1

loading...

Friday, October 11, 2019

MAKALAH PENYULUHAN AGAMA ISLAM



MAKALAH PENYULUHAN AGAMA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metode bimbingan penyuluhan Islam berperan sebagai  sebuah  proses  membangun  masyarakat  yang  islami, Penyuluhan Islam tentu saja harus berpedoman kepada apa yang telah dituntun dan digariskan oleh al-Qur‟an dan sunnah Rasul. Menurut al-Qur‟an, penyuluhan (dakwah Islam) antara  lain  harus  dilaksanakan  secara  hikmah  (bijaksana).
Kesalahpahaman  tentang  makna  penyuluhan  (Islam)  akan  mengakibatkan kesalahan   langkah   dalam   operasional   penyuluhan,   demikian   metode   yang   tidak   tepat   justru   akan mengakibatkan pemahaman  dan  persepsi  yang  keliru.[1]
Menurut Arif Burhan, Metode menunjukkan pada proses, prinsip serta prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut. Setelah dipaparkan beberapa makna dari metode, maka dapat dipahami bahwa metode ialah sebuah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar tujuan yang ingin dicapai lebih terarah dalam hal pengerjaan dan lebih tersistematis dalam menetapkan tindakan lain yang akan dikerjakan.[2]
B.     Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas maka pada rumusan masalah ini akan membahas tentang:
1.    Apa yang dimaksud dengan metode?
2.    Bagaiamana metode bimbingan dan penyuluhan agama Islam?
3.    Apa saja bentuk-bentuk metode?
4.    Bagaimana penyuluhan agama Islam dengan pendekatan kelompok?
C.   Tujuan
Masalah Dari rumusan di atas, maka tujuan yang dapat diambil yaitu:
         1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode.
      2.      Untuk mengetahui dan memahami tentang Bagaiamana metode bimbingan dan penyuluhan agama Islam.
         3.      Memahami dan mengetahui bentuk-bentuk metode.
        4.      Mengetahui dan memahami bagaimana penyuluhan agama Islam dengan pendekatan kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Metode
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani yang bermakna jalan. Kata ini terdiri dari dua suku kata: “metha” dan “hodos” yang berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Jerman, metode berasal dari kata methodica yang artinya ajaran tentang metode, yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[3]
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki, dan juga merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang direncanakan. Sedangkan Menurut Arif Burhan, Metode menunjukkan pada proses, prinsip serta prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut. Setelah dipaparkan beberapa makna dari metode, maka dapat dipahami bahwa metode ialah sebuah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar tujuan yang ingin dicapai lebih terarah dalam hal pengerjaan dan lebih tersistematis dalam menetapkan tindakan lain yang akan dikerjakan.[4]
B.  Metode Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam
Dalam rangka memberikan bimbingan diperlukan metode yang sesuai, agar dapat mengembalikan motivasi dan dapat memecahkan masalah. Sejalan dengan hal tersebut, pembimbing memerlukan beberapa metode sebagai berikut:
a.    Metode Interview (wawancara), sebagai salah satu cara untuk memperoleh fakta. Metode wawancara masih banyak dimanfaatkan, karena interview bergantung pada tujuan fakta apa yang dikehendaki serta untuk siapa fakta tersebut akan digunakan.
b.    Group guidance (bimbingan kelompok). Dalam bimbingan bersama (group guidance), ada kontak antara ahli bimbingan dengan sekelompok klien yang agak besar, mereka mendengarkan ceramah, ikut aktif berdiskusi, serta menggunakan kesempatan untuk Tanya jawab. Tujuan utama bimbingan kelompok ini adalah penyebaran informasi mengenai penyesuaian diri dengan berbagai kehidupan klien.
c.    Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada keadaan klien). Metode ini sering disebut non directive (tidak mengarah). Metode ini cocok dipergunakan oleh pastoral counselor (penyuluh agama), karena counselor akan lebih memahami permasalahan klien yang bersumber pada perasaan dosa, serta banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainnya.
d.   Directive Counseling, merupakan bentuk psikoterapi yang sederhana, karena konselor, atas dasar metode ini, secara langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh klien didasari menjadi sumber kecemasannya. Dengan mengetahui keadaan masing-masing klien tersebut, konselor dapat memberikan bantuan pemecahan problem yang dihadapi. Apabila Problemnya menyangkut penyakit jiwa yang serius, maka konselor melakukan pelimpahan atau mengirimkan ke psikiater (dokter jiwa).
e.    Educative Method (metode pencerahan). Metode ini hampir sama dengan metode client-centered. Inti dari metode ini adalah pembersihan insight dan klarifikasi (pencerahan) terhadap unsur-unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorang. Jadi sikap konselor ialah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk mengekspresikan (melahirkan) segala gangguan kejiwaan yang disadari menjadi permasalahan baginya.
Al-Qur’an sebagai sumber atau pedoman kehidupan bagi orang muslim, di dalamnya banyak ayat yang membahas tentang masalah dakwah. Diantara ayat tersebut terdapat sejarah ataupun kisah para rasul dalam menghadapi umatnya dan menunjukkan metode yang harus dipahami dan dipelajari oleh setiap orang muslim. Dalam penerapan metode bimbingan mengacu pada teori bimbingan penyuluhan Islam yang dimaksud disini adalah landasan yang benar dalam melaksanakan proses bimbingan dan konseling agar dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif bagi klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.

Allah berfirman dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125 :

اُدْعُ إِلى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَاْلمَوْعِظَةِاْلحَسَنَةِ وَجَادِ لْهُمْ بِا لَّتِى هِيَ اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِه وَهُوَاَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيْنَ.

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

Ayat tersebut menjelaskan beberapa teori atau metode dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Teori-teori bimbingan dan penyuluhan agama Islam tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Teori Al-Hikmah, sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati diri dan citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai permasalahan hidup secara mandiri.
2.    Teori Al-Mauidhoh Hasanah, yaitu teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul. Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan.
3.    Teori Mujadalah yang baik, yang dimaksud teori mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Prinsip-prinsip dari teori ini adalah sebagai berikut:
a.    Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor.
b.    Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik.
c.    Saling menghormati dan menghargai.
d.   Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien dalam mencari kebenaran.
e.    Rasa persaudaraan dan penuh kasih saying.
f.     Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus.
g.    Tidak menyinggung perasaan klien.
h.    Mengemukakan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tepat dan jelas.
i.      Ketauladanan yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan dalam proses konseling benar-benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami konselor. Karena Allah sangat murka.[5]
C.  Bentuk-Bentuk Metode
Metode penyuluhan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu penggolongan metode penyuluhan berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan berdasarkan teknik komunikasi, dan penggolongan berdasarkan indera penerima.
1.    Metode penyuluhan berdasarkan pendekatan sasaran. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu:
a)    Metode berdasarkan pendekatan perorangan (personal approach), yaitu penyuluh berhubungan secara langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Namun dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Termasuk dalam metode pendekatan perorangan antara lain: kunjungan rumah, kunjungan ke lokasi, surat menyurat, hubungan telepon, kontak informal, magang, dan lain sebagainya.
b)   Metode berdasarkan pendekatan kelompok (group approach), dimana penyuluh berhubungan langsung dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Dalam menggunakan pendekatan kelompok, memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya, sehingga akan terjadi proses transfer informasi, tukar pendapat, tukar pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Termasuk metode pendekatan kelompok di antaranya adalah diskusi, demonstrasi cara, demonstrasi hasil, karyawisata, kursus, temu karya, mimbar sarasehan, perlombaan, dan sebagainya.
c)    Metode berdasarkan pendekatan massal (mass approach). Pendekatan ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa peneliti menunjukan bahwa metode pendekatan massa dapat mewujudkan proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku karena adanya distorsi pesan. Termasuk dalam metode ini yaitu rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar, penyebaran leaflet, poster, dan lain sebagainya.
2.    Metode penyuluhan berdasarkan teknik komunikasi
Metode penyuluhan juga dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasinya yaitu:
a)      Metode penyuluhan langsung yaitu penyuluhan yang dilaksanakan secara bertatap muka antara penyuluh dan sasaran, sehingga akan terjadi proses interaksi.
b)   Metode penyuluhan tidak langsung yaitu proses penyampaian program penyuluhan, dimana seorang penyuluh tidak langsung terjun ke tempat penyuluhan, melainkan menggunakan media untuk menyampaikan program penyuluhan pada sasarannya.
c)    Berdasarkan indera penerima. Metode penyuluhan berdasarkan indera penerima dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1)      Metode yang disampaikan dengan melalui indera penglihatan, misalnya pemutaran film, pemutaran slide, penyajian poster atau gambar-gambar yang menarik.
2)      Metode disampaikan melalui indra pendengaran, misalnya pemutaran kaset, rekaman, radio, ceramah.
3)      Metode yang disampaikan dengan memanfaatkan semua indera yang ada atau berbagai kombinasi, misalnya demonstrasi hasil dapat didengar, dilihat, bahkan diraba atau disentuh, siaran melalui televisi.[6]
D.  Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Kelompok
Penyuluhan agama Islam dengan menggunakan metode pendekatan kelompok dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang untuk menyampaikan pesannya. Dalam pendekatan kelompok ini banyak manfaat yang diambil, disamping transfer informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok bersangkutan.
Dalam penyuluhan berbasis kelompok atau metode kelompok memiliki beragam teknis diantaranya:
1.    Metode Ceramah
Penyuluh didorong untuk berusaha memperkenalkan pokok-pokok terpenting dari isi pesan yang akan disampaika. Dengan demikian diharapkan pesan yang disampaikan berhasil ditunjang pula oleh keterampilan penyuluh dalam menyampaikan isi materi penyuluhan. Adapun langkah-langkah dalam metode ceramah:
a)    Tahap persiapan, menyusun kerangka yang hendak diceramahkan dan dapat pula mudah dimengerti oleh peserta. Selain itu membuat pokok-pokok persoalan yang akan dibicarakan.
b)   Tahap penyajian, menyampaikan bahan-bahan atau pokok-pokok pelajaran yang telah disiapkan.
c)    Tahap asosiasi, memberikan kesempatan kepada peserta untuk menghubungakan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterima bilamana ada suatu pokok yang tidak dimengerti.
d)   Tahap generalisasi atau kesimpulan, menyimpulkan isi ceramah, umumnya mencatat isi ceramah yang telah disampaikan.
e)    Tahap aplikasi, diadakan penilaian terhadap pemahaman mengenai bahan yang telah diberikan.
2.    Metode Evaluasi
Metode evaluasi bisa dilaksanakan berupa tulisan, tugas, lisan dan lain-lain serta kursus atau pelatihan. Kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian yang professional.
3.    Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pikiran dan pendapat mengenai sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran suatu masalah.
Dalam diskusi dibedakan melalui pesertanya, yakni:
a)    Whole group, suatu diskusi dimana anggota kelompok tidak lebih dari 15 orang.
b)   Buzz group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok.
c)    Panel, dimana suatu kelompok kecil antara 3 sampai 6 orang.
d)   Symposium, teknik menyerupai panel, hanya sifatnya lebih formal.
e)    Caologium, yaitu berdiskusi yang dilakukan oleh satuatau beberapa orang sumber yang berpendapat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tapi lewat pidato.
f)    Parsipatorik/ partisipatif (praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial), partisipasif adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasan untuk melakukan hal itu. Kegiatan partisipatif dalam kegiatan penyuluhan agama ialah praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial.[7]
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpuan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah pemakalah lakukan, maka di bawah akan dikemukakan kesimpulan terkait dengan metode bimbingan penyuluhan Islam. Maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki, dan juga merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang direncanakan.
2.    Dalam rangka memberikan bimbingan diperlukan metode yang sesuai, agar dapat mengembalikan motivasi dan dapat memecahkan masalah. Sejalan dengan hal tersebut, pembimbing memerlukan beberapa metode sebagai berikut:
a.    Metode Interview (wawancara).
b.    Metode Group guidance (bimbingan kelompok).
c.    Metode Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada keadaan klien).
d.   Metode Directive Counseling.
e.    Metode Educative Method (metode pencerahan).
3.    Bentuk-Bentuk Metode penyuluhan Islam dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu penggolongan metode penyuluhan berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan berdasarkan teknik komunikasi, dan penggolongan berdasarkan indera penerima.
4.    Dalam penyuluhan berbasis kelompok atau metode kelompok memiliki beragam teknis diantaranya, metode ceramah, metode evaluasi, dan metode diskusi.
B.  Saran
Berdasarkan hasil pembahasan terkait dengan Metode Bimbingan Penyuluhan Islam, maka diharapkan tidak ada kesalahpahaman  tentang  makna  penyuluhan  (Islam)  yang akan  mengakibatkan kesalahan   langkah   dalam   operasional   penyuluhan. Demikian   metode   yang   tidak   tepat   justru   akan mengakibatkan pemahaman  dan  persepsi  yang  keliru, sehingga bimbingan penyuluhan Islam tidak tersampaikan dengan baik.



[1] [1] 4_bab1.pdf. Hal. 6-7.  Diambil dari: http://digilib.uinsgd.ac.id/2208/4/4_bab1.pdf
[2] Syamsul Azman, “Metode Penyuluhan Agama Dinas Syariat Islam Dalam Pencegahan Perilaku Menyimpang Pada Remajadi Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan: 2017. Hal. 13-14. Diambil dari: http://repository.uinsu.ac.id/3513/1/Syamsul%20Skripsi.pdf.
[3] Ma’luf Fadli,” Metode Penyuluhan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlaknarapidana Di Lp Wanita Klasii A Semarang”, Skripsi, IAIN Walisongo Semarang: 2015, Hal. 22-23. Diambil dari: http://eprints.walisongo.ac.id/5267/1/091111078.pdf.
[4] Syamsul Azman, “Metode Penyuluhan Agama Dinas Syariat Islam Dalam Pencegahan Perilaku Menyimpang Pada Remajadi Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan: 2017. Hal. 13-14. Diambil dari: http://repository.uinsu.ac.id/3513/1/Syamsul%20Skripsi.pdf.
[5] “Metode, Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Islam, Pemberdayaan Perempuan”, pdf, Hal. 37-43. Diambil dari: http://eprints.walisongo.ac.id/3455/3/091111088_Bab2.pdf.
[6] Ma’luf Fadli,” Metode Penyuluhan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlaknarapidana Di Lp Wanita Klasii A Semarang”, Skripsi, IAIN Walisongo Semarang: 2015, Hal. 23-27. Diambil dari: http://eprints.walisongo.ac.id/5267/1/091111078.pdf.
[7] [7] Syamsul Azman, “Metode Penyuluhan Agama Dinas Syariat Islam Dalam Pencegahan Perilaku Menyimpang Pada Remajadi Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan: 2017. Hal. 18-21. Diambil dari: http://repository.uinsu.ac.id/3513/1/Syamsul%20Skripsi.pdf.


No comments:

Post a Comment