1

loading...

Friday, March 16, 2012

Defenisi Alam Semesta


defenisi

ALAM SEMESTA
A.    Alam semesta, menurut orang Babylonia (± tahun 700-600 SM), merupakan suatu ruangan atau selungkup dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit beserta bintang sebagai atapnya. Jadi, alam semesta atau jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang di dalamnya terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik, serta didalarnnya terjadi segala peristiwa alam baik yang dapat di ungkapkan manusia maupun yang tidak. Apabila kita hendak mempelajari alam semesta berarti kita mempelajari makro-kosmos. Sebaliknya apabila mempelajari permasalahan kecil, berarti kita mempelajari mikro kosmos. Teori Mengenai Terbetitubiya Alan Semesta Alam semesta terjadi pada tahun yang lampau bersamaan dengan berbagai letusan besar.
Teori terjadinya alam semesta adalah berikut ini.
1.     Teori dentuman.
Teori ini mengutarakan bahwa adanya suatu massa yang sangat besar di jagat raya dan mempunyai berat jenis yang sangat besar, meledak dengan hebatnya akibat adanya reaksi inti. Massa yang meledak itu kemudian berserakan dan mengembang dengan sangat cepat serta menjauhi pusat ledakan atau inti ledakan. Setelah berjuta-juta tahun, massa yang berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang relatif kecil dari massa semula. Kelompok itulah yang kita kenal sebagai galaksi. Kelompok galaksi ini terus bergerak menjauhi titik intinya.
2.     Teori ekspansi dan kontraksi. Teori ini diambil berdasarkan adanya suatu siklus dari alam semesta yaitu masa ekspansif dan masa kontraksi. Dalam jangka waktu 30.000 juta tahun dalam masa ekspansi, terbentuklah masa ekspansi, terbentuklah galaksi beserta bintang-bintangnya. Ekspansi tersebut didukung oleh adanya tenaga yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya membentuk berbagai unsur lain yang kompleks. Pada masa kontraksi, terjadi galaksi dan bintang-bintang yang terbentuk, meredup, sehingga unsur¬-unsur yang terbentuk menyusut dengan menimbulkan tenaga berupa panas yang, sangat tinggi. Teori ekspansi dan kontraksi menguatkan asurnsi bahwa partikel tersebut berasal dari paralel yang ada pada zaman dahulu kala.
B.    TERJADINYA GALAKSI
Galaksi adalah calon bintang atau kelompok bintang yang jumlahnya ribuan juta dan terdapat di alam semesta. Menurut Fowler, kira-kira 12.000 juta tahun yang lalu, galaksi di alam semesta yang jumlahnya ribuan tidaklah seperti galaksi pada yang ada pada saat ini. Pada saat itu galaksi masih merupakau kabut gas hidrogen yang sangat besar. Kabut gas hidrogen tersebut bergerak perlahan-lahan berputar pada porosnya, sehingga seolah-¬olah berbentuk bulat karena gaya beratnya. Kabut gas hidrogen mengadakan kontraksi sehingga bagian luar dari kabut gas hidrogen tersebut banyak yang tertinggal. Pada tempat-tempat yang berotasinya lambat atau berat jenisnya yang besar, terbentuklah bintang-bintang. Gumpalan kabut hidrogen yang sudah menjadi bintang juga melakukan kontraksi secara perlahan. Panas yang dipancarkan dari bintang-bintang yang terbentuk tadi suhunya semakin menurun. Kemudian setelah berjuta-juta tahun bintang, tersebut rnempunyai bentuk seperti benda langit sekarang ini.
Menurut macamnya, galaksi dibedakan menjadi tiga macam:
1.     Galaksi berbentuk spiral
2.     Galaksi berbentuk elips
3.     Galaksi berbentuk tak beraturan
C.    TERJADINYA BUMI DAN SISTEM TATA SURYA
Mula-mula Ptolomeus ilmuan Yunani abad ke-2 M berpendapat bahwa semua benda di angkasa mengelilingi bumi. Teori ini disebut geosentris. Kemudian teori itu dibetulkan oleh Nicolai Copemicus astronom Polandia (1473-1543) pada tahun 1530 dengan teorinya heliosentris, bahwa semua benda angkasa bergerak mengelilingi matahari, dengan orbit yang berbentuk lingkaran. Johanes Kepler, astronom dan matematikawan Jerman (1571-1630) berpendapat bahwa orbit bumi dalam mengelilingi matahari berbentuk elips: Pada tahun 1610, Galileo dengan bantuan teleskop membenarkan teori Copernicus yang telah diralat oleh Kepler. Pada tahun 1686, lssac Newton, (1643-1727), dengan teori gravitasinya, menjelaskan bahwa bumi dan planet-planet mengorbit karena prinsip gravitasi.
1.     Immanuel Kant, 1724-1804 Pada tahun 1755 dalam bukunya Allgemeine Naturgeschichte and Theorie des Himmels nach Newtonischen Grundsatzen behandelt (sejarah umum dan teori tentang tata surya berdasarkan hukum Newton) Irnmanule Kant mengatakan, jika bumi (planet-planet serta bintang) memang terjadi, maka proses-proses terjadinya selalu menurut hukum alam. Permulaan proses adalah sebagal berikut. Di angkasa raya terdapat suatu ruangan yang berisi macam-¬macam gas (kabut). Gas yang besar menarik gas yang kecil sehingga terbentuklah kabut yang besar. Dalam proses tersebut terjadi benturan bola-bola gas sehingga timbullah panas. Panas ini menyebabkan perputaran kabut asal. Kabut berputar makin cepat sehingga menjadi dingin. Semakin cepat berputar, semakin mendingin. Di bagian khatulistiwa terjadilah pemisahan fragmen dari kabut tersebut. Fragmen yang dilemparkan keluar mendingin, mengembun, mencair, dan akhirnya menjadi padat, dan membentuk planet-planet.
2.     Piece Simon Marquis de Laplace, 1749-1827 Pada tahun 1776, Seorang filusuf dan matematikawan Perancis mengutarakan teori terjadinya bumi sebagai berikut: Di angkasa terdapat kabut asal yang telah berputar, berpijar dan panas. Putaran kabut yang berpijar itu perlahan-lahan menjadi dingin. Semakin cepat berputar, gas tersebut semakin menyusut sehingga berbentuk menyerupai lingkaran. Semakin cepat putarannya, semakin mendekati ekuator. Karena gaya gravitasi, bentuk gumpalan gas di bagian tengah tidak begitu besar sehingga terjadi pemisahan fragmen. Fragmen tersebut berbentuk seperti cincin atau gelang yang bergerak mengelilingi kabut induknya. Setelah gelangan fragmen pertama terlepas dari induknya, terlepas pula cincin fragmen yang kedua, ketiga, dan seterusnva sampai yang kesembilan, cincin itu semakin mendingm, menyusut, lalu membentuk planet. Semuanya mengorbit induknya. Satelit atau bulan yang mengelilingi planet-planet tersebut terjadi dengan cara yang sama. Karena kedua teori tersebut hampir sama isinya dan timbul pada waktu yang bersamaan, kedua teori tersebut dinamakan Teori Kabut Kant-Laplace atau Hipotesis Nebula Kant-Laplace. Dengan adanya perkembangan yang pesat dari ilmu fisika moderen, tampak bahwa hipotesis kabut Kant-Laplace ini memiliki banyak kelemahan.
3.     Hipotesis Planetsimal Lebih Kurang seratus tahun setelah teori kabut Kant-Laplace, pada tahu 1905, Thomas C Chamberlin (Geologiwan) dan Forest R. Multon (astronom) dari Chicago, USA mengemukaan teori baru yang disebut Teori Planetesimal. Yaitu awalnya ada matahari kemudian mahari itu didekati bintang sehingga terjadilah gaya tarik-menari dan terjadilah peledaan hebat yang menyebaban banya gas yang mencuat keluar dari atmosfir matahari. Gas yang mencuat tersebut berbentk seperti kabut kabut pilin (spiral), lalu mengembun dan membek menjadi planetesimal. Keterangan : bintangs mendekat matahari dan menark gas yang ada didalamnya gas yang keluar itu mencair lalu mengecil dan memadat. Kemudian besama-sama dengan pelanetesimals membentk pelanet. Plaetisimal it tmbuh terus, menarik bagian-bagian kecil sehingga terjadilah satelit atu bulan. Meteorit yang jatuh ebumi (dan juga planet-planet) terus tumbuh. Ada juga planetesimal yang salig bertubrukkan sehingga menghasilkan panas, dan menyebabkan barysfir menjadi panas dan planetpun berotasi. Adapn orbit yang mengelilingi matahari sdah berlangsung sejak terbentuknya kabut spiral. Atmonsfer bumi terbentuk ketika bumi mempnyai ukuran setelah dari ukuran sekarang. Kelemahan adalah teori ini menyebutkan bahwa bumi terbentk sangat lambat dan inti bumi aan merupakan bahan yang homogen. Padahal terdapat bukti bahwa bumi itu mengalami stadi, yaitu mendidih lebih dahl, sebelm membeku.
4.     Hipotesis Pasang Surut Gas Dua orang ilmuan dari inggris, yaitu Sir James M. Jeans (astro fisikawan) dan Harold Jeffery (geopisikawan) pada tahun 1917 mengemuakan hipotesisinya yang disebut Hipotesis Pasang Surut Gas, teori adalah sebagai berikut : Sekitar dua meliyar tahun yang lalu, matahari didekati oleh sebuah bintang yang besar (mungkin sebesar matahari), tetapi tidak saling bertabrakan. Karena gaya tarik-menarik, terjadi tonjolan lidah api yang berpijar dan merupakan gas yang panas. Bintang tersebut menjauh kemudian tonjolan lidah api yang berpijar dari matahari tersebut lepas dari matahari (dan tidak kembali ke matahari). Bentuk seperti cerutu, yang ujung-ujungnya runcing. Inilah sebabnya bentuk-bentuk pelanet dimulai dari kecil, misalnya Marcurius, semakin membesar, seperti Yupiter dan saturnus, kemudian mengecil lagi seperti Plito, yang merupakan pelanet terkecil. Mula-mulanya pelanet tersebut mengorbit matahari dalam bentuk elips, dan semakin lama bentuk lingkaran. Hal ini disebabkan oleh adanya gesekan dengan debu-debu kosmis pada waktu terjadinya tarik-menarik anara matahari dan bintang. Planet-planet ini sejak awal telah mendingin. Proses mendinginnya bejalan lambat (untuk planet yang besar) dan berjalan besar dan bejalan cepat (untuk pelanet yang kecil). Pada saat orbit masih berbentuk elips dan ketika pelanet tersebut dekat dengan matahari, terjadi gaya tarik-menarik antara pelanet dan matahari. Akibat banyak materi yang lepas dari planet dan terjadilah satelit dari planet. Peristiwa ini proses terjadinya planet.
5.     Bumi dan Perkembangan Setelah bumi dan pelanet terlepas dari matahari, bumi masi didalam keadaan stadia kabut (nabula). Kabut asala ini mula-mula berbentuk tenaga penyinar (cahaya), bukan berbentuk materi

No comments:

Post a Comment