MAKALAH
FILSAFAT ILMU
“SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri
khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda
disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang
dirinya sendiri.
Ilmu pengetahuan merupakan pencarian makna praktis, yaitu
penjelasan yang bisa di manfaatkan. Penjelasan ini telah menjadi dasar ilmu
pengetahuan manusia dari zaman pra sejarah hingga awal abad ke 20.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengunakan
tentang peranan dunia islam di dalamnya. Sekitar abad ke 7 M. Pada zaman Bani
Ummayyah, orang islam menemukan cara pengamatan astronomi kemudia pada tahun
825 M. M Al-Khawarizmi telah menyususn buku aljabar yang menjadi buku standar
beberapa abad lamanya di Eropa. Dari uraian tersebut, ternyata perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknolgi tidaklah muncul dengan sendirinya. Oleh karena
itu, kita sebagai manusia yang selalu lapar akan pengetahuan harus mengetahui
secara detail sejarah perkembangan ilmu dari waktu ke waktu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
landasan ilmu pada zaman Yunani ?
2.
Bagaimana
perkembangan ilmu dalam Islam?
3.
Bagaimana
kemajuan ilmu zaman renaisan dan modern ?
4.
Kemajuan
ilmu pada zaman kontemporer ?
C.
Tujuan
1. Menegtahui landasan ilmu pada zaman Yunani.
2. Mengetahui perkembangan ilmu dalam Islam.
3. Mengetahui kemajuan ilmu zaman renaisan dan modern.
4. Mengetahui ilmu pada zaman kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam
sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir
manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir mitrosentris adalah
pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena
alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam
biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya, Namun, ketika
filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai
aktivitas dewa, teapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan
pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana
karena selama ini alam ditakuti dan dijahui kemudian didekati bahkan
dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam
menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian
dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari Rahim
filsafat, yang akhirnya kita nikmat dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode
perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru
umat manusia.
Filosof alam pertama yang mengkakji tentang asal usul alam adalah
Thales (624-546 SM). Ia digelari Bapak Filsafat karena dialah orang yang
mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan. “Apa sebenarnya asal usul alam
semesta ini?” Pertanyaan ini sangat mendasar, terlepas apapun jawabannya dengan
pendekatan rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Ia
mengatakan asal alam adalah airkarena air adalah unsur penting bagi setiap
makhluk hidup, air dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda
padat, seperti es, dan bumi ini juga berada diatas air.[1]
Setelah Thales, muncul Anaximandros (610-540 SM). Anaximandros
mencoba mejelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas,
dan meliputi segalanya. Dia tidak setuju unsur utama alam adalah salah satu
dari unsur-unsur yang ada, seperti air atau tanah. Unsur utama alam harus yang
mencakup segalanya dan diatas segalanya, yang dinamakan apeiron. Ia adalah air,
maka air haus meliputi segalanya, termasuk api yang merupakan lawannya.
Padahal, tidak mungkin air menyingkirkan anasir api. Karena itu , Anaximandros
tidak puas dengan menunjukkan salah satu anasir sebagai perinsip alam, tetapi
dia mencari yang lebih dalam, yaitu zat yang tidak dapat diamati oleh
pancaindera.[2]
Berbeda dengan Thales dan Anaximandros, Heraklitos (540-480 SM)
Melihat alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin
berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita
hendak memahami kehidupan kosmos, kita harus menyadari bahwa kosmos itu
dinamis. Segala sesuatu saling bertentangan dan dalam pertentangan itulah
kebenaan. Gitar tidak akan meghasilkan bunyi jika dawai tidak ditegangkan
antara dua ujungnya. Karena itu dia berkesimpulan, tidak ada suatupun yang
benar-benar ada, semua menjadi. Ungkapan yang terkeal dari Heraklitos dalam
menggambarkan perubahan ini adalah panta rhei uden menei (semuanya mengalir dan
tidak ada sesuatupun yang tinggal mantap).
Filosof alam yang cukup berpengaruh adalah Parmenides (515-440 SM),
yang lebih muda umurnya dari pada Heraklitos. Pandangannya bertolak belakang
dengan Heraklitos. MENURUT Heraklitos, realitas seluruhnya bukanlah sesuatu
yang lain daripada gerak dan perubahan, sedangkan menurut Parmenides, gerak dan
perubahan tidak mungkin terjadi . menurutnya realitas merupakan keseluruhan
yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Dia menegaskan bahwa yang ada
itu ada.
Pythagoras (580-500 SM) mengembalikan segala sesuatu kepada
bilangan. Baginya tidak ada satupun yang dialam ini terlepas dari bilangan.
Semua realitas dapat di ukur dengan bilangan (kuantitas). Karena itu, dia
berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama dari alam dan sekaligus menjadi
ukuran.
Setelah berakhirnya para filosof alam, maka muncul masa transisi,
yakni penelitian terhadap alam tidak menjadi focus utama, tetapi sudah mulai
menjurus pada penyelidikan pada manusia. Filosof alam ternyata tidak dapat
memberikan jawaban yang memuaskan, sehingga timbullah kaum “Sofis”. Kaum Sofis
ini memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran
kebenaran. Tokoh utamanya adalah Protagoras (481-411 SM) Ia menyatakan bahwa
“manusia” adalah ukuran kebenaran. Pernyataan ini merupakan cikal
bakal humanisme. Pertanyaan yang muncul adalah apakah yang dimaksudnya itu
manusia individu atau manusia pada umumnya. Memang dua hal itu menimbulkan
konsekuensi yang sungguh berbeda. Namun tidak ad jawaban yang pasti, mana yang
dimaksud oleh Protagoras. Yang jelas ia menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat
subyektif dan relative. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika,
metafisika, maupun agama. Bahkan teori matematika tidak dianggapnya mempunyai
kebenaran yang absolut.
Tokoh lain dari kaum Sofis adalah Gorgias (483-375 SM), ia datang
ke Athena pada tahun 427 SM dari Leontini. Menurutnya ada tiga proposisi :
pertama, tidak ada yang ada, maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada.
Pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas. Kedua, bila
sesuatu itu ada ia tidak akan dapat diketahui. Ini di sebabkn oleh penginderaan
itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi. Akal, tidak juga
mampu meyakinkan kita bahwa semesta alam ini karena akal kita telah diperdaya
oleh dilemma subjektivitas. Dan ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita
ketahui, ia tidak akan dapat kita beri tahukan kepada orang lain. Sikap skeptic
Georgias ini dianggap oleh sebagian filosof sebagai pandangan nihilism, yakni
kebenaran itu tidak ada. Jadi dia lebih ekstrim dibandingkan Protagoras.
Pengaruh positif gerakan kaum Sofis cukup terasa karena mereka
membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka mengingatkan filosof bahwa persoalan
pokok dalan filsafat bukanlah alam melaikan manusia. Mereka juga membangkitkan
jiwa humanism. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan
metafisika.
Namun para filosos setelah kaum sofis tidak setuju dengan pandangan
tersebut, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Mereka menolak realitivisme
kaum Sofis. Menurut mereka, ada kebenaran objektif yang bergantung kepada
manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran objektif itu dengan mengunakan
metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan,
sehingga metode yang digunakannya biasanya disebut juga metode dialog karena
dialog mempunyai peranan penting dalam menggali kebenaran yang objektif.
Periode setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat
Yunani karena pada zaman ini kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara
filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah
Plato (429-347 SM), Yang sekaligus murid Socrates dan yang menulis ide-ide
Socrates. Menurutnya, esensi itu mempunyai realitas dan realitasnya ada di alam
idea. Kebenaran umum itu ada bukan dibuat-buat bahkan ada dialam idea. Plato
berhasil mnsentesakan antara pandangan Heraklitos dan Parmenides. Menurut Heraklitos
segala sesuatu berubah, sedangkan Parmenides mengatakan sebaliknya, yaitu
segala sesuatu diam.
Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles
(384-322 SM). Ia murid Plato, Seorang filsof yang berhasil menemukan pemecahan
persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem:
logika, matematika, fisika, dan metafisika.
Dalam bidang fisika, Ariestoteles membagi gerak pada dua macam,
yaitu gerak aksidental dan gerak
substansial. Aristotles yang pertama kali
membagi filsafat pada hal yang teoretis dan praktis. Yang teroretis mencakup
logika, metafisika, dan fisika, sedangkan yang praktis mencakup etika, ekonomi,
dan politik.
Filsafat Yunani yang rasional itu boleh dikatakan berakhir setelah
Aristoteles menuangkan pemikirannya. Akan tetapi sifat rasional itu masi
digunakan selama berabad-abad sesudahnya sampai sebelum filsafat benar-benar
memasuki dan tenggelam dalam abad pertengahan. Namun jelas, setelah perioe
ketiga filosof besar itu mutu filsafat semakin merosot. Kemunduran filsafat itu
sejalan dengan kemunduran politik ketika itu, yaitu sejalan dengan terpecahnya
kerajaan Macedonia menjadi pecahan-pecahan kecil setelah wafatnya Alexander The
Great.tepatnya pada ujung zaman Helenisme, yaitu pada ujung sebelum Masehi menjelang
Neo Platonisme, filsafat benar-benar mengalami kemunduran.
B.
Perkembangan Ilmu Zaman Islam
Kalau diacak akar sejarahnya, pandangan islam tentang pentingnya
ilmu tumbuh bersama dengan munculnya islam itu sendiri. Ketika Rasulullah Saw.
Menerima wahyu pertama, yang mula-mula diperintahkan kepadanya adalah
“membaca”. Jibril memerintahkan Muhammad dengan bacalah dengan menyebut nama
Tuhanmu Yang menciptakan.[3] Dari
kata iqra inilah kemudian lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks yang
tertulis maupun tidak.[4] Wahyu
pertama itu menghendaki orang Islam untuk senantiasa “membaca” dengan
landasi bismi Rabbika, dalam arti hasil bacaan itu nantinya dapat
bermanfaat untuk kemanusiaan.
Selain ayat-ayat tersebut diatas, ada juga hadis Rasulullah yang
menekankan wajibnya mencari ilmu, bahkan begitu pentingnya kalau perlu “carilah
ilmu sampai ke negeri Cina”. Dengan demikian Al-qur’an dan Hadis kemudian
dijadikan sebagai sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat Islam dalam sepektrum
yang seluas-luasnya. sejarah perkembangan ilmu dalam Islam dalam beberapa
zaman, seperti uraian berikut ini.
1.
Penyampaian
Ilmu dan Filsafat Yunani ke Dunia Islam
Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat didunia Islam, pada
dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi-dalam arti mendekatkan dan mempertemukan
dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali ekstrim-antara pandangan filsafat
Yunani, seperti filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan
dalam Islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan. Sebagai contoh
konkret dapat disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh
yang besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab eklektisisme. Al-Farabi,
dalam hal ini, memiliki sikap yang jelas karena ia percaya pada kesatuan
filsafat dan bahwa tokoh-tokoh filsafat harus bersepakat di antara mereka
sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah menjadi kebenaran. Bahkan bisa
dikatakan para filosof Muslim mulai dari Al-Kindi sampai Ibu Rusyd terlibat
dalam upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakan pandangan-pandangan
yang relative baru dan menarik. Usaha-usaha mereka pada gilirannya menjadi alat
dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya kedalam studi-studi keislaman
lainnya, dan tidak diragukan lagi upaya rekonsiliasi oleh para filosof Muslim
ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara filsafat Arab dan
filsafat Yunani.
Proses penyampaian ilmu dan filsafat Yunani kedunia islam,
kita harus melihat sisi lain yang juga menunjang keberhasilan Islam dalam
menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sisi lain itu adalah aktifitas
penerjemahan. Menurut C.A Qadir, proses penafsiran dan penerjemahan buku-buku
Yunani dinegeri-negeri Arab dimulai jauh sebelum lahirnya agama Islam atau
penaklukan daerh-daera di Timur Dekat, pada saat itu Suriah merupakan tempat
bertemunya dua kekuasaan dunia, Romawi dan Persia. Atas dasar itu, bangsa
Suriah disebut-sebut memainkan perang penting dalam penyebaran kebudayaan
Yunani ke Timur dan Barat. Dikalangan umat Kristen Suriah, terutama kaum
Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan melalui
sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah tersebut
menyebarluaskan pengetahuan Injil, namun pengetauan ilmiah, seperti kedokteran,
banyak diminati oleh para pelajar. Sayangnya pihak gereja memandang ilmu
kedokteran itu sebagai ilmu secular dan dengan demikian posisinya lebih renda
dari ilmu pengobatan spiritual yang merupakan hak istimewa para pendeta.
Selain itu, pada masa ini juga didapati pusat-pusat ilmu
pengetahuan seperti Ariokh, Ephesus, dan Iskandariah, dimana buku-buku Yunani
Purba masih dibaca dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, terutama Siriani,
bahkan setelah pusat-pusat itu ditahklukan oleh umat islam, pengaruh pemikiran
Yunani tetap mendalam dan meluas. Pada masa ini juga didapati seorang tokoh
Kristen bernama Nestorius, yang melakukan deskontruksi atas pemahaman teologi
kalangan Kristen konservatif ortodoks, setelah ia terpengaruh oleh alam pikiran
Yunani tersebut. Ia bersama pengikutya kemudian hijra ke Suriah dan melanjutkan
kegiatan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani. Kegiatan ini pada gilirannya
menghasilkan terjemahan karya filosof Yunani seperti Phorphyrius, diantaranya
adalah Isagoge, categories, hermeneutica, dan Analytica Priori. Pusat-pusat
ilmu pengetahuan yang dipimpin oleh umat Kristen ini, terus berkembang dengan
bebasnya sampai mereka dibawah kekuasaan Islam. Hal ini menunjukan bahwa Islam tidak
mendukung adanya kebebasan intelektual, tetapi juga membuktikan kecintaan umat
Islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada ilmuwan, tanpa
memandang agama mereka.
2.
Perkembangan
Ilmu Pada Masa Islam Klasik
Satu hal yang patut dicatat dalam kaitannya dengan perkembangan
ilmu dalam Islam adalah peristiwa Fitnah al-Kubra, yang ternyata tidak hanya
membawa konsekuensi-logis dari segi politis an sich-seperti yang dipahami
selama ini-tapi ternyata juga membawah perubahan besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan ilmu didunia Islam. Pasca terjadinya Fitnah al-Kubra, muncul
berbagai golongan yang memiliki aliran teologis tersendiri yang pada dasarnya
berkembang pada alasan-alasan politis. Pada saat itu muncul aliran Syi’ah yang
membela Ali, aliran Khawariji, dan kelompok Muawiyah.
Pasca Fitnah al-Kubra bermunculan berbagai aliran politik dan
teologi. Dari sini kemudian dapat dikatakan bahwa sejak awal islam
kajian-kajian dalam bidang teologi sudah berkembang, meskipun masih berbentuk
embrio. Embrio inilah yang pada masa kemudian menemukan bentuknya yang lebih
sistematis dalam kajiankajian teologis dalam Islam.
Tahap penting berikutnya dalam peroses perkembangan dan tradisi
keilmuan Islam ialah masuknya unsur-unsur budaya Peroso-Semitik (Zoroastianisme-
khususnya Mazdaisme, serta Yahudi dan Kristen) dan budaya hellenisme.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik sebuah hipotesis
sementara bahwa pada awal Islam pengaruh Hellenisme dan juga
filsafat Yunani terhadap teradisi terhadap keilmuan Islam sudah sedemikian
kental, sehingga pada saat selanjutnya pengaruh itupun terus mewarnai
perkembangan ilmu pada masa-masa berikutnya.
3.
Perkembangan
Ilmu Pada Masa Kejaaan Islam
Dalam sejarah Islam, kita mengenal nama-nama seperti Al-Mansur,
Al-Ma’mun, dan Harun Al-Rasyid, yang memberikan perhatian yang teramat besar
bagi perkembangan ilmu didunia Islam. Pada masa pemerintahan Al-Mansur,
misalnya, proses penerjemahan karya-karya filosof Yunani kedalam bahasa Arab
berjalan dengan pesat. Dikabarkan bahwa Al-Mansur telah memerintahkan
penerjemah naskah-naskah Yunani mengenai filsafat dan ilmu, dengan memberikan
imbalan yang besar kepada para ahli bahasa (penerjemah). Pada masa Harun
Al-Rasyid (786-809) peroses penerjemahan itu juga masi terus berlangsung. Harun
memerintahkan Yuhanna (Yahya) Ibn Masawayh (w. 857), seorang dokter istana,
untuk menerjemahkan buku-buku kuno mengenai kedokteran. Dimasa itu juga
diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi, seperti Siddhamta; sebuah
risalah India yang diterjemahkan oleh Muhammad Ibnu Ibrahim al-Fazari (w. 806).[5]
Pada masa selanjutnya oleh al-Khawarizmi Siddhanta ini dibuat versi baru
terjemahannya dan diberikan komentar-komentar.[6] Selain
itu juga ada Quadripartitus karya Purdemy, dan karya-karya bidang astrologi
yang diterjemahkan oleh satu tim sarjana.[7]
Perkembangan ilmu selanjutnya berada pada masa pemerintahan
al-Ma’mun (813-833). Ia adalah seorang pengikut Mu’tazilah dan seorang
rasionalis yang berusaha memaksakan pandangannya kepada rakyat melalui
mekanisme Negara. Walaupun begitu, ia telah berjasa besar dalam mengembangkan
ilu didunia Islam dengan membangun Bait al-Hikmah, yang terdiri dari sebuah
perpustakaan, sebuah departemen penerjemahan. Orang terpenting di Bait
al-Hikmah adalah Hunain, seorang murid Masawayh, yang telah berjasa
menerjemahkan buku-buku Plato, Aristoteles, Galenus, Appolonuis, dan
Archimedes. Selanjutnya pada pertengahan abad 10 muncul dua penerjemah
terkemukah yaitu Yahya Ibn A’di (w. 974), dan Abu Ali Isa Ishaq Ibn Zera (w.
1008). Yahya banyak memperbaiki terjemahan dan menulis komentar mengenai
Aristoteles seperti Categories, Sophist, Poetics, Metaphysics, dan karya Plato
seperti Timaesus dan Laws. Yahya juga dikenal sebagai ahli logika dan
menerjemahkan The Prolegomena of Ammonius dan sebuah kata pengantar untuk
Isagoge-nya Pophyrius.[8]
Selain tokoh diatas, kita juga mengenal Al-Kindi, seorang ilmuan
yang sering disebut saintis ketimbang filosof, yang berminat besar dalam bidang
matematika dan fisika. Ia bahkan pernah berpendapat bahwa seorang mungkin dapat
menjadi filosof sebelum mempelajari filsafat. Tokoh lainnya adalah al-Farabi
yang mengadakan penelitian dalam bidang geometrid an mekanika, dan ia juga
seorang musikus Muslm yang terbesar. Salah satu karyanya dalam bidang musik
adalah kitab al-Musiqi al-Kabir. Kemudian kita mengenal Ibn Bajah, Ibn Tafail,
dan Ibn Rushd, yang hidup di Andalusia dan bergelut secara intensif dalam
bidang kedokteran. Ibn Rushd, misalnya, mengarang al-Kulliyat yang
diterjemahkan dalam bahasa Latin pada pertengahn abad ke-13 M. Selanjutnya ada
Muhammad Ibd Zakaria Al-Razi, dokter terbesar dalam Islam, bahkan diseluruh
masa Abad Pertengahan. Ia terkenal karena orisinalitasnya dan pandangannya yang
jernih dan kemampuannya menemukan jenis-jenis penyakit yang belum dikenal
sebelumnya. Kitabnya yang berjudul al-Hawai adalah kitab yang paling terkemuka
diantara karya-karya kedokteran Arab yang diambil manfaatnya oleh orang-orang
Latin.[9]
Selain adanya perkembangan ilmu yang dapat dikategorikan kedalam
bidan eksata, matematika, fisika, kimia, geometri dan lain sebagainya, sejarah
juga mencatat sejarah ilmu-ilmu keislaman, baik dalam bidang tafsir, hadis,
fiqi, ushul fiqih, dan disiplin ilmu keislaman yang lain. Perkembangan ilmu
tfsir dan ‘ulum al-qur’an belum menemukan bentuknya yang kongkret sampai dengan
abad ke-3 H.
Selain dalam bidang Al-qur’an dan Hadis, ilmu fiqih dan ushul fiqih
telah mengalami perjalanan panjang hingga terbentuk seperti sekarang ini. Fiqih
menjadi sebah disiplin ilmu dengan mengalami beberapa tahapan.
4.
Masa
Keruntuhan Tradisi Keilmuan Dalam Islam
Abad ke-18 dalam sejarah Islam adalah abad yang paling menyedihkan
bagi umat Islam dan memperoleh catatan buruk bagi peradaban Islam secara
universal. Seperti yang diungkapkan oleh Lothrop Stoddard, bahwa menjelang abad
ke-18, dunia Islam telah merosot ketingkat yang terendah. Islam tampaknya sudah
mat, dan yang tertinggal hanyalah cangkangnya yang kering kerontang berupa
ritual tanpa jiwa dan takhayul yang merendahkan martabat umatnya. Ia menyatakan
seandainya Muhammad bisa kembali hidup, dia pasti akan mengutuk para
pengikutnya sebagai kaum murtad dan musyrik.[10]
Pernyataan Stoddard diatas menggambarkan begitu dasyatnya peroses
kejatuhan peradaban dan trdisi keilmuan Islam yang kemudian menjadikan umat
Islam sebagai bangsa yang dijajah oleh bangsa-bangsa Barat. Runtuhnya bangunan
trdisi keilmuan islam secara garis besar dapat diterangkan karena
adanya sebab-sebab berikut:
Dalam bukunya The Recontruction of Religious Thought in Islam Iqbal
menyatakan bahwa salah satu penyebab utama kematian semangat ilmia di kalangan
umat islam adalah diterimanya paham Yunani mengenai realitas yang pada pokoknya
bersifat statis, sementara jiwa islam adalah dinamis dan berkembang. Ia
selanjutnya mengungkapkan bahwa semua aliran pikiran Muslim bertemu dalam satu
teori Ibn Miskawaih mengenai kehidupan sebagai suatu gerak evolusi dan
pandangan Ibn Khaldun mengenai sejarah.
Sebab lain yang menyebabkan kehancuran tradisi keilmuan Islam
adalah presepsi yang keliru dalam memahami pemikiran Al-Gzali. Orang umumnya
mengencam Al-Gazali karea ia menolak filsafat seperti yang ia tulis dalam
Tahafut al-falasifahnya. Padahal ia sebenarnya menawarka sebuah metode yang
ilmiah dan rasional, dan juga menekankan pentingnya pengamatan dan analisis,
serta sikap skeptic. Hal ini misalnya ia tuangkan dalam karyanya berjudul
al-Munaqidz min al-Dlalal. Selain itu umat islam juga tidak memperhatikan karya
Ibn Rushd (Tahafut al-Tahafut), yang membela Aristotelianisme dan mengencap
kritik Al-Ghazalikepada filsafat. Seandainya orang mau meluangkan waktunya
untuk mengkaji karya Ibn Rushd itu, barangkali kemosrotan rasional di kalangan
umat islam tidak akan separah seperti saat ini.
Para penguasa sering kali merasa takut dengan tersebar lusnya
pendidikan dan pengetahuan dikalangan masa yang dapt menggerogoti kekuasaan
mereka yang mutlak. Munculnya orang-orang yang pandai dan terampil longarnya
pengaruh golongan elit feudal dan keagamaan. Dengan membuka kesempatan baru
bagi masyarakat dan menawarkan cara yang baru sama sekali untuk memperoleh
pengaruh melaluhi pengetahuan dan bukan melalui pewarisan, maka penyebarluasan
ilmu dan teknologi menghantam akar dasar kekuasaan golongan yang mempunyai
hak-hak istimewa.
Selain sebab-sebab diatas, kesulitan-kesulita Ijtihad dan mitisisme
asketik juga merupakanfaktor yang menyebabkan kemunduran tradisi intelektual
dan keilmuan didunia islam.
C.
Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern
1.
Masa
Renaisans (Abad ke-15-16)
Renainsans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan
perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan
dilancarkanya gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja Katolik
Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan
penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius
serba bias, Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan
ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Colombus memberikan dorongan lebih keras
untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali satra di Inggris, Prancis, dan
Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelains, dan Ronsand. Pada masa itu
seni musik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan
seperti Cobernicus dan Galelio menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern
yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat. [11]
Tidaklah mudah untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman
renainsans denganzaman modern. Sementara orang mengangap bahwa zaman modern
hanyalah perluasan renainsans. Akan tetapi, pemikiran ilmiah membawah manusia
lebih maju kedepan dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang
dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa dari
zaman uap ke zaman listrik, kemudian ke zaman atom, electron, radio, televise,
roket, dan zaman ruang angkasa.
Pada zaman renainsans ini manusia Barat mulai berpikir secara baru,
dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang
selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat
dan ilmu. Pemikir yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain:
Nicholas Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).
Teori Copernicus melahirkan revolusi pemikiran tentang alam
semesta, terutama astronomi. Bacon adalah pemikiran yang seolah-olah meloncat
keluar dari zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang
terkenal adalah Knowladge is Power (Pengetahuan adalah Kekuasaan). Ada 3 contoh
yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu:
1.
Mesin
menghasilkan kemenangan dan perang modern
2.
Kompas
memungkinkan manusia mengarungi lautan
3.
Percetakan
yang mempercepat penyebaran ilmu.[12]
Penemuan Copernicus mempunyai pengaruh luas dalam kalangan sarjana,
antara lain Tycho Brahe dan Johannes Keppler. Tycho Brahe (1546-1601) adalah
seorang bangsawan yang tertarik pada sistem astronomi baru. Ia membuat
alat-alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang-bintang dengan
teliti. Berdasarkan alat-alat yang besar itu dan dengan ketekunan seta
ketelitian pengamatannya, maka bahan yang dapat dikumpulkan selama 21 tahun sangat
besar artinya untuk ilmu dan keperluan sehari-hari.
Johannes Keppler (1571-1630) adalah pembantu Tycho dan seorang ahli
matematika. Setelah Tycho meninggal dunia, bahan pengamatan selama 21 tahun itu
diwariskan kepada Keppler. Disamping melanjutan pengamatan, Keppler
mengembangkan Astrologi untuk memproleh uang guna memelihara perkembangan
Astronomi. Dalam mengelolah peninggalan Tycho, ia masi bertolak dari
kepercayaan bahwa semua benda angkasa bergerak, mengikuti lintasan circle
karena sesuai dengan kesempurnaan ciptaan Tuhan. Semua perhitungan ditujuhkan
kearah itu. Namun, semua perhitungan tetap menunjukkan bahwa lintasan merupakan
elips untuk semua planet. Akhirnya, Keppler terpaksa mengakui bahwa lintasan
memang berbentuk elips.
Hal ketiga yang ditemukan oleh Keppler adalah perbandingan antara
dua buah planet, misalnya A dan B. bila waktu yang dibuktikan untuk melintasi
orbit oleh masing-masing planet adalah P dan Q, sedang jarak dari planet B ke
matahari adalah X dan Y, maka P+: Q+ = X+: Y+. Dengan demikian Keppler
menemukan 3 buah hokum Astronomi, yaitu:[13]\
1. Orbit dari semuah planet berbentuk elips
2. Dalam waktu yang sama, garis penghubung antra planet dan matahari
selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
3. Bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X
dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka
P+ : Q+= X+ : Y+.
Ketiga hokum Keppler itu ditemukan setelah dilakukan perhitungan
selama kira-kira 10 tahun tanpa logaritma, karena pada waktu itu memang belum
dikenal logaritma. Dari karya-karya Tycho dan Keppler tersebut dapat ditarik
beberapa pelajaran. Pengumpulan bahan pengamatan yang teliti dan ketekunan yang
terus menerus menjadi landasan untuk perhitungan yang tepat memaksa
disingkirkannya semua tahayul, misalnya tentang pergerakan sempurna atau
pergerakan sirkuler. Bahan dan perhitungan yang teliti merupakan satu jalan
untuk menemukan hokum-hukum alam yang murni dan berlaku universal.
Ketiga hokum alam tentang planet ini sampai sekarang masih dipergunakan
dalam astronomi, meskipun disana-sini diadakan perbaikan sepenuhnya. Karya
Copericus dan Keppler memberi sumbangan yang besar bagi lapangan astronomi.
Dalam tangan Copernicus, lapangan ini baru merupakan sebuah model untuk
perhitungan. Dalam tangan Keppler, astronomi menjadi penentuan gerakan-gerakan
angkasa dalam satu lintasan yang tertutup. Akhirnya dalam tangan Newton,
pergerakan ini diberi keterangan lengkap, baik mengenai ketepatan maupun
bentuk elips-nya.
Setelah Keppler, muncul Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas
peluru, penemuan hokum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet Jupiter.
Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh keyainan Galileo bahwa tata surya bumi
bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana matematikan dan fisika, Galileo menerima
prinsip tata surya yang heliosentris serta hokum-hukum yang ditemukan Keppler.
Galileo dapat pula membuat sebuah teropong bintang. Dengan teropong itu ia
dapat melihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Yang terpenting dan
terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah
bulan.
Galileo membagi sifat benda dalam dua golongan, yaitu Pertama,
golongan yang langsung mempunyai hubungan dengan dengan metode pemeriksaan
fisika, artinya yang mempunyai sifat-sifat primer (primary qualities) seperti
barat, panjang dan lain-lain sifat yang dapat diukur. Kedua, golongan yang
tidak mempunyai peranan dalam proses pemeriksaan ilmiah, dsebut sifat-sifat
sekunder (secondary qualities), seperti sifat warna, asam, manis, dan tergantung
dari pancaindra manusia. Sejak Galileo, ilmu pada umumnya tidak dapat memeriksa
sifat kehidupan, karena sifatnya subyektif, tidak dapat diukur, dan tidak dapat
ditemuka satuan dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo dianggap sebagai
pelopor perkembangan ilmu dan penemu dasar ilmu modern, yang hanya berpegang
pada soal-soal yang objektif saja.[14]
Pada masa yang bersamaan dengan Kepler dan Galilio ditemukan
Logaritma oleh Napier (1550-1617) berdasarkan basis e, yang keumudian di
ubah kedalam dasar 10 oleh Briggs (lahir tahun1615) dan kemudian diperluas oleh
Brochiel de Decker (lahir tahun 1626). Ketika Kepper mendengar tentang penemuan
itu, ia memberikan reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan penemun logaritma,
perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya menjadi satu
bulan.
Pada masa Desarque (1593-1662) ditmukan Projective Geometry, yang
berhubungan dengan cara melihat sesuatu, yaitu manusia A melihat benda P dari
tempat T. oleh karena “melihat” hanya mungkin jika ada cahaya, sedangkan cahaya
memancarkan lurus, maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh satu
garis lurus. Sedang Fermat, juga mengembangkan Ortogonal Coordinate Syistem,
seperti hanya Descartes. Disamping itu, ia juga melaksanakan penelitian teori
Al-Jabar berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal yang dalam tangan
Newton dan Lebniz kemudian akan menjelma sebagai
perhitungan difrensial-integral (calculus). Fermat bersama-sama Pasca
menyusun dasar-dasar perhitungan stastistik.
2.
Zaman
Modern (Abad 17-19 M)
Setelah galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler berhasil mengembangkan
penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan yang terpecar-pecar itu jatuh ke
tangan dua sarjana, yang dalam ilmu modern memegang peran yang sangat penting.
Mereka adalah Isaac Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716). Di tangan dua
orang sarjana inilah, sejarah ilmu modern di mulai.
Newton, sekalipun ia menjadi pimpinan sebuah tempat pembuatan uang
logam di kerajaan Inggris, ia tetap menekuni dalam bidang ilmu. Lahirnya Teori
Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika merupakan karya besar Newton. Teori
Gravitasi Newton dimulai ketika muncul persangkaan penyebab planet tidak
mengikuti pergerakan lintas lurus, apakah matahari yang menarik bumi atau
antara bumi dan matahari ada gaya saling tarik menarik.
Persangkaan tersebut kemudian dijadikan newton sebagai titik tolak
untuk spekulasi dan perhitungan-perhitungan. Namun hasil perhitungan
itu tidak memuaskan Newton, semua persangkaan dan perhitungan lalu di
tangguhkan. Baru kira-kira16 tahun kemudian soal itu ditanganinya lagi, setelah
ia berhasil mengatasi beberapa hal yang ada pada awal penyidikan belum
disadarinya. Teori Grafitasi memberikan keterangan, mengapa planet tidak
bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa planet
harus mengikuti lintasan elips. Sebenarnya, pengaruhnya ada, tetapi tidak dapat
di lihat dengan mata dan pengaruh itu adalah gravitasi, yaitu kekuatan yang
selalu akan timbul jika ada dua benda yang saling berdekatan.
Berdasarkan teori gravitasi dan perhitungan-perhitungan yang di
lakukan Newton, dapat diterangkanlah dasar dari semua lintasan planet dan
bulan, pengaruh pasang air samudra dan lain-lain peristiwa astronomi, justru
dalam lapangan astronomilah, ketepatan teori gravitasi makin menyakinkan,
sehingga tidak ada lagi yang tidak percaya tentang adanya gravitasi ini.
Perhitungan calculus atau yang di sebut juga diferensial/integral
oleh Newton di Inggris dan Leibniz di Jerman, terbukti sangat luas gunanya
untuk menghitung bermacam-macam hubungan antara dua atau lebih banyak hal yang
berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur. Misalnya, kecepatan planet
mengelilingi matahari yang berbeda-beda sepanjang lintasan, menemukan maxima
dan minima dari suatu kurva, menemukan tambahan luas lingkaran bila radius
berubah sedikit sekali, dan lain sebagainya. Setelah calculus di temukan banyak
sekali perhitungan dan pemeriksaan ilmiah dapat di selesaikan sebelumnya
tinggal problematis saja. Tanpa calculus, ilmu matematika tidak dapat
berkembang seperti sekarng ini.
Penemuan ketiga yang mendasari ilmu alam adalah pemeriksaan newton
mengenahi cahaya dan lazim di sebut optika. Dengan mempertimbangkan bahwa
cahaya masuk melalui lensa, sedangkan sebagian perifer lensa mendekati bentuk
prisma, sehingga cahaya perifer terbias menjadi pelangi yang di sebut chomatik
aberration, maka newton membuat telescope tanpa lensa, ia mengunakan cermin
cekung yang berdasarkan pantulan cahaya sehingga tidak terjadi
pembiasan.
Pada masa sesuda newton, perkembangan ilmu selanjutnya adalah
berupa ilmu kimia. Jika pada newton, ilmu yang berkembang adalah matematka,
fisika dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang
amat menarik. Ilmu kimia tidak mulai dengan logika, aksioma, ataupun dekduksi.
Semua permulaan itu kimia praktis berdasarkan percobaan-percobaan yang hasilnya
kemudian di tafsirkan. Pada permulaannya, semua percobaan bersifat kualitatif.
Joseph black (1728-1799) dikenal sebagai pelopor dalam pemeriksaan
kualitatif, ia menemukan gas CO². Ia melakukan terhadap kapur. Hawa yang keluar
kemudian di alirkan melalui air kapur yang sudah di saring lebih dahulu. Pada
waktu hawa yang keluar dari kapuk mengalir, maka air kapur yang jernih menjadi
keruh. Demikian pula Henry Cavendish (1731-1810) memeriksa gas yang terjadi
jika serbuk besi di siram dengan asam dan menghasilakn hawa yang dapat di
nyalakan. Sarjana lain, yaitu Joseph Prestley (1733-1804), menemukan sembilan
macam hawa No dan Oksigen yang antara lain yang dapat di hasilkan oleh tanaman.
Oksigen ini dapat menyegarkan hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran.
Antonine laurent lavoiser (1743-1794) jadilah sarjana yang meletakan dasar ilmu
kimia sebagaimana yang kita kenal sekarang.
Berdasarkan penemuan black, cavendish, priestley dan lain-lainya
lovoiser melaksanakan percobaan yg didasarkan pada pertimbangan bahan-bahan
sebelum dan sesudahnya percobaan. Dengan demikian ia mulai menggunakan
pengukuran dalam lapangan kimia dengan kata lain, ia meninggalkan percobaan
yang hanya bersikap kumulatif dan berpinda ke lapangan yang bersifat
kuantitatif.
Di samping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama ditemukan
bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya, melainkan atas dasar percobaan,
misalnya mesin uap, yang kemudian mendasari kereta api, percobaan-percobaan
listrik, dan lain-lainnya, penemuan-penemuan itu semuanya melandasi revolusi
industri terutama di Inggris, tetapi kemudian juga meluas di seluruh
benua Eropa.
Kalau penemuan ilmu kimia dan penemuan mesin-mesin pada awalnya
tidak langsung mempunyai hubungan dengan teori ilmu sebagaimana di kembangkan
oleh Galileo, Descartes, Keppler, Pascal, Newton, dan Leibniz, perkembangan
ilmu setingkat lebih maju daripada apa yang telah di capai oleh sarjana-sarjana
yang tela di sebut tadi.
Percobaan selanjutnya di lakukan oleh J.L Proust
(1754-1826)menegnai atom. Dslam menganalisis oxyda dari berbagai logam, J.L
Proust sampai pada pendapat bahwa perbandingan bahan-bahan yang ikut serta
dalam proses tersebut selalu tetap, demikian pula dengan sulfida dari logam.
Demikian pula dengan jhon Dalton (1766-1844) yang mendapatkan ilham untuk
menetapkan kesatuan, untuk mencari keterangan tentang perbandingan yang selalu
tetap. Dalam hal ini yang di jadikan kesatuan
adalah hydrogenium. Berdasarkan penemuan dan ketentuan ini, maka
perbandingan berat hydrogenium lawan atom lain-lainnya di sebut berat atom.
Sejak dalton, teori tentang atom terus dapat di pergunakan dalam
lapangan ilmu kimia, juga oleh Federich Wohler (1800-1882) unutk menemukan
sintesis urea dalam tahun 1828. Pada sekita tahun 1895, Hery Becquerel
(1852-1908), suami istri Curie (1859-1906) dan J.J Thompson (1897) menemukan
radium, logam yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan Thompson
menemukan elektron. Dengan penemuan itu, runtuhlah pendapat dan aksioma yang
menyatakan bahwa atom adalah bahan terkecil yang tidak dapat berubah dan yang
bersifat kekal. Dengan penemuan ini, mulailah ilmu baru dalam kerangka
kimia-fisika, yaitu fisika nuklir, yanhg pada zaman sekarang dapat
bermacam-macam atom.[15]
Secara singkat ditarik sebuah sejarah singkat ilmu-ilmu yang lahir
pada saat itu. Perkembangan ilmu pada abad ke 18 telah melahirkan ilmu
seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad ke 9 lahir
semisal pharmakologi, geofisika, geomorphologi, palaentologi, arkeologi, dan
sosiologi. Abad ke-20 meneganal ilmu teori informasi, logika matematika,
mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oceonografi,
antropologi budaya, psikologi, dan sebagainya.
Sekitar tahun 1900 sampai tahun 1914 terjadi berbagai perubahan
berdsarkan teori kenisbian. Ada teori baru yang mengatakan bahwa ruan dan waktu
tidak lagi berpisah sebagaimana di pahami oleh ahli fisika sebelumnya. Ruang
dan waktu merupakansatu kesatuan mutlak untuk memeriksa dan menerangkan semua
peristiwa.
Perlu di ketahui pula bahwa pada zaman modern ini terjadi revolusi
industri di Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agraris dan
perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan
maju. Pada abad inilah Jmaes Watt menemukan mesin uap (abad ke-18), alat tenun
dan Inggris menjadi penghasil tekstil terbesar, kemudian diikuti Amerika
Serikat dan Jepang menjadi negara industri.
Setelah abad ke 18 berakhir maka perkembangan ilmu modern
selanjutnya, yaitu pada abad ke 19. Pada abad ini penemuan yang di anggap
sebagai penemuan abad tersebut adalah dengan di temukannya planet Neptunus.
Sedang pada abad 20, secara garis besar terjadi perkembangan yang sangat luas
dalam beberapa bidang ilmia. Misalnya ilmu pasti, ilmu kimia, ilmu fisika,
kimia organik, biokimia, ilmu astronomi, ilmu biologi, dan fisika nuklir. Di
samping ilmu-ilmu yang jelas bersifat kuantitatif tersebut, berkembang pula
ilmu-ilmu yang permulaannya bersifat kualitatif, seperti ekonomi, psikologi,
dan sosiologi. Perkembangan pesat dalam bidang astronomi pada abad 20 ini
seperti di temukannya planet terakhir yaitu pluto (1930) setelah abad
sebelumnya, yaitu abad ke 19 telah menemukan planet neptunus dengan didasari
pada perhitungan yang mengunakan sistem newton. Dalam abad 20 ini, pengetahuan
diperluas. Kalau kalau dalam abad ke 19 tidak dapat di terangkan sumber energi
matahari, sekarang dapat di ketahui bahwa energi tersebut berdasarkan perubahan
atom, yang zaman sekarang jadi tenaga nuklir.
3.
Ilmu Yang Berbasis
Rasionalisme dan Empirisme
Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin
berkembangnya cara-cara penyelidikan pada zaman modern ini, manusia dapat
menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos. Menurut A. Comte, dalam
perkembangan manusia, sesudah tahap mitos, manusia berkembang dalam tahap
filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah terbentuk, tetapi belum di temukan
metode berpikir secara objektif. Rasio sudah mulai dioperasikan, tetapi kurang
objektif. Berbeda dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia
mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami objek secara dangkal, tetapi
objek belum di masuki secara metodologis yang definitif.
Berkat pengamatan yang sistematis dan kritis, lambat laut manusia
barusaha mencari jawab secara rasional dengan meninggalkan cara yang rasional.
Kaum rasionalis mengembangkan faham rasionalisme. Dalam menyusun
pengetahuan, kaum rasionalisme mengunakan penalaran deduktif. Penalaran
deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum
untuk menarik kesimpula yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif ini menggunkan pola pikir yang disebut silogisme. Silogisme terdiri
atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua peryataan di sebut premis
mayor dan premis minor
Pengetahuan yang di peroleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata
mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman
konkrit. Mereka yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalaman konkret
ini di sebut penganut empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan
yang benar adalah pengetahuan yang di peroleh langsung dari pengalaman konkrit
dan dapat di tangkap dengan panca indra manusia. Dengan pertolongan
pancaindranya, manusia berhasil menghimpun sangat banyak pengetahuan.
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan
penalaran induktif. Penalaran induktif ialah cara berfikir dengan menarik
kesimpulan umum dari pengamatan atas gejalah-gejalah yang bersifat khusus.
Misalnya pada pengamatan atas logam besi, aluminium, tembaga, dan sebagainya,
jiak di panasi teryata menunjukan bertambah panjang. Dari sini dapat di
simpulkan secara umum bahwa logam jika dipanasi akan bertambah panjang.
4.
Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern
Pada zaman modern filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada
dasarnya corak keseluruan filsafat modern itu mengambil warna filsafat sufisme
yunani, sedikit pengecualian pada kant. Paham-paham yang muncul dalam garis
besarnya adalah rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Dan paham yang
merupakan pecahan dari aliran itu. Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal
itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga toko
penting pendukung rasionalisme ini, yaitu Descarte, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan paham idealisme mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah
jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide plato yang memberikan jalan untuk
mempelajari faham idealisme zaman modern. Para pengikut aliran ini pada umumnya
, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritismenya Immanuel kant. Fitche
(1770-1831) yang di juluki sebgai penganut idealisme subjek merupakan murid
kant. Sedang scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat idealisme objektif.
Kedua idealisme ini lalu disentesiskan dalam filsafat idealisme mutlaknya Hagel
(1770-1831).[16]
Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam
pikiran kita selain di dahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak belakang
dengan paham rasionalisme. Mereka menentang pendapat para penganut rasionalisme
yang berdasarkan atas kepatian-kepastian yang bersifat a priori. Pelopor aliran
ini adalah Francis Bacon, kemudian dikembangkan oleh Thomas Hobbes, John Lock,
dan David Hume.
D.
Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer
Perkembangan dan kemajuan peradapan tidak bisa dilepaskan dari
peran ilmuan. Bahkan perubahan perubahan pola hidup manusi dari waktu ke
waktusesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan
ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai
periodesasi sejarah perkembangan ilmu sejak dari zaman klasik, zaman
pertengahan, zaman modern, dan zaman konteporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata
rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru di temukan pada suatu
masa menjadi unsur penting bagi penemuan-penemuan lain di masa berikutnya.
Demikianlah semuanya saling terkait. Oleh karena itu, melihat sejarah
perkembangan ilmu zaman kontemporer, tidak lain adalah mengamati pemanfaatan
dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebenarnya.
Yang di maksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini adalah
era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat ini sekarang. Hal yang
membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman kontemporer
adalah bahwa zaman modern adalah erah perkembangan ilmu yang berawal sejak
sekitar abad ke 15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya
pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang.
Akan kita lihat terlebih dahulu secara sederhana potret ilmu modern
yang melahirkan hal-hal radikal yang mebedakannya dengan ilmu di zaman
pertengahan dan klasik. Zaman modern misalnya, dalam banyak hal melakukan
dekonstruksi terhadap teori-teori yang di anggap established (mapan) pada masa
pertengahan atau pada zaman klasik. Setidaknya dua contoh yang sangat menonjol
bisa di kemukakan di sini. Pertama, pendapat yang di kemukakan oleh
Copernicus (1473-1534) tentang teori heliosentrime, bahwa matahari adalah pusat
tata surya dan planet-planet termasuk bumi berputar meneglilingi matahari.
Teori ini jelas-jelas bertentangan dengan pendapat yang di terima secara umum
manusia saat itu, yaitu geosentrium yang menyatahkan bahwa bumi lah yang
menjadi pusat tata surya.
Kedua, metode induktif yang di perkenalkan Oleh Francis Bacon
(1560-1626). Ia telah memberi sumbangan yang penting dalam menembus metode
berpikir deduktif yang penggunaannya secara berlebihan telah menyebabkan dunia
keilmuan mengalami kemancetan. Francis Bacon menekankan untuk mendasarkan semua
pengetahuan dan ilmu atas dasar pengalaman. Ia mengajurkan agar para sarjana,
dalam menyusun ilmu mengumpulkan sebanyak fakta pengalaman untuk selanjutnya di
analisis.[17]
Satu hal yang tak sulit untuk di sepakati, bahwa hampir semua sisi
kehidupan manusia modern telah di sentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu
dan teknologi. Sektor ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, sosial dan
budaya, transportasi, komunikasih, kesehatan dan lain-lain. Begitulah
perkembangan ilmu di zaman kontemporer meliputi hampir semua bidang ilmu dan
teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi,
hukum dan politik dll.
Contoh
perkembangan ilmu kontemporer :
a)
Santri,
Priyayi, dan Abangan
Dalam kajian ilmu sosial agama di indonesia, penelitian Clifford
Geertz yang dalam versi aslinya berjudul The Religion of Java merupakan satu
bahasan yang menarik. Penelitian serius Geertz tersebut lebih banyak
dipopulerkan sebagai kerangka tipologisasi keberagaman masyarakat jawa menjadi
santri, abangan, dan priyayi.
Arti penting karya Geertz The Religion of Java adalah sumbangannya
terhadap pengetahuan kita mengenai sistem-sistem simbol, yaitu bagaimana
hubungan antar struktur yang ada dalam suatu masyarakat dengan pengorganisasian
dan perwujudan simbol-simbol, dan bagaimana para angota masyarakat mewujudkan
adanya integrasi dan disintegrasi dengan cara mengorganisasi dan mewujudkan
simbol tertentu, sehingga perbedaan yang nampak di antara struktur sosial
yang ada dalam masyarakat tersebut hanyalah bersifat komplementer.
Tiga lingkungan yang berbeda (yaitu pedesaan, pasar, dan kantor
pemerintah) yang di berangi dengan latar belakang sejarah kebudayaan yang
berbeda (yang berkaitan dengan masuknya agama serta peradapan hindu dan islam
di jawa) telah mewujudkan adanya abangan (yang menekankan pentingnya
animistik), santri (yang menekankan aspek-aspek islam), dan priyayi (yang
menekankan aspek-aspek hindu). Perwujudan citra agama masing-masing struktur
sosial adalah pesta-pesta ritual yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
menghalau berbagai makhluk halus jahat yang di anggap sebagai penyebab dari
ketidak teraturan dan kesengsaraan dalam masyarakat, agar ekuilibrium dalam
masyarakat dapat di capai kembali (Abangan), penekanan pada tindakan-tindakan
keagamaan dan upacara-upacara sebagaimana di gariskan dalam islam (santri), dan
suatu kompleks keagamaan yang menekankan pada pentingnya hakikat halus sebagai
lawan dari kasar (kasar di anggap sebagai ciri-ciri abangan), yang perwujudannya
tampak dalam berbagai sistem simbol yang berkaitan dengan etika, tari-tarian
dan berbagai bentuk kesenian, bahasa, dan pakaian (priyayi).
Abangan, santri, dan priyayi yang walaupun masing-masing merupakan
struktur yang berlainan, tetapi masing-masing saling melengkapi satu sama
lainnya dalam mewujudkan adanya sistem sosial di usahakan untuk di
perlihatkan dalam bukunya the region of java, yaitu agama bukan hanya memainkan
peranan bagi terwujudnya integrasi tetapi juga memainkan peranan pemecah belah
dalam masyarakat.
b)
Teknologi
rekayasa genetika
Salah satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang sangat
masyhur adalah di bidang rekayasa genetika berupa teknologi cloning teknologi
ini pertama kali di lakukan oleh Dr. gurdon dari medical research council
laboratory of molecular biology, Universitas Cambridge, inggris tahun 1961.
Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong
yang identic (kecebong cloning).
Tiga puluh dua tahun setelah itu, tahun 1993, Dr. Jerry Hall
berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan (nembrio splitting
technique). Dan banyk lagi ilmuan-ilmuan yang mengembangkan teknik cloning
terutama pada hewan seperti yang di lakukan pada domba Dolly.
Begitulah teknik rekayasa genetika berkembang dari waktu ke waktu.
Dan setelah berbagai keberhasilan teknik cloning yang pernah di lakukan.
c)
Teknologi
Informasi
Pada tahun 1937, seorang insinyur Amerika merancang IBM Mark 7,
yang merupakan nenek moyang computer Mainframe saat ini dan computer elektronik
pertama yang sukses secara komersial adalah UNIVAC dan inilah awal dari
kecenderungan untuk membuat computer yang lebih kecil dan lebih cepat.
Computer telah mengubah wajah peradaban barat modern secara drastis
sejak tahun 80-an. Pada awalnya computer di kenal sebagai otak elektronis yang
mampu melakukan bermacam-macam kegiatan dengan tingkat kesulitan yang
berbeda-beda. Demikian teknologi computer terus berkembang dan melahirkan
inovasi. Computer juga tidak saja menjadi alat pengolahan data tetapi juga
memasuki wilayah komunikasi interaktif dalam bentuk internet. Untuk itu,
Departemen pertahanan Amerika Serikat melalui DARPA, bekerja sama dengan
beberapa universitas membentuk ARPANET. Namun pada perkembangan selanjutnya,
banyak universitas didaerah tersebut ingin bergabung, sehingga diputuskan untuk
mengklasifiksinya menjadi dua bagian, yaitu sistim jaringan untuk militer dan
nonmiliter.gabungan keduanya di sebut DARPA internet yang akhirnya di
kenal saat ini.
Begitulah internet terus di kembangkan hingga saat ini dengan
berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya.
d)
Teori
Partikel Elementer
Selama lebih dari 2500 tahun manusia mencari misteri, salah satu
bentuk penasaran itu di salurkan dengan mencari tahu partikel apa yang paling
kecil dari susunan materi. Pada abad ke 5 SM filosof yunani menemukan bahwa
semua jenis materi dapat di pecah menjadi partikel kecil yang di sebut atom.
Setiap kali lahir teori fisika atom, akan muncul serangkai percobaan yang di
kemudian hari bias menghasilkan teori baru, dan teori baru tersebut bias juga
menentang teori yang lama dan bias bersifat menguatkan.
Sebagaimana di kemukakan di atas, di zaman kontemporer ini, hamper
seluruh aspek kehidupan manusia mendapat sentuhan efek kemajuan dan
perkembangan ilmu dan teknologi. Bukan hanya dalam bentuk teknologi rekayasa
genetika, teknologi infirmasi dan internet, atau tentang teori partikel
elementer, tapi juga dalam bidang lainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang Abad modern
,maka dapat di simpulkan bahwa :
1)
Periode
filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban
manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari
mitosentris menjadi logosentris.Pola pikir mitrosentris adalah pola pikir
masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam,
seperti gempa bumi dan pelangi.
2)
Sejak
awal kelahirannya, islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada
ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, Nabi Muhammad SAW.Ketika diutus oleh Allah
sebagai rasul, mengubah masyarakat Arab jahiliya menjadi masyarakat yang berilmu
dan beradab.
3)
Renainsans
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung
arti bagi perkembangan ilmu. Dan zaman modern merupakan zaman ilmu yang sudah
sangat berkembang pesat.
4)
zaman
kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani
hingga saat ini sekarang.
B.
Saran
Dengan
ucapan Alhamdulillah, demikian makalah”Sejarah Perkembangan Ilmu”
ini kami buat. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dan jauh dari hal
sempurnah. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran
agar menjadikan motivasi bagi penulis untuk bisa lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, filsafat umum, bandung. Remaja Rosda Karya,
1992, cet 2 hlm 4 dalam Amsal Bahtiar, 2014, Filsafat Ilmu, Jakarta,
rajawali Press
Hasan sadili, 1984. esiklopedi Indonesia, Jakarta: iqtiar
baru fanhoeve.
Jujun s. suriya sumantri, ilmu dalam perspektif, Jakarta:
yayasan obor Indonesia, 1994.
[1]
Ahmad
Tafsir, filsafat umum, bandung. Remaja Rosda Karya, 1992, cet 2 hlm 4
dalam Amsal Bahtiar, 2014, Filsafat Ilmu, Jakarta, rajawali Press hlm 24
[4]
M. Quraissihab,
wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas berbagai persoalan umat, Bandung
Mizan, 2001 cet 12 hlm 433
[5]
Majid fakhry, a history of islami philosophy, new york
Columbia University Press 1970 hlm 45
[6]
Syeed ameer ali, the spirit of islam : history of the evolution
and ideals of islam, London : Kristphers, 1955, hlm 370.
[10]
C.A.
qadir, hlm 130,
[11]
Hasan sadili, esiklopedi Indonesia, Jakarta: iqtiar baru
fanhoeve, 1984, hlm 2880
[17]
Jujun s. suriya sumantri, ilmu dalam perspektif, Jakarta:
yayasan obor Indonesia, 1994, hlm 89,
No comments:
Post a Comment