1

loading...

Kamis, 27 Juni 2019

MAKALAH KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN ( Problem-Problem Kepemimpinan )


MAKALAH KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

( Problem-Problem Kepemimpinan )

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan mengerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang dipimpinnya. Dengan kata lain tercapai atau tidak tujuan suatu organisasi sangat tergantung pada pimpinannya. Sebagai suatu organisasi, lembaga pendidikan memerlukan tidak hanya seorang manajer untuk mengelola sumber daya lembaga pendidikan yang lebih banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan administratif lainnya, tetapi juga memerlukan pimpinan yang mampu menciptakan sebuah visi dan semua komponen individu yang terkait dengan lembaga pendidikan. Pemimpin maupun manajer diperlukan dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Berbeda dengan organisasi lain, lembaga pendidikan merupakan bentuk organisasi moral yang berbeda dengan bentuk organisasi lainnya. Sebagai suatu organisasi, kesuksesan lembaga pendidikan,tidak hanya di tentukan oleh kepemimpinan pendidikan, tetapi juga oleh tenaga kependidikan lainnya dan proses lembaga pendidikan itu sendiri.
Kepemimpinan pendidikan berkewajiban untuk mengkoordinasikan ketenagaan pendidikan di lembaga pendidikan untuk menjamin teraplikasinya peraturan pada lembaga pendidikan. Kehidupan organisasi selalu dihubungkan dengan siapa pemimpinnya dan bagaimana memimpinnya. Sebuah negara itu maju atau tidak selalu dihubungkan dengan presidennya, baik sebagai kepala negara maupun sebagai kepala pemerintahan. demikian juga sekolah itu maju atau tidak, selalu dikaitkan dengan kepala sekolahnya. oleh karena itu, semua orang menyadari bahwa seorang pemimpin memiliki posisi yang sangat strategis dan peran yang sangat vital dalam memajukan atau mengembangkan sebuah organisasi.
                                                                                                BAB II
PEMBAHASAN
A. Problem-problem dalam kepemimpinan
1.) Kurang  rendah hati.  Seseorang memiliki egonya masing-masing terlebih jika ia memegang posisi atau jabatan tertentu. Jangan biarkan kekuatan anda menciptakan rasa aman yang salah. Pastikan bahwa setiap karyawan tahu bahwa jabatan dan kekuasaan anda tidak akan mempengaruhi sikap profesional anda sebagai pemimpin yang bijaksana. seorang pemimpin tidak perlu takut mengakui kelemahannya sendiri karena secara manusiawi semua orang punya kelemahan masing-masing. belajar dari kesalahan dan kelemahan Anda untuk menjadikan anda seorang pemimpin yang lebih kuat. Pimpin bawahan Anda dengan memberikan contoh yang baik termasuk sikap transparansi dengan tim.
2). Berpikir Secara Emosional. memutuskan sesuatu berdasarkan perasaan  adalah hal yang wajar, namun tidak tepat jika dilakukan pada hal yang terkait dengan bisnis dan pekerjaan. tim atau bawahan Anda harus melihat sesuatu berdasarkan fakta dan logika jika anda ingin mendapat kepercayaan mereka. ketika anda memutuskan sesuatu berdasarkan perasaan, maka tim tidak akan mengerti alasan rasional di balik keputusan anda tersebut. hal itu akan membuat mereka bingung, tidak yakin akan rencana dan keputusan anda di masa depan dan bahkan meragukan anda. jangan membuat keputusan hanya karena anda merasa itu harus dilakukan, melainkan diskusikan dulu dengan semua pihak terkait yang memang berpengalaman.
3).Menghindari konflik. Salah satu tugas terberat menjadi seorang pemimpin adalah untuk mengatasi masalah yang terjadi di dalam tim. sayangnya sering kali seorang pemimpin malah lari dari masalah yang terjadi karena ingin menghindari konflik berkelanjutan. konflik yang dibiarkan akan semakin membesar sehingga mempengaruhi kinerja atau produktivitas tim. Sebaiknya segera menyelesaikan masalah sebelum situasinya bertambah buruk. tidak sedikit manajer yang berasumsi bahwa sebuah masalah adalah akibat ketidakmampuan atau kinerja karyawan yang buruk. namun sebenarnya ada banyak sumber permasalahan lainnya seperti kesalah pahaman mengenai sesuatu.  pemimpin yang baik tidak seharusnya menghindari konflik atau tidak peduli terhadap apa yang dialami tim dan bawahannya. seorang pemimpin yang baik harus bisa peduli dan bersikap adil dalam mengatasi semua konflik.

4.). Mengerjakan hal yang  tidak penting. para pemimpin umumnya dipilih karena dipercaya dan dianggap tahu bagaimana cara menyelesaikan sesuatu dengan baik, namun tak jarang ada pemimpin yang perfeksionis. memimpin tim dengan memaksakan mereka agar bekerja sesuai dengan cara anda bukanlah hal yang baik. Tidak hanya membuat lelah diri sendiri dan bawahan, namun sikap ini juga menghalangi anggota tim untuk mencapai potensi mereka yang sesungguhnya. pemimpin yang pada akhirnya mengerjakan tugas sendiri karena tidak percaya atau puas dengan hasil kerja tim, bisa merugikan tim itu sendiri. Menurut penelitian, kebiasaan ini hanya akan menghasilkan 75% tugas yang dikerjakan oleh tim dan sisanya oleh si pemimpin. Seorang pemimpin yang baik harus percaya dan mendorong anggota timnya untuk bekerja dengan menyenangkan, profesional dan dapat mencapai tujuan bersama. tantang tim anda untuk bekerja secara maksimal, serta ikut bekerja sama dengan memfasilitasi prosesnya. beri mereka arahan dan parameter yang jelas untuk menyelesaikan pekerjaan.

5). Tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri. tidak percaya akan diri sendiri dan kemampuan yang Anda miliki bisa menyebabkan orang lain ikut percaya hal itu dan meragukan kemampuan Anda sebagai pemimpin. Jika tak mau hal ini terjadi, maka jangan takut untuk menunjukkan apa yang Anda bisa jika anda yakin.

B. Teori, Dalil,  dan Bahan Kajian

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan telah ia laksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas lembaga secara keseluruhan. Bila ditelaah dari perkembangan teori, ada banyak teori kepemimpinan yang bisa ditelaah untuk mengkaji masalah kepemimpinan. Berikut ini beberapa teori tentang kepemimpinan, yaitu sebagai berikut :

1.Great Man Theory
Teori ini dilandasi keyakinan bahwa pemimpin merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa. Dia memiliki pembawaan sebagai pemimpin dengan sejumlah kualitas tertentu. Dia selalu sukses dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya, di mata pengikutnya dia dianggap sebagai orang besar. Kepemimpinan Sifat (Trait Theory) Pendekatan sifat didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan pemimpin. Hal tersebut akan menjadi faktor penentu yang membedakan antara seseorang pemimpin dengan bukan pemimpin.
Sifat – sifat pokok itu biasanya meliputi :                     
·         Kondisi fisik                           : energik, tegap, kuat
·         Latar belakang sosial               : berpendidikan dan berwawasan luas, serta berasal dari lingkungan sosial yang dinamis
·         Kepribadian                                        : adaptif, agresif, emosi stabil, populer dan kooperatif
Pendekatan ini terpusatkan pada pengidentifikasian intelektual, emosi, fisik, dan sifat pribadi lainnya dari pemimpin tersebut.
2.Teori Kepemimpinan Perilaku
Teori ini mengusulkan bahwa keefektifan kepemimpinan tergantung pada kesesuaian antara kepribadian, tugas, kekuatan, sikap, dan persepsi. Sejumlah pendekatan kepemimpinan yang berorientasi pada situasi telah dipublikasikan dan diteliti. Dua dari yang paling awal adalah model kontingengsi Fiedler dan teori jalur – tujuan. hanya setelah adanya hasil – hasil yang tidak meyakinkan dan kontradiktif dari banyak penelitian awal penelitian awal mengenai sifat dan pribadi-perilaku, barulah pentingnya situasi dipelajari lebih dekat oleh mereka yang berminat terhadap kepemimpinan. akhirnya, peneliti menyadari bahwa perilaku kepemimpinan yang dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi, sebagian besar tergantung pada situasi.
Pemikiran dasarnya adalah bahwa seorang pemimpin yang efektif haruslah cukup fleksibel untuk menyesuaikan atas perbedaan-perbedaan antara bawahan dan situasi. Memutuskan bagaimana mengarahkan individu lainnya adalah sulit dan membutuhkan suatu analisa mengenai pemimpin, kelompok, dan situasinya.
3.Teori Situasional
Teori kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard. Teori ini mencoba menyiapkan pemimpin dengan beberapa pengertian mengenai hubungan di antara gaya kepemimpinan yang efektif dan taraf kematangan pengikutnya. Teori ini juga berusaha menerapkan gaya kepemimpinan dengan situasi di mana kepemimpinan dilakukan. teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada taraf kematangan pengikut dan kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas ataupun hubungan antar manusia. Makin matang si pengikut, pemimpin harus mengurangi tingkat struktur tugas dan menambah orientasi hubungannya.
 Pada saat seseorang atau kelompok/pengikut bergerak dan mencapai tingkat rata-rata kematangan, pemimpin harus mengurangi baik hubungannya ataupun orientasi tugasnya. Keadaan ini berlangsung sampai pengikut mencapai kematangan penuh, dimana mereka sudah dapat mandiri baik dilihat dari kematangan kerjanya ataupun kematangan psikologinya. Jadi, teori situasional ini menekankan pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan pengikut. 
4.Kepemimpinan Charismatik            
Kepemimpinan di mana para pengikut beranggapan bahwa pemimpin mereka diakui memiliki kemampuan luar biasa. Kemampuan tersebut dimiliki sebagai anugerah atau takdir Tuhan. Pemimpin mereka memiliki kemampuan transendental. Hal ini dimaksudkan bahwa pengikutnya mempercayai bahwa pemimpin mereka mampu melindungi dirinya dari bahaya yang mengancam, pemimpin mereka mampu menghadapi krisis yang dihadapi kelompoknya. Pengikutnya juga percaya bahwa di bawah kepemimpinannya mereka akan keluar sebagai pemenang.
Beberapa ciri kepemimpinan charismatik antara lain :
• memiliki sifat-sifat radikal.
• memiliki visioner, tidak konvensional.
• memiliki keberanian mengambil resiko.
• selalu melakukan perubahan.
• memiliki kepercayaan diri yang kuat.
• pengikut mengagumi kemampuannya.
Dengan adanya berbagai teori kepemimpinan yang telah dijelaskan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa teori kepemimpinan akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang. Seseorang akan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda satu sama lainnya. Sehingga mereka dapat menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik, efektif dan inovatif, karena maju tidaknya suatu lembaga pendidikan tergantung pada pemimpinnya. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, maka bawahannya pun tidak mau mengikuti. Oleh karena itu, kualitas bawahan tergantung dari kualitas pemimpin. makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Dalil yang menjelaskan tentang kepemimpinan yaitu :
1.QS. [An-Nisâ’/4:58-59]
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴿٥٨﴾يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya : Sesungguhnya Allâh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allâh memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allâh adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allâh dan ta’atilah Rasûl(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Qur’an) dan Rasûl (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisâ’/4:58-59]
2.QS.al-Baqarah: 247:

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٢٤٧)
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.
C.  Analisis                                                                                                                
·        Pemimpin adalah individu yang berusaha mempengaruhi orang lain tanpa menggunakan bentuk paksaan untuk menstruktur aktivitas-aktvitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi.
·        Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah di tetapkan.
·        Fungsi utama pemimpin adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain :
1.      Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan
2.      Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan
3.      Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam mengalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif
·        Teori-teori kepemimpinan adalah teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengkaji sejauh mana kepemimpinan telah ia laksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas lembaga secara keseluruhan. Teori ini juga digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana pemimpin itu terjadi.

BAB III
PENUTUP

     A.    Kesimpulan
Kepemimpinan berdiri di atas dasar kepercayaan. Saat kepercayaan rapuh, maka pemimpinnya akan segera runtuh. Sama halnya dengan sebuah kepemimpinan dalam pendidikan yang berdiri atas dasar kepercayaan. maka dari itu, hal yang paling mendasar dan terpenting ketika menjadi seorang  pemimpin adalah memberikan kepada anggota atau bawahannya. Karena dengan cara seperti itulah seorang pemimpin akan disegani dan dihormati dalam sebuah organisasi. biasanya tipe kepemimpinan seseorang tergantung pada gaya orang tersebut.
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan. berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan, atau melalui pemilihan.           

    B.     Saran
Kami dari penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan isi makalah masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata bahasa dan kalimat, untuk itu kritik dan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. ( 1988 ). Management of Organization Behaviour: Utilizing Human Resources. New Jersey : Englewood Clifs Prentice Hall
Sondang P. Siagian. ( 2003 ). Teori dan Praktik Kepemimpinan ( cetakan kelima ). Jakarta : Rineka Cipta

MAKALAH "Substansi Inovasi Pengembangan Nilai Agama"


MAKALAH "Substansi Inovasi Pengembangan Nilai Agama"

BAB II
PEMBAHASAN
     A.    Inovasi
Pengembangan menghadapi permasalahan seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, seyogianya pemerhati dan praktisi pendidikan anak pra-sekolah pun perlu menentukan sikap dan berupaya untuk memenuhi tuntutan jaman yang senantiasa mengalami perubahan yang berarti. Dalam dunia pendidikan kita mengenal perlu adanya sikap kritis dalam rangka mencari solusi permasalahan yang muncul, dengan istilah Inovasi Kurikulum. Atau inovasi adalah gagasan, perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu dan pada suatu jangka waktu tertentu, untuk menjawab masalah yang dihadapi. Sesuatu yang baru mungkin sudah lama dikenal tetapi belum dilakukan perubahan. Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan, serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Lembaga penyelenggaraan pendidikan, baik negeri maupun swasta, seharusnya memiliki kepekaan dan tanggap terhadap keadaan seperti itu dan bersedia mencari kelemahan kurikulum dan perangkatnya. Untuk itu, perlu dicarikan jalan pemecahannya, baik dalam segi relevansi pendidikan, mutu lulusan, efisiensi dan efektifitas pengelolaan, serta masalah struktur pendidikan guru termasuk di dalam taman kanak-kanak. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan inovasi. Itu berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui untuk menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan. Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka mengembangkan cinta belajar pada diri anak adalah sebagaiberikut:
  1.    Kasih sayang
  2.     Perlindungan dan perawatan;
  3.     Waktu yang diberikan kepada anak
  4.    Lingkungan belajar yang kondusif;
  5.    Belajar bersikap adalah belajar nilai;
  6.    Belajar moral di usia dini. [1]
            Untuk mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada diri anak, diperlukan berbagai macam metode dan pendekatan. Metode dan pendekatan ini berfungsi sebagai nilai untuk mencapai tujuan. Dalam menentukan pendekatan, guru perlu mempertimbangkan berbagai hal seperti tujuan yang hendak dicapai, karakteristik anak, jenis kegiatan, nilai/kemampuan yang hendak dikembangkan, pola kegiatan, fasilitas/media, situasi dan tema/sub tema yang dipilih.Pembelajaran konstekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak dan mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran konstekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, antara lain adalah konstruktivisme, refleksi dan penilaian sebenarnya. Beberapa model pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dunia anak taman tanak-kanak antara lain bermain peran, karyawisata, bercakap-cakap, demonstrasi, proyek, bercerita, pemberian tugas dan keteladanan serta bernyanyi.

  B.      Substansi Inovasi Pengembangan Nilai Agama
Mencermati berbagai masalah dalam kaitannya dengan inovasi pada bidang pertengahan nilai-nilai agama di taman kanak-kanak, maka perlu dilakukan inovasi dalam beberapa bagian kurikulum dan pembelajaran. Seperti disain kurikulum yang akan diterapkan, disain kegiatan pembelajaran yang direncanakan, dan disain kegiatan harian dalam aktifitas kegiatan belajar sekolah. Conny R. Semiawan (1995), memberi alternative inovasi dalam rangka meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik, antara lain :
1.      Adanya Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Dari segi konsep, Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak tahun 1994 telah memenuhi kebutuhan anak dalam belajar sambil bermain di taman kanak-kanak. Namun, khusus untuk materi pengembangan nilai-nilai agama, hingga saat ini masih belum mencantum secara rinci dan pasti. Dalam pandangan kurikulum seyogianya hal tersebut harus ada dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh, serta antara satu tema atau kemampuan, dapat dihubungkan dengan teman atau kemampuan yang lainnya.
2.      Adanya Pendekatan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning) Pendekatan pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan yang dapat diterapkan pada saat penyampaian materi pelajaran kepada anak. Pendekatan ini menghendaki adanya kreativitas guru untuk mencoba menghubungkan antara satu tema yang sedang dipelajari, dikaitkan dengan tema-tema lain yang secara rasional memang ada hubungannya. Sehingga tanpa disadari oleh anak, mereka mampu mendapatkan pengetahuan yang lebih luas ketika mempelajari tema yang sedang dibahas.
3.      Adanya Hari Terpadu (Integrated Day) Dari kenyataan yang terjadi di lapangan apa yang telah kita lakukan ketika membuat satuan egiatan harian, pada prinsipnya telah menggambarkan adanya suatu program kegiatan belajar mengajar di taman kanak-kanak yang mengarah pada hari terpadu. Satuan kegiatan harian yang saat ini kita kenal, telah memasuki rancangan kegiatan yang memadukan beberapa target kemampuan dasar bagi anak seharian (dalam sehari). Kita mengenal dalam sebuah satuan kegiatan harian target kegiatan dan kemampuan yang hendak dicapai ternyata terpadu secara baik dalam sebuah program harian yang berisi target kemampuan dasar bahasa, daya pikir, keterampilan, dan jasmani. Seyogianya kita merancang satuan kegiatan harian tersebut, materi nilai-nilai agama harus senantiasa mewarnai di setiap kegiatan yang guru dan anak akan lakukan. Berawal dari pemahaman kita bahwa latar belakang perlunya kita melakukan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah untuk memberikan pemecahan masalah yang dihadapi pada saat kita melakukan pembelajaran kepada anak didik. Upaya pembelajaran yang diharapkan tentunya tidak bersifat statis dan ala kadarnya, melainkan harus dilakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk mengubah paradigma lama seperti itu, ada beberapa inovasi dalam pendekatan pembelajaran, termasuk dalam mengembangkan nilai-nilai agama bagi anak usia taman kanak-kanak. Inovasi yang dimaksud meliputi :[2]
1.      Pengalaman belajar
Pengalaman belajar tidak sama dengan penguasaan materi pelajaran atau kegiatan mengajar guru. Belajar timbul jika anak terlibat secara aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Apa yang dipelajari anak, pada hakikatnya adalah apa yang dilakukannya, bukan apa yang dilakukan guru. Sebagai bahan ilustrasi, bisa saja bahwa dua orang anak yang berada dalam ruang kelas yang sama, memiliki dua pengalaman belajar yang berbeda, walaupun mereka belajar dari guru dan pada waktu yang sama. Betapapun keduanya berada pada ruang yang sama, mempelajari materi yang sama, dari guru yang sama, akan tetapi besar kemungkinan mereka memiliki pengalaman belajar yang berbeda. Jadi sasaran dari setiap kegiatan pembelajaran dalam rangka pengembangan apapun termasuk nilai-nilai agama, seyogianya adalah menghasilkan pengalaman belajar, bukan materi yang diajarkan guru kepadanya. Kegiatan mengunjungi masjid atau gereja, mungkin bagi anak yang belum pernah mengunjunginya, bisa menjadi pengalaman belajar yang luar biasa hebatnya yang dapat memotivasi anak untuk mengetahui lebih lanjut tentang tempat ibadah tersebut, dan bisa jadi hal itu merupakan pengetahuan yang sangat kuat melekatnya.
2.      Belajar Aktif
Untuk menimbulkan pengalaman anak terhadap sajian materi pelajaran, perlu diupayakan agar anak melakukan aktivitas sesuai yang direncanakan, dan tidak hanya menjadi anak didik yang pasif. Anak hanya akan memperoleh pengalaman tentang substansi materi yang dipelajari jika mereka menjadi anak didik yang aktif.
Dengan perkataan lain anak perlu diberi peluang dan kesempatan sebesar-besarnya untuk aktif ambil bagian, berperan serta sampai mereka betul-betul dapat merasakan manfaat dari pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, bila guru akan menjelaskan tata cara atau etika makan menurut ajaran agama, sebaiknya selain guru memberikan contoh peragaan dengan alat makan, guru juga perlu melibatkan beberapa anak untuk menirukan langsung bagaimana etika makan yang benar menurut ajaran nilai-nilai agama. Pada saat anak telah mengetahui langkah-langkahnya, berikan kesempatan anak untuk mengulanginya beberapa kali sampai dia merasa bisa. Selanjutnya berikan kesempatan yang sama kepada anak yang lain secara bergiliran. Demikian juga jika anda akan mengajarkan tata cara berwudhu, biarkan mereka main air terlebih dahulu, jangan dilarang anak berbasah-basahan, namun berikan arahan bagaimana cara berwudhu yang benar, sambil memperagakan cara berwudhu yang sesungguhnya. Namun perlu diingat, sebaiknya sehari sebelumnya, perlu ada koordinasi dengan pihak wali murid agar pada hari praktik tersebut diharapkan anak membawa baju ganti.
Pada ilustrasi di atas, tersirat pernyataan, bahwa untuk memperoleh pengalaman belajar, anak perlu aktif melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dan pengalaman belajar adalah dua istilah yang berkaitan erat satu sama lainnya. Perbedaannya adalah pada tingkat perencanaan kurikulum kita menetapkan kegiatan belajar, tetapi pada tingkat evaluasi, kita lihat apakah anak memiliki pengalaman belajar sebagai hasil dari mempelajari materi pelajaran, melalui keaktifannya melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian guru perlu berusaha agar kegiatan belajar selalu sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
3.      Belajar proses
Proses adalah berbagai cara yang berkaitan dengan peroleh pengetahuan, seperti proses pada pengambilan keputusan, mengevaluasi akibat dari suatu tindakan, dan sebagainya. Saat ini dunia pendidikan juga lebih menekankan pada keterampilan proses dalam melakukan berbagai pendekatan pembelajaran. Pada tataran anak usia taman kanak-kanak wujud nyata kegiatan belajar proses ini dapat ditampilkan melalui keterampilan proses seperti anak diarahkan untuk melakukan kegiatan mengamati sesuatu/observasi, menghitung, mengelompokkan, dan mengkomunikasikan secara verbal atas apa yang telah diamatinya.
Sebagai contoh dalam pengembangan nilai-nilai agama adalah anak diminta untuk memperhatikan/mengamati replika tempat ibadah yang bermacam-macam, lalu anak diminta menghitung banyaknya contoh tempat ibadah yang ada di negara kita, kemudian anak diminta mengelompokkan tempat ibadah dengan umat yang menganut agama tersebut, dan menyebutkannya secara lisan apa yang telah diketahuinya melalui pengamatan tersebut. Seperti ciri-ciri masjid, gereja, candi, dan sebagainya dengan nama pemimpin agama pemimpin masing-masing. Ada beberapa aspek yang akan dijadikan sebagai pembinaan dalam nilai-nilai agama yang perlu diterapkan kepada anak usia pra-sekolah.
a.       Membiasakan Kejujuran
Jujur merupakan etika dan nilai ajaran yang paling tinggi dan mulia yang dianjurkan untuk ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini. Banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya kepada kejujuran namun tindakan mereka menjerumuskan kepada kedustaan. Setiap pendidik atau orang tua wajib menanamkan nilai kejujuran pada anak-anak dalam ucapan dan tindakan. Apabila orang tua tidak memiliki perhatian dalam mendidik kejujuran dan etika sejak kecil, maka anak akan menjadi generasi pendusta.
-  Membiasakan keadilan
Adil adalah sikap yang mampu mengontrol akhlak dan perilaku sehingga selalu mampu bersikap tengah-tengah antara berlebihan dan teledor. Dan sikap tersebut membawa kepada kebiasaan murah hati dan dermawan yang sikap antara terhina dan terlalu menonjol. Adil juga melahirkan sikap pemaaf tengah-tengah antara sikap marah dan rendah serta terhina.
b.      Membiasakan meminta izin  
Pada usia kanak-kanak, anak dilatih agar membiasakan minta izin ketika ingin          masuk ke kamar orang tuanya pada tiga waktu tertentu yaitu waktu subuh, waktu dhuhur, dan waktu isya. Karena pada waktu tersebut kedua orang tua sedang menikmati istirahat dan melepas pakaian. Orang tua yang selalu membiasakan anaknya meminta izin maka ketika anak tersebut sudah menginjak dewasa maka ia sudah terbiasa meminta izin, termasuk meminta izin kepada orang tua, teman, keluarga, ketika hendak mengambil sesuatu dan meninggalkan tempat kapan dan dimanapun ia berada.
c.       Membiasakan berbicara dengan baik
Orang tua sebagai pendidik dalam rumah tangga hendaknya mengajarkan anak-anaknya etika berbicara dengan baik. Etika berbicara yang baik pada anak-anak akan berpengaruh pada perilaku masing-masing individu sebab ucapan dan pembicaraan yang baik akan membuat orang tertaruk dan menambah kecintaan sementara ucapan yang kotor dan pembicaraan yang buruk akan membuat orang lain benci dan menjauh.
d.      Membiasakan makan dan minum dengan baik
Salah satu adab yang perlu ditanamkan kepada anak sejak kecil adalah adab makan dan minum. Pendidik yang seharusnya mengajarkan kepada anaknya bahwa makan dan minum bukan tujuan dan sasaran utama, namun makan dan minum hanya sekedar usaha untuk memelihara kesehatan agar manusia mampu menunaikan tugas hidup.
e.        Membiasakan bergaul dengan yang baik
Sudah merupakan sunnah alam dan fitra manusia, bahwa setiap orang membutuhkan teman dan sahabat untuk saling membantu dan saling menyayangi. Oleh karena itu, orang tua dapat memilihkan teman yang baik untuk anaknya. Seorang anak relatif lebih sulit untuk memilih teman untuk dirinya sendiri, maka orang tua yang memang sudah berpengalaman dalam hidup, harus membantu anak untuk memilihkan teman yang dapat membantu anak untuk memilihkan teman yang dapat membantu anaknya menuju kenaikan.
f.        Memberikan kasih sayang
Kasih sayang berperan penting dalam menentukan sikap dan tingkah laku kejiwaan seseorang. Kurangnya rasa kasih sayang pada diri seseorang terutama pada anak-anak akan menyebabkan tembok pemisah antara mereka dengan orang tuanya. Anak membutuhkan rasa kasih sayang dari orang tuanya. Keberadaan orang tua sebagai pendidik sangat diharapkan dalam memberikan kasih sayang kepadaanak-anaknya.
Dengan menggunakan nilai-nilai keagamaan pada anak taman kanak-kanak, tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum, tujuan pendidikan keagamaan (Islam) adalah arah yang diharapkan setelah subjek didik mengalami perubahan proses pendidikan, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. Tujuan pendidikan Islam adalah berusaha untuk menciptakan pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang antara semua potensi jiwa manusia, yaitu menyelaraskan fungsi fisik, akal dan perasaan atau daya spiritual manusia untuk menjadi baik yang pada akhirnya membawa manusia tersebut sempurna dalam hidupnya.[3]
    C.    prinsip inovasi untuk pengembangan nilai agama anak
prinsip dasar yang sangat perlu diperhatikan dalam penyampaian materi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak taman kanak-kanak, diantaranya adalah :
1.      Prinsip penekanan pada aktivitas anak sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan kebutuhan pembentukan kepribadian anak dalam rangka peletakan dasar kehidupan anak pada bidang kehidupan beragama anak.
2.      Prinsip pentingnya keteladanan dari lingkungan dan orang tua/keluarga anak.
Sebaik apapun program yang disusun oleh pihak sekolah, namun jika tidak didukung oleh partisipasi aktif para orang tua dalam memberikan keteladanan dan konsistensi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak, maka semua itu akan sia-sia.
3.      Prinsip kesesuaian dengan kurikulum spiral.
Prinsip ini menekankan bahwa pada saat guru dan orang tua menyajikan materi pengembangan nilai-nilai agama kepada anak taman kanak-kanak maka hal itu harus disampaikan secara bertahap: seperti dimulai dengan penjelasan atau contoh yang terdekat dengan dunia anak sampai hal yang terjauh dari sisi anak; atau dimulai dari hal yang paling mudah anak cerna sampai hal yang agak sulit anak pahami.
4.      Prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP).
Prinsip ini menjelaskan bahwa guru dan para orang tua hendaknya sangat memperhatikan proses penyajian materi yang akan disampaikan yaitu materi yang perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak itu sendiri.
5.      Prinsip psikologi perkembangan anak.
Setiap guru seyogianya menyampaikan materi pengembangan nilai-nilai agama yang disesuaikan dengan landasan ilmu psikologi perkembangan anak didik. Dalam tinjauan ilmu psikologi dikenal adanya tugas-tugas perkembangan maka setiap materi yang aka disampaikan seyogianya senantiasa dihubungkan dengan prinsip-prinsip dasar psikologi pendidikan.
6.      Prinsip monitoring yang rutin.
Untuk mendapatkan keberhasilan yang baik maka diperlukan adanya kegiatan monitoring secara rutin untuk memantau proses perkembangan dan kemajuan anak dalam mengikuti program yang kita siapkan. Peranan monitoring sangat membantu semua pihak yang terkait, untuk memperoleh data akurat dalam rangka perbaikan dan pengembangan program selanjutnya. Tanpa langkah demikian kita akan sulit memperoleh informasi tentang anak didik dan perkembangannya.
a.       Membantu mengembangkan kepercayaan atau pengadopsian satu atau
beberapa prinsip umum yang fundamental,ide atau nilai sebagai suatu
pijakan atau landasan untuk pertimbangan moral dalam menetapkan
suatu keputusan.
b.      Membantu mengembangkan kepercayaan pada dan atau mengadopsi
norma-norma konkret,nilai-nilai,kebaikan-kebaikan seperti pada
pendidikan moral tradisional yang selama ini dipraktekkan.
c.       Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang
secara moral baik dan benar.
d.       Meningkatkan pencapaian refleksi otonom,pengendalian diri atau
kebebasan mental spiritual,meskipun itu disadari dapat membuat
seseorang menjadi pengkritik terhadap ide-ide.
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Dalam kegiatan pembelajaran nilai-nilai agama pada anak, ada beberapa program yang dijalankan yaitu program pembelajaran nilai-nilai agama melalui kegiatan rutin, program pembelajaran nilai-nilai agama melalui kegiatan terintegrasi, dan program pembelajaran nilai-nilai agama melalui kegiatan khusus. Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka mengembangkan cinta belajar pada diri anak adalah kasih sayang, perlindungan dan perawatan, waktu yang diberikan kepada anak, lingkungan belajar yang kondusif, belajar bersikap adalah belajar nilai, dan belajar moral di usia dini.

                                                       DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah. Jogjakarta : CV. Venus Corporation.
Hidayat, Otib Satibi. 2009. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta : Universitas Terbuka.
SM, Ismail. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang : RaSail Media Group.


[1] 21Darul Ilmi Jurnal Ilmiah PGRA,Sehat Cerdas Ceria,(Fakultas Tarbiyah IAIN Reden Intan
Lampung,2010),h.143-144

[2] 22Sutarjo Adisusilo,Pembelajaran Nilai Karakter,(Jakarta:Rajawali Pers,2014),h.128

[3] Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah. Jogjakarta : CV. Venus Corporation.hal.21-25