MAKALAH
BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FALSAFAH MASYARAKAT
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Filsafat adalah induk dari
semua ilmu. Dari filsafat, maka akan muncul ilmu – ilmu lainnya yang akan
membahas secara rinci tentang pengetahuan yang ada. MAsyarakat adalah objek
utama yang perlu dikaji dalam filsafat, sehingga ilmu yang mempelajari tentang masyarakat
disebut ilmu sosiologi.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan
untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan
menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh
hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
2.
Rumusan
Masalah
Dari uraian diatas, maka
kami akan mengangkat tentang apa itu masyarakat dan prilaku manusia dalam
masyarakat
3.
Tujuan
Tujuan dengan dibuatnya
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada semester genap serta semoga dengan
makalah ini, kita lebih memahami apa itu falsafah masyarakat serta prilakunya
di masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
FALSAFAH
MASYARAKAT
A. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat
Berikut
di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi
dunia.
1.
Menurut Selo
Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.
2.
Menurut Karl
Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan
organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.
Menurut Emile
Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang
merupakan anggotanya.
4.
Menurut Paul B.
Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif
mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
B. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur
Masyarakat
Menurut
Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
1.
Berangotakan
minimal dua orang.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3.
Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang
saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota
masyarakat.
4.Menjadi
sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama
lain sebagai anggota masyarakat.
C. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang
harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai
masyarakat.
1.
Ada sistem
tindakan utama.
2.
Saling setia
pada sistem tindakan utama.
3.
Mampu bertahan
lebih dari masa hidup seorang anggota.
4.
Sebagian atan
seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia
D. Prilaku Manusia Dalam
Masyarakat
- Modernisasi
Modernisasi
adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju
atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana,
dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara
tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi
biasanya merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana.
Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi
masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan
sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana
suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang
lebih maju atau modern.
Di
Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek
kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan,
maupun sosial budayanya. Salah satu bentuk modernisasi di bidang pertanian adalah
dengan adanya teknik-teknik pengolahan lahan yang baru dengan menggunakan
mesin-mesin, pupuk dan obat-obatan, irigasi teknis, varietas-varietas unggulan
baru, pemanenan serta penanganannya, dan sebagainya. Semua itu merupakan hasil
dari adanya modernisasi.
Berbagai
bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian proses yang panjang
sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang berwujud pada kehidupan
masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi banyak
disalahartikan sehingga sisi moralnya terlupakan. Banyak orang yang menganggap
modernisasi hanya sebatas pada suatu kebebasan yang bersifat keduniawian. Tidak
mengherankan juga bila banyak anggota masyarakat yang salah melangkah dalam
menyikapi atau memahami tentang konsep modernisasi.
Untuk
menghindari kesimpangsiuran pengertian dan kesalahan pemahaman tentang
modernisasi, maka secara garis besar istilah modern dapat diartikan berikut
ini.
a.
Modern berarti
kemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya taraf penghidupan
masyarakat secara menyeluruh dan merata.
b.
Modern berarti
berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup. Agar
modernisasi (sebagai suatu proses) tidak mengarah ke angan-angan belaka, maka
modernisasi harus mampu memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat
sekarang ke arah waktu-waktu yang akan datang.
Proses
modernisasi tidak serta merta terjadi dengan sendirinya. Modernisasi dapat
terjadi apabila ada syarat-syarat berikut ini.
a.
Cara berpikir
yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat.
b.
Modern berarti
berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup. Agar
modernisasi (sebagai suatu proses) tidak mengarah ke angan-angan belaka, maka
modernisasi harus mampu memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat
sekarang ke arah waktu-waktu yang akan datang.
c.
Sistem
administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi
d.
Adanya sistem
pengumpulan data yang baik dan teratur.
e.
Penciptaan iklim
yang menyenangkan dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan
alat-alat komunikasi massa. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan
teratur.
f.
Sentralisasi
wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Berdasarkan
hal tersebut, pengertian modernisasi lebih baik daripada westernisasi. Akan
tetapi, bersamaan dengan proses modernisasi biasanya juga terjadi proses
westernisasi, karena perkembangan masyarakat modern itu pada umumnya terjadi di
dalam kebudayaan Barat yang tersaji dalam kemasan Barat pula.
2.
Globalisasi
Istilah
globalisasi berasal dari kata global atau globe (globe = bola dunia; global =
mendunia). Berdasarkan akar katanya tersebut, dapat diartikan globalisasi
sebagai suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Pada era modern ini harus
diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya
revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik dan jasa telekomunikasi yang
memanfaatkan spektrum frekuensi radio dan satelit ini telah berkembang menjadi
jaringan yang sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai aspek kehidupan dan
keselamatan bangsa-bangsa di dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak semata-mata
untuk usaha hiburan, namun berkembang secara meluas dan digunakan dalam
teknologi pertelevisian, komunikasi, komputer, analisis cuaca, hingga penggunaan
untuk survei sumber daya alam. Contoh paling mudah adanya pengaruh globalisasi
adalah adanya siaran langsung televisi antarnegara. Hal-hal yang sedang terjadi
di negara lain, misalnya final Piala Dunia di Jerman dapat kita ketahui pada
saat yang bersamaan. Dalam hal ini definisi berita yang biasanya diartikan
sebagai suatu peristiwa yang telah terjadi berubah menjadi suatu peristiwa yang
sedang terjadi. Contoh lain adalah internet. Internet merupakan hasil
penggabungan kemajuan teknologi komputer dengan kemajuan teknologi komunikasi
yang dianggap sebagai bentuk revolusi di kedua bidang tersebut. Dengan
kemampuan pembaruan data yang cepat, internet berkembang sebagai “jendela
dunia” yang up to date. Melalui internet, banyak kemudahan yang dapat kalian
peroleh tanpa harus berurusan dengan birokrasi antarnegara. Pengiriman surat,
data, atau dokumen-dokumen penting ke berbagai penjuru dunia dapat dilakukan
dalam hitungan detik.
Bebas,
terbuka, langsung, dan tanpa mengenal batas negara merupakan ciri era komunikasi
global. Semua kalangan bisa berhubungan dengan jaringan internet, termasuk di
dalamnya jaringan-jaringan yang tidak layak atau menyesatkan yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa kita. Kondisi tersebut hanya sebagian kecil contoh
globalisasi. Artinya, hubungan antarmanusia tidak lagi dibatasi aturan atau
wilayah negaranya saja, namun mulai mengikuti aturan internasional yang
berkembang di dunia. Adanya hubungan yang mendunia ini dipengaruhi oleh adanya
saluran-saluran pendukung proses globalisasi berikut ini.
a. Saluran
pergaulan; adanya kontak kebudayaan dan saling mengunjungi antarwarga negara
akan memudahkan seseorang mempelajari dan mengerti kebudayaan asing. Bentuk
pertukaran pelajar, home stay, pertukaran misi kebudayaan, penyerapan tenaga
kerja asing, dan sebagainya membuat seseorang tidak hanya tinggal di negara
lain, tetapi secara sadar atau tidak ia akan menyerap kebiasaan dan pola
kehidupan masyarakat setempat.
b. Saluran
teknologi; berbagai peralatan teknologi merupakan saluran globalisasi yang
membawa pengaruh yang sangat besar. Seperti telah diungkapkan sedikit pada
bagian awal, saluran teknologi ternyata memiliki potensi perubahan yang sangat
besar bagi masyarakat penggunanya.
c. Saluran
ekonomi; produk-produk baru dapat dengan cepat diinformasikan pada konsumen.
Hal ini akan mempercepat pola penawaran dan permintaan di pasar. Bahkan, saat
ini sistem bisnis melalui multimedia sudah banyak dilaku-kan oleh perusahaan-perusahaan
di Indonesia, misalnya dengan cara telemarketing, baik melalui pesawat telepon
maupun internet. Kekayaan dan utang suatu negara dapat diketahui dan
dibandingkan dengan kondisi di negara lain, sehingga hampir tidak ada rahasia
yang dapat tertutup rapat.
d. Saluran
media hiburan; produk-produk hiburan seperti film , lagu, dan berbagai jenis
produk permainan/games yang beredar dapat memengaruhi mental masyarakat. Sektor
ini perlu diwaspadai dalam upaya pembinaan dan perlindungan generasi muda dari
degradasi moral.
3.
Dampak
Modernisasi dan Globalisasi
Tanggapan dan Kecenderungan Perilaku Masyarakat terhadap Modernisasi dan Globalisasi
Saat memasuki era milenium ketiga ini,
tampaknya arus modernisasi dan globalisasi tidak akan dapat dihindari oleh
negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupannya. Menolak dan
menghindari modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri
dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara
tersebut dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Berbagai tanggapan dan
kecenderungan perilaku masyarakat dalam menghadapi arus modernisasi dan
globalisasi. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap
negatif berikut ini.
a. Sikap Positif
Sikap positif menunjukkan bentuk
penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap positif
mengandung unsur-unsur sebagai berikut.
1)
Penerimaan
secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya
menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita
lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan
lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.
2)
Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif;
sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka
diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan
(antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi kaitannya
dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat
menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan
modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus
mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana
yang tidak baik bagi kita.
3)
Adaptif, sikap ini
merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif
merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi
dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif,
artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.
4)
Tidak
meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah
perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan
menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat
kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun
dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur
budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu negara yang
modern dan maju, namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai
masyarakat Jepang.
b. Sikap Negatif
Berbeda dari sikap positif yang menerima
terjadinya perubahan akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap negatif
menunjukkan bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan
globalisasi. Sikap negatif mengandung unsur-unsur berikut ini.
1)
Tertutup dan
was-was (apatis); sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang telah merasa
nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga mereka merasa
was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman. Sikap
seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great Wall-nya.
Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik, karena sikap ini akan
menjauhkan diri dari kemajuan dan perkembangan dunia, kondisi ini akan
menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring
dengan kemajuan zaman.
2)
Acuh tah acuh;
sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat awam yang kurang memahami
arti strategis modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada umumnya tidak
terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh modernisasi dan
globalisasi. Mereka pada umumnya memercayakan sepenuhnya pada kebijakan
pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap ini
cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif.
3)
Kurang selektif
dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini ditunjukkan dengan menerima
setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan
menempatkan segala bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar,
padahal tidak semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita.
Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa
adanya filter atau kurang selektif, maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit
demi sedikit akan semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti.
Akibatnya, masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut
dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol.
c. Akibat Negatif Globalisasi
1)
Munculnya
guncangan kebudayaan (cultural shock); guncangan budaya umumnya dialami oleh
golongan tua yang terkejut karena melihat adanya perubahan budaya yang
dilakukan oleh para generasi muda. Cultural Shock dapat diartikan sebagai
ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu
pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Perubahan
unsur-unsur budaya seringkali ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam. Bagi
masyarakat yang belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan
timbul goncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan budayanya yang
mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal atau frustasi. Kondisi
demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang tidak seimbang dan
tidak serasi dalam kehidupan. Contoh: di era globalisasi ini unsur-unsur budaya
asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif
sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi individu
atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada pola pergaulan
tersebut, mereka akan menarik diri dari pergaulan atau bahkan ada yang frustasi
sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri atau perilaku penyimpangan yang lain.
2)
Munculnya
ketimpangan kebudayaan (cultural lag); kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur
kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan
berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan.
Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran
dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada
masyarakat yang sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk mengejar
ketertinggalan ini diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang
berdisiplin tinggi. Contoh: Akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengkonversi
bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke
masyarakat. Namun berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan
kenyamanan dan keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebayakan menolak
konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan budaya
(cultural lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan
perkembangan kemajuan teknologi Saluran media hiburan; produk-produk hiburan
seperti film , lagu, dan berbagai jenis produk permainan/games yang beredar
dapat memengaruhi mental masyarakat. Sektor ini perlu diwaspadai dalam upaya
pembinaan dan perlindungan generasi muda dari degradasi moral.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka dapat kami
simpulkan bahwa masyarakat adalah kumpulan orang – orang atau kelompok yang
memiliki perbedaan karakter, sifat, watak, yang berkumpul dalam suatu tempat
tertentu yang saling membutuhkan.
Prilaku individu dalam kelompok
dibedakan atas zaman – zamannya terutama factor modernisasi serta globalisasi
2. Saran
Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini, banyak sekali terdapat kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar kedepannya
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansyur, Cholil. 2000. Sosiologi Masyarakat Kota
Dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu
Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
No comments:
Post a Comment