proses
bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan
dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang
maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam. Tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar
kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi
spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan social.
Bahwa lulusan PAI harus bertaqwa ke pada Allah
SWT, memiliki akhlak yang baik,
mempunyai nilai sopan santu yang tinggi Menghargai keanekaragaman budaya,
pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan
orisinal orang lain, Menunjukkan sikap
bertanggung jawab atas pekerjaan bidang keahliannya secara mandiri, Menjadi Guru Pendidikan
Agama Islam di Sekolah dan Madrasah dan Umum, Menjadi Peneliti Pendidikan Agama
Islam, Menjadi Pengelola
sekolah yang berlandaskan pada nilai-nilai Al- Islam dan Kemuhammadiyahan, Pendidik Agama Islam
yang berkompeten.
B. Saran
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini hingga kami dapat
mengaplikasikan kemampuan kami di dalam makalah ini, tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah membimbing
dan mengawasi proses pembuatan makalah ini, serta teman-teman yang telah
mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Selanjutnya kami mohon maaf apabila didalam makalah ini terdapat beberapa
kesalahan dan beberapa kekurangan. Kami sebagai penulis meminta kritik dan
saran agar dalam penulisan makalah berikutnya kami bisa lebih bagus dan lebih
kreatif
Dimana saja peserta didik mendapatkan bekal ?
Di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, masyarakat, lingkungan teman
sebaya.
Bagaimana peserta didik mendapatkan bekal ?
Melalui pendidikan dari keluarga, sekolah dan lingkungan
sekitar/masyarakat.
KETRAMPILAN KHUSUS
(KK)
|
1. Terampil menyusun dan mengembangkan
perangkat pembelajaran PAI secara baik dan tepat sesuai kerangka dan
prosedur;
2. Terampil mengembangkan kurikulum
operasional dan mengembangkan materi ajar yang kontekstual dalam pembelajaran
PAI;
3. Terampil menerapkan pendekatan dan metode
pembelajaran PAI yang mendidik, efektif, menyenangkan, dan bermutu;
4. Terampil mendesain alat, media, bahan ajar
dan sumber pembelajaran yang relevan, bermakna dan mendidik;
5. Terampil menyusun instrumen,
melaksanakan dan mengolah hasil penilaian secara manual maupun berbasis
sistem aplikasi;
6. Terampil melaksanakanperbaikan pembelajaran
secara berkesinambungan melalui tindakan reflektif dan lesson studies.
|
PENGETAHUAN (P)
|
1. Menguasai teori-teori umum
pengajaran/ paedagogik.
2. Menguasai metode khusus pembelajaran
Agama Islam.
3. Menguasai media pembelajaran agama
Islam berbasis IT.
4. Menguasai ilmu-ilmu keislaman (dirosat
islamiyah).
5. Menguasai metodologi penelitian
kuantitatif, kualitatif, dan penelitian pendidikan (Islam).
|
Lulusan
PAI diharapkan memiliki kompetensi serta profesionalisme di bidangnya. Dari
gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) yang didapat dari program studi ini, lulusan
sarjana Pendidikan Agama Islam berpeluang menjadi pendidik khususnya dalam
bidang agama Islam. Selain memiliki prospek karier menjadi pendidik, sarjana
PAI juga diharapkan bisa mengembangkan ilmu yang telah didapatkan dengan
menjadi peneliti yang kritis terhadap fenomena-fenomena Islam masa kini.
Entrepreneur di bidang Pendidikan Agama Islam juga merupakan salah satu pilihan
untuk lulusan S1 Pendidikan Agama Islam agar bisa mendakwahkan Islam ke
lingkungan yang lebih luas lagi.
Adi
berharap pata lulusan Prodi PAI dapat bersaing dimanapun. Sebab, mahasiswanya
telah dibekali bukan hanya oleh ilmu akademik, namun juga dibekali dengan
kemampuan kewirausahaan. Namun demikian, Adi berharap lulusan Prodi FAI akan
melanjutkan ke jenjang S2. "Karena persaingan kerja sangat ketat dan
lapangan kerja hanya sedikit," ucap Adi Saputra. Adi menambahkan, para
lulusan PAI agar dapat mengamalkan ilmunya untuk diterapkan di masyarakat.
"Bisa juga
No comments:
Post a Comment