MAKALAH PERADABAN DUNIA SEBELUM ISLAM
A. Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW
1. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Kehadiran Nabi Muhammad SAW
Menurut bahasa, Arab artinya
padang pasir, tanah gundul yang gersang yang tiada air dan tanaman. Jazirah
Arab terletak di antara benua Asia dan Afrika. Sebalah barat daerah Arab
dibatasi oleh teluk Persia dan laut Oman atau sungai-suangai Daljah (Tigris)
dan Furrat (Euphraat). Sebelah selatan dibatasi oleh lautan Hindia dan
sebelah utara oleh Sahara Tiih[1]
yaitu lautan pasir yang ada di antara negeri Syam dan sungai Furrat -Sebagian
besar daerah Jazirah adalah padang pasir sahara yang terletak di tengah dan memiliki
keadaan dan sifat yang berbeda-beda, karena itu ia bisa dibagi menjadi tiga
bagian , pertama.
Sahara Langit memanjang 140
mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur ke barat, disebut juga Sahara
Nufud. Oase dan mata air jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu
yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh. Kedua, Sahara Selatan yang membentang
menyambung Sahara Langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya
merupakan dataran keras, tandus dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut
dengan al-Rub’ al-Khali (bagiansepi).
Ketiga. Sahara Harrat, suatu
daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan
batu-batu hitam itu menyebar diseluruh Sahara ini, seluruhnya mencapai 29
buah-, Itulah sebabnya daerah Arab ini terkenal sebagai pulau dan dinamakan Jaziratul-Arabiyyah.[2]Bangsa
Arab terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh
Jazirah Arabia. Mereka kebanyakan mendiami wilayah pinggir
Jazirah, dan sedikit yang tinggal di pedalaman. Pada masa dahulu tanah Arab itu
dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. Arab Petrix atau Petraea, yakni wilayah yang terletak di
sebelah barat daya gurun Syria, dengan Petra sebagai pusatnya.
2. Arab Diserta atau gurun Syria yang kemudian dipakai untuk menyebut
seluruh Jazirah Arab karena tanahnya yang subur.
3. Arab Felix, wilayah hijau (Green Land), yakni wilayah
yang berbahagia (Happy Land), yakni wilayah Yaman yang memiliki kebudayaan
maju dengan kerajaan Saba’ dan Ma’in. Bangsa Arab itu dibagi menjadi dua, yaitu
Qahtan dan Adnan.
Qahtan semula berdiam di
Yaman, namun setelah hancurnya bendungan Ma’rib sekitar tahun 120 SM, mereka
bermigrasi ke utara dan mendirikan kerajaan Hirah dan Gassan. Sedangkan Adnan
adalah keturunan Ismail ibn Ibarahim, yang banyak mendiami Arab dan Hijaz. Bangsa
Arab telah dapat mendirikan kerajaan, diantaranya adalah Saba’, Ma’in dan
Qutban serta Himyar, semuanya di Yaman. Di utara Jazirah berdiri kerajaan Hirah
(Manadirah) dan Gassan (Gassasinah). Hijaz menunjukkan wilayah yang tetap
merdeka sejak dahulu karena miskin daerahnya, namun terdapat tempat suci, yakni
Makkah yang didalamnya berdiri Ka’bah dan terdapat sumur Zamzam. Di kawasan itu
juga terdapat Yasrib yang merupakan daerah subur sejak dahulu.[3]
Makkah - yang pada mulanya
hanya sebagai persinggahan kafilahkafilah yang lewat. Nabi Ibrahim as. yang
pertama kali menjadikannya sebagai tempat pemukiman istri beliau, Hajar,
bersama putranya Isma’il.Qushai (kakek Nabi Muhammad saw, yang keempat) yang
berjasa menjadikan kota Mekkah sebagai tempat permukiman masyarakat melalui upayanya
menghimpun sukunya untuk bermukim disana tanpa menghalangi suku-suku lain untuk
bermukim. Qushai menetapkan bahwa semakin tinggi kedudukan satu suku, maka
semakin berhak anggotanya untuk mendiami lokasi terdekat ke Ka’bah. Karena itu,
suku Quraisy menempati lokasi-lokasi tersebut. Di samping masyarakat Arab, di Mekkah
ketika itu bermukim juga aneka keluarga non-Arab. Mekkah merupakan wilayah
suci. Di sana ada tanda-tanda yang merupakan petunjuk tentang batas-batas suci
itu. Karena kesucian dan kewajiban menghormatinya, ia dinamai Tanah Haram
sehingga di wilayah itu tidak diperkenankan pertumpahan darah atau gangguan/penganiayaan,
baik terhadap manusia, binatang, bahkan tumbuh-tumbuhan.
Ketetapan ini diyakini
masyarakat Arab sebelum kehadiran Islam dan oleh seluruh kaum Muslim setelah
kedatangan Islam berdasarkan ketetapan Allah melalui Nabi Ibrahim as yang
kemudian dikukuhkan oleh Nabi Muhammad saw[4]
adalah sebuah kota yang sangat penting dan
terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena
tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang
ramai, menghubungkan Yaman di sebelah selatan dan Syria di sebelah utara.
Dengan adanya Ka’bah di
tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka
berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama Hubbal.[5]
Hubbal adalah patung yang paling diagungkan selain patung-patung lainnya
seperti Manah, Al Lata dan Al Uzza.Bangsa Arab sebelum Islam biasanya disebut
Arab Jahiliyah, bangsa yang belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara. Sebutan
itu tidak perlu menyebabkan kita berkesimpulan bahwa tidak seorang pun darimpenduduk
Jazirah Arab yang mampu membaca dan menulis, karena beberapa orang sahabat Nabi
Muhammad SAW diketahui sudah mampu membaca dan menulis sebelum mereka masuk
Islam.
Baca tulis waktu itu belum menjadi tradisi,
tidak dinilai sebagai sesuatu yang penting, tidak pula menjadi ukuran
kepandaian dan kecendikiaan.[6]
Kaum Quraisy sendiri sebagai bangsawan di kalangan bangsa Arab hanya memiliki
17 orang yang pandai baca tulis. Suku Aus dan Khazroj penduduk Yatsrib
(Madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca. Hal ini menyebabkan
bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaiaan lainnya,
hidup mereka mengikuti hawa nafsu, judi, berpecah belah, saling berperang, satu
dengan yang lain, yang kuat menguasai yang lemah, wanita tidak ada harganya.
Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair jahili yang disebarkan
secara hafalan saja.[7]
2.Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan
pada tanggal 20 April 571 M. Ketetapan ini sebagaimana dikemukakan oleh
berbagai sumber berita Arab, yakni pada tahun yang dikenal dengan sebutan tahun
Gajah, yakni tahun saat Abraham al-Asyram berusaha menyerang Makkah dan
mnghancurkan Ka’bah. Allah lalu menggagalkannya dengan mukjizat yang
mengagumkan, sebagaimana diceritakan di dalam al-Quran. Menurut riwayat yang
paling kuat, kelahiran Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari senin malam, 12 Rabi’ul
Awwal.[8]
Beliau lahir dari keluarga
miskin secara materi namun berdarah ningrat dan terhormat. Ayahnya bernama
Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab.
Dikisahkan, bahwa anak-anak Hasyim ini adalah keluarga yang berkedudukan
sebagaipenyedia dan pemberi air minum bagi para jamaah haji yang dikenal dengan
sebutan Siqayah Al Hajj.[9]
Sedangkan ibunda Nabi Muhammad Saw adalah Aminah binti Wahab, adalah keturunan
Bani Zuhrah. Kemudian, nasab atau silsilah ayah dan ibunda Nabi bertemu pada
Kilab ibn Murrah.[10]
Pada waktu lahir Nabi Muhammad SAW dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal
dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Nabi Muhammad kemudian
diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyyah. Dalam
asuhannyalah Nabi Muhammad SAW dibesarkan sampai usia empat tahun.
Setelah kurang lebih dua tahun berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika usia
enam tahun Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu. Setelah Aminah meninggal,
Abdul Muthalib mengambil alih tangguang
jawab merawat Nabi Muhammad SAW. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib
meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjudnya beralih kepada
pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia juga sangat disegani dan
dihormati orang Quraisy dan penduduk Makkah secara keseluruhan, tetapi dia
miskin. Dalam usia muda Nabi Muhammad SAW hidup sebagai penggembala kambing
keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini dia
menemukan tempat untuk berfikir dan merenung.
Pemikiran dan perenungan ini
membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga dia terhindar
dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda dia
sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.[11]
Nabi Muhammad SAW juga seorang laki-laki yang berbakat dalam bidang keagamaan.
Dalam usianya sebelum masa turun wahyu ia suka mengasingkan diri pada sebuah
pegunungan di luar kota Makkah untuk berdoa dalam keheningan.[12]
Pada usia 25 tahun, Nabi
Muhammad SAW ikut berdagang ke Syam, menjual barang milik Khadijah, seorang wanita
terpandang dan kaya raya. Dia biasa menyuruh orang untuk menjualkan barang
dagangannya dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka. Ketika Khadijah
mendengar kabar tentang kejujuran perkataan beliau, kredibilitas dan kemuliaan
ahlak
serta keuntungan dagangannya melimpah, Khadijah tertarik untuk menikahinya.
Yang ikut hadir dalam acara pernikahan itu adalah Bani Hasyim dan para pemuka
Bani Mudhar.[13]
Pada awal turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah
mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, mengingat social politik pada waktu
itu belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula
Nabi mengajarkan kepada istrinya khadijah untuk beriman kepada Allah, kemudian
di ikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah
(seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak
angkatnya). Kemuadian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara
berangsur-angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan
keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn
Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah
ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid dan bebrapa
orang lainnya, mereka semua disebut Assabiquna al Awwalun,
artinya orang-orang yang pertama masuk Islam.[14]
Islam lahir ditengah-tengah masyarakat dengan membawa undang-undang baru
sebagai pedoman dasar tentang ketauhitan dan kemasyarakatan, bagi pengaturan tingkah
laku manusia dalam kehidupan dan pergaulannya. Selanjutnya pedoman dasar
tersebut menjadi pijakan bagi pengembangan sistem sosial, ekonomi, politik dan
budaya.
Langkah dakwah seterusnya
yang diambil Nabi Muhammad SAW adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai
menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik
golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula Nabi menyeru penduduk Makkah,
kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, Nabi juga menyeru
orang-orang yang datang ke Makkah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan
haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah.
Dengan usahanya yang gigih,
hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi Muhammad SAW yang
tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri
dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Mekipun
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguah
membaja.[15]
Ketik gerakan Nabi Muhammad SAW makin meluas, jumlah pengikutnya bertambah
banyak dan seruannya semakin tegas dan lantang, bahkan secara terang-terangan
mengecam agama berhala dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang
memuja-muja berhala itu.
Orang-orang Quraisy terkejut
dan marah. Mereka bangkit menentang dakwah Nabi Muhammad SAW dan dengan
berbagai macam cara berusaha menghalanghalanginya. Kebencian musyrikin Quraisy
terhadap Nabi Muhammad SAW makin meningkat manakala mereka menyaksikan penganut
Islam terus bertambah. Tidak hanya penghinaan yang ditimpakan kepada Nabi Muhammad
SAW melainkan juga rencana pembunuhan yang disusun oleh Abu Sufyan. Kegagalan
musyrikin Quraisy menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW dikarenakan Nabi
Muhammad SAW dilindungi oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Menyadari hal itu musyrikin
Quraisy memboikot kedua keluarga besar pelindung Nabi itu. Belum sembuh kepedihan
yang dirasakan Nabi Muhammad SAW akibat pemboikotan itu, Abu Thalib (paman
nabi) dan Khadijah istri beliau meninggal dunia.
Oleh karena itu, tahun itu
dikenal dengan ‘am al-huzn (tahun kesedihan). Pada saat menghadapi ujian
berat, Nabi Muhammad SAW diperintahkan Allah untuk melakukan perjalanan malam
dari Masjid al-Haram di Mekah ke Bait al-Maqdis di Palestina, kemudian ke
sidrah al-Muntaha. Di situlah Nabi Muhammad SAW menerima syariat kewajibanmengerjakan
shalat lima waktu. Peristiwa ini dikenal dengan Isra’ dan Mi’raj yang terjadi
pada tanggal 27 Rajab tahun 11 sesudah kenabian. Isra dan Mi’raj di samping
memperkuat iman dan memperkokoh batin Nabi Muhammad SAW menghadapi ujian berat
berkaitan dengan misi risalahnya, juga sebagai batu ujian bagi kaum muslimin
apakah mereka mempercayai atau mengingkarinya. Bagi kaun musyrikin Quraisy ,
peristiwa itu dijadikan bahan untuk mengolok-olok Nabi muhammad SAW bahkan menuduhnya
sebagai manusia yang berotak tidak waras.[16]
Setelah peristiwa Isra’ dan
Mikraj, suatu perkembangan besar bagi perkembangan dakwah Islam muncul, perkembangan
datang dari penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari
suku Aus dan Khazraj masuk Islam. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta
Nabi Muhammad SAW agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan
membela Nabi Muhammad SAW dari berbagai ancaman. Nabi pun menyetujui
usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian “Aqobah”. Dan
kemudian Nabi Muhammad SAW pindah ke Yatsrib.[17]
3.Berdirinya Pemerintahan Madinah
Tahun Islam dimulai dengan
hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah di tahun 622 M. Umat Islam di
waktu itu masih dalam kedudukan lemah, tidak sanggup menentang kekuasaan yang
dipegang kaum pedagang Quraisy yang ada di Mekkah. Akhirnya Nabi bersama
sahabat dan umat Islam lainnya meninggalkan kota dan pindah ke Yasrib, yang kemudian
terkenal dengan nama Madinah, yaitu kota Nabi. Di kota ini keadaan Nabi dan
umat Islam mengalami perubahan yang besar. Kalau di Mekkah mereka sebelumnya
merupakan umat lemah yang tertindas, di Madinah mereka mempunyai kedudukan yang
baik dan menjadi umat yang kuat dan dapat berdiri sendiri. Nabi sendiri menjadi
kepala dalam masyarakat yang baru dibentuk itu dan yang akhirnya menjadi sebuah
negara.
Dan Sebagai penghormatan terhadap
Nabi Muhammad SAW, nama kota Yatsrib di ubah menjadi Madinatun Nabi (Kota
Nabi) atau Madinatul Munawwarah (Kota yang Bercahaya), dan kota
ini cukup disebut Madinah.[18]
Dengan beradanya kekuasaan di tanggan Nabi, Islam pun lebih mudah disebarkan
dan sehingga akhirnya Islam dapat menguasai daerahdaerah yang dimulai dari
Spanyol di sebelah barat sampai ke Filipina di sebelah timur dan Afrika Tengah di
sebelah selatan sampai Danau Aral di sebelah utara.[19]
Dalam rangka memperkokoh
masyarakat dan negara baru Nabi Muhammad SAW segera meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat. Dasar Pertama, pembangunan masjid, selain untuk
tempat salat, juga sebagi sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan
mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi
sebagai pusat pemerintahan. Dasar kedua,adalah ukhuwwah islamiyyah,
persaudaraan sesama Muslim. Nabi mempersaudarakan antara Muhajirin,
orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah , dan Anshar, penduduk
Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut.
Dengan demikian diharapkan, setiap Muslim
merasa terikat dalam satu persaudaraan dan
kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti
menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan
agama, mengantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain
yang tidak memeluk agama Islam.
Di Madinah, di samping
orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan
orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas
masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian
dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang
Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki
hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin
dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu
dari serangan luar.
Dalam perjanjian itu jelas
disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala pemerintah karena sejauh menyangkut
peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam
bidang sosial, dia juga meletakkan dasar persamaan antara sesama manusia.
Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang sering disebut dengan Konstitusi
Madinah. Perang pertama yang sangat menentukan menentukan masa depan Islam
ini adalah perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan Musyrikin Quraisy.
Pada tanggal 8 Ramadhan tahun ke-2 H, Nabi Muhammad SAW bersama 305 orang Muslim
bergerak keluar kota membawa perlengkapan yang sederhana.
Di daerah Badar, kurang
lebih 120 km dari Madinah, pasukan Nabi bertemu dengan pasukan Quraisy yang
berjumlah sekitar 900 sampai 1000 orang. Dalam perang ini kaum Muslimin keluar
sebagai pemenang. Pada tahun ke-6 H. Ketika ibadah haji sudah disyariatkan Nabi
Muhammad SAW memimpin sekitar seribu kaum Muslimin berangkat ke Mekkah untuk
mengerjakan Umrah namun penduduk Makkah tidak mengizinkan mereka masuk kota.
Akhirnya, diadakan perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah
yang isinya diantaranya:
1. Kaum Muslimin belom boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan
sampai tahun depan.
2. Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja.
3. Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah yang melarikan
diri ke Madinah, sedangkan sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang
Madinah yang kembali ke Makkah.
4. Selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat
Madinah dan Makkah
5. Tiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy
atau kaum Muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintanga. Untuk menjaga
keselamatan dalam
menyebarkan dakwah Islam dan mempertahankannya dari orangorang yang
menghalanginya peperangan demi peperangan terus terjadi diantaranya adalah
Perang Uhud, perang Ahzab atau Perang Khandaq (parit).[20]
Setelah Perjanjian Hudaibiyah, situasi jauh lebih tenang dibandingkan
dengan sebelumnya, maka Nabi Muhammad SAW, menyurat kepada sekian penguasa
di luar Jazirah Arab untuk mengajak mereka untuk mengajak mereka memeluk agama
Islam. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW, diutus bukan saja untuk
penduduk Jazirah Arab, tetapi juga untuk seluruh manusia di persada bumi ini.[21]
Melalui usaha-usaha itu
Islam berkembang. Umat Islam makin banyak dan wilayah Islam meluas. Ketika
Rasulullah wafat, wilayah Islam telah meliputi sebagian Jazirah Arab. Tentu
bukan sebuah negara seperti zaman modern sekarang, tetapi rintisan awal telah
dimulai oleh Rasul. Sebuah negara dengan persyaratan-persyaratan yang maju
untuk zamannya, sebuah negara demokrasi yang berbentuk Republik. Dengan usaha
itu Rasulullah telah merintis peradaban Islam. Dalam waktu 23 tahun, Rasulullah
telah mengubah bangsa Arab dari bangsa Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban
dengan jiwa yang Islami, bersatu, berakhlak mulia, dan berpengetahuan.[22]
Kesimpulan
Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus
untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara yang
pandai dalam berpolitik. Sebagai seorang panglima perang serta seorang administrator
yang cakap, hanya dalam kurun waktu singkat Rasulullah bisa menaklukkan seluruh
Jazirah Arab.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Dudung et.al, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa
Klasik
Hingga Modern.
Yogyakarta: Fak. Adab, 2002.
Ahmad Mahdi Rizqullah, Biografi Rasulullah. Jakarta: Qisthi
Press, 2009.
Al-Buthy Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah Analisis
Ilmiah
Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW.
Jakarta: Robbani Press, 2010. Cet. 16.
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta:
Kalam
Mulia, 2006.
[1] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiah II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), 10.
[6] Badri
Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 27.
[8] Muhammad Sa’id Ramadhan
Al-Buthy, Sirah Nabawiyah Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam
di Masa Rasulullah SAW, (Jakarta:
Robbani Press, 2010),
[16]Dudung Abdurrahman et.al, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa
Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: Fak. Adab, 2002), 32.
[17]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II,
24
No comments:
Post a Comment