“Aliran-Aliran Akhlak Tentang Kriteria Baik dan Buruk”
KATA
PENGANTAR
Asslamu'alaikum
warohmatullahi wabarokatuh
Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan MAKALAH
AKHLAK TASAWUF yang berjudul “Aliran-Aliran
Akhlak Tentang Kriteria Baik dan Buruk”. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan, baik mengenai materi maupun sistematika penulisan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis sendiri. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.
Wassalamu'alaikum
warohmatullohi wabarokatuh
Bengkulu, 9
desember 2017
Penulis
Daftar
Isi
Kata Pengantar
|
...................................................
1
|
Daftar Isi
|
...................................................
2
|
BAB I Pendahuluan
|
|
A. Latar Belakang
|
...................................................
3
|
B. Rumusan Masalah
|
...................................................
3
|
C. Tujuan
|
...................................................
3
|
BAB II Pembahasan
|
|
A. Pengertian Baik dan Buruk
|
...................................................
4
|
B. Aliran Baik Buruk
|
...................................................
6
|
C. Baik Buruk Menurut Ajaran Islam
|
.................................................
14
|
BAB III Penutup
|
|
A. Kesimpulan
|
.................................................
17
|
B. Saran
|
.................................................
17
|
Daftar Pustaka
|
.................................................
18
|
|
|
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang tidak baik. Kadang-kadang
disuatu tempat, perbuatan itu dianggap salah atau buruk. Hati manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal, perbuatan itu baik atau buruk dan benar atau salah.
Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanyaperbedaan tolak ukur yang
digunakan untuk penilaian tersebut. Perbuatan tolak ukur tersebut, disebabkann
karena perbedaan agama, kepercayaan, cara berpikir,
ideology, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kekutan insting. Hal ini berfungsi
bagi manusia untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, yang
berbeda-beda, karena pengaruh kondisi dan situasi lingkungan. Dan seandainya dalam satu lingkungan pun belum tentu
mempunyai kesamaan insting. Kemudian pada diri manusia juga mempunyai ilham
yang dapat mengenal nilai suatu itu baik atau buruk.
Didalam ilmu Akhlak kita
berjumpa dengan istilah-istilah: benar, salah, baik dan buruk. Apakah
prinsip-prinsip yang kita pakai itu benar atau salah: apakah
kebiasaan-kebiasaan yang kita perbuat itu baik atau buruk.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian baik dan buruk ?
2. Apa
saja aliran baik dan buruk ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk
mengetahui dan memahami pengertian baik dan buruk
2. Untuk
mengetahui dan memahami apa saja aliaran – aliran baik dan buruk akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BAIK DAN BURUK
Dari segi
bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa arab, atau good
dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, munjid, mengatakan
bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
Sementara itu dalam Websters New Twentieth century dictionary, dikatakan
bahwa baik adalah suatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan,
kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Selanjutnya yang baik itu juga adalah
suatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan yang memberikan
kepuasan. Yang baik itu juga dapat diartikan sesuatu yang sesuai dengan
keinginan. Dan disebut baik itu juga dapat pula berarti sesuatu yang
mendatangkankan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan selain itu
ada pula pendapat yang mengatakan bahwa secara umum bahwa yang disebut baik
atau kebaikan adalah sesuatu yang diiginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan
manusia. Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku tersebut menuju
kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi
seseorang menjadi kebaikan yang kongkret. Dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa yang disebut baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang
luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Definisi kebaikan
tersebut terkesan antroposentris, yakni memusat dan bertolak dari sesuatu yang
menguntungkan dan membahagiakan manusia.
Mengetahui
sesuatu yang baik sebagaimana yang disebutkan diatas akan mempermudah dalam
mengetahui yang buruk. Dalam bahasa arab, istilah buruk dikenal dengan syarr,
dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya,
tak sempurna dalam kwalitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tak
mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat
disetujui, tidak dapat diterima, yang tercela dan perbuatan yang bertentangan
dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang dikatakan
buruk adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai
kehadirannya[1].
B.
BEBERAPA ALIRAN BAIK BURUK
Perkembangan pemikiran manusia selalu berubah, begitu
juga patokan yang digunakan orang untuk menentukan baik dan buruk manusia. Membicarakan baik
dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan karakternya baik dan buruk
perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia. Dan dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang
mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk
diantaranya:
A.Aliran Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang
menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan
merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Menurut Etimologi kata
hedonisme diambil dari Bahasa Yunani dari akar kata hēdonē, artinya
"kesenangan". Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang
memuaskan keinginanmanusia dan
apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.
1. Karakteristik
Hedonisme
a. Hedonisme
Egoistis
Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk
mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat
dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam. Contohnya: makan-makanan yang
enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang cukup lama untuk
menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah
penuh, maka disediakan sebuah alat untuk menggitit kerongkongan, dengan
demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis
makanan yang lain, sampai puas.
b. Hedonisme Universal
Yaitu suatu aliran hedonisme yang
mirip dengan ulitarisanisme kesenangan
maksimal bagi semua, bagi banyak orang. Contohnya: bila berdansa, haruslah
berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang
absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh
semua orang.
2. Hedonisme di kalangan
remaja
“Virus” hedon tidak hanya menyerang
orang dewasa yang sudah bekerja, dari anak hingga orang tua tak luput dari
ancaman virus ini. Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis
adalah remaja. Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat
antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi
mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah
fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk
lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras.
Titel “remaja yang gaul dan funky ” baru melekat bila mampu memenuhi
standar tren saat ini. Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta
dandanan yang selalu mengikuti mode.
3. Faktor
yang Mempengaruhi Hedonisme
A. Faktor
ekstern
Derasnya arus industrialisasi dan
globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor yang tak dapat
dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media
komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah
etika dan moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas
sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan.
B. Faktor
intern
Lemahnya keyakinan agama seseorang juga
berpengaruh terhadap perilaku sebagian masyarakat yang mengagungkan kesenangan
dan hura-hura semata. Binzar Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang
menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi mereka yang suka
mengejar kesenangan.
4. Dampak
dari seorang yang telah terjerumus dengan hedonisme
A. Individualisme
Orang yang sudah terkena penyakit
hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan orang lain. Mereka merasa sudah mampu
hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak begitu. Manusia merupakan mahluk
sosial.
B. Pemalas
Malas merupakan akibat yang di
timbulkan dari hedonisme, karena mereka selalu menyia-nyiakan waktu. Manusia
yang tidak menghargai waktu.
C. Pergaulan
bebas
Pengikut paham hedonisme dapat
terjebak dalam pergaulan bebas yang dimana mereka selalu berada dalam dunia
malam. Seperti clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.
D. Konsumtif
Hedonisme cendurung konsumtif
,karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang hanya untuk
kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan.
E. Boros
Menghambur-hamburkan
uang untuk membeli bernbagai barang yang tidak penting, hanya untuk sekedar
pamer merk/ barang mahal.
5. Solusi
menghadapi budaya Hedonisme
Untuk menciptakan
sebuah generasi muda yang mampu diharapkan untuk masa depan,diperlukan kerja
keras dan kerja sama dari berbagai komponen seperti ulasan sebelumnya. Komponen
tersebut mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Jika yang
digerakkan hanya satu komponen, maka generasi muda yang sesuai harapan akan
lama terwujud karena arus budaya hedonisme kuat ke segala bidang kehidupan
manusia. Semua komponen harus bekerja sama meski dapat dikatakan sulit untuk
dilakukan, tapi masih ada jalan untuk mewujudkannya.
B. Aliran
sosialisme(adat istiadat)
Baik dan buruk menurut aliran
ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegangi oleh
masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik,
dan orang yang menentang tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk dan
mendapat hukuman secara adat. Adat istiadat selanjutnya dipandandang sebagai
pendapat umum. Ahmad Amin mengatakan bahwa tiap bangsa atau daerah
mempunyai adat tertentu mengenai baik dan buruk.
Di masyarakat akan
kita jumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum,
dan sebagainya. Orang yang mengikuti cara yang demikian itulah yang
dianggap orang baik, dan orang yang mengingkarinya adalah orang yang buruk. Kelompok
yang menilai baik dan buruk menurut adat ini dalam pandangan filsafat dikenal
dengan aliran sosialisme. Paham ini muncul dari anggapan karena masyarakat itu
terdiri dari manusia, maka masyarakat lah yang menentukan nilai baik dan
buruk perbuatan manusia itu sendiri. Karena hakikat dari adat itu sendiri
sebenarnya adalah produk budaya manusia yang sifatnya Nisbi dan relafit, maka
nilai baik dan buruk tersebut juga sangat relatif.
C. Aliran Instuinisme
Aliran instuinismene
berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan naluri batiniah yang dapat
membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang. Jadi,
sumber pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik atau mana yang buruk adalah kekuatan
naluri, kekuatan batin atau bisikan hati nurani yang ada pada tiap-tiap
manusia.
Oleh karena itu, apabila seseorang melihat sesuatu
perbuatan, maka pada dirinya timbul semacam ilham yang member petunjuk tentang
nilai perbuatan itu dan selanjutnya ditetapkanlah hukum perbuatan itu baik atau
buruk. Dengan demikian, maka
kebanyakan manusia sependapat atas keutamaan sifat benar, dermawan ataupun
berani dan semacamnya, demikian pula mereka sepakat atas sifat-sifat
kebalikannya yang cela dan keji.
Para pengikut aliran instuisi,
berpendapat bahwa manusia mengerti hal-hal yang baik dan yang buruk secara
lansung dengan melihatnya sekilas panndang. Perbuatan-perbuatan baik dan buruk
dikur dengan daya tabiat batiniah, karenanya dikatakan, benar adalah wajib
karena benar termasuk sifat utama buak karena darurat dank arena pendirian
orang banyak atau jaminan kemewahan serta buka berarti diluar tabiatnya.
Demikian pula pencurian adalah buruk karena dalam tabiatnya termasuk sifat
melampaui batas atau permusuhan pada orang lain dan merampas kekuasaanya dengan
tanpa hak.
Sebagai pendukung aliran ini
Plato(430-347SM) mengatakan bahwa : adalah kesalahan
besar kalau kebahagiaan itu dijadikan tujuan hidup. Sebab hal itu dapat
menyesatkan hati nurani. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia bukan setiap
perbuatannya itu mencari kebahagiaan.
Dalam mengutakan paham Plato(instuisi)
dari Aristoteles (Hedonisme), Sainther berkata, sesungguhnya salah besar sekali
bahwa tujuan hidup itu
adalah bahagia, karena dalam hal ini menimbukan pandangan yang buruk terhadap
segala sesuatu untuk kewajiban. Kewajiban mana
yang lebih penting dari manfaat dengan segala apa yang dinamakan kebahagiaan. Sungguh bahagia itu tidak berarti apa-apa
bila dibandingkan dengan kewajiban, dan dapat dikatan keruntuhan akhlak,
bila seorang
melebihkan kebahagiaan manusia daripada kewajibannya.
D. Aliran Idealisme
Aliran ini sangat penting
dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat abrat kita temui dalam
bentuk ajaran yang murni dari Plato
yang menyatakan bahwa alam, cita-cita adalah kenyataan sebenarnya. Adapun alam
nyata yang menempati ruang ini
hanyalah
berupa bayangan saja dari alam ide. Aristoteles memberikan sifat kerohanian
dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam
benda-benda dan menjalankann pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya,
dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah paham idealism hilang
sama sekali. Pada abad pertenagahn, satu-satunya pendapat yang disepakati oleh
semua ahli pikir adalah idealisme ini. Pada zaman Aufklarung, ulama-ulama filsafat
yang mengakui aliran serba dua, seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua
pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan ataupun dua-duanya mengakui bahwa
unsur kerohanian lebih penting dari pada kebendaan. Selain itu,
segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang
paling setia sepanjan masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil fisafat yang mendalam. Puncak zaman Idealisme pada masa abad ke 18 dan ke
19 adalah periode idealiisme. Pada saat itu, Jerman besar sekali
pengaruhnya
di Eropa.
Tokoh utama aliran ini adalah
Immanuel Kant. Pokok-pokok pandangan etika idealisme
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Wujud yang paling dalam dari
kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Sesorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain melainkan atas dasar”kemauan sendiri” atau “rasa kewajiban”.
Sekalipun dincam dan dicela orang lain perbuatan baik itu dilakukan juga, karena
adanya rasa
kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia.
2. Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang
melahirkan tindakan yang konkrit. Dan menjadi pokok disinin adalah
“kemauan baik”.
3. Dari kemauan yang baik
itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya yaitu ”rasa kewajiban”.
Dengan demikian, maka menurut
aliran ini “kemauan” adalah merupakan faktor terpenting dari wujudnya
tindakan-tindakan yang nyata.
E. Aliran Utilitarisme
Secara bahasa utilis berarti berguna. Paham ini
berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna. Kalau ukuran ini berlaku bagi
perorangan disebut individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan negara
disebut sosial. Tokoh
alliran ini adalah John Stuart Mill(1806-1873). Bertolak dari namanya, utilitarisme di tuduh menyamakan kebaikan moral dengan manfaat.
Aliran ini pun di anggap sebagai “etika sukses”, yaitu etika yang menilai kebaikan
orang dari apakah perbuatannya menghasilkan sesuatu yang baik atau tidak..
Paham ini juga menjelaskan arti kegunaan tidak hanya
yang berhubungan dengan materi, melainkan
melalui sifat rohani yang bisa diterima dengan akal. Dan kegunaan bisa diterima
jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi
orang lain. Disini Nabi juga menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang
banyak memberi manfaat Kepada orang lain (HR.Bukhari).
Kebahagiaan bersama bagi semua orang harus
menjadi pokok pandangan tiap-tiap orang, bukan kebahagiaan dia sendiri. Dan kebahagiaan terhitung menjadi keutamaan
kerena membuahkan kelezatan bagi manusia lebih banyak dari buah kepedihan. Dia
adalah utama, meskipun
memperpedih sebagian orang-orang dan meskipun memperpedih yang melakukan
perbuatan itu sendiri. Demikian pula kerendahan menjadi kerendahan karena
kepedihannya bagi manusia lebih berat dari kelezatannya.
F. Aliran Evolusi
Paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada
dialam ini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya sampai pada kesempurnaan. Paham seperti ini tidak
hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia dan
tumbuh-tumbuhan, akan tetapi juga berlaku pada benda yang tidak dapat
diihat dan diraba oleh indera,seperti moral dan akhlak.
Paham evolusi pertama muncul dibawa oleh seorang ahli
pengetahuan bernama “LAMARCK”. Dia berpendapat bahwa jenis-jenis binatang itu
merubah satu sama lainnya. Dan menolak pendapat yang mengatakn bahwa
jneis-jenis itu berbeda-beda dan tidak dapat berubah-ubah. Alasan lainnya bahwa
jenis-jenis itu tidak terjadi pada satu masa akan tetapi bermula dari binatang
rendah, menigkat dan beranak satu dari lainnya dan berganti dari jenis ke jenis lain.
Ada
dua faktor pergantian yaitu :
1. Lingkungan : mengadakan penyesuaian dirinya
menurut keadaan.
2. Warisan
: bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan pertengahan
perpindahan pada
cabang-cabangnya. Paham ini disebut paham pertumbuhan
dan kepentingan (evalition).
Herbert Spencer mencocokkan paham ini dengan akhlak
berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhan dan
mulai berangsur meningkat
sedikit demi sedikit,dan ia berjalan ke arah “cita-cita” yang dianggap sebagai
tujuan. Maka perbuatan itu baik bia dekat dari cita-cita itu dan buruk bila jauh
dari padanya. Tinjauan manusia di dalam hidup ini akan mencapai cita-cita itu
atau mendekatinya sedapat mungkin.
Pengikut paham ini berpendapat bahwa segal perbuatan
akhlak itu tumbuh
dengan sederhana, dan mulai naik dan meningkat sedikit demi sedikit, lalu
berjalan menuju kepada cita-cita, dimana cita-cita ini ialah yang menjadi
tujuan. Maka perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita itu, dna buruk bial
jauh darinya. Tujuan manusia didalam hidup ini mencapai cita-cita itu atau
mendekatinya sedapat mungkin.
G. Aliran Religionisme
Paham ini berpendapat bahwa yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai denngan
kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai
dengan kehendak Tuhan. Paham ini,terhadap keyakinan teologis yaitu keimanan kepada
Tuahan sangat memegang peran penting. Karena tidak mungkin orang berbuat sesuai dengan
kehendak Tuhan, apabila yang melakukan tidak beriman kepada-Nya.
Perlu diketahui, bahwa didunia ini ada bermacam-macam
agama yang dianut, dan masing-masing agama
menentukan baik buruk menurut ukuranya agama masing-masing. Agama Hindu, Budha,
Yahudi, Kristen dan Islam , masing-masing agama tersebut
memiliki pandangan dan tolok ukur tentang baik dan buruk antra yang satu dengan
lainya berbeda-beda dan juga ada persamaanya[2]
C. Baik Buruk Menurut Ajaran Islam.
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan
wahyu Allah S.W.T.,menurut ajaran agama islam penentuan baiak dan buruk harus
didasarkan pada Al-quran dan Hadist. Di dalam Al-quran maupun hadist
banyak dijumpai istilah yang mengacu pada yang baik dan yang buruk. Diantara
istilah yang mengacu pada hal yang baik misalnya al-hasanah, thayyibah, khair,
mahmudah, karimah dan al-birr.
1. Al-hasanah
Al-Raghib
Asfahani mengemukakan bahwa sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu
yang disukai atau yang dipandang baik adalah hasanah.Hasanah dibagi
menjadi tiga ,pertama hasnah dari segi akal,kedua hasnah dari segi
nafsu/keinginan dan hasanah dari panca indra.Lawan dari hasanah adalah
Al-sayyiah. Yang termasuk hasanah mislnya keuntungan,kelapangan rezeki dan
kemenangan.
2. Al-thayyibah
Kata
Al-thayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memberikan
kelezatan kepada panca indra dan jiwa,seperti makanan ,pakaian,dan tempat
tinggal dan sebagainya.Lawan dari Al-thayyibah adalah Al-qhabibah yang artinya
buruk.
3. Al-khair
Kata
Al-khair digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh seluruh umat
manusia,seperti berakal,adil,keutamaan dan segala sesuatu yang ber
manfaat.Lawannya adalah Al-syarr.
4. Karimah
Kata Al-karimah digunakan untuk
menunjukkan pada perbuatan dan ahlak yang terpuji yang ditampakkan pada
kehidupan sehari-hari.Selanjutnya kata karimah biassa digunakan untuk
menunjukkan perbuatan yang terpuji yang sekalanya besar,seperti menafkahkan
hartanya dijalan Allah dan berbuat baik pada orang tua.
5. Al-mahmudah
Kata ini
digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari
melakukan sesuatu yang disukai Allah SWT. Dengan demikian kata Al-mahmudah
lebih menunjukkan pada kebaikan yang bersifat batin dan spiritual.
6. Al-birr
Kata Al-birr digunakan untuk
menunjukkan pada upaya memperluas melakukan perbuatan yang baik.Kata
tesebut terkadang digunakan sebagai sifat Allah dan terkadang juga untuk
manusia.Jika kata tersebut diguanakan untuk sifat Allah ,maka maksudnya adalah
bahwa Allah memberikan pahala yang besar,dan jika digunakan untuk manusia ,
maka yang dimaksud adalah ketaatannya.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Dengan
demikian yang dikatakan buruk itu
adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik. Aliran-aliran filsafat
ayng mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk ini
adalah aliran sosialisme, idealisme, intuisisme, utilitarianisme, hedonisme, evolusi dan religionisme.
Baik atau buruk iu relatif sekali, karena tergantung pada
pandangan dan penilaian
masing-masing yang merumuskan. Dengan demikian nilai bai atau buruk menurut
pengertian tersebut bersifat relatif dan subyektif, karena berganrung kepada
individu yang
menilainya.
Ajaran islam bersumber dari wahyu Allah
SWT berupa Al-Qur’an yang dalam penjabarannya di contohkan oleh sunah Nabi Muhammad saw. Masalah akhlak
dalam ajaran islam mendapatkan perhatian besar. Istialh baik dna buruk menurut
islam harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Kalau kita perhatikan, istilah baik buruk dapat kita jumpai dalam Qur’an maupun
Hadis, seperti Al Hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, al-birr,
dan azizah.
B.SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis saya
selaku penyusun makalah tersebut mengharapkan saran dan ide yang bisa membangun
untuk melengkapi makalah berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Iis ihsani dkk,
2016, makalah akhlak tasawuf,
ml.scribd.com/doc/ 93478464/Makalah-Pengertian-Baik-Dan-Buruk,diakses pukul 10:23 Sabtu 09 Desember 2017.
Aliran-aliran akhlak,
2013,artebatcell.blogspot.com/2013/...baik-dan-buruk-menurut-akhlak_22.html,
Diakses pukul 13;35 Sabtu 09 Desember 2017.
Baik dan buruk menurut akhlak, 2013, artebatcell.blogspot.com/2013
/...baik-dan-buruk-menurut-akhlak_22.html.Diakses pukul 16:28 Sabtu 09 Desember
2017.
[1]
Iis ihsani dkk, makalah akhlak tasawuf,
ml.scribd.com/doc/93478464/Makalah-Pengertian-Baik-Dan-Buruk,diakses pukul 10:23 Sabtu 09 Desember 2017.
[2] Aliran-aliran akhlak, artebatcell.blogspot.com/2013/...baik-dan-buruk-menurut-akhlak_22.html,
Diakses pukul 13;35 Sabtu 09 Desember 2017.
[3]Baik
dan buruk menurut akhlak
artebatcell.blogspot.com/2013/...baik-dan-buruk
menurut-akhlak_22.html.Diakses pukul 16:28 Sabtu 09 Desember 2017.
No comments:
Post a Comment