MAKALAH KONSEP
KEBIDANANTEORI MODEL KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
DAN HASIL OBSERVASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang
Sejarah kebidanan berjalanp anjang mengikuti perkembangan llmu dan pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam teori kebidanan mengadopsi dari beberapa model
lainnya berdasarkan teori-teori yang sudah ada sehingga tercipta sebuah model
kebidanan sesuai dengan filosofi kebutuhan baik dari segi bidan sebagai profesi
maupun wanita dan keluarga sebagai focus pelayanan asuhan kebidanan. Model
kebidanan
ini
sebagai
tolak
ukur
bagi
bidan
dalam
memberikan
asuhan
kebidanan
pada
klien
sehingga
akan
terbina
suatu
partnership dalam asuhan kebidanan.
Dengan
ini
diharapkan
profesi
kebidanan
akan
memberikan
sumbangan yang berarti dalam menurunkan angk kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya preventif dan promotif.
Model dalam teori kebidanan
Indonesia mengadopsi
dari
beberapa model Negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada disamping dari teori dan model
yang bersumber
dari
masyarakat.
Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam pelaksanaan sistem kebidanan.
Dengan
ini
diharapkan
profesi
kebidanan
dapat
memberikan
sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian, dan kejadian seksiosesaria pada persalinan.
1.1 RumusanMasalah
1.
Apa pengertian dari Model
Konseptual
Asuhan
Kebidanan ?
2.
Apa kegunaan dari Model
Asuhan
Kebidanan ?
3.
Apa saja macam-macam dari Model
AsuhanKebidanan ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang
Model Konseptual
AsuhanKebidanan.
2.
Untuk mengetahui kegunaan dari Model
Konseptual
Asuhan
Kebidanan.
3.
Untuk mengetahui macam-macam dari Model
Asuhan
Kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Model
Konsep Asuhan Kebidanan
A.
Teori
Reva Rubin
Menekan pada pencapaian peran
sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar
melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita
terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga
ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya
perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah
memiliki harapan-harapan antara lain:
·
Kesejahteraan
ibu dan bayi
·
Penerimaan dari
masyarakat
·
Penentuan
identitas diri
·
Mengetahui
tentang arti memberi dan menerima
Perubahan
umum pada perempuan hamil:
·
Ketergantungan
dan butuh perhatian
·
Membutuhkan
sosialisasi
Tahap-tahap
psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya:
a) Anticipatory
Stage
Seorang ibu
mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
b) Honeymoon
Stage
ibu mulai
memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan
bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c) Plateu
Stage
Ibu akan mencoba
apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan
waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
d) Disengagement
Merupakan tahap
penyelesain latihan peran sudah berakhir.
Aspek-aspek
yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman, gambaran diri
dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya
sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah
berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.
v Arti
dan efek kehamilan pada pasangan.
1.
Pasangan
merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8 (delapan) bulan sampai
dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.
2.
Lelaki juga
mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil.
3.
Anak-anak akan
di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan:
a. hubungan
ibu dengan pasangan
b. hubungan
ibu dengan janin yang berkembang
c. hubungan
ibu dengan individu yang unik
4.
Tidak pernah
lagi menjadi sendiri
5.
Tugas yang harus
di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
a. percaya
bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh
b. persiapan
terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
c. penyelesaiaan
dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.
6.
Reaksi yang umum
pada kehamilan:
a.
Trimester
satu:ambivalen, takut, tantasi, khawatir.
b.
Trimester dua:
parasaan enak metykebutuhan untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan
janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered.
c.
Trimester tiga:
berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert, merefleksikan terhadap
pengalaman masa kecil.
v Aspek
yang di identifikasi dalam peran ibu:
a. gambaran tentang idaman bayi sehat.
b. gambaran tentang diri memandang tentang
pengalaman yang dia lakukan.
c. gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah
nifas.
v
Beberapa tahapan
aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu:
1.
Taking on
(tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaiaan
sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.
2.
Taking in
Seorang wanita sedang membayangkan
peran yang dilakukannya . introjektion, projection dan rejection merupakan
tahap di mana wanita membedakan model-model yang sesuai dengan keinginannya.
3.
Letting go
Wanita mengingat kembali proses dan
aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini seorang akan meninggalkan
perannya di masa lalu.
v Adaptasi
psikososial pada masa post partum
Keberhasilan
masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi oleh:
a.
respon dan
dukungan dari keluarga
b.
hubungan antara
melahirkan dengan harapan-harapan
c.
pengalaman
melahirkan dam membesarkan anak yang lalu
d.
budaya
v
Reva rubin
mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu:
a.
Periode taking in (hari pertama
hingga kedua setelah melahirkan)
1.
Ibu masih pasif
dan tergantung pada orang lain
2.
Perhatian ibu tertuju
pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya
3.
Ibu Akan mengulangi
pengalaman-pengalaman ketika melahirakan
4.
Memerlikan
ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh kekondisi normal
5.
Nafsu makan ibu
biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu
makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
b.
Periode Taking
Hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)
1.
Ibu
memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan
bayinya
2.
Ibu memfokuskan
perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh
3.
Ibu cenderung
terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi
4.
Ibu berusaha
untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui,
memandikan dan mengganti popok
5.
Kemungkinan ibu
mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya
c.
Periode Letting
Go
1.
Terjadi setelah
ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
2.
Ibu sudah
mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi
sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social.
B.
Teori
Ramona T.Mercer
Ramona T.Mercer adalah seorang
perawat yang sangat “concern” terhadap proses persalinan. Beliau bekerja dengan
pengaruh dari Reva Rubin yang merupakan professor keperawatan maternitas pada
universitas program doctoral dimana mercer melakukan studinya.
Ada dua pokok pembahasan dalam teori Ramona
1. Efek
stress antepartum
Yang dimaksud
stress antepartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan perngalaman
negative dari hidup seseorang. Perubahan yang di alami oleh ibu,selama
kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress antepartum.
Tujuan
asuhanmemberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan
serta dukungan sosial dan kurangnya kepercayaaan diri.
v Ada
6 faktor yang berhubungan dengan status kesehatan yaitu :
a. Hubungan
interpersonal
b. Peran
keluarga
c. Stress
antepartum
d. Dukungan
sosial atau support
e. Rasa
percaya diri
f. Penguasaan
rasa takut dan ragu
2. Pencapaian
peran ibu
Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas
baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang dirinya.
Pencapaian peran ibu : dicapai dalam kurun waktu
tertentu dimana ibu menjadi dekat dengan bayinya yang membutuhkan pendekatan
yang kompeten termasuk peran dalam mengeskspresikan kepuasan dan penghargaan
peran. Peran aktif wanita sebagai ibu dan pasangannya berinteraksi satu dengan
yang lainnya.
Mercer
menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, status perkawinan dan status ekonomi
adalah factor factor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian peran ibu.
Menurut mercer
peran aktif ibu dimulai setelah bayi lahir yaitu paa 3 bulan sampai 7 bulan
post partum (setelah melahirkan). Mercer menemukan Factor-faktor yang mempengaruhi
wanita dalam pencapaian peran adalah sebagai berikut
1. Faktor
ibu
Ø Ukur
ibu pada saat melahirkan
Ø Persepsi
ibu pada saat melahirkan pertama kali
Ø Dukungan
sosial
Ø Status
kesehatan ibu
Ø Sifat
pribadi
Ø Memisahkan
ibu fari anak secepatnya
Ø Stress
sosial
Ø Sikap
terhadap membesarkan anak
2. Faktor
bayi
Ø Temperamen’
Ø Kesehatan
bayi
3. Faktor
lain
Ø Status
perkawinan
Ø Status
ekonomi
v 4
Tahap dalam pencapaian peran ibu menurut mercer:
1. Anticipatory
yakni masa sebelum wanita menjadi ibu dimana wanita memulai penyesuaian sosial
dan psikologis terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang
dibutuhkan untuk menjadin seorang ibu.
2. Formal,
dimulai dengan peran sesungguhnya sebagai seorang ibu
3. Informal,
wanita mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran ibu yang tidak
disampaikan oleh sosial system
4. Personal,
dimana seorang wanita telah mahir memerankan perannya sebagai ibu.
C.
Teori
Ela-Joy Lehrman
Teori ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lehrman.
Lehrman melihat semakin luasnya tugas yang dibebankan pada bidan. Dalam teori
ini, lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat asemua aspek praktik asuhan
pada wanita hamil dan memberi pertolongan kepada persalinan. Menurut Lehrman
pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan antara prosedur administrasi yang
dibebankan dengan manfaat antenatal dan jenis pelayanan yang dialami seorang
wanita di klinik kebidanan karena hubungan antara identifikasi faktor risiko
dan keefektifan asuhan antenatal terhadap hasil yang diinginkan belum
terpenuhi.
Lehrman dan kolegannya ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman
seorang wanita dan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam
praktik. Lehrman mengemukakan konsep yang penting dalam pelayanan antenatal,
yaitu :
1. Asuhan
yang berkesinambungan
2. Keluarga
sebagai pusat asuhan
3. Pendidikan
dan konseling merupakan bagian dari asuhan.
4. Tidak
ada intervensi dalam asuhan
5. keterlibatan
dalam asuhan
6. Advokasi
dari klien
7.
waktu
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi,dan perencanaan.
Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan
antenatal. Dalam pemeriksaan fisik, misalnya palpasi klien akan melakukan
palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan detak jantung.
Konsep yang dibuat lehrman ini
kemudian diuji-coba oleh Morten tahun (1990) menambahkan tiga komponen lagi
pada apa yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu :
1. Teknik
terapeutik. proses komunikasi sangat bermanfaat dalam prosesperkembangan dan
penyembuhan. misalnya :
a.
Mendengar aktif
b.
Mengkaji
c.
Klarifikasi
d.Humor
e.
Sikap yang tidak menuduh
f.
Pengakuan
g.
Fasilitas
h.
Pemberian izin
2. Pemberdayaan (empowerment). Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan
melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien dalam
mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.
3.
Hubungan sesama
(lateral relationship). Menjalin
hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien,
sehingga antara bidan dan kliennya tampak akrab, misalnya, sikap empati atau
berbagi pengalaman.
Teori ini menginginkan bidan dapat
melihat aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan
pertolongan pada persalinan. Pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan antara
prosedur administrasi yang dibebankan dengan manfaat antenatal dan jenis
pelayanan yang dialami seorang wanita di klinik kebidanan karena hubungan
antara identifikasi faktor resiko dan keefektifan dari antenatal care terhadap
hasil yang diinginkan belum terpenuhi.
D.
Teori
Ernestine Wiedenbach
Ernertine adalah seorang perawat
kebidanan yang sangat tertarik pada masalah seputar keperawatan maternitas yang
terfokus pada keluarga (family-centered
meternity nursing).Ia juga telah menghasikan beberapa buku dan
berpartisifapasi dalam beberapa penelitian salah satunya bersama ahli filsafat
Dickoff.Konsep yang dihasilakan bukan hasil penelitian,melaikan pemikiran yang
dituangkan dalam buku Famil-Centered Maternity Nursing. Wiendenbach mengemukakan teorinya secar induktif
berdasarkan pengalaman dan observasinya dalam pratik.
v Konsep
asuhan menurut Wiendenbach,yaitu;
a. The
Agent- The Midwife
Filosofi
wiendenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan kebidanan dapat dilihat dalam
uraiannya yang jelas pada perawatan maternitas dimana kebutuhan ibu dan bayi
yang segera untuk mengembangakan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu
dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua.
b. The
Recipient
Wanita,
masyarakat yang oleh sebabtertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya.Wiedenbach
sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu
menentukan kebutuhnya akan bantuan.
c. The
Goal/Purpose
Disadari
bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menentukan goal.
Bila sudah diketahui kebutuhan ini maka dapat diperkirakan goal yang akan
dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik,emosionalmatau fisilogikal
yang berbeda dari kebutuhan normal.
d. The
Means
Untuk
mencapai tujuan dari asuhan kebidanan wiendebach menentukan beberapa
tahap,yaitu;
Identifikasi
kebutuhan klien :
·
Ministration
/memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang dibutuhkan.
·
Validation; bantuan yang diberikan sungguh merupakan
bantuan yang dibutuhkan.
·
Co-ordition
dengan ketenagaan yang direncanakan untuk memberikan bantuan.
v
Untuk
mengindentifikasi kebutuhan ini diperlukan:
1.
Pengetahuan :
untuk bisa memahami kebutuhan pasien.
2.
Judgement :
kemampuan pengambilan keputusan
3.
Keterampilan :
kemampuan perawat/bidan memenuhi kebutuhan pasien.
v Metode
untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada lima tahap;
1. Identifikasi
kebutuhan klien,memerlukan keterampilan dan ide.
2. Memberikan
dukungan dalam memcanpai pertolongan yang dibutuhkan(ministration).
3. Memberikan
kebutuhan sesui kebutuhan (validation).
4. Mengkoordinasi
tenaga yang ada untuk memberikan bantun(coordination).
5.
The
frame work
meliputi lingkungan sosial,organisaasi dan profesi.
E.
Teori
Jean Ball
v Tujuan
Penelitian:
Tujuan penelitian Jean Ball adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keadaan emosi ibu dalam layanan
maternitas. Teori Ball terdiri dari teori perubahan, teori stress, koping dan dukungan, serta teori dasar.
v Hasil
penelitian:
Terdapat tiga faktor yang
memengaruhi keadaan emosi ibu pada masa postpartum, yaitu sebagai berikut.
1. Kepribadian
ibu.
2. Dukungan
keluarga atau lingkungan sosial.
3. Layanan
yang diberikan oleh petugas layanan maternitas.
Bila setiap faktor saling
berinteraksi satu sama lain, kekurangan satu faktor dilubangi dengan faktor
lainnya, keadaan emosi ibu lebih baik.
Contoh kasus Teori Jean Ball
•
Kepribadian ibu.
Seorang ibu mempunyai masalah dalam
melahirkan anak pertamanya sebelum ibu melahirkan anak yang kedua. Ibu sudah
melahirkan anak pertama, tetapi keluarga ibu tersebut tidak mengetahui bahwa
dia sudah pernah melahirkan anak yang pertama. Oleh karena itu, kewajiban bidan
adalah menjaga rahasia ibu/klien agar tidak memberitahukan kepada keluarga
•
Dukungan dari
keluarga/lingkungan sosial.
Pada ibu postpartum (masa nifas)
keluarga hendaknya memberikan dukungan kepada ibu, seperti pola makan,
makan-makanan bergizi, tidak membiarkan ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
dan membuat pikiran ibu menjadi berat.
•
Layanan yang
diberikan oleh petugas layanan maternitas.
Seorang bidan/perawat dalam memberikan pelaynan
kepada pasien atau klien harus sesuai kebutuhan. Petugas layanan maternitas
harus juga memuaskan pasien. Hal ini dapat dicapai bila seorang bidan /perawat
memiliki pengetahuan, penilaian, serta keterampilan.
BAB
III
OBSERVASI
3.1 Hasil Observasi
Nama Inisial Bidan : Bidan B
Alamat BPM: Pasar Baru, Bengkulu
1.
Wawancara : “Bunda tolong ceritakan pengalaman selama bunda
menjalani pendidikan atau riwayat pendidikan bunda?”
Hasil
Wawancara :
D3 kebidanan di Jakarta 2006 Stikes
Istara Nusantara Jakarta, Universitas Stikes Sekolah Tinggi Kesehatan Swasta
2006 tamat 2009, lanjut 2013 sekolah bidan pendidikan D4 di TMS Bengkulu tamat
tahun 2014.
2. Wawancara
: “Bunda tolong ceritakan pengalaman saat setelah menjadi bidan dari awal
sampai sekarang dan sampai bisa membuka praktik mandiri?”
Hasil
Wawancara :
Nenek bunda mendiang bidan
Nurhayati buka praktik di pasar Bengkenang. Jadi begitu tamat kuliah, bunda
langsung kerja dan cari pengalaman sama nenek. Yang awalnya belajar seperti
mahasiswa, dari hanya HMC, nyuntik, mengeluarkan plasenta dulu. Karena dulu
masih banyak ibu-ibu yang belum mau lahiran dibantu sama bunda,masih banyak
yang ibu-ibu yang ingin dibantu oleh nenek. Jadi itulah alasan bunda belum
langsung membantu proses melahirkan. Otomatis kepercayaan pasien juga kita
bangun yang pastinya pada awal hanya mau sama nenek, sekaran alhamdulillah sudah
percaya pasiennya lahiran dibantu sama bunda. Dan disitulah bunda membuktikan
kemampuan bunda selama menjalani proses pendidikan.
Pada tahun 2009-2011 bunda masih
kerja sama nenek di praktik mandiri nenek. Kemudian pada tahun 2011 bunda
gabung di Rumah Sakit Rafflesia dan kerja PK di ruang pengurus bayi. Pada tahun
2012 beralih menggantikan nenek dan plang bidan nenek diganti menjadi nama
bunda, itulah tahun pertama sekali bunda buka praktik mandiri dan sampai tahun 2019
sekarang. Karena pada bulan Juni 2017 nenek meninggal, jadi praktik bunda pada
bulan febuari 2018 pindah ke Pasar Baru di rumah bunda sendiri. Jadi itulah
awal perjalanan bunda membuka praktik mandiri ini sampai sekarang 2019.
3. Wawancara
: “Bagaimana cara bunda memberikan pelayanan kesehatan pasien yang mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya?
Hasil Wawancara :
Kesulitannya biasanya dalam masalah
ekonomi, misal pasien tidak ada kendaraan untuk ke rumah bunda. Dan jug apernah
yang berhubungan dengan persalinan bunda pernah membantu pasien melahirkan dirumah
pasien tersebut karena pasien tidak ada kendaraan atau bisa juga terhambat dengan
biaya. Pemerintah waktu kemaren sempat punya jam persal sesudah jam persal hilang
diganti dengan BPJS jika pasien yang punya BPJS bisa menggunakannya. Dan
apabila pasien umum yang tidak mempunyai BPJS bisa bayar seikhlasnya saja
paling tidak untuk ganti obatnya. Karena sesungguhnya membantu persalinan itu tidak
sampai RP.100.000 tapi ilmu kita yang dinilai.
4. Wawancara
: “Apa Tujuan bunda dalam memberikan pelayanan kesehatan?”
Hasil Wawancara :
Supaya yang sakit menjadi
sehat,yang sedang Hamil,bayi ibunya sehat, melahirkan secara lancar tanpa
kendala, bayi yang belum di Imunisasi di imunisasi,perempuan yang sudah lanjut
usia bingung kenapa bisa menopase bisa di berikan penjelasan kenapa menopause
bisa terjadi, supaya pasiennya lebih baik lagi dalam menjaga kesehatannya.
5.
Wawancara : “Bagaimana cara bunda untuk
mendesain ruangan agar menarik perhatian pasien?”
Hasil
Wawancara:
Bunda lebih bermain dengan warna dengan menggunakan warna
dinding yang lebih hidup,juga mengurangi bau suntikan dan obatan dengan
menggunakan pengharum ruangan,membersihkan ruangan di sapu dan di pel setiap
hari,dan juga menempel stiker-stiker gambar yang lucu yang ditempel di dinding untuk menarik perhatian anak-anak yang
datang untuk imunisasi dan menempelkan juga poster-poster tentang
kesehatan.
6. Wawancara
: “Bagaimana cara bunda menjelaskan kepada pasien yang sedang hamil yang tidak
bisa mengontrol emosinya?
Hasil Wawancara :
Pernah ada
pasien yang tiap datang kadang lagi nangis sering ribut sama suaminya yang kita
jelaskan paling kalau misalnya kita emosi , nangis, itu detak jantung ke bayinya
juga tidak bagus, tidak ada gunanya emosi. Kita punya agama kalau kita agama
islam dekatkan diri ke Allah swt. dengan cara sholat. Jelaskan juga sama
suaminya kalau pasien lagi hamil/isteri lagi hamil memang emosinya tidak
terkendali itu fungsi sebagai suami tetap ada untuk istrinya nerima keemosian
istrinya tapi dengan syarat emosi yang masih masuk akal kalau emsoinyatidak
masuk akal ya berarti kita rujuk ke dokter jiwa
7. Wawancara
: “Bagaimana cara bunda menjelaskan kepada pasien yang sedang hamil ,betapa
pentingnya peran ibu terutama pada ibu yang hamil anak pertama?”
Hasil wawancara :
Pada calon ibu
dijelaskan tentang perkembangan bayi,apa saja makanan yang boleh
dimakan, pentingnya asupan nutrisi ,vitamin, penenagan diri, pengendalian emosi.
Karena pada ibu hamil yang hamil anak pertama pengalamannya sangat kurang,jadi
perlu banyak yang harus dijelaskan. Oleh karena itu, pada ibu disarankan untuk
rutin periksa atau konsultasi mengenai kehamilannya.
8. Wawancara
: “Bagaimana bunda memberikan asuhan wanita hamil dan memberikan pertolongan
persalinan kepadanya ?
Hasil wawancara :
Asuhan yang
diberikan pada ibu hamil pemeriksaannya Anc (antenatal care). Pertolongan
persalinan dengan cara APN (Asuhan Persalinan normal) membantu proses
persalinan yang memang ranah bidang kita
dan merujuk pasien bila abnormal/Patologi.
9. Wawancara
: “Bagaimana cara bunda mengatasi faktor resiko dan keefektifan terhadap hasil
yang belum terpenuhi?”
Hasil wawancara:
Jadi misalnya
pasien itu pas datang awal bunda kasih vitamin,pas datang kedua ditanya masih
ada vitaminnya bu? ibu menjawab masih ada bun,pas datang kedua ditanya lagi
masih ada vitaminnya bu? ibu menjawab masih ada,terus boleh kita mengomelinya
tapi bukan ngomel secara kasar,ngomelnyoa
dengan rasa sayang sebagai bidannya. Omelannya seperti ini “sayang dong bu jika
ibu tidak meminum vitaminnya itukan juga untuk anak ibu juga, saya menyuruh ibu
minum vitamin itu ya untuk ibu dan bayi ibu agar tetap sehat”. Jadi bunda
sebagai bidan ngomelnya dengan penuh kasih sayang dan dengan memberi senyuman.
10. Wawancara
: “Apa suka duka bunda dari awal sekolah sampai sekarang menjadi bidan?
Hasil wawancara :
Kalau sukanya pas proses persalinan
ibu dan anaknya selamat dan sehat. Kalau dukanya pernah bunda menerima pasien
bayinya sudah meninggal. Lalu kami menanyakan “Kenapa bayinya bisa meninggal
bun?” bunda menjawab “karena sebelum ke rumah bunda pasien tersebut sudah pergi
ketempat bidan lain. Bidan tersebut menyuruh kerumah sakit pasiennya tidak mau
dan akhirnya pasien datang ke rumah bunda dengan keadaan bayi sudah meninggal”.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam memberikan
asuhan kebidanan, bidan harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan klien maupun
keluarganya sehingga dapa tmerencanakan atau memberikan asuhan yang baik sesuai
dengan kebutuhan klien.
Dengan memahami berbagai
model asuhan
kebidanan
diatas, diharapkan dapat membantu bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada kliennya.
Mungkin diperlukan kombinasi dalam prakteknya, sehingga sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan.
Mungkin diperlukan kombinasi dalam prakteknya, sehingga sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan.
3.1 Saran
Sebagai bidan kita harus dapat menempatkan diri kita
dalam mengambil tindakan yang sesuai
dengan kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Marmi, S.ST.,M.Kes, dan Margiyati, S.SiT., M.Kes, 1014. KonsepKebidananuntukMahasiswaKebidanan.
Yogyakarta: PustakaPelajar.
Nulifahrita.
1013. Konsep Kebidanan. Jakarta
Selatan. Salembamedika.
Estiwidani
Dwana. 1008. Konsep Kebidanan.Fitramaya.
Yogyakarta
No comments:
Post a Comment