MAKALAH "Substansi Inovasi Pengembangan Nilai Agama"
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Inovasi
Pengembangan menghadapi permasalahan seiring dengan
perkembangan dunia pendidikan, seyogianya pemerhati dan praktisi pendidikan
anak pra-sekolah pun perlu menentukan sikap dan berupaya untuk memenuhi
tuntutan jaman yang senantiasa mengalami perubahan yang berarti. Dalam dunia
pendidikan kita mengenal perlu adanya sikap kritis dalam rangka mencari solusi
permasalahan yang muncul, dengan istilah Inovasi Kurikulum. Atau inovasi adalah
gagasan, perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu dan
pada suatu jangka waktu tertentu, untuk menjawab masalah yang dihadapi. Sesuatu
yang baru mungkin sudah lama dikenal tetapi belum dilakukan perubahan. Adapun
yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran
adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan, serta kekuranglengkapan yang
ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Lembaga
penyelenggaraan pendidikan, baik negeri maupun swasta, seharusnya memiliki
kepekaan dan tanggap terhadap keadaan seperti itu dan bersedia mencari kelemahan
kurikulum dan perangkatnya. Untuk itu, perlu dicarikan jalan pemecahannya, baik
dalam segi relevansi pendidikan, mutu lulusan, efisiensi dan efektifitas
pengelolaan, serta masalah struktur pendidikan guru termasuk di dalam taman
kanak-kanak. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan
inovasi. Itu berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui
untuk menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan. Upaya yang dapat dilakukan
oleh orang tua dan guru dalam rangka mengembangkan cinta belajar pada diri anak
adalah sebagaiberikut:
1. Kasih sayang
2. Perlindungan dan perawatan;
3. Waktu yang diberikan kepada anak
4. Lingkungan belajar yang kondusif;
5. Belajar bersikap adalah belajar
nilai;
Untuk mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada
diri anak, diperlukan berbagai macam metode dan pendekatan. Metode dan
pendekatan ini berfungsi sebagai nilai untuk mencapai tujuan. Dalam menentukan
pendekatan, guru perlu mempertimbangkan berbagai hal seperti tujuan yang hendak
dicapai, karakteristik anak, jenis kegiatan, nilai/kemampuan yang hendak
dikembangkan, pola kegiatan, fasilitas/media, situasi dan tema/sub tema yang
dipilih.Pembelajaran konstekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak dan
mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran konstekstual
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, antara lain adalah
konstruktivisme, refleksi dan penilaian sebenarnya. Beberapa model pendekatan
yang sesuai dengan karakteristik dunia anak taman tanak-kanak antara lain
bermain peran, karyawisata, bercakap-cakap, demonstrasi, proyek, bercerita,
pemberian tugas dan keteladanan serta bernyanyi.
B. Substansi Inovasi Pengembangan Nilai Agama
Mencermati berbagai masalah dalam kaitannya dengan inovasi
pada bidang pertengahan nilai-nilai agama di taman kanak-kanak, maka perlu
dilakukan inovasi dalam beberapa bagian kurikulum dan pembelajaran. Seperti
disain kurikulum yang akan diterapkan, disain kegiatan pembelajaran yang
direncanakan, dan disain kegiatan harian dalam aktifitas kegiatan belajar
sekolah. Conny R. Semiawan (1995), memberi alternative inovasi dalam rangka
meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik, antara
lain :
1.
Adanya Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Dari segi konsep, Garis-garis Besar
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak tahun 1994 telah memenuhi kebutuhan
anak dalam belajar sambil bermain di taman kanak-kanak. Namun, khusus untuk
materi pengembangan nilai-nilai agama, hingga saat ini masih belum mencantum
secara rinci dan pasti. Dalam pandangan kurikulum seyogianya hal tersebut harus
ada dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh, serta antara satu
tema atau kemampuan, dapat dihubungkan dengan teman atau kemampuan yang
lainnya.
2. Adanya Pendekatan Pembelajaran
Terpadu (Integrated Learning) Pendekatan pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan
yang dapat diterapkan pada saat penyampaian materi pelajaran kepada anak.
Pendekatan ini menghendaki adanya kreativitas guru untuk mencoba menghubungkan
antara satu tema yang sedang dipelajari, dikaitkan dengan tema-tema lain yang
secara rasional memang ada hubungannya. Sehingga tanpa disadari oleh anak,
mereka mampu mendapatkan pengetahuan yang lebih luas ketika mempelajari tema
yang sedang dibahas.
3. Adanya Hari Terpadu (Integrated Day)
Dari kenyataan yang terjadi di lapangan apa yang telah kita lakukan ketika
membuat satuan egiatan harian, pada prinsipnya telah menggambarkan adanya suatu
program kegiatan belajar mengajar di taman kanak-kanak yang mengarah pada hari
terpadu. Satuan kegiatan harian yang saat ini kita kenal, telah memasuki rancangan
kegiatan yang memadukan beberapa target kemampuan dasar bagi anak seharian
(dalam sehari). Kita mengenal dalam sebuah satuan kegiatan harian target
kegiatan dan kemampuan yang hendak dicapai ternyata terpadu secara baik dalam
sebuah program harian yang berisi target kemampuan dasar bahasa, daya pikir,
keterampilan, dan jasmani. Seyogianya kita merancang satuan kegiatan harian
tersebut, materi nilai-nilai agama harus senantiasa mewarnai di setiap kegiatan
yang guru dan anak akan lakukan. Berawal dari pemahaman kita bahwa latar
belakang perlunya kita melakukan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah
untuk memberikan pemecahan masalah yang dihadapi pada saat kita melakukan
pembelajaran kepada anak didik. Upaya pembelajaran yang diharapkan tentunya
tidak bersifat statis dan ala kadarnya, melainkan harus dilakukan perubahan ke
arah yang lebih baik. Untuk mengubah paradigma lama seperti itu, ada beberapa
inovasi dalam pendekatan pembelajaran, termasuk dalam mengembangkan nilai-nilai
agama bagi anak usia taman kanak-kanak. Inovasi yang dimaksud meliputi :[2]
1. Pengalaman belajar
Pengalaman
belajar tidak sama dengan penguasaan materi pelajaran atau kegiatan mengajar
guru. Belajar timbul jika anak terlibat secara aktif dalam melakukan
kegiatan-kegiatan belajar. Apa yang dipelajari anak, pada hakikatnya adalah apa
yang dilakukannya, bukan apa yang dilakukan guru. Sebagai bahan ilustrasi, bisa
saja bahwa dua orang anak yang berada dalam ruang kelas yang sama, memiliki dua
pengalaman belajar yang berbeda, walaupun mereka belajar dari guru dan pada
waktu yang sama. Betapapun keduanya berada pada ruang yang sama, mempelajari
materi yang sama, dari guru yang sama, akan tetapi besar kemungkinan mereka
memiliki pengalaman belajar yang berbeda. Jadi sasaran dari setiap kegiatan
pembelajaran dalam rangka pengembangan apapun termasuk nilai-nilai agama,
seyogianya adalah menghasilkan pengalaman belajar, bukan materi yang diajarkan
guru kepadanya. Kegiatan mengunjungi masjid atau gereja, mungkin bagi anak yang
belum pernah mengunjunginya, bisa menjadi pengalaman belajar yang luar biasa
hebatnya yang dapat memotivasi anak untuk mengetahui lebih lanjut tentang
tempat ibadah tersebut, dan bisa jadi hal itu merupakan pengetahuan yang sangat
kuat melekatnya.
2. Belajar Aktif
Untuk
menimbulkan pengalaman anak terhadap sajian materi pelajaran, perlu diupayakan
agar anak melakukan aktivitas sesuai yang direncanakan, dan tidak hanya menjadi
anak didik yang pasif. Anak hanya akan memperoleh pengalaman tentang substansi
materi yang dipelajari jika mereka menjadi anak didik yang aktif.
Dengan perkataan lain anak perlu diberi peluang dan kesempatan sebesar-besarnya untuk aktif ambil bagian, berperan serta sampai mereka betul-betul dapat merasakan manfaat dari pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, bila guru akan menjelaskan tata cara atau etika makan menurut ajaran agama, sebaiknya selain guru memberikan contoh peragaan dengan alat makan, guru juga perlu melibatkan beberapa anak untuk menirukan langsung bagaimana etika makan yang benar menurut ajaran nilai-nilai agama. Pada saat anak telah mengetahui langkah-langkahnya, berikan kesempatan anak untuk mengulanginya beberapa kali sampai dia merasa bisa. Selanjutnya berikan kesempatan yang sama kepada anak yang lain secara bergiliran. Demikian juga jika anda akan mengajarkan tata cara berwudhu, biarkan mereka main air terlebih dahulu, jangan dilarang anak berbasah-basahan, namun berikan arahan bagaimana cara berwudhu yang benar, sambil memperagakan cara berwudhu yang sesungguhnya. Namun perlu diingat, sebaiknya sehari sebelumnya, perlu ada koordinasi dengan pihak wali murid agar pada hari praktik tersebut diharapkan anak membawa baju ganti.
Pada ilustrasi di atas, tersirat pernyataan, bahwa untuk memperoleh pengalaman belajar, anak perlu aktif melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dan pengalaman belajar adalah dua istilah yang berkaitan erat satu sama lainnya. Perbedaannya adalah pada tingkat perencanaan kurikulum kita menetapkan kegiatan belajar, tetapi pada tingkat evaluasi, kita lihat apakah anak memiliki pengalaman belajar sebagai hasil dari mempelajari materi pelajaran, melalui keaktifannya melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian guru perlu berusaha agar kegiatan belajar selalu sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Dengan perkataan lain anak perlu diberi peluang dan kesempatan sebesar-besarnya untuk aktif ambil bagian, berperan serta sampai mereka betul-betul dapat merasakan manfaat dari pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, bila guru akan menjelaskan tata cara atau etika makan menurut ajaran agama, sebaiknya selain guru memberikan contoh peragaan dengan alat makan, guru juga perlu melibatkan beberapa anak untuk menirukan langsung bagaimana etika makan yang benar menurut ajaran nilai-nilai agama. Pada saat anak telah mengetahui langkah-langkahnya, berikan kesempatan anak untuk mengulanginya beberapa kali sampai dia merasa bisa. Selanjutnya berikan kesempatan yang sama kepada anak yang lain secara bergiliran. Demikian juga jika anda akan mengajarkan tata cara berwudhu, biarkan mereka main air terlebih dahulu, jangan dilarang anak berbasah-basahan, namun berikan arahan bagaimana cara berwudhu yang benar, sambil memperagakan cara berwudhu yang sesungguhnya. Namun perlu diingat, sebaiknya sehari sebelumnya, perlu ada koordinasi dengan pihak wali murid agar pada hari praktik tersebut diharapkan anak membawa baju ganti.
Pada ilustrasi di atas, tersirat pernyataan, bahwa untuk memperoleh pengalaman belajar, anak perlu aktif melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dan pengalaman belajar adalah dua istilah yang berkaitan erat satu sama lainnya. Perbedaannya adalah pada tingkat perencanaan kurikulum kita menetapkan kegiatan belajar, tetapi pada tingkat evaluasi, kita lihat apakah anak memiliki pengalaman belajar sebagai hasil dari mempelajari materi pelajaran, melalui keaktifannya melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian guru perlu berusaha agar kegiatan belajar selalu sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
3. Belajar proses
Proses
adalah berbagai cara yang berkaitan dengan peroleh pengetahuan, seperti proses
pada pengambilan keputusan, mengevaluasi akibat dari suatu tindakan, dan
sebagainya. Saat ini dunia pendidikan juga lebih menekankan pada keterampilan
proses dalam melakukan berbagai pendekatan pembelajaran. Pada tataran anak usia
taman kanak-kanak wujud nyata kegiatan belajar proses ini dapat ditampilkan
melalui keterampilan proses seperti anak diarahkan untuk melakukan kegiatan
mengamati sesuatu/observasi, menghitung, mengelompokkan, dan mengkomunikasikan
secara verbal atas apa yang telah diamatinya.
Sebagai
contoh dalam pengembangan nilai-nilai agama adalah anak diminta untuk
memperhatikan/mengamati replika tempat ibadah yang bermacam-macam, lalu anak
diminta menghitung banyaknya contoh tempat ibadah yang ada di negara kita,
kemudian anak diminta mengelompokkan tempat ibadah dengan umat yang menganut
agama tersebut, dan menyebutkannya secara lisan apa yang telah diketahuinya
melalui pengamatan tersebut. Seperti ciri-ciri masjid, gereja, candi, dan
sebagainya dengan nama pemimpin agama pemimpin masing-masing. Ada beberapa
aspek yang akan dijadikan sebagai pembinaan dalam nilai-nilai agama yang perlu
diterapkan kepada anak usia pra-sekolah.
a. Membiasakan Kejujuran
Jujur merupakan etika dan nilai
ajaran yang paling tinggi dan mulia yang dianjurkan untuk ditanamkan kepada
anak-anak sejak usia dini. Banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya kepada
kejujuran namun tindakan mereka menjerumuskan kepada kedustaan. Setiap pendidik
atau orang tua wajib menanamkan nilai kejujuran pada anak-anak dalam ucapan dan
tindakan. Apabila orang tua tidak memiliki perhatian dalam mendidik kejujuran
dan etika sejak kecil, maka anak akan menjadi generasi pendusta.
-
Membiasakan keadilan
Adil adalah sikap yang mampu
mengontrol akhlak dan perilaku sehingga selalu mampu bersikap tengah-tengah
antara berlebihan dan teledor. Dan sikap tersebut membawa kepada kebiasaan
murah hati dan dermawan yang sikap antara terhina dan terlalu menonjol. Adil
juga melahirkan sikap pemaaf tengah-tengah antara sikap marah dan rendah serta
terhina.
b.
Membiasakan meminta izin
Pada usia kanak-kanak, anak dilatih agar membiasakan minta
izin ketika ingin masuk ke kamar
orang tuanya pada tiga waktu tertentu yaitu waktu subuh, waktu dhuhur, dan
waktu isya. Karena pada waktu tersebut kedua orang tua sedang menikmati
istirahat dan melepas pakaian. Orang tua yang selalu membiasakan anaknya
meminta izin maka ketika anak tersebut sudah menginjak dewasa maka ia sudah
terbiasa meminta izin, termasuk meminta izin kepada orang tua, teman, keluarga,
ketika hendak mengambil sesuatu dan meninggalkan tempat kapan dan dimanapun ia
berada.
c. Membiasakan berbicara dengan baik
Orang tua sebagai pendidik dalam
rumah tangga hendaknya mengajarkan anak-anaknya etika berbicara dengan baik.
Etika berbicara yang baik pada anak-anak akan berpengaruh pada perilaku
masing-masing individu sebab ucapan dan pembicaraan yang baik akan membuat
orang tertaruk dan menambah kecintaan sementara ucapan yang kotor dan
pembicaraan yang buruk akan membuat orang lain benci dan menjauh.
d. Membiasakan makan dan minum dengan
baik
Salah satu
adab yang perlu ditanamkan kepada anak sejak kecil adalah adab makan dan minum.
Pendidik yang seharusnya mengajarkan kepada anaknya bahwa makan dan minum bukan
tujuan dan sasaran utama, namun makan dan minum hanya sekedar usaha untuk
memelihara kesehatan agar manusia mampu menunaikan tugas hidup.
e. Membiasakan bergaul dengan yang baik
Sudah
merupakan sunnah alam dan fitra manusia, bahwa setiap orang membutuhkan teman
dan sahabat untuk saling membantu dan saling menyayangi. Oleh karena itu, orang
tua dapat memilihkan teman yang baik untuk anaknya. Seorang anak relatif lebih
sulit untuk memilih teman untuk dirinya sendiri, maka orang tua yang memang
sudah berpengalaman dalam hidup, harus membantu anak untuk memilihkan teman
yang dapat membantu anak untuk memilihkan teman yang dapat membantu anaknya
menuju kenaikan.
f. Memberikan kasih sayang
Kasih
sayang berperan penting dalam menentukan sikap dan tingkah laku kejiwaan
seseorang. Kurangnya rasa kasih sayang pada diri seseorang terutama pada
anak-anak akan menyebabkan tembok pemisah antara mereka dengan orang tuanya.
Anak membutuhkan rasa kasih sayang dari orang tuanya. Keberadaan orang tua
sebagai pendidik sangat diharapkan dalam memberikan kasih sayang kepadaanak-anaknya.
Dengan menggunakan nilai-nilai keagamaan pada anak taman kanak-kanak, tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum, tujuan pendidikan keagamaan (Islam) adalah arah yang diharapkan setelah subjek didik mengalami perubahan proses pendidikan, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. Tujuan pendidikan Islam adalah berusaha untuk menciptakan pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang antara semua potensi jiwa manusia, yaitu menyelaraskan fungsi fisik, akal dan perasaan atau daya spiritual manusia untuk menjadi baik yang pada akhirnya membawa manusia tersebut sempurna dalam hidupnya.[3]
Dengan menggunakan nilai-nilai keagamaan pada anak taman kanak-kanak, tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum, tujuan pendidikan keagamaan (Islam) adalah arah yang diharapkan setelah subjek didik mengalami perubahan proses pendidikan, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. Tujuan pendidikan Islam adalah berusaha untuk menciptakan pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang antara semua potensi jiwa manusia, yaitu menyelaraskan fungsi fisik, akal dan perasaan atau daya spiritual manusia untuk menjadi baik yang pada akhirnya membawa manusia tersebut sempurna dalam hidupnya.[3]
C.
prinsip inovasi untuk pengembangan
nilai agama anak
prinsip dasar yang sangat perlu
diperhatikan dalam penyampaian materi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak
taman kanak-kanak, diantaranya adalah :
1.
Prinsip penekanan pada aktivitas anak sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan kebutuhan pembentukan kepribadian anak dalam rangka peletakan dasar kehidupan anak pada bidang kehidupan beragama anak.
Hal ini sesuai dengan kebutuhan pembentukan kepribadian anak dalam rangka peletakan dasar kehidupan anak pada bidang kehidupan beragama anak.
2.
Prinsip pentingnya keteladanan dari lingkungan dan orang
tua/keluarga anak.
Sebaik apapun program yang disusun oleh pihak sekolah, namun jika tidak didukung oleh partisipasi aktif para orang tua dalam memberikan keteladanan dan konsistensi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak, maka semua itu akan sia-sia.
Sebaik apapun program yang disusun oleh pihak sekolah, namun jika tidak didukung oleh partisipasi aktif para orang tua dalam memberikan keteladanan dan konsistensi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak, maka semua itu akan sia-sia.
3.
Prinsip kesesuaian dengan kurikulum spiral.
Prinsip ini menekankan bahwa pada saat guru dan orang tua menyajikan materi pengembangan nilai-nilai agama kepada anak taman kanak-kanak maka hal itu harus disampaikan secara bertahap: seperti dimulai dengan penjelasan atau contoh yang terdekat dengan dunia anak sampai hal yang terjauh dari sisi anak; atau dimulai dari hal yang paling mudah anak cerna sampai hal yang agak sulit anak pahami.
Prinsip ini menekankan bahwa pada saat guru dan orang tua menyajikan materi pengembangan nilai-nilai agama kepada anak taman kanak-kanak maka hal itu harus disampaikan secara bertahap: seperti dimulai dengan penjelasan atau contoh yang terdekat dengan dunia anak sampai hal yang terjauh dari sisi anak; atau dimulai dari hal yang paling mudah anak cerna sampai hal yang agak sulit anak pahami.
4.
Prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP).
Prinsip ini menjelaskan bahwa guru dan para orang tua hendaknya sangat memperhatikan proses penyajian materi yang akan disampaikan yaitu materi yang perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak itu sendiri.
Prinsip ini menjelaskan bahwa guru dan para orang tua hendaknya sangat memperhatikan proses penyajian materi yang akan disampaikan yaitu materi yang perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak itu sendiri.
5.
Prinsip psikologi perkembangan anak.
Setiap guru seyogianya menyampaikan materi pengembangan nilai-nilai agama yang disesuaikan dengan landasan ilmu psikologi perkembangan anak didik. Dalam tinjauan ilmu psikologi dikenal adanya tugas-tugas perkembangan maka setiap materi yang aka disampaikan seyogianya senantiasa dihubungkan dengan prinsip-prinsip dasar psikologi pendidikan.
Setiap guru seyogianya menyampaikan materi pengembangan nilai-nilai agama yang disesuaikan dengan landasan ilmu psikologi perkembangan anak didik. Dalam tinjauan ilmu psikologi dikenal adanya tugas-tugas perkembangan maka setiap materi yang aka disampaikan seyogianya senantiasa dihubungkan dengan prinsip-prinsip dasar psikologi pendidikan.
6.
Prinsip monitoring yang rutin.
Untuk mendapatkan keberhasilan yang baik maka diperlukan adanya kegiatan monitoring secara rutin untuk memantau proses perkembangan dan kemajuan anak dalam mengikuti program yang kita siapkan. Peranan monitoring sangat membantu semua pihak yang terkait, untuk memperoleh data akurat dalam rangka perbaikan dan pengembangan program selanjutnya. Tanpa langkah demikian kita akan sulit memperoleh informasi tentang anak didik dan perkembangannya.
Untuk mendapatkan keberhasilan yang baik maka diperlukan adanya kegiatan monitoring secara rutin untuk memantau proses perkembangan dan kemajuan anak dalam mengikuti program yang kita siapkan. Peranan monitoring sangat membantu semua pihak yang terkait, untuk memperoleh data akurat dalam rangka perbaikan dan pengembangan program selanjutnya. Tanpa langkah demikian kita akan sulit memperoleh informasi tentang anak didik dan perkembangannya.
a. Membantu
mengembangkan kepercayaan atau pengadopsian satu atau
beberapa
prinsip umum yang fundamental,ide atau nilai sebagai suatu
pijakan
atau landasan untuk pertimbangan moral dalam menetapkan
suatu
keputusan.
b. Membantu
mengembangkan kepercayaan pada dan atau mengadopsi
norma-norma
konkret,nilai-nilai,kebaikan-kebaikan seperti pada
pendidikan
moral tradisional yang selama ini dipraktekkan.
c. Mengembangkan
suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang
secara
moral baik dan benar.
d. Meningkatkan pencapaian refleksi
otonom,pengendalian diri atau
kebebasan
mental spiritual,meskipun itu disadari dapat membuat
seseorang
menjadi pengkritik terhadap ide-ide.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
kegiatan pembelajaran nilai-nilai agama pada anak, ada beberapa program yang
dijalankan yaitu program pembelajaran nilai-nilai agama melalui kegiatan rutin,
program pembelajaran nilai-nilai agama melalui kegiatan terintegrasi, dan
program pembelajaran nilai-nilai agama melalui kegiatan khusus. Upaya yang
dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka mengembangkan cinta
belajar pada diri anak adalah kasih sayang, perlindungan dan perawatan, waktu
yang diberikan kepada anak, lingkungan belajar yang kondusif, belajar bersikap
adalah belajar nilai, dan belajar moral di usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah. Jogjakarta : CV. Venus Corporation.
Hidayat, Otib Satibi. 2009. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta : Universitas Terbuka.
SM, Ismail. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang : RaSail Media Group.
Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah. Jogjakarta : CV. Venus Corporation.
Hidayat, Otib Satibi. 2009. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta : Universitas Terbuka.
SM, Ismail. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang : RaSail Media Group.
[1]
21Darul Ilmi Jurnal Ilmiah PGRA,Sehat Cerdas Ceria,(Fakultas Tarbiyah IAIN
Reden Intan
Lampung,2010),h.143-144
[2] 22Sutarjo Adisusilo,Pembelajaran Nilai Karakter,(Jakarta:Rajawali
Pers,2014),h.128
[3] Azmi, Muhammad.
2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah. Jogjakarta : CV. Venus
Corporation.hal.21-25
No comments:
Post a Comment