MAKALAH PENYULUHAN AGAMA
ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metode bimbingan penyuluhan Islam berperan
sebagai sebuah proses
membangun masyarakat yang
islami, Penyuluhan Islam tentu saja harus berpedoman kepada apa yang
telah dituntun dan digariskan oleh al-Qur‟an dan sunnah Rasul. Menurut
al-Qur‟an, penyuluhan (dakwah Islam) antara
lain harus dilaksanakan
secara hikmah (bijaksana).
Kesalahpahaman tentang
makna penyuluhan (Islam)
akan mengakibatkan kesalahan langkah
dalam operasional penyuluhan,
demikian metode yang
tidak tepat justru
akan mengakibatkan pemahaman
dan persepsi yang
keliru.[1]
Menurut Arif Burhan, Metode menunjukkan
pada proses, prinsip serta prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah
dan mencari jawaban atas masalah tersebut. Setelah dipaparkan beberapa makna
dari metode, maka dapat dipahami bahwa metode ialah sebuah cara atau jalan yang
ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar tujuan yang ingin
dicapai lebih terarah dalam hal pengerjaan dan lebih tersistematis dalam
menetapkan tindakan lain yang akan dikerjakan.[2]
B.
Rumusan Masalah
Dari
penjelasan latar belakang di atas maka pada rumusan masalah ini akan membahas
tentang:
1. Apa yang dimaksud dengan metode?
2. Bagaiamana metode bimbingan
dan penyuluhan agama Islam?
3. Apa saja bentuk-bentuk metode?
4. Bagaimana penyuluhan agama Islam dengan pendekatan
kelompok?
C.
Tujuan
Masalah Dari rumusan di atas, maka tujuan yang dapat diambil yaitu:
1.
Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan metode.
2.
Untuk mengetahui dan memahami tentang Bagaiamana metode bimbingan dan penyuluhan agama Islam.
3.
Memahami dan mengetahui bentuk-bentuk metode.
4.
Mengetahui dan memahami bagaimana penyuluhan agama Islam dengan pendekatan kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode
Secara etimologi, istilah metode
berasal dari bahasa Yunani yang bermakna jalan. Kata ini terdiri dari dua suku kata: “metha”
dan “hodos” yang berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa
Jerman, metode berasal dari kata methodica yang artinya ajaran tentang
metode, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.
Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk
mencapai suatu maksud. Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[3]
Metode adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa
yang dikehendaki, dan juga merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang direncanakan. Sedangkan
Menurut Arif Burhan, Metode menunjukkan pada proses, prinsip serta prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut. Setelah
dipaparkan beberapa makna dari metode, maka dapat dipahami bahwa
metode ialah sebuah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan agar tujuan yang ingin dicapai lebih terarah dalam hal pengerjaan
dan lebih tersistematis dalam menetapkan tindakan lain yang akan dikerjakan.[4]
B. Metode Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam
Dalam
rangka memberikan bimbingan diperlukan metode yang sesuai, agar dapat
mengembalikan motivasi dan dapat memecahkan masalah. Sejalan dengan hal
tersebut, pembimbing memerlukan beberapa metode sebagai berikut:
a. Metode Interview (wawancara), sebagai
salah satu cara untuk memperoleh fakta. Metode wawancara
masih banyak dimanfaatkan, karena interview bergantung pada tujuan fakta
apa yang dikehendaki serta untuk siapa fakta tersebut akan digunakan.
b. Group guidance (bimbingan kelompok). Dalam bimbingan bersama (group guidance),
ada kontak antara ahli bimbingan dengan sekelompok klien yang agak besar,
mereka mendengarkan ceramah, ikut aktif berdiskusi, serta menggunakan
kesempatan untuk Tanya jawab. Tujuan utama bimbingan kelompok ini adalah
penyebaran informasi mengenai penyesuaian diri dengan berbagai kehidupan klien.
c. Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada keadaan klien). Metode ini sering
disebut non directive (tidak mengarah). Metode ini cocok dipergunakan oleh pastoral
counselor (penyuluh agama), karena counselor akan lebih memahami
permasalahan klien yang bersumber pada perasaan dosa, serta banyak menimbulkan
perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainnya.
d. Directive Counseling, merupakan
bentuk psikoterapi yang sederhana, karena konselor, atas dasar metode ini,
secara langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh klien
didasari menjadi sumber kecemasannya. Dengan mengetahui keadaan masing-masing
klien tersebut, konselor dapat memberikan bantuan pemecahan problem yang
dihadapi. Apabila Problemnya menyangkut penyakit jiwa yang serius, maka
konselor melakukan pelimpahan atau mengirimkan ke psikiater (dokter jiwa).
e.
Educative
Method (metode pencerahan). Metode ini
hampir sama dengan metode client-centered. Inti dari metode ini adalah
pembersihan insight dan klarifikasi (pencerahan) terhadap unsur-unsur
kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorang. Jadi sikap konselor ialah
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk mengekspresikan
(melahirkan) segala gangguan kejiwaan yang disadari menjadi permasalahan
baginya.
Al-Qur’an
sebagai sumber atau pedoman kehidupan bagi orang muslim, di dalamnya banyak
ayat yang membahas tentang masalah dakwah. Diantara
ayat tersebut terdapat sejarah ataupun kisah para rasul dalam menghadapi
umatnya dan menunjukkan metode yang harus dipahami dan dipelajari oleh setiap
orang muslim. Dalam penerapan metode bimbingan mengacu pada teori bimbingan
penyuluhan Islam yang dimaksud disini adalah landasan yang benar dalam
melaksanakan proses bimbingan dan konseling agar dapat berlangsung dengan baik
dan menghasilkan perubahan-perubahan positif bagi klien mengenai cara dan
paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara
berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Allah
berfirman dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125 :
اُدْعُ
إِلى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَاْلمَوْعِظَةِاْلحَسَنَةِ وَجَادِ لْهُمْ
بِا لَّتِى هِيَ اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِه
وَهُوَاَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيْنَ.
Artinya: “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Ayat tersebut menjelaskan beberapa teori atau metode dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Teori-teori bimbingan dan penyuluhan agama Islam tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Teori Al-Hikmah, sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk
memberi bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam
mendidik dan mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati
diri dan citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai permasalahan
hidup secara mandiri.
2. Teori Al-Mauidhoh Hasanah, yaitu teori bimbingan atau konseling
dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi
dan Rasul. Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara
berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan.
3. Teori Mujadalah yang baik, yang dimaksud teori mujadalah
ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam
kebimbangan. Prinsip-prinsip dari teori ini adalah sebagai berikut:
a. Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor.
b. Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik.
c. Saling menghormati dan menghargai.
d. Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien
dalam mencari kebenaran.
e. Rasa persaudaraan dan penuh kasih saying.
f. Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus.
g. Tidak menyinggung perasaan klien.
h. Mengemukakan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tepat dan jelas.
i. Ketauladanan yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan dalam proses
konseling benar-benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami konselor.
Karena Allah sangat murka.[5]
C.
Bentuk-Bentuk
Metode
Metode penyuluhan dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu penggolongan metode penyuluhan berdasarkan pendekatan
sasaran yang ingin dicapai, penggolongan berdasarkan teknik komunikasi, dan
penggolongan berdasarkan indera penerima.
1.
Metode
penyuluhan berdasarkan pendekatan sasaran. Berdasarkan
pendekatan sasaran yang ingin dicapai, ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu:
a)
Metode
berdasarkan pendekatan perorangan (personal approach), yaitu penyuluh
berhubungan secara langsung dengan sasarannya
secara perorangan. Metode ini sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena
sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus
dari penyuluh. Namun dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai,
metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk
mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Termasuk dalam metode
pendekatan perorangan antara lain: kunjungan rumah, kunjungan ke lokasi, surat menyurat,
hubungan telepon, kontak informal, magang, dan lain sebagainya.
b)
Metode
berdasarkan pendekatan kelompok (group approach), dimana penyuluh
berhubungan langsung dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Dalam
menggunakan pendekatan kelompok, memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi
kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap
perilaku dan norma para anggotanya, sehingga akan terjadi proses transfer
informasi, tukar pendapat, tukar pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam
kelompok yang bersangkutan. Termasuk metode pendekatan kelompok di antaranya adalah diskusi,
demonstrasi cara, demonstrasi hasil, karyawisata, kursus, temu karya, mimbar
sarasehan, perlombaan, dan sebagainya.
c)
Metode
berdasarkan pendekatan massal (mass approach). Pendekatan ini dapat
menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari penyampaian
informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan
kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa peneliti menunjukan bahwa metode
pendekatan massa dapat mewujudkan proses perubahan, tetapi jarang dapat
mewujudkan perubahan dalam perilaku karena adanya distorsi pesan. Termasuk
dalam metode ini yaitu rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film,
surat kabar, penyebaran leaflet, poster, dan lain sebagainya.
2. Metode penyuluhan berdasarkan teknik komunikasi
Metode
penyuluhan juga dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasinya yaitu:
a) Metode penyuluhan langsung yaitu penyuluhan yang dilaksanakan
secara bertatap muka antara penyuluh dan sasaran, sehingga akan terjadi proses
interaksi.
b)
Metode
penyuluhan tidak langsung yaitu proses penyampaian program penyuluhan, dimana
seorang penyuluh tidak langsung terjun ke tempat penyuluhan, melainkan
menggunakan media untuk menyampaikan program penyuluhan pada sasarannya.
c)
Berdasarkan
indera penerima. Metode penyuluhan berdasarkan indera penerima dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1)
Metode
yang disampaikan dengan melalui indera penglihatan, misalnya pemutaran film,
pemutaran slide, penyajian poster atau gambar-gambar yang menarik.
2)
Metode
disampaikan melalui indra pendengaran, misalnya pemutaran kaset, rekaman,
radio, ceramah.
3)
Metode
yang disampaikan dengan memanfaatkan semua indera yang ada atau berbagai
kombinasi, misalnya demonstrasi hasil dapat didengar, dilihat, bahkan diraba
atau disentuh, siaran melalui televisi.[6]
D. Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Kelompok
Penyuluhan
agama Islam dengan menggunakan metode pendekatan
kelompok dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok
orang untuk menyampaikan pesannya. Dalam pendekatan
kelompok ini banyak manfaat yang diambil, disamping transfer
informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar
sasaran penyuluhan dalam kelompok bersangkutan.
Dalam penyuluhan
berbasis kelompok atau metode kelompok memiliki beragam teknis
diantaranya:
1. Metode Ceramah
Penyuluh
didorong untuk berusaha memperkenalkan pokok-pokok
terpenting dari isi pesan yang akan disampaika. Dengan demikian diharapkan
pesan yang disampaikan berhasil ditunjang pula oleh keterampilan penyuluh dalam
menyampaikan isi materi penyuluhan. Adapun langkah-langkah dalam metode
ceramah:
a) Tahap persiapan, menyusun kerangka yang hendak diceramahkan
dan dapat pula mudah dimengerti oleh peserta. Selain
itu membuat pokok-pokok persoalan yang akan
dibicarakan.
b)
Tahap
penyajian, menyampaikan bahan-bahan atau pokok-pokok
pelajaran yang telah disiapkan.
c)
Tahap
asosiasi, memberikan kesempatan kepada peserta untuk menghubungakan dan
membandingkan bahan ceramah yang telah diterima bilamana ada suatu pokok yang
tidak dimengerti.
d)
Tahap
generalisasi atau kesimpulan, menyimpulkan isi ceramah, umumnya mencatat isi
ceramah yang telah disampaikan.
e)
Tahap
aplikasi, diadakan penilaian terhadap pemahaman
mengenai bahan yang telah diberikan.
2.
Metode Evaluasi
Metode evaluasi
bisa dilaksanakan berupa tulisan, tugas, lisan dan lain-lain serta kursus
atau pelatihan. Kursus dan pelatihan adalah bentuk
pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan dengan penekanan
pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan
sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian
yang professional.
3.
Metode
Diskusi
Diskusi adalah
suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok
untuk saling bertukar pikiran dan pendapat mengenai sesuatu masalah atau
bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran suatu
masalah.
Dalam diskusi
dibedakan melalui pesertanya, yakni:
a)
Whole
group, suatu diskusi dimana anggota kelompok tidak lebih
dari 15 orang.
b)
Buzz
group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok.
c)
Panel,
dimana suatu kelompok kecil antara 3 sampai 6 orang.
d)
Symposium,
teknik menyerupai panel, hanya sifatnya lebih formal.
e)
Caologium,
yaitu berdiskusi yang dilakukan oleh satuatau beberapa orang sumber yang
berpendapat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tapi lewat pidato.
f)
Parsipatorik/
partisipatif (praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial),
partisipasif adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau
kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasan untuk melakukan
hal itu. Kegiatan partisipatif dalam kegiatan penyuluhan agama ialah praktik ibadah,
wisata ziarah dan bakti sosial.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpuan
Berdasarkan hasil pembahasan yang
telah pemakalah lakukan, maka di bawah akan dikemukakan kesimpulan terkait
dengan metode bimbingan penyuluhan Islam.
Maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki, dan juga merupakan
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang direncanakan.
2. Dalam rangka memberikan bimbingan diperlukan metode yang sesuai, agar
dapat mengembalikan motivasi dan dapat memecahkan masalah. Sejalan dengan hal
tersebut, pembimbing memerlukan beberapa metode sebagai berikut:
a. Metode Interview (wawancara).
b. Metode Group guidance (bimbingan kelompok).
c. Metode Client Centered
Method (metode yang dipusatkan pada
keadaan klien).
d. Metode Directive
Counseling.
e. Metode Educative
Method (metode pencerahan).
3.
Bentuk-Bentuk
Metode penyuluhan Islam dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu penggolongan metode penyuluhan berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin
dicapai, penggolongan berdasarkan teknik komunikasi, dan penggolongan
berdasarkan indera penerima.
4.
Dalam penyuluhan berbasis kelompok atau
metode kelompok memiliki beragam teknis diantaranya, metode ceramah, metode
evaluasi, dan metode diskusi.
B.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan terkait
dengan Metode Bimbingan Penyuluhan Islam, maka diharapkan tidak ada
kesalahpahaman tentang makna
penyuluhan (Islam) yang akan
mengakibatkan kesalahan
langkah dalam operasional
penyuluhan. Demikian metode yang
tidak tepat justru
akan mengakibatkan pemahaman
dan persepsi yang
keliru, sehingga bimbingan penyuluhan Islam tidak tersampaikan dengan baik.
[2] Syamsul
Azman, “Metode
Penyuluhan Agama Dinas Syariat Islam Dalam Pencegahan Perilaku Menyimpang Pada
Remajadi Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Medan: 2017. Hal. 13-14. Diambil dari: http://repository.uinsu.ac.id/3513/1/Syamsul%20Skripsi.pdf.
[3]
Ma’luf Fadli,” Metode
Penyuluhan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlaknarapidana Di Lp Wanita Klasii A Semarang”,
Skripsi, IAIN Walisongo Semarang: 2015, Hal. 22-23. Diambil dari:
http://eprints.walisongo.ac.id/5267/1/091111078.pdf.
[4] Syamsul
Azman, “Metode
Penyuluhan Agama Dinas Syariat Islam Dalam Pencegahan Perilaku Menyimpang Pada
Remajadi Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Medan: 2017. Hal. 13-14. Diambil dari: http://repository.uinsu.ac.id/3513/1/Syamsul%20Skripsi.pdf.
[5] “Metode,
Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Islam, Pemberdayaan Perempuan”, pdf, Hal.
37-43. Diambil dari: http://eprints.walisongo.ac.id/3455/3/091111088_Bab2.pdf.
[6] Ma’luf
Fadli,” Metode Penyuluhan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlaknarapidana Di Lp
Wanita Klasii A Semarang”, Skripsi, IAIN Walisongo Semarang: 2015, Hal.
23-27. Diambil dari: http://eprints.walisongo.ac.id/5267/1/091111078.pdf.
[7] [7] Syamsul Azman,
“Metode Penyuluhan Agama Dinas Syariat Islam Dalam Pencegahan Perilaku
Menyimpang Pada Remajadi Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi, Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara Medan: 2017. Hal. 18-21. Diambil dari:
http://repository.uinsu.ac.id/3513/1/Syamsul%20Skripsi.pdf.
No comments:
Post a Comment